Ade Yonata
Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Polymyositis adalah miopati inflamasi idiopatik yang menyebabkan kelemahan otot simetris proksimal, peningkatan kadar
enzim otot rangka, serta elektromiografi (EMG) dan temuan biopsi otot yang spesifik. Wanita 51 tahun datang ke rumah
sakit dengan keluhan utama nyeri pada otot tangan dan kaki sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Laboratorium
menunjukkan peningkatan transaminase dan creatin kinase (CK) serta ANA dan anti-dsDNA yang positif. Pasien didiagnosis
polymyositis autoimun dan diterapi dengan steroid. Polymyositis merupakan penyakit yang jarang. Diagnosis dan
tatalaksana yang baik pada pasien polymyositis dapat mengurangi keluhan pasien dan memperbaiki kualitas hidupnya.
[JuKe Unila 2015; 5(9):69-75]
Korespondensi: dr. Ade Yonata, M.MolBiol, Sp.PD., alamat Jln. Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081283165458,
e-mail ade.yonata@fk.unila.ac.id
pada sendi-sendi tangan dan kaki. Nyeri pada CRP positif, ANA positif, C3 123 mg/dl, C4
otot dirasakan lebih berat dibanding nyeri 29mg/dl, anti dsDNA 28,3 u/l. EKG dalam batas
sendi. Nyeri terutama terjadi pada lengan kiri normal.
dan bahu kiri. Nyeri pada otot dan sendi terjadi Pasien diberikan terapi diet lunak 1.900
terus menerus dan bertambah bila digerakkan. kkal, natrium diklofenak 2x50 mg, serta
Tidak ditemukan riwayat trauma, bengkak lansoprazol 1x30 mg caps. Perawatan hari ke
sendi, kaku sendi pagi hari, demam, batuk dua pasien masih mengeluh nyeri tidak ada
pilek, mual, dan muntah. BAB biasa, perubahan perbaikan. Masalah pada pasien yaitu suspek
pola BAB disangkal. BAK biasa. Nyeri polimyositis dengan diagnosis banding
bertambah sejak satu minggu SMRS. Pasien inclusion body myositis, myositis infeksi, dan
berobat ke dokter dan diberi obat, pasien tidak myositis yang diinduksi obat serta
tahu nama obatnya, namun tidak ada hiperurisemia. Pasien diterapi dengan natrium
perbaikan. Sulit menelan disangkal, sesak/sulit diklofenak 2x50 mg, metilprednisolon 4 mg 3-
bernafas disangkal. Bengkak di kaki disangkal. 3-2, serta lansoprazol 1x30 mg caps. Natrium
Riwayat rambut rontok disangkal, diklofenak dihentikan.
kemerahan di pipi tidak ada/kulit jika terkena Pasien dikonsultasikan ke bagian
matahari tidak ada, sariawan tidak ada. Badan neurologi untuk diperiksa EMG. Hasil
lemah ada, riwayat penurunan berat badan pemeriksaan neurologi didapatkan reflek
disangkal disangkal. Riwayat stroke tidak ada. patologis dianggap myositis dengan suspek
Riwayat kelemahan otot sebelumnya tidak ada. infark lama. Saran dari bagian neurologi
Riwayat penggunaan narkoba suntik disangkal, diberikan metilprednisolon 4x125 mg,
transfusi darah disangkal. Riwayat makan obat- neurobion 1x1, morfin sulfat 1x10 mg, dan
obatan lain sebelum sakit disangkal, riwayat gabapentin 3x100 mg. Natrium diklofenak
konsumsi alkohol disangkal. dihentikan. Pasien juga disarankan CT scan,
Pasien tidak ada riwayat sakit seperti ini dan EMG belum dapat dilakukan karena nyeri
sebelumnya. Riwayat diabetes mellitus dan otot masih berat. Pasien dikonsulkan ke bedah
hipertensi disangkal. Di keluarga tidak ada untuk biopsi otot dan direncanakan dilakukan
penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada di kamar operasi. Pasien persiapan operasi.
riwayat penyakit keganasan di keluarga. Perawatan hari ke-4, pasien sudah
Dari pemeriksaan fisik status lokalis kulit merasa baikan dan tidak nyeri otot lagi. Pasien
dalam batas normal, tidak ada rash atau terlihat dapat berjalan tanpa ada nyeri. Pasien
kemerahan pada seluruh kulit. Terdapat nyeri minta pulang paksa dengan alasan sudah
tekan pada seluruh otot lengan atas dan perbaikan dan tidak ada biaya lagi.
