Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Tembus Listrik Pada Benda Padat ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sifat dielektrik benda padat, dan jenis-
jenis tembus listrik pada benda padat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yangkurangberkenandan kamimemohon kritikdan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 4 November 2015

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

I. Pendahuluan
II. Kekuatan Dielektrik Benda Padat
III. Dielektrik Padat dan Proses Kegagalannya
A. Tembus Asasi (Intrinsik)
B. Tembus Elektromekanik
C. Tembus Streamer
D. Tembus Termal
E. Tembus Erosi
IV. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam teknik tegangan tinggi, fungsi yang paling utama dari suatu bahan
isolasi adalah untuk mengisolasi konduktor yang membawa tegangan terhadap yang
lainnya sama baiknya terhadap tanah. Dan sebagai tambahannya, harus sering
melakukan fungsi mekanis dan harus mampu menahan penekanan termal dan
kimia. Serta juga memiliki daya tahan yang lama atau usia daya tahannya di bawah
jenis-jenis penekanan yang bervariasi yang dihadapi dalam praktek sebagai
pertimbangan penentuan aplikasi ekonomis.

Bahan dielektrik padat digunakan pada hampir seluruh rangkaian listrik dan
peralatan listrik untuk mengisolir bagian-bagian pembawa arus dari bagian lainnya.
Bahan dielektrik padat yang baik harus mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang
rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas
dan debu, dan tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia.

Isolasi padat mempunyai kekuatan tegangan tembus yang tinggi


dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Studi yangpalingpentingdalam teknik
isolasi adalah studi tegangan tembus dari dielektrikum padat. Jika terjadi tembus,
maka isolasi padat akan rusak secara permanen sedangkan pada isolasi gas akan
kembali ke sifatnya semula dan pada isolasi cair sebagian akan kembali ke sifatnya
semula dan sebagian lainnya tidak.

Pada prinsipnya dan daslam kondisi percobaan tertentu, mekanisme


kegagalan dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi di gas dan udara.
Perbedaannya, kegagalan dalam zat padat sedikit lebih rumit, karena dalam hal
terakhir ini ada mekanisme kegagalan lain yang tidak dijumpai pada kegagalan
dalam gas. Nilai suatu zat padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran.

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan secara


kuantitatifjenis-jenis kegagalan yang dialami oleh zat dielektrik paat. Pembahasan
dalam bab ini bersifat kualitatif dan menyangkut mekanisme yang dewasa ini
dianggap benar.
BAB II

KEKUATAN DIELEKTRIK BENDA PADAT

Salah satu tujuan dari pengujian tegangan tinggi adalah untuk meneliti
sifat-sifat elektris dielektrik bahan yang telah dipakai sebagai bahan isolasi
peralatan listrik maupun yang masih dalam tahap penelitian. Adapun sifat-sifat
elektrik bahan dielektrik adalah :

1. Kekuatan Dielektrik
2. Konduktansi
3. Rugi-rugi Dielektrik
4. Tahanan Isolasi,
5. Peluahan Parsial

Dalam tulisan ini sifat elektrik yang akan dibahas adalah sifat kekuatan
dielektrik bahan isolasi. Suatu bahan dielektrik tidak mempunyai elektron bebas,
tetapi mempunyai elektron-elektron yang terikat pada inti atom unsur yang
membentuk dielektrik tersebut. Pada Gambar 1 diperlihatkan suatu bahan dielektrik
yang ditempatkan di antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi
tegangan searah, maka timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan
elektrik ini memberi gaya kepada elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan
menjadi elektron bebas. Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban
bagi dielektrik yang menekan dielektrik agar berubah menjadi konduktor.

Beban yang dipikul dielektrik ini disebut juga terpaan medan elektrik
(Volt/cm). Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan
elektrik
+

Elektroda

V E Dielektrik

Elektroda

Gambar 1. Terpaan Elektrik Dalam Dielektrik

Jika terpaan elektrik yang dipikulnya melebihi batas yang diizinkan dan
berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantarkan arus atau gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik dikatakan
tembus listrik atau "breakdown". Terpaan elektrik tertinggi yang dapat dipikul suatu
dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik disebut kekuatan dielektrik.

Tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi


ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama dengan
kekuatan dielektriknya.
2. Lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu
tunda tembus dari dielektrik.

Yang dimaksud dengan waktu tunda tembus (time lag) adalah waktu yang
dibutuhkan sejak mulai terjadinya ionisasi sampai terjadinya tembus listrik. Untuk
tegangan sinusoidal frekuensi daya dan untuk tegangan searah syarat kedua di atas
tidak berlaku, karena waktu puncak tegangan berlangsung dalam orde mili detik
sedangkan waktu tunda tembus listrik ordenya dalam mikro detik. Tetapi untuk
tegangan impuls yang durasinya dalam orde mikro detik kedua syarat tersebut harus
dipenuhi. Untuk tegangan impuls sekalipun tegangan yang diberikan telah
menimbulkan terpaan elektrik yang lebih besar dari kekuatan
dielektrik, masih ada kemungkinan dielektrik tidak tembus. Kemungkinan
ini terjadi jika terpaan elektrik yang melebihi kekuatan dielektrik itu berlangsung
lebih singkat dari waktu tunda tembus listrik.

Lamanya waktu tunda tembus listrik tidak merata, oleh karena itu
ditentukan dengan statistik, sehingga terpaan elektrik yang menimbulkan tembus
listrik dinyatakan dalam suatu harga statistik, yaitu harga yang memberikan
probabilitas tembus 50 %. Tegangan yang menyebabkan dielektrik tembus listrik
disebut tegangan tembus atau breakdown voltage
BAB III

DIELEKTRIK PADAT DAN PROSES KEGAGALANNYA

Atom-atom yang menyusun zat padat terikat kuat satu sama lain.
Keistimewaan yang paling menyolok dari kebanyakan zat padat adalah atom-
atomnya (atau grup-grup atom) yang tersusun oleh sebuah derajat tinggi dari urutan
pola yang berulang-ulang yang teratur dalam tiga dimensi yang disebut kristalin.
Zat padat yang atom-atomnya disusun dalam sebuah model yang tidak beraturan
disebut non-kristalin atau tak berbentuk. Oleh karena sebagian besar dari sistem
pengisolasian komersial adalah zat padat, studi kegagalan dielektrik padat menjadi
sangat penting pada studi isolasi.

Penerapanmedan elektrik yangtinggi padamaterial dielektrik padat dapat


menyebabkan gerakan pembawa muatan bebas, injeksi muatan dari elektroda-
elektroda, penggandaan muatan, formasi ruang muatan dan disipasi energi dalam
material. Oleh karena kondisi-kondisi tersebut, yang dapat terjadi secara tunggal
atau kombinasi, maka akhirnya mengacu pada material mengalami kegagalan
elektris yang disebut juga breakdown.

Pada prinsipnya dan dalam kondisi percobaan tertentu, mekanisme


kegagalan dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi pada gas dan udara.
Perbedaannya, kegagalan dalam zat padat sedikit lebih rumit, karena ada
mekanisme kegagalan yang tidak dijumpai pada kegagalan gas. Nilai suatu zat
padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran.

Mekanisme kegagalan pada zat padat merupakan mekanisme yang rumit


dan tergantung pada lama diterapkannya tegangan pada material dielektrik tersebut
seperti ditunjukkan pada Gambar 2 Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kegagalan asasi (intrinsik)


2. Kegagalan elektromekanik
3. Kegagalan streamer
4. Kegagalan termal
5. Kegagalan erosi

Kegagalan (kV)

Kegagalan intrinsik, elektomagnetik

Kegagalan streamer

Kegagalan Termal

Kegagalan Erosi

Log t (detik )

Gambar 2. Variasi tegangan tembus dan mekanisme kegagalan dengan

Waktu penerapan tegangan.

