Anda di halaman 1dari 7

Diagnosis dan Tatalaksana Polymyositis

Ade Yonata
Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Polymyositis adalah miopati inflamasi idiopatik yang menyebabkan kelemahan otot simetris proksimal, peningkatan kadar
enzim otot rangka, serta elektromiografi (EMG) dan temuan biopsi otot yang spesifik. Wanita 51 tahun datang ke rumah
sakit dengan keluhan utama nyeri pada otot tangan dan kaki sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Laboratorium
menunjukkan peningkatan transaminase dan creatin kinase (CK) serta ANA dan anti-dsDNA yang positif. Pasien didiagnosis
polymyositis autoimun dan diterapi dengan steroid. Polymyositis merupakan penyakit yang jarang. Diagnosis dan
tatalaksana yang baik pada pasien polymyositis dapat mengurangi keluhan pasien dan memperbaiki kualitas hidupnya.
[JuKe Unila 2015; 5(9):69-75]

Kata kunci: autoimun, myopati, polymyositis

Diagnosis and Treatment of Polymyositis


Abstract
Polymyositis is an idiopathic inflammatory myopathy that causes symmetric proximal muscle weakness, increased skeletal
muscle enzyme levels, and characteristics electromyography (EMG) and muscle biopsy findings. A 51-year-old woman came
to the hospital with a chief complaint of pain in the muscles of the arms and legs since three weeks before admission.
Laboratory findings showed increased of transamaninase and creatin kinase (CK) and positive result of ANA and anti-dsDNA.
Patients was diagnosed with autoimmune polymyositis. Patients then was treated with corticosteroids. Polymositis is a rare
disease, good diagnosis and management of patients with polymyositis will reduce patient’s symptoms and improve her
quality of life. [JuKe Unila 2015; 5(9):69-75]

Keywords: autoimmune, myopati, polymyositis

Korespondensi: dr. Ade Yonata, M.MolBiol, Sp.PD., alamat Jln. Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081283165458,
e-mail ade.yonata@fk.unila.ac.id

Pendahuluan laboratorium, dan evaluasi patologi. Kriteria


Polymyositis adalah miopati inflamasi yang paling berguna untuk diagnosis adalah
idiopatik yang menyebabkan kelemahan otot kelemahan otot proksimal, elevasi enzim
simetris proksimal, peningkatan kadar enzim serum, karakteristik EMG, dan histopatologi
otot rangka, serta elektromiografi (EMG) dan biopsi otot yang khas. Laporan ini menyajikan
temuan biopsi otot yang spesifik.1-3 kasus pengelolaan pasien dermatomyositis
Patofisiologi polymyositis masih belum pada orang dewasa.
sepenuhnya diketahui, namun mekanisme
autoimun merupakan patogenesis utama Kasus
penyakit ini. Agen yang mencetuskan Wanita 51 tahun datang ke RS dengan
mekanisme autoimun polymyositis tetap tidak keluhan utama nyeri pada otot lengan dan kaki
diketahui, kemungkinan cedera otot yang sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit
dimediasi virus atau cedera mikrovaskuler (SMRS).
menyebabkan pelepasan autoantigen otot.3-4 Sejak satu bulan SMRS pasien mengeluh
Miopati inflamasi idiopatik adalah nyeri pada paha kanan. Paha dikatakan sedikit
penyakit yang relatif jarang terjadi, dengan bengkak. Demam disangkal. Nyeri dirasakan
insiden berkisar 0,5-8,4 kasus per juta terus-menerus. Pasien berobat ke dokter
penduduk. Polymyositis lebih sering terjadi umum, dicek darah, dan dikatakan asam urat
pada wanita dibandingkan pada pria (rasio tinggi. Pasien diberi obat, namun tidak tahu
2:1). Polymyositis biasanya mempengaruhi namanya, namun tidak ada perbaikan. Pasien
orang dewasa dengan umur >20 tahun, diberi obat alopurinol dan natrium diklofenak.
terutama yang berusia 45-60 tahun.4 Sejak tiga minggu SMRS pasien
Diagnostik kriteria dan skema klasifikasi mengeluh nyeri pada lengan dan kaki. Nyeri
didasarkan pada kombinasi klinis, terjadi pada otot lengan dan kaki serta nyeri
Ade Yonata | Diagnosis dan Tata Laksana Polymyositis

