Anda di halaman 1dari 12

BAB I

TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

Tahapan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi, sebaran, kualitas,
dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan
sosial dan lingkungan hidup. Menentukan suatu daerah prospek adalah tahapan yang
penting dalam kegiatan eksplorasi. Dalam kaitan dengan Batubara, ekplorasi
Batubara merupakan suatu proses kegiatan untuk menentukan lokasi endapan
Batubara yang prospek untuk dikembangkan, dimana selama pelaksanaan program
akan dilakukan pengambilan contoh Batubara (Coal Sampling) untuk dievaluasi dan
dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia maupun analisis
fisika agar kualitas dan kuantitas Batubara tersebut dapat diketahui dengan pasti
(Blayden and Goodwin, 1982).
Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan Eksplorasi, antara lain untuk mengetahui:
a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian
i. Eksplorasi pendahuluan/prospeksi dan
ii. Eksplorasi detail
b. Endapan/bijih yang dicari: sulfida, timah, bauksit, nikel, emas/perak, endapan
golongan C, dll.
c. Sifat tanah dan batuan
i. Untuk penambangan
ii. Untuk konstruksi
iii. Dll

2. Studi kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang:


a. Peta dasar sudah tersedia/belum
b. Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat)
c. Analisis regional: sejarah, struktur/tektonik, dan morfologi
d. Laporan-laporan penyelidikan terdahulu
e. Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada
f. Geografi:
i. Kesampaian daerah (desa/kota terdekat, transportasi)
ii. Iklim/musim (cuaca, curah hujan/banjir)
iii. Sifat angin, keadaan laut, gelombang, dll
iv. Tumbuhan, binatang
v. Komunikasi
g. Sosial budaya dan adat istiadat:

1
i. Sifat penduduk
ii. Kebiasaan
iii. Pengetahuan/pendidikan
iv. Mata pencaharian, dll
h. Hukum:
i. Pemilikan tanah
ii. Ganti rugi
iii. Perizinan

3. Pemilihan metode, metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan


menjadi tiga, yakni:
a. Cara tidak langsung
i. Geofisika dan
ii. Geokimia
b. Cara langsung
i. Pemetaan langsung
ii. Pemboran

4. Gabungan cara langusng dan tidak langsung

Untuk memilih metode eksplorasi Batubara yang harus dilakukan, sangat ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kondisi umum keadaan endapan Batubara tersebut
2. Hasil penelitian geologi dan geofisik yang telah ada sebelum kegiaatn eksplorasi
dimulai
3. Bentuk informasi/data yang diharapkan dari setiap tahapan eksplorasi
Eksplorasi tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif
menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu
merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari:
1. Peninjauan (reconnaissance/prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan
mencari prospek
2. Penilaian ekonomi prosepek yang telah diketemukan
3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang
Di Indonesia sendiri nama-nama dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan,
lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya
yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan
mineral. Sebaliknya ada beberapa Negara, misalanya Perancis dan Uni Soviet
(sebelum Negara ini bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan
mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek
(Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai berarti keseluruhan