Tekanan listrik ialah gaya yang bekerja pada suatu electron y ang mempunyai
muatan sebesar 1 coloumb.
Karena 𝐹 = 𝑒. 𝐸
Dimana
𝐹 = gaya yang bekerja pada electron
e = muatan electron
𝐸 = kuat medan listrik
Maka 𝐹=𝐸
Jika e =1
Dari persamaan (8.2) dapat dikatakan bahwa tekanan yang bekerja pada
suatu zat padat adalah sama dengan kuat medan listrik yang diterapkan pada zat
padat tersebut. Karena adanya gaya yang bekerja pada elektron, maka akan timbul
suatu (kerja ; work). Jika akibat gaya tersebut elektron akan bergerak sejauh dx,
maka besarnya usaha untuk 1 muatan adalah :

𝑊 = ∫ 𝐸 𝑑𝑥

Dari persamaan (8.3) daspat dinyatakan bahwa untu memindahkan 1 satuan


muatan sejauh dx diperlukan usaha sebesar W. Dari ketentuan tentangbeda
potensial antara 2 titik A dasn B, maka dapat dikatakan bahwa besarnya usaha
yangdiperlukan untuk memindahkan elektron dari A ke B adalah :

𝐵
∫ 𝐸 𝑑𝑥 = −𝑉𝐴𝐵
𝐴

Sehingga besarnya kuat medan atau tekanan listrik adalah :

𝜕𝑉
𝐸= −
𝜕𝑋

Di samping tekanan listrik, didefinisikan juag kekuatan listrik atau kuat


listrik (electricstrength), yaitu tekananlistrik maksimum yang dapat di tahanoleh
suatu bahan isolasi. Definisi ini bersifat kualitatif. Jika kekuatan listrik (strength)
lebih kecil dari tekana listrik (stress), maka akan terjadi kegagalan dalam zat padat
tersebut. Definisi kuat listrik secara kuantitatif rumit, karena kuat listrik ini
dipengaruhi oleh antara lain : tekanan (atm), suhu, jenis bahan elektroda,
konfigurasi medan listrik, bentuk tegangan yang diterapkan, umur bahan (yang
diharapkan), ketidakmurnian dalam bahan dan adanya kantong-kantong udara
dalam zat padat.

A. Tembus Asasi (Intrinsik)


Tembus intrinsik atau kegagalan asasi adalah kegagalan yang berasal dari
atau disebabkan oleh jenis dan suhu bahan, dengan menghilangkan pengaruh
faktor-faktor luar, seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong-
kantong udara. Kegagalan intrinsik terjadi jika tegangan yang diterapkan
padabahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu, yaitu 106
volt/cm dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10-8 detik. Karena waktu gagal
yang sangat singkat, makajenis kegagalan ini disebut kagagalan elektronik.
Kegagalan intrinsik merupakan bentuk kegagalan yang paling sederhana. Beberapa
pendekatn telah dilakukan untuk meramalkan nilai kritis medan yang menyebabkan
terjadinya kegagalan asasi tetapi hingga kini belum diperoleh penyelesaian yang
memuaskan.

B. Tembus Elektromekanik

Terjadinya tembus elektromekanik disebabkan oleh adanya perbedaan


polaritas antara elektroda yangmengapit zat isolasi padat. Jika pada zat pdatyang
terletak di antara dua elektroda pelat diberikantegangan dengan polaritas yang
berbeda, maka akan timbul tekanan (stress) listrik pada bahan tersebut. Tekanan
listrik yang terjadi akan menyebabkan timbulnya tekanan (pressure) mekanis.
Tekanan mekanis terjadi akibat gaya tarik-menarik F antar kedua elektroda tersebut
(lihat gambar 3) untuk tekanan listrik sebesar 106 volt/cm akan dihasilkan tekanan
mekanis sebesar 2 – 6 kg/cm2.