pada sendi-sendi tangan dan kaki. Nyeri pada CRP positif, ANA positif, C3 123 mg/dl, C4
otot dirasakan lebih berat dibanding nyeri 29mg/dl, anti dsDNA 28,3 u/l. EKG dalam batas
sendi. Nyeri terutama terjadi pada lengan kiri normal.
dan bahu kiri. Nyeri pada otot dan sendi terjadi Pasien diberikan terapi diet lunak 1.900
terus menerus dan bertambah bila digerakkan. kkal, natrium diklofenak 2x50 mg, serta
Tidak ditemukan riwayat trauma, bengkak lansoprazol 1x30 mg caps. Perawatan hari ke
sendi, kaku sendi pagi hari, demam, batuk dua pasien masih mengeluh nyeri tidak ada
pilek, mual, dan muntah. BAB biasa, perubahan perbaikan. Masalah pada pasien yaitu suspek
pola BAB disangkal. BAK biasa. Nyeri polimyositis dengan diagnosis banding
bertambah sejak satu minggu SMRS. Pasien inclusion body myositis, myositis infeksi, dan
berobat ke dokter dan diberi obat, pasien tidak myositis yang diinduksi obat serta
tahu nama obatnya, namun tidak ada hiperurisemia. Pasien diterapi dengan natrium
perbaikan. Sulit menelan disangkal, sesak/sulit diklofenak 2x50 mg, metilprednisolon 4 mg 3-
bernafas disangkal. Bengkak di kaki disangkal. 3-2, serta lansoprazol 1x30 mg caps. Natrium
Riwayat rambut rontok disangkal, diklofenak dihentikan.
kemerahan di pipi tidak ada/kulit jika terkena Pasien dikonsultasikan ke bagian
matahari tidak ada, sariawan tidak ada. Badan neurologi untuk diperiksa EMG. Hasil
lemah ada, riwayat penurunan berat badan pemeriksaan neurologi didapatkan reflek
disangkal disangkal. Riwayat stroke tidak ada. patologis dianggap myositis dengan suspek
Riwayat kelemahan otot sebelumnya tidak ada. infark lama. Saran dari bagian neurologi
Riwayat penggunaan narkoba suntik disangkal, diberikan metilprednisolon 4x125 mg,
transfusi darah disangkal. Riwayat makan obat- neurobion 1x1, morfin sulfat 1x10 mg, dan
obatan lain sebelum sakit disangkal, riwayat gabapentin 3x100 mg. Natrium diklofenak
konsumsi alkohol disangkal. dihentikan. Pasien juga disarankan CT scan,
Pasien tidak ada riwayat sakit seperti ini dan EMG belum dapat dilakukan karena nyeri
sebelumnya. Riwayat diabetes mellitus dan otot masih berat. Pasien dikonsulkan ke bedah
hipertensi disangkal. Di keluarga tidak ada untuk biopsi otot dan direncanakan dilakukan
penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada di kamar operasi. Pasien persiapan operasi.
riwayat penyakit keganasan di keluarga. Perawatan hari ke-4, pasien sudah
Dari pemeriksaan fisik status lokalis kulit merasa baikan dan tidak nyeri otot lagi. Pasien
dalam batas normal, tidak ada rash atau terlihat dapat berjalan tanpa ada nyeri. Pasien
kemerahan pada seluruh kulit. Terdapat nyeri minta pulang paksa dengan alasan sudah
tekan pada seluruh otot lengan atas dan perbaikan dan tidak ada biaya lagi.
bawah, kanan dan kiri serta seluruh otot Berdasarkan data terakhir yang ada, pasien
tungkai mulai paha dan otot tungkai bawah didiagnosis dengan polymiositis et causa
baik kanan dan kiri. Nyeri tekan paling hebat autoimun. Pasien diterapi pulang dengan
terdapat pada otot bahu kanan serta bisep dan metilprednisolon 4 mg 3-3-2, lansoprazole
trisep kanan. Tidak terdapat bengkak otot 1x30 mg, neurobion 1x1, morfin sulfat 1x10
atapun otot yang kaku. Otot tidak ada yang mg, dan gabapentin 3x100 mg. Pasien diminta
atrofi. Terdapat juga nyeri tekan pada sendi untuk kontrol ke poliklinik.
glenohumeral kanan serta metakarpofalangeal
kanan. Tidak didapatkan merah dan tidak Pembahasan
teraba panas pada daerah sendi-sendi tubuh. Polymyositis adalah miopati inflamasi
Motorik dalam batas normal. idiopatik yang menyebabkan kelemahan otot
Dari pemeriksaan lab didapatkan simetris proksimal, peningkatan kadar enzim
leukosit 6.800/uL, Hb 12,4 g/dL, Ht 39%, otot rangka, EMG karakteristik, dan temuan
trombosit 263.000, MCV 86,4 fL, MCH 27,7pg. otot biopsi. Miopati inflamasi idiopatik, yang
SGOT 946, SGPT 220. Ureum 36 mg/dL, lebih dikenal dengan miositis terdiri dari
kreatinin 0,5 mg/dL, gula darah sewaktu 108, polymyositis, dermatomyositis (DM), dan
elektrolit darah natrium 137, kalium 3,99 dan inclusion body myositis (IBM). DM secara klinis
klorida 112, LED 27, GGT 19, alkali mirip dengan polymyositis, adalah inflamasi
fpasienfatase 19, asam urat darah 7,6, miopati idiopatik terkait dengan karakteristik
trigliserida 174, kolesterol total 147, HDL 31, manifestasi dermatologis. IBM adalah inflamasi
LDL 81, CK 11433 U/l, LDH 2530. RF negatif, perlahan miopati idiopatik dengan karakteristik