2
urutan kegiaatn mulai mencari letak mineralisasi samapai menentukan cadangan
insitu hasil temuan mineralisasi.
Kegiatan eksplorasi meliputi teknik geologi dan teknik geofisika (geophysical
technique). Pada kegiatan teknik geologi, diantaranya membuat lintasan (traverse),
pemetaan geologi (geological mapping), penampang terukur stratigrafi
(stratigraphical measuring section), pemetaan topografi (topographical mapping),
pemboran dan pengambilan contoh (drilling and sampling). Pada umumnya teknik
pemetaan geologi, lintasan dan penampang terukur stratigrafi kurang dipergunakan
sesudah tahap peninjauan awal (survei tinjau), prospeksi atau eksplorasi pendahuluan
dikarenakan Batubara umumnya lapuk kalau tersingkap dipermukaan dan sebagian
besar lapisan Batubara terdapat di bawah permukaan.
Tahapan eksplorasi Batubara sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional
Indonesia, amandemen 1-SNI-13-50141998, tentang Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan Indonesia, umumnya dilaksanakan dalam beberapa tahap:
1. Penyelidikan Umum
a. Survei tinjau
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batubara yang paling awal dengan
tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan
Batubara yang prospek untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiaatn yang dilakukan
pada tahap ini meliputi studi geologi regional, intepretasi potret udara,
geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan kegiatan
survei tinjau, perlu dilakukan:
i. Studi literatur
Sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadapa data
dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-
catatan lama, laporan-laporan temuan, dll. Lalu dipilih daerah yang akan
disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi
faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dan peta geologi
regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada
proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat
terlihat di lapangan.
ii. Survei dan pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maak survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya
sudah dapat dimulai (peta skala 1: 200.000 sampai 1: 50.000). tetapi jika
belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau
di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat

3
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari
tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan
mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang penting.
b. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan
Batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan Batubara yang akan menjadi
target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini bertujuan untuk
mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di daerah yang
emmpunyai indikasi adanya endapan Batubara. Jarak antar titik bor berkisar
1000 – 3000 m. pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 –
1:25.000.

2. Eksplorasi
a. Eksplorasi umum atau Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan
Batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan,
bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktu geologi dan sedimen, kuantitas dan
kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 – 1000 m, skala peta yang
digunakan mulai dari 1:25.000 – 1:10.000. sesuai dengan keputusan Direktur
Jenderal Pertambangan Umum no. 661.K/201/DDJP/1996 tentang pemberian
kuasa pertambangan, laporan kuasa pertambngan penyelidikan umum perlu
dilampiri dengan beberapa peta:
i. Peta lokasi/situasi
ii. Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)
iii. Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji,
pengambilan contoh Batubara (skala 1:10.000)
iv. Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)
v. Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000)
vi. Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan
vii. Penampang sumur uji
viii. Penampang parit uji
ix. Penampang lubang bor dari kegiatan ini akan model geologi, model
penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal,
dll. Dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat di teruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.

4
b. Eksplorasi rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prosepek yang baik, ,aka diteruskan dengan tahap eksplorasi
detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan
jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200m), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih
teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),
penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang
rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur,
dengan skala yang kecil (<20%). Sebelum melakukan kegiatan ini, dilakukan
terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi.
Skala peta yang digunakan adalah 1:2.000 – 1:5.000. pengetahuan atau data
yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan
penyebaran cadangan secara tiga dimensi (panjang, lebar, tebal) serta data
mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran
struktur (kalau ada) akan sangat meudahkan perencanaan kemajuan tambang.
Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas lainnya. Sesuai dengan Keputusan
Direktur Jendral Pertambangan Umum no. 661.K/201/DDJP/1996 tentang
Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi
perlu dilampiri dengan beberapa peta:
i. Peta lokasi/situasi
ii. Peta topografi (skala 1:500 – 1:2.000)
iii. Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan Batubara, sumur uji,
parit uji, pemboran, dan pengambilan contoh Batubara (skala 1:2.000 –
1:10.000) – peta geologi daerah (skala 1:500 – 1:2.000)
iv. Peta penyebaran endapan Batubara (skala 1:500 – 1:2000)
v. Peta perhitungan dua dimensi Batubara (skala 1:500 – 1:2.000)
vi. Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan
kandungan sulphur (skala 1:500 – 1:2.000)
vii. Peta isopach tanah tertutup (skala 1:500 – 1:2.000)
viii. Peta isopach ketebalan lapisan Batubara (skala 1:500 – 1:2.000)
ix. Peta kontur struktur (skala 1:500 – 1:2.000)
x. Penampang geologi
xi. Penampang bor
xii. Penampang/sketsa singkapan Batubara
xiii. Penampang terhitungan cadangan Batubara
xiv. Fotokopi hasil analisis contoh Batubara dari laboratorium
xv. Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan kuasa penambangan

