BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis hingga saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti, terdapat
predisposisi genetik tetapi secara pasti cara diturunkannya tidak diketahui. Psoriasis
bisa disebabkan oleh faktor imunologi yang mengakibatkan terjadinya proliferasi
epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen
oleh sel Langerhans, dapat pula disebabkan oleh stress fisik, infeksi local, trauma,
endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alcohol dan merokok.(2)
Diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan yang
khas diantaranya fenomena tetes lilin, Autpitz, dan Kobner (isomorfik), psoriasis juga
dapat menyebabkan kelainan pada kuku yang disebut pitting nail atau nail pit berupa
lekukan-lekukan miliar.(1)(2)
BAB II
3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. R
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Taman Kumudasmoro 2 Semarang barat
Pekerjaan : penjaga warung makan
Pendidikan : SMK
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Tanggal Periksa : 23 November 2017
No. RM : 449051
2.2 ANAMNESIS
F. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 124/73 mmHg
Nadi : 93x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu :-
5
Berat badan : 70 Kg
Tinggi Badan : 160 cm
Kesan Gizi : Baik
Kepala :
Rambut : Sebagian berwarna putih, distribusi rambut tidak merata,
tidak tampak skuama di kulit kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Mulut : Tidak kering, lidah tidak kotor
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thoraks : Inspeksi simetris,vesikuler +/+, warna kulit tidak merata
sebagian terdapat plak eritem dan skuama
Abdomen : Bising usus (+) normal, warna kulit tidak merata sebagian
terdapat plak eritem dan skuama
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), oedem (-), kulit tampak kering, warna
kulit tidak merata se-bagian terdapat plak eritem dan skuama,
(-/-), capillary refill > 2 detik
Status Dermatologis
a. Inspeksi
Lokasi : Generalisata
UKK : Makula eritema dengan batas tegas bentuk tidak teratur
dan terdapat skuama kasar berwarna putih
Batas : Sirkumkrip
Distribusi : Generalisata
b. Palpasi : teraba kasar dan mudah mengelupas.
6
Status Venerologis
a. Inspeksi : tidak diperiksa
b. Inspekulo : tidak diperiksa
c. Palpasi : tidak diperiksa
G. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
H. Resume
Pasien datang ke poli kulit RSUD Dr Adhyatma Semarang pada hari kamis,
tanggal 23 November 2017 dengan keluhan bercak kemerahan dan
penebalan pada kulit yang disertai rasa gatal. Pasien sudah merasakan hal
ini sejak dari 9 tahun yang lalu. Awalnya bercak tersebut muncul diwajah,
dan dada kemudian bergabung menjadi satu dan meluas ke perut,
punggung, tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri. Terdapat sisik di atas
bercak-bercak tersebut yang diakui terasa sangat gatal. Bila timbul gatal
pasien seringkali menggaruk dan mengusap-usap bagian gatal tersebut .
Gatal dirasakan terus menerus dan lebih dirasakan jika pasien berkeringat,
9
pasien mengurangi rasa gatal tersebut terkadang berkipas. Keluhan ini tidak
disertai rasa nyeri atau sampai berdarah.
Keluhan ini tidak disertai rasa nyeri atau sampai berdarah.
Sebelumnya pasien sempat melakukan pengobatan selama di puskesmas
sebelum akhirnya rutin kontrol di RS Tugurejo sampai sekarang. Gatal dan
bercak yang dialami dirasakan agak mengalami perbaikan, namun
seringkali timbul dan merasakan gatal kembali ketika pasien berkeringat,
dalam keadaan panas, stress atau banyak fikiran.
Pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, pada status
dermatologis didapatkan :
1) Regio thorax anterior dan abdomen : plak eritematosa, multiple, anular-
polisiklik, sirkumkrip, dilapisi skuama putih.
2) Regio thorax posterior-lumbosacral : plak dengan dasar eritemstous
dilapisi skuama putih
3) Regio Antebrachii ; Plak eritem, bentuk tak teratur, sirkumkrip, dilapisi
skuama putih.