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 70


Ade Yonata | Diagnosis dan Tata Laksana Polymyositis

temuan patologis umumnya ditemukan pada Mekanisme autoimun nampaknya


laki-laki yang lebih tua.1-3 mendasari patogenesis polymyositis. Meskipun
Bohan dan Peter menggolongkan agen yang mencetuskan polymyositis tetap
miopati inflamasi idiopatik sebagai berikut:4 tidak diketahui, kemungkinan cedera otot yang
I – Polimyositis idiopatik primer dimediasi virus atau cedera mikrovaskuler
II – Dermatomyositis idiopatik primer meyebabkan pelepasan autoantigen otot.
III – Polymyositis atau dermatomyositis Autoantigen ini kemudian dipresentasikan ke
berhubungan dengan malignansi limfosit T oleh makrofag dalam otot. Activated
IV – Polymyositis atau dermatomyositis T lymphocytes berproliferasi dan melepaskan
anak-anak sitokin seperti interferon gamma (IFN-gamma)
V – Polymyositis atau dermatomyositis dan interleukin 2 (IL-2). IFN-gamma
berhubungan dengan penyakit jaringan mempromosikan aktivasi makrofag lebih lanjut
ikat lainnya dan pelepasan mediator inflamasi seperti IL-1
VI – Inclusion body myositis dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha).
VII – Lain-lain (misal eosinophilic myositis, Selain itu, sitokin ini mendorong ekspresi
myositis ossificans, focal myositis, giant dari molekul major histocompatibility complex
cell myositis) (MHC) kelas I dan II dan molekul adhesi pada
Miopati inflamasi idiopatik adalah sel otot. Serat otot dirusak ketika limfosit T
penyakit yang relatif jarang terjadi, dengan (sitotoksik) dan CD8 bertemu antigen dalam
insiden berkisar 0,5-8,4 kasus per juta hubungannya dengan molekul MHC kelas I
penduduk. Di Amerika Serikat, polymyositis pada sel otot. Makrofag melanjutkan lebih
lebih umum di ras kulit hitam. Polymyositis lanjut proses perusakan baik secara langsung
kurang umum di kalangan orang Jepang. maupun dengan mengeluarkan sitokin.
Polymyositis lebih sering terjadi pada wanita Bohan dan Peter (1975) menyarankan
dibandingkan pada pria (rasio 2:1); kriteria untuk membantu dalam diagnosis dan
Polymyositis biasanya mempengaruhi orang klasifikasi dermatomyositis dan polymyositis
dewasa dengan umur >20 tahun, terutama (Tabel 1). Dari 5 kriteria, 4 terkait dengan
yang berusia 45-60 tahun. Polymyositis jarang penyakit otot, yaitu (1) kelemahan progresif
mempengaruhi anak-anak, tidak seperti simetris proksimal, (2) peningkatan enzim otot,
dermatomyositis. Kebanyakan pasien dengan (3) elektromiogram abnormal, dan (4) biopsi
polymyositis merespon positif terhadap terapi otot abnormal, sedangkan ke-5 adalah adanya
imunosupresif tetapi mungkin memerlukan kelainan kulit yang kompatibel.
pengobatan seumur hidup. Five-year survival Diagnostik dari myositis harus dicurigai pada
rates telah diperkirakan lebih dari 80%. orang dewasa dengan mulainya subakut atau
Penyebab kematian termasuk kelemahan otot onset mendadak dari kelemahan otot
yang parah, keterlibatan paru, keterlibatan proksimal simetris. Diagnosis dari myositis
jantung, terkait keganasan, dan komplikasi didukung oleh tanda laboratorium miopati
terapi imunosupresif, terutama infeksi.4-6 seperti peningkatan CK serum atau lactate
6,9
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Poliomyisitis Setelah Bentuk Miopati Lain Disingkirkan
1. Kelemahan otot proksimal yang simetris, sering
2. Elektomiografi miopati
Durasi pendek, kecil, amplitudo rendah, potensial polifasik, potensial fibrilasi, terlihat bahkan pada saat
istirahat, frekuensi tinggi yang bizzare, discharge yang berulang
3. Peningkatan akitivitas enzim serum yang terkait myositis: creatine kinase, aldolase, laktat
dehidrogenase, transaminase (alanine trasaminase, aspartate transaminase)
4. Adanya inflamasi kronis pada biopsi
Nekrosis tipe I dan tipe II fibrosis otot
Degenerasi dan regenerasi serat otot dengan variasi
Koleksi fokal sel mononuklear perivaskuler atau intersisial