bawah, kanan dan kiri serta seluruh otot Berdasarkan data terakhir yang ada, pasien
tungkai mulai paha dan otot tungkai bawah didiagnosis dengan polymiositis et causa
baik kanan dan kiri. Nyeri tekan paling hebat autoimun. Pasien diterapi pulang dengan
terdapat pada otot bahu kanan serta bisep dan metilprednisolon 4 mg 3-3-2, lansoprazole
trisep kanan. Tidak terdapat bengkak otot 1x30 mg, neurobion 1x1, morfin sulfat 1x10
atapun otot yang kaku. Otot tidak ada yang mg, dan gabapentin 3x100 mg. Pasien diminta
atrofi. Terdapat juga nyeri tekan pada sendi untuk kontrol ke poliklinik.
glenohumeral kanan serta metakarpofalangeal
kanan. Tidak didapatkan merah dan tidak Pembahasan
teraba panas pada daerah sendi-sendi tubuh. Polymyositis adalah miopati inflamasi
Motorik dalam batas normal. idiopatik yang menyebabkan kelemahan otot
Dari pemeriksaan lab didapatkan simetris proksimal, peningkatan kadar enzim
leukosit 6.800/uL, Hb 12,4 g/dL, Ht 39%, otot rangka, EMG karakteristik, dan temuan
trombosit 263.000, MCV 86,4 fL, MCH 27,7pg. otot biopsi. Miopati inflamasi idiopatik, yang
SGOT 946, SGPT 220. Ureum 36 mg/dL, lebih dikenal dengan miositis terdiri dari
kreatinin 0,5 mg/dL, gula darah sewaktu 108, polymyositis, dermatomyositis (DM), dan
elektrolit darah natrium 137, kalium 3,99 dan inclusion body myositis (IBM). DM secara klinis
klorida 112, LED 27, GGT 19, alkali mirip dengan polymyositis, adalah inflamasi
fpasienfatase 19, asam urat darah 7,6, miopati idiopatik terkait dengan karakteristik
trigliserida 174, kolesterol total 147, HDL 31, manifestasi dermatologis. IBM adalah inflamasi
LDL 81, CK 11433 U/l, LDH 2530. RF negatif, perlahan miopati idiopatik dengan karakteristik
Definite polymyositis: kriteria 1-4, probable polymyositis: tiga dari kriteria 1-4
Possible polymyositis: 2 atau 3 kriteria 1-4.
dehydrogenase (LDH), perubahan miopati EMG dermatomyositis, dan inclusion body myositis.
atau biopsi otot dengan tanda miopati. Pada dermatomyositis semua kriteria Bohan
Diagnosis pasti dapat dibuat bila terdapat harus ada disertai dengan manifestasi klinis
perubahan histopatologi pada biopsi otot. pada kulit yang berupa eritema atau rash pada
Perubahan ini meliputi infiltrat sel inflamatori kulit.9-10 Pada pasien ini tidak didapatkan
mononuklear, regenerasi dan degenerasi serat adanya manifestasi kulit sehingga
otot.1,7,8 dermatomyositis disingkirkan. Pada IBM
Penerapan kriteria ini mengasumsikan biasanya terdapat pada laki-laki umur >50
bahwa infeksi, toksik, metabolik, miopati tahun, keterlibatan ototnya biasanya asimetris
endokrin atau dystrophic telah dikeluarkan dan respon terapi dengan kortikosteroid yang
dengan evaluasi yang tepat. buruk.2,6
Pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri Pada pasien ini didapatkan gejala klinis
pada otot lengan dan kaki sejak 3 minggu berupa nyeri otot yang berat. Pada
SMRS. Nyeri dirasakan terutama pada otot kepustakaan dikatakan 30% atau 2 dari 3
bahu. Didapatkan juga kelemahan pada pasien polymyositis dapat mengalami nyeri
seluruh otot lengan dan kaki kanan dan kiri. otot walau sebagian besar pasien polymyositis
Nyeri dirasakann juga pada sendi tangan dan tidak ada nyeri otot (painless).2,6,10 Beberapa
kaki. Nyeri pada otot dirasakan lebih berat kondisi penyakit dengan nyeri otot luas dapat
dibanding nyeri sendi. Nyeri terutama terjadi menjadi diagnosis banding. Kondisi nyeri otot
pada lengan kiri dan bahu kiri. Nyeri pada otot akibat infeksi terutama viral myopathy
dan sendi terjadi terus menerus dan biasanya dikaitkan dengan adanya demam.11
bertambah bila digerakkan. Pada laboratorium Kondisi lain diantaranya polymyalgia
didapatkan peningkatan enzim kreatin kinase rheumatica yang biasanya disertai kaku