4) Regio Cruris et pedis ; plak eritematosa, bentuk tak teratur, difus,
dilapisi skuama putih
I. Diagnosis Banding :
1) Psoriasis Vulgaris
2) Dermatitis Numularis
3) Liken Planus
4) Tinea Korporis
J. Diagnosis Kerja :
Psoriasis Vulgaris
K. Usulan Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan :
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dengan KOH 10% untuk menyingkirkan diagnosis
dermatofitosis
2) Pemeriksaan Tetes Lilin
3) Pemeriksaan Auspitz
4) Pemeriksaan Kobner
5) Pemeriksaan Histopatologi
L. Penatalaksanaan
Sistemik :
1) Metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari, atau
10
Topical :
1) Campuran LCD (liquor carbonis detergent) 5%, asam salisilat 3% salep,
Betamethason dippropionate cream 0.05%. yang di oles pada lesi yang
diberikan pagi hari.
2) Vaselin alba 50gr, asam salisilat 3%, LCD (Liquor Carbonis Detergen)
8% (malam)
M. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit autoimun bersifat kronik dengan dasar genetik
yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai manifestasi vaskuler.(1)
3.2 EPIDEMIOLOGI
Psoriasis menyebar diseluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis
bervariasi disetiap wilayah. Prevalensi anak-anak berkisardari 0% di Taiwan
sampai dengan 2.1% di Itali. Sedangkan pada dewasa di Amerika Serikat 0.98%
11
diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh
sel Langerhans. Pada Psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih
cepat hanya 3-4 hari sedangkan pada kulit normal lamanya 27-28 hari.(3)
sehingga tampak lesi eritematous. Pendarahan terjadi akibat dari ruptur kapiler
ketika skuama dikerok.(4)
3.3.3 Faktor Pencetus
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis, antara lain :
a. Trauma, dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit (garukan, gesekan,dll)
dapat menimbulkan atau relaps pada psoriasis.
b. Infeksi, sekitar 54% anak-anak dilaporkan mengalami eksaserbasi psoriasis
dalam waktu 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi
fokal tidak jelas hubungan dengan psoriasis vulgaris
c. Stress, dalam penyelidikan klinis pada sekitar 30-40% kasus terjadi
perburukan oleh karena stress. Stres dapat merangsang kekambuhan
psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasiien tidak stabil. Pada anak-
anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stress terjadi lebih dari 90%.
Stress psikis merupakan faktor pencetus utama. Terdapat kemungkinan
bahwa stress psikologis dapat menyebabkan menrunnya kemampuan
menerima terapi.
d. Alkohol, umumnya dipercaya bahwa alcohol berefek memperberat psoriasis,
kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi pecandu alcohol yang
menderita psoriasis. Kemungkinan alcohol yang berlebihan dapat
mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stress
menyebabkan parahnya penyakit kulit.
e. Faktor metabolic, puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada
masa partus memburuk.
f. Obat-obatan, psoriasis mungkin dapat diinduksi dengan obat-obatan seperti
beta blocker, litium, antidepresan, antimalarial, dan penghentian mendadak
kortikosteroid sistemik
g. Sinar matahari, dilaporkan 10% terjadi perburukan lesi.
Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe
klinis Psoriasis antara lain.(1) (5)
a. Plak klasik (Psoriasis Vulgaris)
Lesi ini biasanya dimulai dengan makula eritematosa berukuran
kurang dari satu sentimeter atau papul yang melebar ke arah pinggir dan
bergabung beberapa lesi menjadi satu, berdiameter satu sampai beberapa
sentimeter. Lingkaran putih pucat mengelilingi lesi psoriasis plakat yang
dikenal dengan Woronoff’s ring. Dengan proses pelebaran lesi yang
berjalan bertahap maka bentuk lesi dapat beragam seperti bentuk utama
kurva linier (psoriasis girata), lesi mirip cincin (psoriasis anular), dan
papul berskuama pada mulut folikel pilosebaseus (psoriasis folikularis).