Definite polymyositis: kriteria 1-4, probable polymyositis: tiga dari kriteria 1-4
Possible polymyositis: 2 atau 3 kriteria 1-4.

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 71


Ade Yonata | Diagnosis dan Tata Laksana Polymyositis

dehydrogenase (LDH), perubahan miopati EMG dermatomyositis, dan inclusion body myositis.
atau biopsi otot dengan tanda miopati. Pada dermatomyositis semua kriteria Bohan
Diagnosis pasti dapat dibuat bila terdapat harus ada disertai dengan manifestasi klinis
perubahan histopatologi pada biopsi otot. pada kulit yang berupa eritema atau rash pada
Perubahan ini meliputi infiltrat sel inflamatori kulit.9-10 Pada pasien ini tidak didapatkan
mononuklear, regenerasi dan degenerasi serat adanya manifestasi kulit sehingga
otot.1,7,8 dermatomyositis disingkirkan. Pada IBM
Penerapan kriteria ini mengasumsikan biasanya terdapat pada laki-laki umur >50
bahwa infeksi, toksik, metabolik, miopati tahun, keterlibatan ototnya biasanya asimetris
endokrin atau dystrophic telah dikeluarkan dan respon terapi dengan kortikosteroid yang
dengan evaluasi yang tepat. buruk.2,6
Pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri Pada pasien ini didapatkan gejala klinis
pada otot lengan dan kaki sejak 3 minggu berupa nyeri otot yang berat. Pada
SMRS. Nyeri dirasakan terutama pada otot kepustakaan dikatakan 30% atau 2 dari 3
bahu. Didapatkan juga kelemahan pada pasien polymyositis dapat mengalami nyeri
seluruh otot lengan dan kaki kanan dan kiri. otot walau sebagian besar pasien polymyositis
Nyeri dirasakann juga pada sendi tangan dan tidak ada nyeri otot (painless).2,6,10 Beberapa
kaki. Nyeri pada otot dirasakan lebih berat kondisi penyakit dengan nyeri otot luas dapat
dibanding nyeri sendi. Nyeri terutama terjadi menjadi diagnosis banding. Kondisi nyeri otot
pada lengan kiri dan bahu kiri. Nyeri pada otot akibat infeksi terutama viral myopathy
dan sendi terjadi terus menerus dan biasanya dikaitkan dengan adanya demam.11
bertambah bila digerakkan. Pada laboratorium Kondisi lain diantaranya polymyalgia
didapatkan peningkatan enzim kreatin kinase rheumatica yang biasanya disertai kaku
11.433 U/l dan LDH 2.530 u/l serta muskuloskeletal pagi hari lebih dari satu jam.
peningkatan transaminase SGOT 946 dan SGPT Perbedaan yang penting dengan polymyositis
220. Pasien ini memang hingga pulang paksa yaitu CK yang normal pada polymyalgia
belum sempat dilakukan EMG karena saat itu rheumatica.2,6,12 Kondisi nyeri otot yang lain
pasien masih terlau nyeri sehingga bagian yaitu fibromyalgia, biasanya terjadi pada
neurologi tidak dapat melakukan EMG. Biopi wanita muda atau umur pertengahan, dan
otot direncanakan dan telah dipersiapkan sering disertai gangguan tidur dan gangguan
bersama bagian bedah, namun pasien menolak psiklogis seperti ansietas atau depresi serta CK
dan pulang paksa. Pada pasien ini didapatkan 2 yang normal.6,9
dari 4 kriteria Bohan untuk polymyositis Creatine kinase, laktatedehidrogenase
sehingga pasien dipikirkan kemungkinan (LD), aldolase, aspartate aminotransferase
(possible) polymyositis. (AST), dan alanine aminotransferase (ALT)
Polymyositis termasuk dalam penyakit merupakan enzim otot yang rutin diperiksa
idiophatic infalamatory myophaty (autoimun pada evaluasi myopati. Pada myositis terdapat
myositis) yang terdiri dari polymyositis, kerusakan myosit sehingga terjadi pelepaskan
1
Tabel 2. Perbedaan Polymyositis dengan Inclusion Body Myositis
Inclusion Body Myositis Polymyositis
Demografik Laki-laki > perempuan Perempuan > laki-laki
Umur > 50 tahun Semua umur, terutama 40-50 tahun
Keterlibatan otot Proksimal dan distal Proksimal
Asimetris Simetris
Keterlibatan organ Neuropati Paru, jantung, sendi
ekstramuskular
ANA Kadang-kadang positif Seringkali positif
Antibodi spesifik miositis Tidak ada Ada
EMG Miopatik dan neuropatik Miopatik
Biopsi otot Infiltrat sel T CD8 Infiltrat sel T CD 8
Red-rimmed vacuoles berisi amiloid
Respon terapi Buruk Seringkali baik
imunosupresif

