Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Tembus Listrik Pada Benda Padat ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sifat dielektrik benda padat, dan jenis-
jenis tembus listrik pada benda padat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
II. Kekuatan Dielektrik Benda Padat
III. Dielektrik Padat dan Proses Kegagalannya
A. Tembus Asasi (Intrinsik)
B. Tembus Elektromekanik
C. Tembus Streamer
D. Tembus Termal
E. Tembus Erosi
IV. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam teknik tegangan tinggi, fungsi yang paling utama dari suatu bahan
isolasi adalah untuk mengisolasi konduktor yang membawa tegangan terhadap yang
lainnya sama baiknya terhadap tanah. Dan sebagai tambahannya, harus sering
melakukan fungsi mekanis dan harus mampu menahan penekanan termal dan
kimia. Serta juga memiliki daya tahan yang lama atau usia daya tahannya di bawah
jenis-jenis penekanan yang bervariasi yang dihadapi dalam praktek sebagai
pertimbangan penentuan aplikasi ekonomis.
Bahan dielektrik padat digunakan pada hampir seluruh rangkaian listrik dan
peralatan listrik untuk mengisolir bagian-bagian pembawa arus dari bagian lainnya.
Bahan dielektrik padat yang baik harus mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang
rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas
dan debu, dan tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia.
Salah satu tujuan dari pengujian tegangan tinggi adalah untuk meneliti
sifat-sifat elektris dielektrik bahan yang telah dipakai sebagai bahan isolasi
peralatan listrik maupun yang masih dalam tahap penelitian. Adapun sifat-sifat
elektrik bahan dielektrik adalah :
1. Kekuatan Dielektrik
2. Konduktansi
3. Rugi-rugi Dielektrik
4. Tahanan Isolasi,
5. Peluahan Parsial
Dalam tulisan ini sifat elektrik yang akan dibahas adalah sifat kekuatan
dielektrik bahan isolasi. Suatu bahan dielektrik tidak mempunyai elektron bebas,
tetapi mempunyai elektron-elektron yang terikat pada inti atom unsur yang
membentuk dielektrik tersebut. Pada Gambar 1 diperlihatkan suatu bahan dielektrik
yang ditempatkan di antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi
tegangan searah, maka timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan
elektrik ini memberi gaya kepada elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan
menjadi elektron bebas. Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban
bagi dielektrik yang menekan dielektrik agar berubah menjadi konduktor.
Beban yang dipikul dielektrik ini disebut juga terpaan medan elektrik
(Volt/cm). Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan
elektrik
+
Elektroda
V E Dielektrik
Elektroda
Jika terpaan elektrik yang dipikulnya melebihi batas yang diizinkan dan
berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantarkan arus atau gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik dikatakan
tembus listrik atau "breakdown". Terpaan elektrik tertinggi yang dapat dipikul suatu
dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik disebut kekuatan dielektrik.
1. Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama dengan
kekuatan dielektriknya.
2. Lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu
tunda tembus dari dielektrik.
Yang dimaksud dengan waktu tunda tembus (time lag) adalah waktu yang
dibutuhkan sejak mulai terjadinya ionisasi sampai terjadinya tembus listrik. Untuk
tegangan sinusoidal frekuensi daya dan untuk tegangan searah syarat kedua di atas
tidak berlaku, karena waktu puncak tegangan berlangsung dalam orde mili detik
sedangkan waktu tunda tembus listrik ordenya dalam mikro detik. Tetapi untuk
tegangan impuls yang durasinya dalam orde mikro detik kedua syarat tersebut harus
dipenuhi. Untuk tegangan impuls sekalipun tegangan yang diberikan telah
menimbulkan terpaan elektrik yang lebih besar dari kekuatan
dielektrik, masih ada kemungkinan dielektrik tidak tembus. Kemungkinan
ini terjadi jika terpaan elektrik yang melebihi kekuatan dielektrik itu berlangsung
lebih singkat dari waktu tunda tembus listrik.