Gambar 3. Gaya tarik-menarik antar kedua elektroda

Tekanan atau tarikan mekanis berupa gaya bekerja pada zat padat berhubungan
dengan modulus young, yang besarnya adalah (lihat Gambar 4):
𝐹/𝐴
𝑌=
∆𝐿/𝐿

Dimana Y = modulus young

A = luas permukaan zat yang dikenai gaya

∆𝐿 = pertambahan Panjang zat padat

L = Panjang zat padat tersebut

Gambar 4. Gaya tarik-menarik antar kedua elektroda

Hubungan antara modulus Young dengan tegangan yang diterapkan pada


zat isolasi padat dapat dinyatakan dengan suatu rumus dari Stark dan Garton :

𝑉2 𝑑𝑜
𝜀𝑜 𝜀𝑟 2
= 𝑦 𝑙𝑛
2𝑑 𝑑

Dimana do = tebal zat isolasi padat sebelum dikenai tegangan V


d = tebal sesudah dikenai tegangan V
𝜀𝑜 𝜀𝑟 = permitivitas
Untuk mendapatkan nilai maksimum dari tegangan sebagai fungsi dari

tebal bahan, didiferensiasikan V terhadap d :


𝜕𝑉
=0
𝜕𝑑

Yang menghasilkan

𝑑
( ) 𝜀 − 0,5 = 0,6
𝑑𝑜

Persamaan (8.9) menunjukkan keadaan yang sangat kritis : artinya, jika kekuatan
asasi (intrinsic) tidak tercapai pada (d/do) = 0,6 maka zat isolasi akan gagal bila
tegangan V dinaikkan lagi. Jadi, artinya listrik maksimum adalah

𝑉 𝑌
𝐸𝑑 = 0,6 √
𝑑𝑜 𝜀𝑜 𝜀𝑟

C. Tembus Streamer

Dalam keadaan tertentu yang terkendali, dan dalam medan yang benar-
benar seragam dengan elektroda-elektroda yang terbenam dalam zat padat (yang
diuji), kagagalan dapat terjadi sesudah satu banjiran (avalnche). Sebuah elektron
yang memasuki ban hantaran (conduction band) isolator di katoda akan bergerak
menuju anodadi bawah pengaruhenergi padawaktu membentur. Kadang-kadang
lintasan bebas cukup panjang hingga tambahan energi diperoleh melebihi
pengionisasilatis (lattice). Akibatnya, dihasilkan tambahan sebuah elektron pada
waktu benturan. Proses ini diulangi oleh dua elektron dab mungkin membentuk
banjiran elektron seperti pada gas Seitz mengemukakan bahwa kegagalan akan
terjadi jika banjiran tersebut melebihi suatu ukuran tertentu, dsan menjabarkan
rumusan untuk kekuatan gagal banjiran tunggal. Konsepnya serupa dengan teori
kolom cahaya (streamer) yang dikembangkan oleh Loeb dan Meek untuk kegagalan
dalam gas.

Dalam praktek sistem sederhana dengan elektroda terbenam sepenuhnya


dalam bahan padat seperti diuraikan di atas jarang terjadi. Zat padat itu biasanya
tertekan berdampingan dengan satu atau lebih zat lainnya. Jika zat yang berdekatan
adalah gas atau zat cair, maka kegagalan akan lebih dipengaruhi oleh gas atau zat
cair tersebut daripada oleh zat padat, karena kegagalan yang terjadi dimulai pada
bagian yang mempunyai kekuatan listrik lebih rendah. Kegagalan itu kemudian
akan merembet seperti kolom cahaya ke seluruh bagian zat padat.