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 72


Ade Yonata | Diagnosis dan Tata Laksana Polymyositis

enzim-enzim spesifik intra myosit ke dalam Pada pasien ini tidak ditemukan keluhan
darah yang ditunjukkan dengan peningkatan gastrointestinal.
enzim CK, LDH, serta transaminase. Hampir 3. Gangguan jantung, termasuk cacat konduksi
semua pasien dengan polymyositis mengalami atrioventrikular, takiaritmia, kardiomiopati
peningkatan setidaknya satu enzim otot, dilatasi, fraksi ejeksi yang rendah, dan gagal
sebagian besar dapat memiliki peningkatan jantung kongestif, jarang dapat terjadi. Hal
semua enzim otot tersebut. Pada kasus berat, ini terjadi baik dari penyakit itu sendiri atau
dikatakan konsentrasi CK serum dapat dari hipertensi yang berhubungan dengan
meningkat hingga 50 kali normal.2,7,10 Pada penggunaan jangka panjang glukokortikoid.
pasien ini didapatkan CK 11.433 U/l, suatu Pada pasien ini, baik anamnesis,
peningkatan >50 kali nilai normal 140 U/l, pemeriksaan fisik, serta EKG semuanya
sehingga dapat diperkirakan ini merupakan dalam batas normal.
kasus polymyositis yang berat. Creatine kinase 4. Disfungsi paru, karena kelemahan otot
tidak spesifik untuk myositis dan dapat dada, penyakit paru interstisial, atau
terdapat pada kondisi lain. 10-20% pasien pneumonitis yang diinduksi obat (misalnya,
dapat memiliki nilai CK dalam range normal.3 dari metotreksat), yang dapat
Elektromiografi pada pasien sayangnya menyebabkan dispnea, batuk produktif, dan
belum dilakukan karena bagian neurologi tidak aspirasi pneumonia. Pada pasien ini tidak
dapat melakukan saat itu karena pasien masih didapatkan keluhan pernafasan serta
sangat nyeri otot. EMG adalah bagian dari pemeriksaan fisik paru dalam batas normal,
prosedur diagnostik. Perubahan miopatik namun observasi kemungkinan perburukan
termasuk perubahan potensi unit motor respirasi tetap dilakukan secara ketat.
miopatik dengan atau tanpa discharge dan 5. Artralgia, sinovitis, atau bentuk artropati
fibrilasi. Suatu EMG normal tidak dengan subluksasi pada sendi
menyingkirkan diagnosis myositis. Sensitivitas interfalangealis dapat terjadi pada
terhadap perubahan EMG tidak jelas, sehingga beberapa pasien dengan DM dan PM yang
EMG tidak dianjurkan sebagai penilaian hasil memiliki antibodi Jo-1. Pasien ini terdapat
pengobatan. Biopsi pada pasien telah artralgia saja yang tidak terlalu nyeri.
direncanakan dan telah dipersiapkan, namun Antibodi Jo-1 belum sempat diperiksa pada
pada hari akan dilakukan biopsi otot pasien pasien ini.
minta pulang paksa. Biopsi otot penting untuk Rheumatoid factor pada pasien ini
mengkonfirmasi perubahan inflamasi dan negatif sehingga kemungkinan adanya
untuk membedakan antara PM dan IBM, serta rheumatoid arthritis diperkecil. Pasien
menyingkirkan miopati lainnya. Jarum biopsi polymyositis dapat memiliki RF positif namun
otot menunjukkan nekrosis dan regenerasi terjadi hanya sekitar 5-10% pasien
14
serat dalam hubungannya dengan infiltrat sel polymyositis. Pasien diperiksa penanda Anti
inflamasi dengan limfosit di sekitar pembuluh Nuclear Antibody untuk membuktikan
darah dan di antara serat otot. Biopsi otot yang penyebab autoimun pada kondisi myositis
positif diperlukan untuk diagnosis definitif pasien. ANA positif merupakan komponen
polymyositis.6,9,13 esensial untuk kondisi autoimun sistemik
Manifestasi klinis ekstramuskuloskeletal seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan
dapat menyertai dan harus juga ditanyakan juga dapat ditemukan pada polymyositis.
pada pasien-pasien yang dicurigai myositis.2-4 Sensitivitas ANA pada SLE dapat mencapai
1. Gejala sistemik seperti demam, malaise, 93%, skleroderma 85%, dan pada
penurunan berat badan, arthralgia, dan polymyositis/dermatomyositis 61%.15 Dengan
fenomena Raynaud, terutama ketika ANA positif pada pasien ini dikonfirmasi
inflamasi miopati terkait dengan gangguan penyebabnya adalah mekanisme autoimun,
jaringan ikat. Pada pasien ini terdapat bukan karena myositis infeksi ataupun myositis
malaise dan artralgia. Demam dan yang diinduksi obat. Anti-dsDNA pasien 28,3
fenomena Raynaud tidak ditemukan iu/ml yang merupakan nilai normal. Anti-
2. Disfagia, odinofagia, dan nasal regurgitation dsDNA relatif spesifik (97%) uuntuk SLE
dapat terjadi karena keterlibatan otot lurik sehingga kondisi SLE pada pasien dapat
orofaringeal dan kerongkongan bagian atas. disingkirkan. Pasien ini juga memiliki CRP
positif yang meningkat sebagai bagian dari