Lamanya waktu tunda tembus listrik tidak merata, oleh karena itu
ditentukan dengan statistik, sehingga terpaan elektrik yang menimbulkan tembus
listrik dinyatakan dalam suatu harga statistik, yaitu harga yang memberikan
probabilitas tembus 50 %. Tegangan yang menyebabkan dielektrik tembus listrik
disebut tegangan tembus atau breakdown voltage
BAB III
Atom-atom yang menyusun zat padat terikat kuat satu sama lain.
Keistimewaan yang paling menyolok dari kebanyakan zat padat adalah atom-
atomnya (atau grup-grup atom) yang tersusun oleh sebuah derajat tinggi dari urutan
pola yang berulang-ulang yang teratur dalam tiga dimensi yang disebut kristalin.
Zat padat yang atom-atomnya disusun dalam sebuah model yang tidak beraturan
disebut non-kristalin atau tak berbentuk. Oleh karena sebagian besar dari sistem
pengisolasian komersial adalah zat padat, studi kegagalan dielektrik padat menjadi
sangat penting pada studi isolasi.
Kegagalan (kV)
Kegagalan streamer
Kegagalan Termal
Kegagalan Erosi
Log t (detik )
Tekanan listrik ialah gaya yang bekerja pada suatu electron y ang mempunyai
muatan sebesar 1 coloumb.
Karena 𝐹 = 𝑒. 𝐸
Dimana
𝐹 = gaya yang bekerja pada electron
e = muatan electron
𝐸 = kuat medan listrik
Maka 𝐹=𝐸
Jika e =1
Dari persamaan (8.2) dapat dikatakan bahwa tekanan yang bekerja pada
suatu zat padat adalah sama dengan kuat medan listrik yang diterapkan pada zat
padat tersebut. Karena adanya gaya yang bekerja pada elektron, maka akan timbul
suatu (kerja ; work). Jika akibat gaya tersebut elektron akan bergerak sejauh dx,
maka besarnya usaha untuk 1 muatan adalah :
𝑊 = ∫ 𝐸 𝑑𝑥
𝐵
∫ 𝐸 𝑑𝑥 = −𝑉𝐴𝐵
𝐴
𝜕𝑉
𝐸= −
𝜕𝑋
B. Tembus Elektromekanik
Tekanan atau tarikan mekanis berupa gaya bekerja pada zat padat berhubungan
dengan modulus young, yang besarnya adalah (lihat Gambar 4):
𝐹/𝐴
𝑌=
∆𝐿/𝐿
𝑉2 𝑑𝑜
𝜀𝑜 𝜀𝑟 2
= 𝑦 𝑙𝑛
2𝑑 𝑑
Yang menghasilkan
𝑑
( ) 𝜀 − 0,5 = 0,6
𝑑𝑜
Persamaan (8.9) menunjukkan keadaan yang sangat kritis : artinya, jika kekuatan
asasi (intrinsic) tidak tercapai pada (d/do) = 0,6 maka zat isolasi akan gagal bila
tegangan V dinaikkan lagi. Jadi, artinya listrik maksimum adalah
𝑉 𝑌
𝐸𝑑 = 0,6 √
𝑑𝑜 𝜀𝑜 𝜀𝑟
C. Tembus Streamer
Dalam keadaan tertentu yang terkendali, dan dalam medan yang benar-
benar seragam dengan elektroda-elektroda yang terbenam dalam zat padat (yang
diuji), kagagalan dapat terjadi sesudah satu banjiran (avalnche). Sebuah elektron
yang memasuki ban hantaran (conduction band) isolator di katoda akan bergerak
menuju anodadi bawah pengaruhenergi padawaktu membentur. Kadang-kadang
lintasan bebas cukup panjang hingga tambahan energi diperoleh melebihi
pengionisasilatis (lattice). Akibatnya, dihasilkan tambahan sebuah elektron pada
waktu benturan. Proses ini diulangi oleh dua elektron dab mungkin membentuk
banjiran elektron seperti pada gas Seitz mengemukakan bahwa kegagalan akan
terjadi jika banjiran tersebut melebihi suatu ukuran tertentu, dsan menjabarkan
rumusan untuk kekuatan gagal banjiran tunggal. Konsepnya serupa dengan teori
kolom cahaya (streamer) yang dikembangkan oleh Loeb dan Meek untuk kegagalan
dalam gas.