Gambar 5. Gaya tarik-menarik antar kedua elektroda

Jika diterapkan tegangan V pada zat padat yang terapit oleh elektroda bola-
bidang maka pada medium yang berdekatan, misalnya gasatau udara, timbul
tegangan yang besarnya adalah :

𝑑1
𝑉1 = 𝜀 𝑉
𝑑1 + (𝜀1 ) 𝑑2
2

Gas mempunyai permitivitas yang lebih rendah dari zat padat, sehingga gas
akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya, gas atau udara tersebut
akanmengalami kegagalan lebih dahulu, sebelum zat padat mencapai kekuatan
asasinya. Karena kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada
permukaan zat padat (titik A), sehingga medan yang tadinya seragam akan
terganggu seperti padakeadaan elektron tuitik-bdiang. Konsentrasi muatan pada
ujung pelepasan ini daslam keadaan tertentu dapat mengakibatkan timbulnya medan
lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karenamedan ini lebih besar dari
kekuatan intrinsik,makaakanterjadi kagagalan padazat padat tersebut. Proses
kegagalan pada zat padat ini terjadi sedikit demi sedikit sehingga akhirnya zat padat
gagal seluruhnya.
Dalam kenyataannya, bukan hanya satu saluran kegagalan yang terjadi
seperti diuraikan di atas, melainkan lebih dari satu,dan berbentuk seperti cabang-
cabang pohon (lihat Gambar 5). bentuk cabang pohon ini ditunjukkan oleh Cooper
di laboratorium dengan tegangan im[uls berbentuk 1/30. Sesudah tegangan impuls
diterapkan, saluran pelepasan diamati dengan mikroskop. Tidak semua penerpan
tegangan menghasilkan saluran pelepasan. Pada Gambar 5. angka-angka n = 1,2,3,
…..menunjukkan akhir dari saluran ke – n.

Gambar 6. Gaya tarik-menarik antar kedua elektroda


D. Tembus Termal

Bilasuatu medan dietrpkan dalam suatu zat padat padasuhu normal, maka arus
konduksi yang terjadi dalam bahan pada umumnya kecil. Dalam hal ini tidak akan
terjadi apa-apa dalam zat padatnya, walaupun E sudah cukup besar. Panas yang
dibangkitkan oleh arus sebagian akan disalurkan keluar, dan sebagian akan
digunakan untuk menaikkan suhu bahan. Tetapi jikakecepatan pembangkitan panas
di suatu titik daslam bahan melebihi alaju pembuangan panas keluar, maka
akanterjadi keadaan tidakstabil dan pada suatu saat bahan akan terjadi keadaan tidak
stabil dasn pada suatu saat bahan akan mengalahkan kegagaln. Kegagalan ini
disebut kegagalan termal.

Makanisme kegagalan termal mengikuti hukum konsecvasi energi, yaitu panas


dibangkitkan sama dengan panas yang disalurkan keluar melalui elektroda ke
medium sekelilingnyaditambah dengan panas yang digunakan untuk menaikkan
suhu bahan dari T1 ke T2 atau dalam bentuk persamaan.

Uo = U1 + U2

Dimana Uo = panas yang dibangkitkan,

U1 = panas yang disalurkan keluar,

U2 = panas yang digunakan untuk menaikkan suhu badan.

Gambar 6. Makanisme kegagalan termal mengikuti hukum konsecvasi energi


Secara lengkap, persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
𝑑𝑇
𝜎𝐸 3 = 𝑑𝑖𝑣 (𝑘𝑔𝑟𝑎𝑑𝑇) + 𝐶𝑣
𝑑𝑡
Dimana 𝐶𝑣 = panas spesifik
k = konduktivitas termal
𝜎 = konduktivitas listrik
E = tekanan listrik (electric stress)

Bila laju panas yang masuk (Uo) jauh melebihi panas yang keluar (U1),
maka akan terjadi akumulasi panas dalam bahan tersebut. Selanjutnya, akumulasi
panas yang berlebihan dalam zat padat tersebut akan menyebabkan timbulnya
keadaan tidak stabil, yang merupakan awal dari kegagalan termal. Pada persamaan
(8 .13), khusus untuk medan arus bolak-balik adsahubungan langsung antara
konduktivitas dengan frekuensi dan permitivitas :

σ = ω1εoεr

εr = εr + jεr

dimana εo = Konstanta Dielektrik

εr = Permitivitas Relatif

Karena adanya faktor ini, maka rugi-rugi pada medan arus bolak-balik lebih
besar daripada rugi-rugi searah. Akibatnya, kuat gagal termal pada medan arus
bolak-balik dlebih kecil daripada kuat gagal termal medan arus searah. Juga, kuat
gagal termal untuk medan bolak-balik menurun dengan naiknya frekuensi tegangan
yang diterapkan. Sebagai contoh, mika mempunyai kuat gagal termal bolak-balik
sebesar 8 – 18 MV/cm, sedangkan kuat gagal searahnya adalah 24 MV/cm.

