4644
4644
ABSTRAK
ABSTRACT
Asthma is a respiratory disease that affects about 300 million people around the
world covering all ages. Asthma in children is generally influenced by intrinsic and
extrinsic factors. Asthma is a disease of airway obstruction caused by multiple allergens
and excessive activity, causing obstruction and hyperresponsiveness of the airways with
inflammatory secretions. Airway clearance is free from respiratory tract secretions and
obstruction.
Chest physiotherapy is an act which aims to simplify expenditure secretions by
doing massage on the chest area contained secretions, performing percussion and
vibration. Purpose of this paper was to determine the management of airway clearance
in patients with bronchial asthma in Ambarawa hospitals.
The technique of collecting data used interviewes, physical examination,
observation and investigation. Management of airway clearance was done on Child D for
2 days. The method used is to provide patient care in the form of management of which
is to measure vital signs, assess cough and depth of breathing, chest physiotherapy,
recommends drinking warm water and provide drugs as indicated. Results were
obtained secretions that could be a part and it’s not maximal.
Suggestions for nurses in hospitals are in order to improve the quality and
quantity of services, through group discussions in the room to find solutions, in
particular the management of airway clearance is not effective in child with bronchial
asthma.
dapat dihitung dalam kondisi angka kasus asma dengan jumlah yang sangat
kematian, angka kesakitan dan status tinggi pada anak (Fadhli, 2010).
gizi. Derajat kesehatan masyarakat Asma adalah penyakit inflamasi
diukur melalui angka beberapa kronis terjadi pada saluran pernapasan
penyakit dan Angka Kematian Ibu (AKI). yang menyebabkan hiperresponsif,
Derajat kesehatan masyarakat diukur obstruksi, serta aliran udara yang
pada anak-anak dengan memperhatikan terbatas yang disebabkan oleh
angka kematian bayi (AKB), angka bronkokonstriksi, penumpukan mukus
kematian balita (AKABA) (Dinkes Jateng, dan proses inflamasi (Tanto, 2014).
2012). Global Initiative for Asthma
Pada masa anak merupakan (GINA) memperkirakan sekitar 300 juta
dasar pembentukan fisik dan penduduk di seluruh dunia menderita
kepribadian pada masa berikutnya. asma. Asma merupakan masalah
Dengan kata lain, pada masa anak-anak kesehatan yang sifatnya menyeluruh
adalah masa emas untuk mempengaruhi semua golongan usia,
mempersiapkan suatu individu hal ini dibuktikan dengan adanya
menghadapi tuntutan zaman sesuai peningkatan prevalensi di berbagai
potensinya. Jika terjadi gangguan negara berkembang, meningkatnya
perkembangan, apapun bentuknya biaya pengobatan, serta meningkatnya
deteksi yang dilakukan sedini mungkin beban masalah kesehatan masyarakat
merupakan kunci penting keberhasilan terutama asma yang diderita pada anak
program penanganan atau intervensi (GINA, 2014).
yang terjadi (Fadhli, 2010). Menurut data Riskesdas (2013)
Dari beberapa pengertian diatas tentang data prevalensi asma di
dapat disimpulkan bahwa kesehatan Indonesia, Periode Prevalence di
anak adalah suatu kondisi dimana Indonesia mencapai 4,5 %. Prevalensi
kesehatan fisik, perkembangan mental asma tertinggi per provinsi terdapat di
serta kemampuan sosial yang tercukupi Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa
pada anak. Tenggara Timur (7,3%), Daerah
Menurut Riskesdas (2013), Istimewa Yogyakarta (6,9%) dan
status kesehatan anak yang menurun Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi
dipengaruhi oleh penyakit menular dan asma menurut kelompok umur pada
penyakit yang tidak menular. Penyakit anak yang berusia <1 tahun (1,5‰),
menular diantaranya adalah penyakit usia 1-4 (3,8‰), kemudian mulai
yang ditularkan melalui udara, makanan meningkat pada usia 15-24 tahun
dan vektor. Penyakit yang tidak menular (5,6‰), kelompok usia yang paling
adalah penyakit yang disebabkan oleh tinggi angka prevalensinya adalah pada
keturunan misalnya hipertensi, penyakit usia 25-34 tahun (5,7‰) dan mulai
bawaan seperti penyakit jantung dan menurun pada kelompok usia >45
penyakit yang disebabkan oleh adanya tahun hingga pada kelompok usia >75
alergen seperti asma. tahun (2,6‰). Prevalensi asma pada
Salah satu penyakit sering perempuan cenderung lebih tinggi
dijumpai pada anak adalah penyakit daripada laki-laki yaitu 4,6% berbanding
asma. Berhubungan dengan 4,4%. Prevalensi asma terlihat sama
meningkatnya industri yang antara perkotaan dengan pedesaan
menyebabkan tingkat polusi semakin yaitu 4,5%, serta asma cenderung lebih
tinggi di seluruh dunia, baik negara tinggi pada kelompok dengan tingkat
maju maupun berkembang termasuk di indeks kepemilikan terbawah yaitu 5,8%
Indonesia memunculkan beberapa (Kemenkes RI, 2013).