Jika diterapkan tegangan V pada zat padat yang terapit oleh elektroda bola-
bidang maka pada medium yang berdekatan, misalnya gasatau udara, timbul
tegangan yang besarnya adalah :
𝑑1
𝑉1 = 𝜀 𝑉
𝑑1 + (𝜀1 ) 𝑑2
2
Gas mempunyai permitivitas yang lebih rendah dari zat padat, sehingga gas
akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya, gas atau udara tersebut
akanmengalami kegagalan lebih dahulu, sebelum zat padat mencapai kekuatan
asasinya. Karena kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada
permukaan zat padat (titik A), sehingga medan yang tadinya seragam akan
terganggu seperti padakeadaan elektron tuitik-bdiang. Konsentrasi muatan pada
ujung pelepasan ini daslam keadaan tertentu dapat mengakibatkan timbulnya medan
lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karenamedan ini lebih besar dari
kekuatan intrinsik,makaakanterjadi kagagalan padazat padat tersebut. Proses
kegagalan pada zat padat ini terjadi sedikit demi sedikit sehingga akhirnya zat padat
gagal seluruhnya.
Dalam kenyataannya, bukan hanya satu saluran kegagalan yang terjadi
seperti diuraikan di atas, melainkan lebih dari satu,dan berbentuk seperti cabang-
cabang pohon (lihat Gambar 5). bentuk cabang pohon ini ditunjukkan oleh Cooper
di laboratorium dengan tegangan im[uls berbentuk 1/30. Sesudah tegangan impuls
diterapkan, saluran pelepasan diamati dengan mikroskop. Tidak semua penerpan
tegangan menghasilkan saluran pelepasan. Pada Gambar 5. angka-angka n = 1,2,3,
…..menunjukkan akhir dari saluran ke – n.
Bilasuatu medan dietrpkan dalam suatu zat padat padasuhu normal, maka arus
konduksi yang terjadi dalam bahan pada umumnya kecil. Dalam hal ini tidak akan
terjadi apa-apa dalam zat padatnya, walaupun E sudah cukup besar. Panas yang
dibangkitkan oleh arus sebagian akan disalurkan keluar, dan sebagian akan
digunakan untuk menaikkan suhu bahan. Tetapi jikakecepatan pembangkitan panas
di suatu titik daslam bahan melebihi alaju pembuangan panas keluar, maka
akanterjadi keadaan tidakstabil dan pada suatu saat bahan akan terjadi keadaan tidak
stabil dasn pada suatu saat bahan akan mengalahkan kegagaln. Kegagalan ini
disebut kegagalan termal.
Uo = U1 + U2
Bila laju panas yang masuk (Uo) jauh melebihi panas yang keluar (U1),
maka akan terjadi akumulasi panas dalam bahan tersebut. Selanjutnya, akumulasi
panas yang berlebihan dalam zat padat tersebut akan menyebabkan timbulnya
keadaan tidak stabil, yang merupakan awal dari kegagalan termal. Pada persamaan
(8 .13), khusus untuk medan arus bolak-balik adsahubungan langsung antara
konduktivitas dengan frekuensi dan permitivitas :
σ = ω1εoεr
εr = εr + jεr
εr = Permitivitas Relatif
Karena adanya faktor ini, maka rugi-rugi pada medan arus bolak-balik lebih
besar daripada rugi-rugi searah. Akibatnya, kuat gagal termal pada medan arus
bolak-balik dlebih kecil daripada kuat gagal termal medan arus searah. Juga, kuat
gagal termal untuk medan bolak-balik menurun dengan naiknya frekuensi tegangan
yang diterapkan. Sebagai contoh, mika mempunyai kuat gagal termal bolak-balik
sebesar 8 – 18 MV/cm, sedangkan kuat gagal searahnya adalah 24 MV/cm.
a) Kasus ke-1 : disini dianggap tidak ada kenaikan panas bahan, karena
seluruhnya dapat disalurkan keluar melalui elektroda yang cukup luas.