Psorasis hiperkeratotik tebal berdiameter 2-5 cm disebut plak rupioid,
sedangkan plak hiperkeratotik tebal berbentuk cembung menyerupai kulit
tiram disebut plak ostraseus. Umumnya dijumpai di skalp, siku, lutut,
punggung, lumbal dan retroauri- kuler. Pasien mengeluh gatal, rasa
terbakar atau nyeri, terutama bila kulit kepala terserang.(1)
Psoriasis inversa ditandai dengan letak lesi di daerah intertriginosa,
tampak lembab dan eritematosus. Bentuknya berskuama psoriasis plakat
nyaris tidak berskuama dan merah merona, mengkilap, berbatas tegas,
sering kali mirip dengan ruam intertrigo, misalnya infeksi jamur..(1)
b. Psoriasis Gutata
Lesi papul eruptif berukuran 1-10 mm berwarna merah salmon,
menyebar diskret secara sentripetal terutama di badan, dapat mengenai
ekstremitas dan kepala. Infeksi Streptokokus beta hemolitikus dalam
bentuk faringitis, laringitis, atau tonsilitis sering mengawali munculnya
psoriasis gutata pada pasien dengan predisposisi genetik.(1)
c. Psoriasis Pustulosa (Von Zumbusch)
Bentuk ini merupakan manifestasi psoriasis tetapi dapat pula
merupakan komplikasi lesi klasik dengan pencetus putus obat
kortikosteroid sistemik, infeksi, ataupun pengobatan topikal bersifat
iritasi. Psoriasis pustulosa jenis von Zumbusch terjadi bila pustul yang
17
muncul sangat parah dan menyerang seluruh tubuh, sering diikuti dengan
gejala konstitusi. Keadaan ini bersifat sistemik dan mengancam jiwa.
Tampak kulit yang merah, nyeri, meradang dengan pustul milier tersebar
di atasnya. Pustul terletak nonfolikuiert putih kekuningan, terasa nyeri,
dengan dasar eritematosa. Pustul dapat bergabung membentuk lake of
pustules, bila mengering dan krusta lepas meninggalkan lapisan merah
terang. Perempuan lebih sering mengalami psoriasis pustulosa. Pustul
tersebut bersifat steril sehingga tidak tepat diobati dengan antibiotik.(1)
Psoriasis pustulosa lokalisata pada palmo plantar menyerang daerah
hipotenar dan tenar, sedangkan pada daerah plantar meng sisi dalam
telapak kaki atau dengan sisi tumit. Perjalanan lesi kronis residif di mulai
dengan vesikel bening, vesikopustul pustul yang parah dan makulopapular
kering cokelat. Bentuk kronik disebut akrodermatitis kontinua supurativa
dari Hallopeau, ditandai dengan pustul yang muncul pada ujung jari
tangan dan kaki bila mengering menjadi skuama yang meninggalkan
lapisan merah kalau skuama dilepas. Destruksi lempeng kuku dan
osteolisis falangs distal sering terjadi.(1)
d. Psoriasis Eritroderma
Lesi jenis ini harus dibedakan menjadi dua bentuk; psoriasis
universalis yaitu lesi psoriasis plakat (vulgaris) yang luas hampir seluruh
tubuh tidak diikuti dengan gejala demam atau menggigil dapat
disebabkan kegagalan terapi psoriasis vulgaris. Bentuk kedua adalah
bentuk yang akut sebagai peristiwa mendadak vasodilatasi generalisata.
Keadaan ini dapat dicetuskan antara lain oleh infeksi, tar, obat atau putus
obat kortikosteroid sistemik. Kulit tampak eritema difus biasanya disertai
dengan demam, mengigil dan malese.(1)
18
e. Psoriasis Arthritis
Keluhan pasien yang sering dijumpai adalah: artritis perifer,
entesitis, tenosinovitis, nyeri tulang belakang, dan atralgia non spesifik,
dengan gejala kekakuan sendi pagi hari, nyeri sendi persisten, atau nyeri
sendi fluktuatif bila psoriasis kambuh. Keluhan pada sendi kecil maupun
besar, bila mengenai distal interfalangeal maka umumnya pasien juga
mengalami psoriasis kuku.(1)
19
Karakteritis klinis yang dinilai adalah; eritema (E), skuama (S), dan
ketebalan lesi/indurasi (T). Karakteristik klinis tersebut diberi skor sebagai
berikut; tidak ada lesi =0, ringan=1, sedang=2, berat=3 dan sangat berat=4.