11.433 U/l dan LDH 2.530 u/l serta muskuloskeletal pagi hari lebih dari satu jam.
peningkatan transaminase SGOT 946 dan SGPT Perbedaan yang penting dengan polymyositis
220. Pasien ini memang hingga pulang paksa yaitu CK yang normal pada polymyalgia
belum sempat dilakukan EMG karena saat itu rheumatica.2,6,12 Kondisi nyeri otot yang lain
pasien masih terlau nyeri sehingga bagian yaitu fibromyalgia, biasanya terjadi pada
neurologi tidak dapat melakukan EMG. Biopi wanita muda atau umur pertengahan, dan
otot direncanakan dan telah dipersiapkan sering disertai gangguan tidur dan gangguan
bersama bagian bedah, namun pasien menolak psiklogis seperti ansietas atau depresi serta CK
dan pulang paksa. Pada pasien ini didapatkan 2 yang normal.6,9
dari 4 kriteria Bohan untuk polymyositis Creatine kinase, laktatedehidrogenase
sehingga pasien dipikirkan kemungkinan (LD), aldolase, aspartate aminotransferase
(possible) polymyositis. (AST), dan alanine aminotransferase (ALT)
Polymyositis termasuk dalam penyakit merupakan enzim otot yang rutin diperiksa
idiophatic infalamatory myophaty (autoimun pada evaluasi myopati. Pada myositis terdapat
myositis) yang terdiri dari polymyositis, kerusakan myosit sehingga terjadi pelepaskan
1
Tabel 2. Perbedaan Polymyositis dengan Inclusion Body Myositis
Inclusion Body Myositis Polymyositis
Demografik Laki-laki > perempuan Perempuan > laki-laki
Umur > 50 tahun Semua umur, terutama 40-50 tahun
Keterlibatan otot Proksimal dan distal Proksimal
Asimetris Simetris
Keterlibatan organ Neuropati Paru, jantung, sendi
ekstramuskular
ANA Kadang-kadang positif Seringkali positif
Antibodi spesifik miositis Tidak ada Ada
EMG Miopatik dan neuropatik Miopatik
Biopsi otot Infiltrat sel T CD8 Infiltrat sel T CD 8
Red-rimmed vacuoles berisi amiloid
Respon terapi Buruk Seringkali baik
imunosupresif
enzim-enzim spesifik intra myosit ke dalam Pada pasien ini tidak ditemukan keluhan
darah yang ditunjukkan dengan peningkatan gastrointestinal.
enzim CK, LDH, serta transaminase. Hampir 3. Gangguan jantung, termasuk cacat konduksi
semua pasien dengan polymyositis mengalami atrioventrikular, takiaritmia, kardiomiopati
peningkatan setidaknya satu enzim otot, dilatasi, fraksi ejeksi yang rendah, dan gagal
sebagian besar dapat memiliki peningkatan jantung kongestif, jarang dapat terjadi. Hal
semua enzim otot tersebut. Pada kasus berat, ini terjadi baik dari penyakit itu sendiri atau
dikatakan konsentrasi CK serum dapat dari hipertensi yang berhubungan dengan
meningkat hingga 50 kali normal.2,7,10 Pada penggunaan jangka panjang glukokortikoid.
pasien ini didapatkan CK 11.433 U/l, suatu Pada pasien ini, baik anamnesis,
peningkatan >50 kali nilai normal 140 U/l, pemeriksaan fisik, serta EKG semuanya
sehingga dapat diperkirakan ini merupakan dalam batas normal.
