Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara
negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun.
Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali
menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun
menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa Itu Motivasi ?
2. Apa Itu Fungsi Motivasi ?
3. Apa Yang Mendorong Atlet Untuk Berprestasi ?
4. Apa Saja Teknik-Teknik Untuk Meningkatkan Motivasi ?

1.3.Tujuan Penulis
1. Mengetahui Apa Itu Motivasi
2. Dapat Mengetahui Fungsi-Fungsi Motivasi
3. Mengetahui Apa Saja Yang Mendorong Atlet Untuk Berprestasi
4. Mengetahui Apa Saja Teknik-Teknik Untuk Meningkatkan Motivasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Motivasi
Secara umum, istilah motivasi mengacu kepada faktor-faktor dan proses-proses yang
bermaksud untuk mendorong orang untuk beraksi atau untuk tidak beraksi dalam berbagai
situasi (Cratty; 1973), studi mengenai motivasi juga bermaksud untuk meneliti :
1. Mengapa orang memilih melakukan suatu aktivitas tertentu dan bukan aktivitas
lainnya.
2. Mengapa orang mengerjakan sesuatu tugas dengan lebih giat.
3. Mengapa orang mau secara tekun dan gigih mengerjakan sesuatu untuk jangka waktu
yang lama.
Motivasi sendiri adalah wujud yang tidak nampak pada orang dan yang tidak bisa kita
amati secara langsung. Yang dapat diamati adalah tingkah lakunya yang merupakan akibat
atau manifestasi dari adanya motivasi pada diri orang itu.

2.2. Fungsi Motivasi


Ditinjau dari fungsinya, motivasi dapat berfungsi sebagai motivasi ekstrinsik dan
motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik berfungsi karena ada rangsangan dari luar diri
seseorang. Misalnya, seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi sebaik-baiknya
disebabkan karena :
a. Menariknya hadiah-hadiah yang diijinkan kepadanya bila ia menang
b. Karena perlawatan keluar negeri
c. Karena akan dipuja orang
d. Karena akan menjadi berita di koran-koran
e. Karena ingin menjadi status di masyarakat,
Mudah kiranya ditarik kesimpulan bahwa, apabila pada suatu saat tidak disediakan
hadiah-hadiah tersebut, atau tidak ada janji-janji yang muluk-muluk, maka dorongan
semangat, dan usaha untuk berfrestasi akan minim, atau tidak akan timbul pada orang
tersebut.
Motivasi kompetitif biasanya menyebabkan orang merasa superior karena dia adalah
pemenang. Perasaan ini mudah berkembang menjadi sifat egosentrik. Akan tetapi, motivasi
ekstrinsik tidak selalu arus menyebabkan timbulnya hal-ha atau efek-efek yang negatif

2
Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berfungsi karena ada dorongan-dorongan yang
berasal dari dalam diri individu sendiri. Misalnya seseorang selalu berusaha untuk semakin
meningkatkan kepintarannya, kemmpuannya dan keterampilannya, karena hal tersebut akan
memberikan kepuasan kepada dirinya. Aktivitas yang terdorong oleh motivasi intrinsik
biasanya bertahan lebih lama dibandingkan dengan aktivitas yang terdorong oleh motivasi
ekstrinsik. Oleh karena itu sebaiknya motivasi intrinsik inilah yang harus dapat ditumbuhkan
dalam diri atlet untuk setiap aktivitas.
Dalam dunia olahraga, motivasi intrinsik sering pula disebut competence motivation
karena atlet dengan motivasi intrinsik biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan
kompetensinya dalam usahanya untuk mencapai kesempurnaan (excellence).

2.3. Apa Yang Mendorong Atlet Untuk Berprestasi ?


1. Mencari dalam mengatasi stress
Agaknya, berjuang untuk mengatasi rintangan-rintangan, menciptakan stres pada diri
sendiri, dan berusaha untuk berkembang dan sukses melalui stres merupakan salah satu
motivasi utama atlet intik berprestasi
2. Usaha untuk memperoleh kesempurnaan
Mengajar kesempurnaan merupakan salah satu motivasi yang inherent (melekat) pada
diri atlet yang menggunakan tubuhnya sebagai vehicle (alat) untuk mencapai kesempurnaan
keterampilan
3. Status
Banyak atlet yang mempunyai nama dalam olahraga berhasil mempertinggi status
sosialnya dimasyarakat. Studi-studi menunjukan bahwa anak-anak yang usia muda telah
menampakan maturitas (kedewasaan) dalam olahraga atau yang menonjol dalam olahraga
(dan oleh karena itu memperoleh status dan harga diri)
4. Kebutuhan untuk diakui menjadi anggota kelompok.
Untuk banyak anak, masuk perkumpulan berarti kesempatan yang baik untuk diakui
menjadi anggota kelompok. Demikian pula kesempatan untuk menjalin hubungan yang erat
dan mesra dengan kerabat dan teman-teman seusianya
Akan tetapi biasanya kalau motivasinya hanya untuk membentuk hubungan sosial
yang erat saja, coach tidak akan menemukan atlet-atlet yang bermotivasi tinggi untuk
berprestasi pada mereka
5. Hadiah-hadiah