5
Kajian mengenai kegiatan eksplorasi ini lalu secara lebih rinci terstruktur dalam
tahapan-tahapan berikut ini:
1. Kegiatan prospeksi (tahap penyelidikan, pendataan geologi regional, dan
stratigrafi)
2. Penyelidikan lapangan/kegiatan eksplorasi
3. Pengolahan data

1. Kegiatan Prospeksi
a. Tahap penyelidikan
Pada Tahapan Penyelidikan ini merupakan kajian langsung atas dasar data
primer (data langsung dari lapangan) maupun data sekunder (dari literatur
yang membahas lokasi daerah penyelidikan) yang dilakukan baik sebelum,
selama maupun setelah dari lapangan.

b. Geologi Regional
Contoh daerah Studi yaitu pada daerah Geologi regional daerah penyelidikan
dipengaruhi oleh sistem penunjaman lempeng yang berada disebelah barat
Pulau Sumatera, yaitu antara lempeng Eurasia yang relatif diam dengan
lempeng India-Australia yang bergerak kearah Utara hingga Timur Laut.
Secara langsung maupun tidak langsung efek penunjaman lempeng tersebut
mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan struktur geologi
didaerah penyelidikan dan sekitarnya yang berada di Cekungan Sumatera
Selatan.
Berdasarkan konsep Tektonik Lempeng, kedudukan cekungan batubara tersier
di Indonesia bagian barat berkaitan dengan sistem busur kepulauan. Dalam
sistem ini dikenal adanya cekungan busur belakang, cekungan busur depan
dan cekungan intermontana atau cekungan antar busur. Masing-masing
cekungan ini memiliki karakteristik endapan batubara yang berbeda satu sama
lainnya.

6
Gambar 1. Penunjaman Lempeng sebelah barat Sumatera yang
Mempengaruhi keadaan geologi daerah penyelidikan
(sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html)

c. Stratigrafi
Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut para ahli terdahulu
dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan tua sampai muda, yaitu :
i. Formasi Air Benakat: terdiri dari batu pasir, diendapakan secara
selaras diatas Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah-Miosen Akhir,
dilingkungan Neritik sampai Laut Dangkal.
ii. Formasi Muara Enim: terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung
dan batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Air
Benakat pada kala Miosen di lingkungan Paludal, Delta, dan bukan
laut.
iii. Formasi Kasai : terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa, terletak selaras
diatas Formasi Muara Enim, diendapkan dilingkungan darat pada kala
Pliosen Akhir-Pliosen Awal.
iv. Endapan Kuarter : terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua,
berukuran berakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung, diendapkan
secara tidak selaras diatas Formasi Kasai.

2. Kegiatan lapangan (eksplorasi)


a. pembuatan sumur uji

7
b. pembuatan parit uji
c. pemboran

a. Pembuatan Sumur Uji (Test Pit)


Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk memperoleh ketebalan
secara absolut. Teknis pembuatan test pit ini adalah dengan membuat lubang
penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong tegak lurus strike atau
searah dipping, berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan
kedalaman disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

Gambar 2. Sumur Uji (Test Pit)


(sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html)

b. Pembuatan Parit Uji (Trenching)


Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metode lain untuk memperoleh
ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda
dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat puritan
sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara (secara horizontal),
berdimensi lebar ± 50 cm dengan kedalaman parit tergantung dari posisi
kontak antara lapisan penutup (soil) dengan batubara, sedangkan panjang
paritan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

8
Gambar 3. Pembuatan Parit Uji (Trenching)
(sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html)

c. Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai
penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip dari masing-
masing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan
dapat mengetahui mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal
modellling sub-surface) sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources)
batubara yang ada.
Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable yang
sangat popular yakni “Tone” dan “Bell”. Dua cara pemboran yang dilakukan
selama pelaksanaan program ini adalah pemboran putar (Rotary Drilling)
lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan pemboran inti pemboran dengan bor
besar di lokasi penyelidikan akan dilakukan pemboran dengan sistim Touch
Coring (TC) dengan total kedalam 800 meter dengan rincian 612,16 meter
dilakukan dengan pemboran Open Hole dan 187,84 meter dengan pemboran
Coring.