kasus polymyositis yang berat. Creatine kinase 4. Disfungsi paru, karena kelemahan otot
tidak spesifik untuk myositis dan dapat dada, penyakit paru interstisial, atau
terdapat pada kondisi lain. 10-20% pasien pneumonitis yang diinduksi obat (misalnya,
dapat memiliki nilai CK dalam range normal.3 dari metotreksat), yang dapat
Elektromiografi pada pasien sayangnya menyebabkan dispnea, batuk produktif, dan
belum dilakukan karena bagian neurologi tidak aspirasi pneumonia. Pada pasien ini tidak
dapat melakukan saat itu karena pasien masih didapatkan keluhan pernafasan serta
sangat nyeri otot. EMG adalah bagian dari pemeriksaan fisik paru dalam batas normal,
prosedur diagnostik. Perubahan miopatik namun observasi kemungkinan perburukan
termasuk perubahan potensi unit motor respirasi tetap dilakukan secara ketat.
miopatik dengan atau tanpa discharge dan 5. Artralgia, sinovitis, atau bentuk artropati
fibrilasi. Suatu EMG normal tidak dengan subluksasi pada sendi
menyingkirkan diagnosis myositis. Sensitivitas interfalangealis dapat terjadi pada
terhadap perubahan EMG tidak jelas, sehingga beberapa pasien dengan DM dan PM yang
EMG tidak dianjurkan sebagai penilaian hasil memiliki antibodi Jo-1. Pasien ini terdapat
pengobatan. Biopsi pada pasien telah artralgia saja yang tidak terlalu nyeri.
direncanakan dan telah dipersiapkan, namun Antibodi Jo-1 belum sempat diperiksa pada
pada hari akan dilakukan biopsi otot pasien pasien ini.
minta pulang paksa. Biopsi otot penting untuk Rheumatoid factor pada pasien ini
mengkonfirmasi perubahan inflamasi dan negatif sehingga kemungkinan adanya
untuk membedakan antara PM dan IBM, serta rheumatoid arthritis diperkecil. Pasien
menyingkirkan miopati lainnya. Jarum biopsi polymyositis dapat memiliki RF positif namun
otot menunjukkan nekrosis dan regenerasi terjadi hanya sekitar 5-10% pasien
14
serat dalam hubungannya dengan infiltrat sel polymyositis. Pasien diperiksa penanda Anti
inflamasi dengan limfosit di sekitar pembuluh Nuclear Antibody untuk membuktikan
darah dan di antara serat otot. Biopsi otot yang penyebab autoimun pada kondisi myositis
positif diperlukan untuk diagnosis definitif pasien. ANA positif merupakan komponen
polymyositis.6,9,13 esensial untuk kondisi autoimun sistemik
Manifestasi klinis ekstramuskuloskeletal seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan
dapat menyertai dan harus juga ditanyakan juga dapat ditemukan pada polymyositis.
pada pasien-pasien yang dicurigai myositis.2-4 Sensitivitas ANA pada SLE dapat mencapai
1. Gejala sistemik seperti demam, malaise, 93%, skleroderma 85%, dan pada
penurunan berat badan, arthralgia, dan polymyositis/dermatomyositis 61%.15 Dengan
fenomena Raynaud, terutama ketika ANA positif pada pasien ini dikonfirmasi
inflamasi miopati terkait dengan gangguan penyebabnya adalah mekanisme autoimun,
jaringan ikat. Pada pasien ini terdapat bukan karena myositis infeksi ataupun myositis
malaise dan artralgia. Demam dan yang diinduksi obat. Anti-dsDNA pasien 28,3
fenomena Raynaud tidak ditemukan iu/ml yang merupakan nilai normal. Anti-
2. Disfagia, odinofagia, dan nasal regurgitation dsDNA relatif spesifik (97%) uuntuk SLE
dapat terjadi karena keterlibatan otot lurik sehingga kondisi SLE pada pasien dapat
orofaringeal dan kerongkongan bagian atas. disingkirkan. Pasien ini juga memiliki CRP
positif yang meningkat sebagai bagian dari
respon fase akut terhadap inflamasi yang Metotreksat juga dapat diberikan pada
terjadi akibat proses kerusakan akibat reaksi polymyositis dengan dosis awal 7,5 mg/minggu
autoimun.15 C3 dan C4 yang merupakan bagian dan dapat dinaikkan sampai 15 mg/minggu bila
sistem komplemen diperiksa untuk melihat setelah 4-6 minggu tidak didapatkan perbaikan
peranannya pada aktivitas autoimun yang diharapkan. Siklofosfamid dan siklosporin
polymyositis. Hasil didapatkan C3 123 mg/dl A jarang diberikan pada polymyositis walaupun
dan C4 29mg/dl yang merupakan nilai normal. mungkin dapat memberikan efek yang baik.