3
Hadiah-hadiah dalam bentuk ijasah,sertifikat, medali atau hadiah-hadiah yang
mempunyai nilain intrinsik. Seringkali dipergunakan oleh coach untuk membangkitkan
motivasi pada atlet. Ada $ hal yang perlu kita perhatikan apbila sitem hadiah ini akan kita
terapkan :
a. Jelaskan dengan hati-hati kepada atlet apa maksud pemberian hadiah tersebut
b. Berikanlah hadiah-hadiah yang betul-betul mempunyai nilai dan hindarilah
pemberian hadiah yang kurang bermanfaat atau yang nampak kekanak-kanakan
c. Hadiah-hadiah harus diberikan secara adil dan merata
d. Hadiah-hadiah harus sepadan denga jerih payah yang teah dikeluarkan oleh atle
6. Kejantanan (masculinity)
Banyak orng berpendapat bahwa dalam masyarakat beradab kejantanan hanya
diperoleh kalau kita berpartisipasi dalam olahraga. Jadi mereka berpendapat bahwa gambaran
orang yang jantan adalah orang yang sanggup untuk kerja keras demi sukses dalam oahraga.
Jadi orang yang tidak sanggup untuk menatap dan mengatasi stres fisik dan mental dalam
olahraga dinilai sebagai orang yang tidak mempunyai sipat jantan
Cara ini sebenarnya adalah cara yang kurang baik untuk memotivasi atlet. Gambaran
mengenai kejantanan (masculinity) sekarang sudah berubah dimata masyarakat. Banyak
orang sekarang berpendapat bahwa orang-orang yang besar dan kuat pisiknya digambarkan
sebagai orang yang melakukan overkompensasi karena sebenarnya merasa dirinya inverior .
7. Membentuk watak (character)
Berolahraga, kata orang tujuannya untuk membentuk wata dan tabiat yang baik.
Meskipun orang-orang yang berhopotensis demikian seingkali sangat kabur dalam
mendefinisikan watak atau character, pada umumnya mereka berpendapat bahwa biasanya
atlet-atlet mencerminkan moral yang tinggi, intelektualitas yang baik, dan kesanggupan untuk
bekerja dengan tekun, sehingga bisa dijadikan sebagai contoh anggota masyarakat yang baik.
Konsep pembentukan watak (character building) harus dipelajari dengan hati-hati
sebelum diterapkan sebagai suatu motivasi. Sebab dalam banyak literatur riset ditulis bahwa
banyak atlet memperlihatkan sipat-sipat moral-etis dan sportifitas yang lebih rendah dari pada
bukan atlet.

4
2.4. Teknik-Teknik Untuk Meningkatkan Motivasi
1. Motivasi verbal
Motivasi verbal dapat dilakukan dengan cara pep talks, diskusi (team talks), atau
pendekatan individu (individual talks). Supaya efektif, ada beberapa langkah yang perlu
diperhatikan dalam melakukan motivasi verbal ini.
a. Langkah I : berilah pujian mengenai apa yang telah dilakukan oleh atlet dan jelaskan
peranannya didalam tim. Hal ini adalah untuk mendorong atlet agar dia merasa
percaya dan mampu melaksanakan tugasnya.
b. Langkah II : berikan koreksi dan sugesti. Koreksi-koreksi yang diberikan sebaiknya
koreksi-koreksi yang membangun, termasuk evaluasi secara objektif terhadap
kekurangan-kekurangan atlet dan bagaimana sesuatu keterampilan seharusnya
dilakukan.
c. Langkah III : erikan semacan petunjuk. Mislnya katakan kepada atlet bahwa latihan
yang tekun akan dapat mengatasi kelemahan-kelemahannya dan meningkatkan
prestasinya.
Pel talksyang diberikan bisa berupa teguran atau nasihat-nasihat terakhir sebelum
pertandingan dimulai, atau pada waktu istirahat. Isinya biasanya adalah petunjuk-petunjuk
dan pendekatan-pendekatan psikologis, mengarahkan dan memberikan inspirasi bagaimana
mengontrol emosi, menganalisis situasi, kritik mengenai kelemahan-kelemahan atlet, sampai
dengan sembahyang bersama.
2. Motivasi berhavioral (prilaku)
Untuk mencapai sukses, atlet harus dibina dan diubah behaviornya menjadi perilaku
yang mencerminkan sportivitas yang terpuji dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugas
dan latihan-latihan. Dalam hal ini, gutu dan pelatih memegang peranan yang penting dalam
memberikan conoh-contoh tingkah laku yang positif.
Dengan contoh-contoh behavioral yang baik, diharapkan para anak asuhnya akan
dapat termotivasi untuk bersikap positif dalam usahanya untuk mencapai sukses, baik dalam
olahraga maupun dalam kehidupannya kelak dimasyarakat luas.
3. Motivasi insentif
Motivasi insenif adalah dorongan dengan cara memberikan insentif atau hadiah-
hadiah. Tujuan pelatih dengan cara ini adalah :
a. Menambah semangat berlatih.
b. Menambah gairah dan ambisi untuk berprestasi.
c. Memperpendek proses belajar.