9
Gambar 4. Proses Pemboran
(sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html)

3. pengolahan data
a. Keadaan endapan
Lapisan batubara yang dijumpai di lapangan terdiri dari 4 lapisan (seam)
yakni A1, A2, B1 dan B2. Secara umum penyebaran batubara tersebut dari
Barat ke Timur dengan kemiringan ke arah Selatan (24 - 410). Dari keempat
lapisan batubara (coal seam) yang terdapat dalam areal Studi, semua dianggap
layak untuk ditambang, karena semua lapisan tersebut menunjukkan ketebalan
lebih dari 2 meter. Batubara yang terdapat di daerah penyelidikan tergolong
batubara muda (sub-bituminus atau lignite) dengan kadar air yang tinggi
(moisture content) yang tinggi, namun kadar abu dan belerang rendah.

b. Sumberdaya batubara
Perhitungan sumberdaya batubara pada Blok Prospek dihitung dengan
menggunakan ”Klasifikasi Perhitungan Sumberdaya USGS tahun 1983”
dengan metoda perhitungan seam by seam, sedangkan untuk perhitungan
potensi batubara yang dapat ditambang menggunakan ”Metoda Penampang”.
Output perhitungan jumlah sumberdaya batubara dapat dibagi menjadi dua
yaitu : Total sumberdaya batubara (terukur, indikasi dan tereka). Potensi

10
cadangan batubara yang dapat ditambang dengan cara tambang terbuka (open
pit mining) dengan kedalaman penambangan maksimum ± 110 meter.

c. Perhitungan sumberdaya batubara


Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu pada
Klasifikasi USGS tahun 1983, dimana kriterianya dibagi menjadi tiga yaitu :
i. Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius antara 1200 m – 4800 m dari titik singkapan batubara
ii. Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius antara 400 m – 1200 m dari titik singkapan batubara.
iii. Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius 400 m dari titik singkapan batubara.

Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah sumberdaya


batubara ini adalah :
i. Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P
ii. Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) = L
iii. Tebal singkapan batubara (m) = T
iv. Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ
v. Luas penampang batubara (m2) = A
vi. Sumberdaya (MT) = SD

Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah


sumberdayanya dengan menggunakan formula :

SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ

Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek


penyebaran batubara diasumsikan :
Volume tanah penutup (overburden) dan lapisan di antara lapisan batubara
(interburden), serta volume topografi belum turut diperhitungkan. Penyebaran
lapisan batubara dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada
faktor koreksi topografi dan struktur geologi. Lapisan batubara dianggap
menerus dan ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang
diperoleh atau berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip.
Densitas batubara adalah 1,3 ton/m3. Kemiringan batubara dianggap konstan.

d. Perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang

11
Untuk perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang metoda
perhitungannya dapat di bagi menjadi 2 yaitu;
Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden yang
sangat tebal perhitungannya menggunakan metode single pit (perhitungan tiap
lapisan dipisahkan antara satu lapisan dengan lapisan lain sampai pada
kedalaman tambang maksimum).
Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden tidak tebal
perhitungannya menggunakan metode multiple pit (perhitungan antar lapisan
digabungkan sampai pada kedalaman tambang maksimum). Dalam proses
perhitungannya jumlah yang akan disajikan adalah berdasarkan masing-
masing perhitungan pit.

Gambar 5. Salah satu model penyajian perhitungan sumber daya Batubara


Dengan metode Penampang dan Daerah Pengaruh (sumber: http://godamaiku
blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html)

12

Anda mungkin juga menyukai