Beberapa autoantibodi spesifik pada Siklosforin A memberikan hasil yang baik pada
polymyositis saat ini telah ditemukan dan myositis dengan anti-Jo-1 positif dan
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kondisi polymyositis refrakter. Dosis siklosforin A
myositis.1,5,10 Pasien ini belum sempat untuk miositis adalah 2,5-5 mg/kgBB/hari.1,16,17
dilakukan pemeriksaan autoantibodi spesifik Terapi imunoglobulin telah terbukti
myositis dikarenakan telah pulang paksa efektif dalam kasus-kasus yang resisten
setelah perawatan 3 hari. terhadap dermatomyositis di RCT dan juga
Kortikosteroid merupakan obat lini pada polymyositis dan sindrom overlap.
pertama untuk polymyositis. Terapi Namun karena terbatasnya ketersediaan dan
glukokortikoid untuk pasien diawali dengan mahal, terapi ini umumnya disediakan untuk
prednison dengan dosis 1 mg/kgBB per hari pengobatan kasus yang parah, khususnya
sampai enam minggu pertama terapi, dengan mereka dengan kelemahan otot bulbar atau
penilaian yang berkelanjutan dari respon klinis. otot pernafasan yang tidak respon dengan
Dosis prednison 1 mg/kgBB per hari tidak boleh glukokortikoid. Pada pasien dengan disfagia
bertahan lebih enam minggu karena potensi berat yang menghalangi asupan gizi yang
terjadinya miopati glukokortikoid. Setelah memadai, terapi intravenous immunoglobulin
empat sampai enam minggu dengan dosis (IVIG) dapat menyebabkan peningkatan
awal, tappering prednison harus dimulai.1,16,17 dramatis dalam menelan dan dapat
Tidak ada standar tappering untuk myopathies menghindari kebutuhan untuk gastrostomi
inflamasi, tetapi tappering yang dijelaskan di perkutan. Terapi imunoglobulin juga
bawah ini sering digunakan. merupakan terapi pilihan pada pasien dengan
Bila pada minggu ke-6 setelah steroid myositis dengan imunodefisiensi.9,16
diberikan tidak menunjukkan perbaikan yang Rehabilitasi dan terapi fisik sangat
diharapkan, maka dapat ditambahkan penting dalam pengelolaan myositis. Latihan
azatioprin dengan dosis 2-3 mg/kgBB, dimulai fisik sekarang direkomendasikan sebagai terapi
dengan dosis 50 mg 1 kali sehari. Bila setelah 3 kombinasi dengan pengobatan imunosupresif
minggu tidak ada perbaikan dosis azatioprin bersamaan. Menggabungkan latihan dengan
dinaikkan hingga 100 mg per hari dan dapat terapi imunosupresif adalah aman dan
dinaikkan lagi hingga mencapai dosis maksimal memiliki efek menguntungkan yang jelas pada
150 mg/hari. Selama pemberian azatioprin fungsi otot. Variabel yang paling penting pada
harus hati-hati terhadap kemungkinan efek pasien dengan myositis adalah fungsi fisik.
samping penekanan sumsum tulang dan Evaluasi kinerja otot harus melibatkan
gangguan fungsi hati.1,16,17 pengukuran kekuatan otot dan daya tahan
otot. Pada pasien terapi fisik
1
Tabel 3. Autoantibodi Spesifik Polymyositis
Autoantibodi Antigen Gambaran Klinik
Anti-PM sel Tak diketahui Miositis, skleroderma, artritis
Anti-Ku DNA-binding proteins Overlap miositis-skleroderma-SLE
Anti-KJ Unindentified translation factor PM, pneumonitis interstitial, fenomena Raynaud
Anti-Fer Elongation factor 1alfa Miositis
Anti-MJ Tak diketahui DM juvenil
Anti-MAS tRNA antigen related Miositis, hepatitis, rabdomiolisis, alkoholik
Anti-U1RNP U1 small nuclear RNP Overlap PM-Skleroderma
Anti-sNRNP’s RNP’s Overlap PM-Slkeroderma
Anti-Ro/SSA Protein RNA Miositis dengan sindrom Sjogren atau SLE