Nilai derajat keparahan diatas dikalikan dengan weighting factor sesuai dengan
area permukaan tubuh; kepala = 0,1, tangan/lengan = 0,2, badan = 0,3,
tungkai/kaki = 0,4. Total nilai PASI diperoleh dengan cara menjumlahkan
keempat nilai yang diperoleh dari keempat bagian tubuh. Total nilai PASI
kurang dari 10 dikatakan sebagai psoriasis ringan, nilai PASI antara 10-30
dikatakan sebagai psoriasis sedang, dan nilai PASI lebih dari 30 dikatakan
sebagai psoriasis berat.(8)
3.7 PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pasien psoriasis mengalami kelainan kulit yang terbatas,
misalnya di siku dan lutut. Untuk keadaan ini pengobatan topical menjadi
pilihan dengan atau tanpa penambahan terapi sistemik untuk artritis.
Pengobatan topical juga dapat ditambah pada pasien dengan fototerapi atau
24
sistemik termasuk pengobatan biologik bila masih ada lesi tersisa. Selain untuk
kelainan yang minimal pengobatan ini juga dipakai untuk mengontrol psoriasis
yang kambuh. Beberapa regimen terapi yang sering digunakan topikal maupun
sistemik sebagai berikut:
A. Topikal
Kortikosteroid
Topikal kortkosteroid sebagai antiinflamasi, antiproliferasi dan
vasokonstriktor. Berdasarkan keparahan dan letak lesi, dapat digunakan
berbagai kelas kekuatan korikosteroid topikal (menurut Stoughton-Comell)
yang merespons mekanisme vasokonstriktor pembuluh darah kulit. Obat
tersedia dalam vehikulum beragam, misalnya krim salap, solusio, bahkan
bedak, gel, spray, dan foam. (1)
Resistensi adalah gejala yang senng terlihat dalam pengobatan
keadaan ini disebabkan oleh proses takifilaksis. Bila dalam 4-6 minggu lesi
tidak membaik, pengobatan sebaiknya dihentikan diganti dengan terapi jenis
lain, sedangkan kortikosteroid superpoten hanya di perbolehkan 2 minggu.
Pemakaian secara oklusi hanya diperkenankan untuk daerah telapak tangan
dan kaki. Harus diingat psoriasis sensitif terhadap kortkosteroid tetapi juga
resisten dengan obat yang sama, hal ini terjadi karena takifilaksis. Psoriasis
di daerah siku, lutut, telapak tangan tampaknya berespons lambat dengan
kortikosteorid, sebaliknya lesi pada daerah fleksural atau daerah dengan kulit
yang relatif tipis, misalnya kelopak mata dan genital, berefek baik terhadap
kortikosteroid. (1)
Efek samping yang mengancam cukup banyak, seperti penipisan
kulit, atrofik, striae, telangiekrasis, erupsi akneiformis, rosasea, dermatitis
kontak, perioral dematitis, absorbsi sistemik yang dapat menimbulkan
supresi aksis hipothalamus pituitari. (1)
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara ,
yaitu:
25
antibodi. Perkembangan agen biologik ini sangat pesat dan yang dikenal
adalah alefacept, efalizumab, infliximab, dan ustekinumab. Pemakaian
terbatas pada kasus yang berat atau yang tidak berhasil dengan pengobatan
sistemik klasik. Efek samping yang harus diperhatikan adalah infeksi karena
agen ini bersfat imunosupressif, reaksi infus dan pembentukan antibodi serta
pemakaian jangka panjang masih harus evaluasi.(1)
DAFTAR PUSTAKA