Persamaan digunakan untuk mengetahui kegagalan termal secara teoritis. Namun,


menginagt bahwa dalam prektek harga-harga cv, k dan … adalah fungsi dari
temperatur, sedangkan …. Adalah fungsi dari E, maka sangat sulit memecahkan
persamaan kegagalan termal tersebut secara tepat. Karena itu perlu diadakan
penyederhanaan melalui dua kasus sebagai berikut :

a) Kasus ke-1 : disini dianggap tidak ada kenaikan panas bahan, karena
seluruhnya dapat disalurkan keluar melalui elektroda yang cukup luas.
Maka
𝑑𝑇
𝐶𝑣 = =0
𝑑𝑡
Menurut Whitehead tegangan gagal termal minimum Vm adalah :
𝑇𝑚
2 8𝑘
𝑉𝑚 = ∫ ( ) 𝑑𝑇
𝑇𝑜 𝑑
Dimana To = Suhu pada permukaan bahan (dalam hal ini sama
dengan suhu keliling
Tm = suhu kritis di mana bahan gagal
d = tebal bahan, yang merupakan juga jarak antara
elektroda

Untuk harga d yang kecil, tegangan gagal menjadi :

𝑉𝑚 √𝑑

b) Kasus ke-2 : keadaan ini terjadi jika medan naik dengan cepat sekali,
sehingga tidak ada waktu untuk menyalurkan panas keluar. Rugi-rugi panas
karena konduksi panas dapat diabaikan, dan semua panas diinginkan untuk
menaikkan suhu zat padat. Ini berarti bahwa :
Div (k grad T ) = 0
dan
𝑑𝑇
𝜎𝐸 2 = 𝐶𝑣
𝑑𝑡

Contoh keadaan ini ialah penerapan gelombang impuls, dimana harga dE/dt
besar sekali dan terjadi dalam waktu yang singkat. Persamaan ini mendefinisikan
kuat gagal impuls termal.
Konduktivitas ∂ pada umumnya naik dengan suhu dan keadaan tidak stabil
terjadi bila laju pemanasan melebihi laju pendinginan. Jika laju tidak dapat
berlangsung lebih cepat daripada laju pemanasan, maka akan terjadi kegagalan
dalam bahan tersebut. Hal ini dijelaskan pada Gambar 8 di mana pendinginan
dinyatakan sebagai garis lurus dasn pemanasan dinyatakan sebagai lengkung
dengan berbagai kuat medan dan lereng yang makin terjal.

Gambar 8. Penerapan Gelombang Impuls

Jika pada zat padat diterapkan tegangan impuls yang menghasilkan kuat
medan E1 maka akan terjadi pemanasan menurut lengkung yang bersangkutan.
Padasuhuterjadi keseimbangan, karena pemanasan yang terjadi sama dengan
pendinginnya. Pada suhu T > T1, keadaan bahan tetap stabil karena pendinginan
lebih besar dari pemanasan. Karena itu bahan tidak pernah akan gagal. Sebaliknya,
kuat medan E2 keseimbangan terjadi pada suhu T2. tetapi T > T2 bahan menjadi
panas dan terjadi keadaan tidak stabil yang selanjutnya akn menyebabkan
terjadinya kegagalan. Pada kuat medan E3 keadaan seimbang tidak pernah tercapai.
E. Tembus Erosi