belum teratasi. Rencana tindakan batuk tetapi tidak berdahak lagi. Data
lanjutkan intervensi yaitu lakukan obyektifnya yaitu pasien terlihat masih
fisioterapi dada, anjurkan pasien untuk batuk dan belum bisa mengeluarkan
minum air hangat dan berikan obat sekret. Analisa masalah belum teratasi
sesuai dengan terapi atau advis dokter. kare. Rencana tindak lanjutnya yang
Implementasi selanjutnya pertama yaitu kaji batuk dan
dilakukan pada hari Sabtu, 21 Maret kedalaman napas karena dari hasil
2015 pukul 07.30 WIB yaitu mengukur tindakan yang dilakukan pasien masih
tanda-tanda vital. Didapatkan hasil yaitu batuk berdahak serta RR 33x/menit.
suhu 36,5°C, RR 32x/menit, Nadi Rencana tindak yang kedua adalah
129x/menit. Selanjutnya pada pukul berikan obat sesuai advis dokter,
07.32 menganjurkan minum air hangat. menurut penulis pemberian terapi
Tindakan ini tidak dapat langsung obat secara lanjut membantu
dilakukan oleh Ibu pasien dikarenakan mempercepat proses penyembuhan.
pasien masih sedang minum susu
sehingga dikhawatirkan akan membuat SIMPULAN
pasien menjadi rewel. Implementasi Dalam melakukan pengelolaan
selanjutnya pada pukul 07.35 WIB yaitu pada An. D dengan bersihan jalan
melakukan fisioterapi dada pada pasien. napas tidak efektif penulis
Prosedur fisoterapi dada dengan cara menggunakan lima langkah yang terdiri
menungkupkan tangan (perkusi), dari pengkajian, perumusan diagnosa
dengan memposisikan anak tengkurap keperawatan, merencanakan tindakan
diatas pangkuan orangtua atau keperawatan, implementasi dan
perawat, yaitu yang pertama dilakukan evaluasi. Berdasarkan pengkajian pada
massage pada keseluruhan dada pasien An. D dengan Asma Bronkhial yang
dengan tangan sesuai letak sekret, dilakukan dengan autoanamnesa dan
kemudian menempatkan satu tangan allowanamnesa. Dari data pengkajian
diatas tangan yang lain, kencangkan dan ditemukan keluhan utama nenek
mengendorkan otot lengan bawah pasien mengatakan cucunya batuk
dengan cepat (vibrasi). disertai adanya dahak. Data pada
Implementasi selanjutnya yaitu pemeriksaan fisik menunjukkan
penulis menganjurkan kepada keluarga terdengar suara roncki pada paru
pasein untuk memberikan minuman posterior kiri. Data yang menunjang
dalam keadaan hangat, menurut penulis adalah adanya peninggkatan
memberikan minuman dalam keadaan respiratory rate dan pada hasil rontgen
hangat membantu mengurangi tingkat menunjukkan adanya gambaran
kekentalan sekret, hal ini didukung oleh bronkopnemunia serta penebalan hilus
Wong (2009) yang menyatakan bahwa kiri. Dari hasil pengkajian penulis
pemberian minuman dalam keadaan menyimpulkan bahwa pada kasus An.
hangat bertujuan untuk memudahkan D dengan asma bronkhial ditemukan
pengenceran sekret melalui proses bersihan jalan napas tidak efektif
konduksi yang menyebabkan arteri berhubungan dengan penumpukan
pada area sekitar leher vasodilatasi dan sekret.
mempermudah cairan dalam pembuluh
darah dapat diikat oleh sekret atau DAFTAR PUSTAKA
mucus. Carpenito, Lynda Juall. (2007). Buku
Evaluasi keperawatan pada hari Saku Diagnosa
Sabtu, 21 Maret 2015 pukul 11.00 WIB, Keperawatan Edisi
adapun data subjektifnya yaitu ibu 10(Yasmin
pasien mengatakan anaknya masih