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 73


Ade Yonata | Diagnosis dan Tata Laksana Polymyositis

respon fase akut terhadap inflamasi yang Metotreksat juga dapat diberikan pada
terjadi akibat proses kerusakan akibat reaksi polymyositis dengan dosis awal 7,5 mg/minggu
autoimun.15 C3 dan C4 yang merupakan bagian dan dapat dinaikkan sampai 15 mg/minggu bila
sistem komplemen diperiksa untuk melihat setelah 4-6 minggu tidak didapatkan perbaikan
peranannya pada aktivitas autoimun yang diharapkan. Siklofosfamid dan siklosporin
polymyositis. Hasil didapatkan C3 123 mg/dl A jarang diberikan pada polymyositis walaupun
dan C4 29mg/dl yang merupakan nilai normal. mungkin dapat memberikan efek yang baik.
Beberapa autoantibodi spesifik pada Siklosforin A memberikan hasil yang baik pada
polymyositis saat ini telah ditemukan dan myositis dengan anti-Jo-1 positif dan
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kondisi polymyositis refrakter. Dosis siklosforin A
myositis.1,5,10 Pasien ini belum sempat untuk miositis adalah 2,5-5 mg/kgBB/hari.1,16,17
dilakukan pemeriksaan autoantibodi spesifik Terapi imunoglobulin telah terbukti
myositis dikarenakan telah pulang paksa efektif dalam kasus-kasus yang resisten
setelah perawatan 3 hari. terhadap dermatomyositis di RCT dan juga
Kortikosteroid merupakan obat lini pada polymyositis dan sindrom overlap.
pertama untuk polymyositis. Terapi Namun karena terbatasnya ketersediaan dan
glukokortikoid untuk pasien diawali dengan mahal, terapi ini umumnya disediakan untuk
prednison dengan dosis 1 mg/kgBB per hari pengobatan kasus yang parah, khususnya
sampai enam minggu pertama terapi, dengan mereka dengan kelemahan otot bulbar atau
penilaian yang berkelanjutan dari respon klinis. otot pernafasan yang tidak respon dengan
Dosis prednison 1 mg/kgBB per hari tidak boleh glukokortikoid. Pada pasien dengan disfagia
bertahan lebih enam minggu karena potensi berat yang menghalangi asupan gizi yang
terjadinya miopati glukokortikoid. Setelah memadai, terapi intravenous immunoglobulin
empat sampai enam minggu dengan dosis (IVIG) dapat menyebabkan peningkatan
awal, tappering prednison harus dimulai.1,16,17 dramatis dalam menelan dan dapat
Tidak ada standar tappering untuk myopathies menghindari kebutuhan untuk gastrostomi
inflamasi, tetapi tappering yang dijelaskan di perkutan. Terapi imunoglobulin juga
bawah ini sering digunakan. merupakan terapi pilihan pada pasien dengan
Bila pada minggu ke-6 setelah steroid myositis dengan imunodefisiensi.9,16
diberikan tidak menunjukkan perbaikan yang Rehabilitasi dan terapi fisik sangat
diharapkan, maka dapat ditambahkan penting dalam pengelolaan myositis. Latihan
azatioprin dengan dosis 2-3 mg/kgBB, dimulai fisik sekarang direkomendasikan sebagai terapi
dengan dosis 50 mg 1 kali sehari. Bila setelah 3 kombinasi dengan pengobatan imunosupresif
minggu tidak ada perbaikan dosis azatioprin bersamaan. Menggabungkan latihan dengan
dinaikkan hingga 100 mg per hari dan dapat terapi imunosupresif adalah aman dan
dinaikkan lagi hingga mencapai dosis maksimal memiliki efek menguntungkan yang jelas pada
150 mg/hari. Selama pemberian azatioprin fungsi otot. Variabel yang paling penting pada
harus hati-hati terhadap kemungkinan efek pasien dengan myositis adalah fungsi fisik.
samping penekanan sumsum tulang dan Evaluasi kinerja otot harus melibatkan
gangguan fungsi hati.1,16,17 pengukuran kekuatan otot dan daya tahan
otot. Pada pasien terapi fisik
1
Tabel 3. Autoantibodi Spesifik Polymyositis
Autoantibodi Antigen Gambaran Klinik
Anti-PM sel Tak diketahui Miositis, skleroderma, artritis
Anti-Ku DNA-binding proteins Overlap miositis-skleroderma-SLE
Anti-KJ Unindentified translation factor PM, pneumonitis interstitial, fenomena Raynaud
Anti-Fer Elongation factor 1alfa Miositis
Anti-MJ Tak diketahui DM juvenil
Anti-MAS tRNA antigen related Miositis, hepatitis, rabdomiolisis, alkoholik
Anti-U1RNP U1 small nuclear RNP Overlap PM-Skleroderma
Anti-sNRNP’s RNP’s Overlap PM-Slkeroderma
Anti-Ro/SSA Protein RNA Miositis dengan sindrom Sjogren atau SLE