Terjadi tembus disebabkan oleh keadaan zat isolasi padat yang tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut misalnya, berupa lubang-lubang atau
rongga-ronggadalam bahan isolasi tersebut (lihat Gambar8), sehinggaakan terisi
oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih rendah daripada di dalam zat
padat. Di samping itu, konstanta dielektrik di daslam rongga sering rendah daripada
dalam zat padat, sehingga intensitas medan dalam rongga lebih besar daripada
intensitas dalam zat padat. Oleh karena itu, mungkin saja akan terjadi tegangan

Gambar 9. Keadaan Isolasi Padat yang tidak Sempurna

kegagalan di dalam rongga tersebut, meskipun pada waktu itu diterapkan


tegangan kerja normal pada zat padat.
Keadaan dalam bahan isolasi padat tersebut di atas (Gambar 9) dapat
dinyatakan dengan rangkaian setara gambar 10, dimana
Gambar 9. Rangkaian Setara gambar 8
C1 = kapasitansi rongga yang tebalnya t.
C2 = kapasitansi zat padat yang tebalnya d.
Untuk t << d yang mencerminkan keadaan sebenarnya, dan bila rongga
terisi oleh gas, maka tegangan pada C1 dinyatakan oleh
𝑡
𝑉1 = 𝜀𝑟 𝑉𝑎
𝑑
Dimana 𝑉1 = tegangan pada rongga
Va = tegangan yang diterangkan
𝜀𝑟 = permitivitas relative zat isolasi padat

Gambar 11. Bentuk gelombang yang terjadi pada rongga


Jika tegangan bolak-balik Va yang diterapkan tidak menghasilkan
kegagalan, mak bentuk gelombang yang terjadi pada rongga adalah V1 pada
(gambar 10). Tetapi jika tegangan V1 tersebut sudah cukup besar untuk rongga
tersebut, maka akan terjadi kegagalan pada tegangan V1’. Pada waktu terjadi
lucutan dengantegangan V1’, maka pada rongga timbul busur api. Busur api yang
terjadi diiringi oleh jatuhnya tegnagan sampai V1” dan mengalirnya arus. Busur api
kemudian padam. Tegangan pada rongga kemudian naik lagi sampai terjadi pada
setengah gelombang berikutnya yaitu yang negatif. Rongga akan melucut pada
waktu tegangan rongga mencapai – V1’.
Pada waktu gas dalam rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan
katoda anoda (lihat Gambar 11) Bernturan-benturan elektron pada anoda
akanmengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi zat padat. Demikian pula,
pemboman katoda oleh Ion-ion positif akan mengakibatkan rusaknya zat isolasi
padat karenakenaikan suhu, yangkemudian mengakibatkan ketakstabilan termal.
Keadaan ini menyebabkan dinding zat padat lama-kelamaan rusak, rongga menjadi
makin besar dan zat padat bertambah tipis. Proses ini disebut erosi dan kegagalan
yang diakibatkannya disebut kegagalan erosi.

Gambar 11. Tembus Erosi

Kalau proses ini terjadi, maka umur daripada bahan akan berkurang
tergantung dasri tegangan yang diterapkan. Hubungan antara tegangan lucutan
dengan umur bahwa dinyatakan oleh persamaan.
𝑉𝑖 𝑛
𝐿 = 𝐴( )
𝑉𝑎
dimana : Vi = tegangan di mana mulai terjadi lucutan
Va = tegangan yang ditetapkan
n = nilai antara 3 dan 10
Persamaan ini menunjukkan bahwa makin cepat tegangan lucutan mulai
terjadi, makain pendek umur bahan. Kegagalan erosi mungkin terjadi dalam waktu
antara beberapa hari sampai beberapa tahun.
BAB IV
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Dalam daerah dengan kuat medan maksimum


maka bahaya tembus thermal akan sangat tinggi. Hal ini akan dapat ditemukan
dalam pengukuran faktor disipasi jika rugi dielektrik dalam daerah yang berbahaya
dapat diukur secra tersendiri, yakni jika dapat diisolasi dari rugi dielektrik secara
keseluruhan P’diel = E2 ω ε0 εr tan δ.

Anda mungkin juga menyukai