Maka
𝑑𝑇
𝐶𝑣 = =0
𝑑𝑡
Menurut Whitehead tegangan gagal termal minimum Vm adalah :
𝑇𝑚
2 8𝑘
𝑉𝑚 = ∫ ( ) 𝑑𝑇
𝑇𝑜 𝑑
Dimana To = Suhu pada permukaan bahan (dalam hal ini sama
dengan suhu keliling
Tm = suhu kritis di mana bahan gagal
d = tebal bahan, yang merupakan juga jarak antara
elektroda
𝑉𝑚 √𝑑
b) Kasus ke-2 : keadaan ini terjadi jika medan naik dengan cepat sekali,
sehingga tidak ada waktu untuk menyalurkan panas keluar. Rugi-rugi panas
karena konduksi panas dapat diabaikan, dan semua panas diinginkan untuk
menaikkan suhu zat padat. Ini berarti bahwa :
Div (k grad T ) = 0
dan
𝑑𝑇
𝜎𝐸 2 = 𝐶𝑣
𝑑𝑡
Contoh keadaan ini ialah penerapan gelombang impuls, dimana harga dE/dt
besar sekali dan terjadi dalam waktu yang singkat. Persamaan ini mendefinisikan
kuat gagal impuls termal.
Konduktivitas ∂ pada umumnya naik dengan suhu dan keadaan tidak stabil
terjadi bila laju pemanasan melebihi laju pendinginan. Jika laju tidak dapat
berlangsung lebih cepat daripada laju pemanasan, maka akan terjadi kegagalan
dalam bahan tersebut. Hal ini dijelaskan pada Gambar 8 di mana pendinginan
dinyatakan sebagai garis lurus dasn pemanasan dinyatakan sebagai lengkung
dengan berbagai kuat medan dan lereng yang makin terjal.
Jika pada zat padat diterapkan tegangan impuls yang menghasilkan kuat
medan E1 maka akan terjadi pemanasan menurut lengkung yang bersangkutan.
Padasuhuterjadi keseimbangan, karena pemanasan yang terjadi sama dengan
pendinginnya. Pada suhu T > T1, keadaan bahan tetap stabil karena pendinginan
lebih besar dari pemanasan. Karena itu bahan tidak pernah akan gagal. Sebaliknya,
kuat medan E2 keseimbangan terjadi pada suhu T2. tetapi T > T2 bahan menjadi
panas dan terjadi keadaan tidak stabil yang selanjutnya akn menyebabkan
terjadinya kegagalan. Pada kuat medan E3 keadaan seimbang tidak pernah tercapai.
E. Tembus Erosi
Terjadi tembus disebabkan oleh keadaan zat isolasi padat yang tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut misalnya, berupa lubang-lubang atau
rongga-ronggadalam bahan isolasi tersebut (lihat Gambar8), sehinggaakan terisi
oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih rendah daripada di dalam zat
padat. Di samping itu, konstanta dielektrik di daslam rongga sering rendah daripada
dalam zat padat, sehingga intensitas medan dalam rongga lebih besar daripada
intensitas dalam zat padat. Oleh karena itu, mungkin saja akan terjadi tegangan
Kalau proses ini terjadi, maka umur daripada bahan akan berkurang
tergantung dasri tegangan yang diterapkan. Hubungan antara tegangan lucutan
dengan umur bahwa dinyatakan oleh persamaan.
𝑉𝑖 𝑛
𝐿 = 𝐴( )
𝑉𝑎
dimana : Vi = tegangan di mana mulai terjadi lucutan
Va = tegangan yang ditetapkan
n = nilai antara 3 dan 10
Persamaan ini menunjukkan bahwa makin cepat tegangan lucutan mulai
terjadi, makain pendek umur bahan. Kegagalan erosi mungkin terjadi dalam waktu
antara beberapa hari sampai beberapa tahun.
BAB IV
KESIMPULAN