5
Motivasi insentif kurang baik apabila merupakan satu-satunya cara untuk memotivasi
atlet.
4. Superstisi
Superstisi adalah suatu bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang merupakan
simboldan yang dianggap mempunyai daya kekuatan atau daya dorongan mental. Superstisi
kadang-kadang dapat mengubah tingkah laku menjadi lebih semangat, lebih ambisius dan
lebih besar kemauan untuk sukses.
5. Gambar-gambar.
Nasihat-nasihat, wejangan-wejangan, dan pidato-pidato memang seringkali
dibutuhkan untuk membangkitkan semangat para atlet. Akan tetapi apabila atlet terllu sering
dibombardir dengan pidato-pidato semangat yang meluap-luap, maka pidato-pidato demikian
biasanya lama kelamaan akan kehilangan daya dan manfaatnya. Kadang-kadang justru akan
dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh yang negatif.
6. Khayalan mental (mental image)
Suatu etode yang banyak dipraktekan oleh pelatih-pelatih diluar negeri dan
merupakan bagian penting untuk mempercepat pelajar dan menumbuhkan semangat atlet
dalam latihan adalah penggunaan mental images. Atlet dilatih untuk mampu membentuk
khayalan-khayalan mental-mental mengenai suatu gerakan atau keterampilan tertentu, atau
mengenai apa yang harus dilakukannya dalam suatu situasi tertentu (membuat kognitive
images).
7. Motivasi karena takut (fear motivation).
Ketakutan atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat bagi
seseorang.
Membangkitkan motivasi takut dapat dilakukan dengan cara :
a. Orang/atlet ditekankan untuk senantiasa ingat dan mematuhi peraturan-peraturan yang
berlaku, baik peraturan permainan, peraturan pertandingan, maupun peratiuran
disiplin tim. Atlet harus merasa takut dan malu kalau dia melanggar peraturan-
peraturan itu.
b. Atlet dibuat supaya takut kalau dia tidak melaksanakan dan menyelesaikan latihan-
latihan dengan baik.
c. Atlet dibuat takut akan kritik atau kecaman-kecaman apabila dia tidak melakukan
tugasnya dengan baik
d. Atlet supaya merasa takut kalau dia disisihkan dari tim, tdak diikut sertakan dalam
tim, diskors, dan sebagainya.

6
e. Atlet supaya takut apabila tidak bisa memenuhi harapan-harapan dan sasaran-sasaran
yang ditetapkan oleh coach, KONI maupun pemerintah.

7
BAB III
KESIMPULAN

3.1.Kesimpulan
Secara umum, istilah motivasi mengacu kepada faktor-faktor dan proses-proses yang
bermaksud untuk mendorong orang untuk beraksi atau untuk tidak beraksi dalam berbagai
situasi. Ditinjau dari fungsinya, motivasi dapat berfungsi sebagai motivasi ekstrinsik dan
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik berfungsi karena ada rangsangan
dari luar diri seseorang. Motivasi kompetitif biasanya menyebabkan orang merasa superior
karena dia adalah pemenang. Perasaan ini mudah berkembang menjadi sifat egosentrik.
Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berfungsi karena ada dorongan-dorongan yang berasal
dari dalam diri individu sendiri.
Teknik-Teknik Untuk Meningkatkan Motivasi :
1. Motivasi verbal
2. Motivasi berhavioral (prilaku)
3. Motivasi insentif
4. Superstisi
5. Gambar-gambar.
6. Khayalan mental (mental image)
7. Motivasi karena takut (fear motivation).

Anda mungkin juga menyukai