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 74


Ade Yonata | Diagnosis dan Tata Laksana Polymyositis

belum sempat dilakukan karena klinis nyeri 6. Rendt K. Inflammatory myopathies:


otot yang sangat berat.5,16 narrowing the differential diagnosis.
Prognosis polymyositis tergantung pada Cleveland Clinic Journal of Medicine.
jenis kelamin, usia, tingkat keparahan miopati, 2001; 68(6):505.
keganasan, disfagia, dan masalah 7. Wortmann RL. Idiopathic inflammatory
kardiopulmonal. Pada dewasa prognosis lebih myopathies. Dalam: Goldman L, Bennett
baik, kecuali berkaitan dengan keganasan.3,10 JC, editor. Cecil textbook of medicine.
Edisi ke-21. Saunders; 2000.
Simpulan 8. Wortmann RL. Polymyositis &
Polymyositis termasuk salah satu dermatomyositis. Dalam: Imboden J,
miopati inflamasi idiopatik. Patofisiologi yang Hellmann D, Stone J, editor. Current
utama adalah mekanisme autoimun. Kami rheumatology diagnosis & treatment.
telah mendiagnosis suatu pasien dengan New York: McGraw-Hill; 2004.
possible polymyositis berdasarkan keluhan 9. Lundbrerg E, Ingrid VJ, Dani Lara.
nyeri dan kelemahan otot yang simetris serta Polymyositis, dermatomyositis,
peningkatan enzim-enzim otot antara lain inflamatory diseases of muscle and other
creatine kinase, LDH, dan transaminase. myopathies. Dalam: Bijlsma JW, editor.
Kemunginan miopati lain disingkirkan Eular compendium on rheumatic disease.
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi pertama. Switzerland: EULAR; 2009.
Penyebab autoimun miopati pada pasien 10. Ballinger APS. Polymyositis &
dikonfrmasi dengan ANA yang positif sekaligus dermatomyositis. Dalam: Ballinger APS,
menyingkirkan kemungkinan bentuk miopati editor. Clinical medicine. Edisi ke-3:
non-autoimun yang lain. Pasien diterapi Philadelphia: Saunders; 2003.
dengan metilprednisolon pulse dose 11. Zafar MJ. Infectious myositis [internet].
dikarenakan klinis miopati yang berat. Setelah New York: WebMD LLC.; 2014 [diakses
tiga hari perawatan dengan pemberian satu tanggal 3 November 2014]. Tersedia dari:
hari pulse dose metilprednisolon, pasien http://emedicine.medscape.com/article/
mengalami kemajuan klinis yang berarti. 1168167-overview.
12. Van der Meulen MFG, Bronner IM,
Daftar Pustaka Hoogendijk JE, Burger H, van Venrooij WJ,
1. Setiyohadi BG. Miologi. Dalam: Sudoyo Voskuyl AE, et al. Polymyositis: an
AW, Setiyohadu BG, Alwi I, Simadibrata overdiagnosed entity. Neurology. 2003;
M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu 61:316.
penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat 13. Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW.
Penerbitan Departemen Imu Penyakit Curent medical diagnosis & treatment.
Dalam FKUI; 2006. Edisi ke-45. New York: McGraw-Hill;
2. Dalakas MC, Hohlfeld R. Polymyositis and 2008.
dermatomyositis. Lancet. 2003; 362:971. 14. Shmerling RH, Delbanco TL. The
3. Dalakas MC. Polymyositis, rheumatoid factor: an analysis of clinical
dermatomyositis, and inclusion body utility. American Journal of Medicine.
myositis. Dalam: Braunwald, editor. 1991; 91:528-34.
Harrison's principles of internal medicine. 15. Drake LA, Dinehart SM, Farmer ER.
Edisi ke-16. New York: McGraw-Hill; Guidelines of care for dermatomyositis.
2005. American academy of dermatology.
4. Pappu R. Polymyositis [internet]. New Journal of American Academy
York: WebMD LLC.; 2014 [diakses tanggal Dermatology. 1996; 34:824.
3 November 2014]. Tersedia dari: 16 Choy EH, Isenberg DA. Treatment of
http://emedicine.medscape.com/article/ dermatomyositis and polymyositis.
335925-overview. Rheumatology (Oxford). 2002; 41(1):7-13.
5. Christopher-Stine L. Adult inflammatory 17. Vleugels RA, Callen JP. Dermatomyositis:
myopathies. Best Practice & Research Current and future therapies. Expert Rev
Clinical Rheumatology. 2004; 18(3):331- Dermatology. 2009; 4:581.
44.

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 75

Anda mungkin juga menyukai