Meningoma Cerebellopontine Angle
Meningoma Cerebellopontine Angle
PENDAHULUAN
Schwannoma merupakan 6%-8% dari semua tumor primer otak. Frekuensi terbanyak
adalah Schwannoma akustik dengan persentase kejadian antara 85-90% dari schwannoma
syaraf intrakranial. Schwannoma trigeminal menempati urutan kedua dari schwannoma
syaraf kranial, yakni antara 2 – 4% saja.1
Schwannoma Trigeminal merupakan neopasma jinak dari sel schwann yang berasal
dari ganglion maupun akar syaraf trigeminal. Tumor ini menempati fossa media dan dapat
membentang sampai ke cerebellopontine angle, mengkompresi struktur di sekitarnya (sinus
cavernosus, mesencephalon, dan pons) juga dapat mengerosi apex dari tulang petrosus.2
Gejala klinis schwannoma trigeminal biasanya timbul perlahan, berupa nyeri pada
wajah, kesemutan dan kebas pada wajah. Sedangkan kompresi pada struktur di fossa
posterior dapat menyebabkan nystagmus, ataksia dan hemiparesis.2
Pilihan terapinya tergantung pada ukuran, lokasi, dan gejala yang dialami. Klinisi
dapat mempertimbangkan terapi mulai dari konservatif dengan observasi, sampai dengan
terapi pembedahan maupun stereotactic radiosurgery.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 ANATOMI
Cerebellopontine angle (CPA) adalah ruang yang dibatasi oleh cerebellum, pons dan
tulang temporal dan berisi saraf kranial kelima, tujuh dan delapan. Cerebellopontine angle
terdiri dari batang otak, cerebellum, dan dikelilingi oleh interpedunkular cisterna.
Cerebellum, pons, dan medulla oblongata merupakan dinding bagian dalam dari CPA.
Kanalis auditoris internal dan foramen jugularis terletak pada dinding lateral CPA.
Saraf kranialis besar di dalam CPA adalah saraf kranialis kelima (Trigeminal), saraf
kranialis ketujuh (facialis), saraf kranialis kedelapan (akustik) (gambar 1). Saraf kranialis
kelima memasuki bagian pertengahan dari pons, saraf keenam ada di persimpangan
pontomedullary, saraf kranial ketujuh dan kedelapan berada pada bagian bawah inferolateral
pons, melintang cerebellopontine cisterna dan masuk ke dalam canalis auditorius internus. Di
sana terdapat arteri melalui saraf, sebagai contoh arteri cerebellum anteroinferior melalui
ruang antara saraf ketujuh dan saraf kedelapan.
Saraf kranial yang berkaitan dengan sensasi orbital dan gerakan mata (III, IV, VI dan
cabang opthalmic saraf trigeminal V1) berkumpul dalam sinus cavernosus, sepanjang tepi
lateral sella tursica, dan kemudian keluar dari tengkorak melalui fisura orbital superior,
berdekatan dengan foramen optik yang dilewati nervus optikus. Tumor yang terjadi di
wilayah ini, seperti yang timbul dari kelenjar pituitari, pertamakali keberadaaannya diketahui
oleh adanya tekanan pada saraf ini, atau kiasma optikus yang berdekatan.
Divisi opthalmik (V1) berjalan dengan saraf motorik okuler melalui fisura orbital
superior untuk menginervasi struktur dari orbita, hidung dan dahi dan kulit kepala. Beberapa
serat dari divisi opthalmik juga menginervasi selaput otak dan pembuluh darah dari fossa
anterior dan media. Divisi maksillaris berjalan melalui foramen pada tulang sphenoid untuk
memberikan sensasi dari kulit di atas pipi, dan bagian atas dari rongga mulut. Divisi
mandibulla meninggalkan tengkorak bersama dengan cabang motorik trigeminal melalui
foramen ovale os sphenoid. Ini memberikan sensasi dari kulit di rahang atas, daerah di atas
telinga, dan bagian bawah rongga mulut, termasuk lidah.
Nervus Facialis (N. VII) juga merupakan syaraf campuran. Cabang motoriknya
mensarafi otot-otot ekspresi wajah serta otot stapedius di telinga dalam, stylohyoid, dan
posterior m. digastic di leher bagian atas. Komponen sensorik berjalan sebagai sebuah berkas
yang terpisah yaitu nervus intermedius. Ganglion sensorik yaitu ganglion genikulatum,
terletak di dekat telinga tengah. Setellah ganglion genikulatum, serat sensorik berpisah dari
cabang motorik. Beberapa mensarafi kulit dari meatus auditori eksternal, sedangkkan yang
lain membentuk chorda tympani, yang bergabung dengan nervus lingual, meberi sensasi rasa
ke dua per tiga bagian depan lidah. Komponen otonom N. VII termasuk serat parasimpatis,
yang menginervasi lakrimal, dan kelenjar ludah (kecuali kelenjar parotis) dan pembuluh
darah otak.
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persyarafan dari dua sisi, karena itu terdapat
perbedaan antara kelumpuhan N. VII tipe sentral dan perifer. Pada parese N. VII tipe sentral,
3
daerah sekitar mata dan dahi tidak mengalami kelumpuhan, hanya daerah wajah bagian
bawah saja. Sedangkan pada parese N. VII tipe perifer, (gangguan berada di inti atau di
serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh, dan mungkin termasuk cabang saraf
yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama saraf fasialis.
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
kortex motorik kontralateral, sedang yang mengurus wajah bagian atas mendapat persarafan
dari kedua sisi kortex motorik (bilateral). Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor
neuron dari N. VII (lesi pada traktus piramidalis atau kortex motorik) akan mengakibatkan
kelumpuhan pada wajah bagian bawah sedangkan bagian atasnya tidak. Pada lesi lower
motor neuron, semua gerakan otot wajah sesisi akan lumpuh.
Saraf vestibuler (N. VIII), berisi dua bundel utama akson sensorik. Serat muncul dari
ganglion vestibuler, menyampaikan sensasi percepatan linear dan angular dari canalis us.
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus di telinga bagian dalam. Serat pendengaran dari
ganglion koklea menyampaikan informasi dari koklea mengenai suara.
Nervus glossopharyngeal (N.IX) dan nervus vagus (N.X), merupakan saraf campuran,
namun otonomm lebih dominan. Nervus glossopharyngeal mengirimkan informasi visceral
dari leher (misalnya, informasi tentang oksigen darah dan tekanan dari sinus karotid),
sedangkan nervus vagus mentransmisikan sensasi visceral dari saluran pernafasan, jantung,
dan organ-organ pencernaan (turun ke colon transversum). Kedua saraf ini termasuk serabut
motorik parasimpatis; N. IX memberikan kontrol parasimpatis dari kelenjar ludah parotis
sedangkan saraf vagus menginervasi sisa organ internal dari leher, dada, dan perut.
Nervus Trigeminus dinamai nervus tiga serangkai karena terdiri dari 3 cabang (rami)
utama, yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut adalah N. Opthalmicus
(N.V1), N. Maksillaris (N.V2), dan N. Mandibularis (N.V3). N. Trigeminus muncul dari
bagian lateral pons bagian belakang, ke arah superior dan anterolateral dari angulus
cerebellopontine. Nervus ini menembus dura dari fossa cranii media pada porus trigeminus,
di sebelah inferior sampai lateral dari perlekatan tentorium. Ganglion gasseri terdapat pada
celah terletak di sebelah anteromedial piramida petrosa yang dikenal sebagai Cavum
Meckelli. Ganglion dan cabang ketiga N. V berada ekstradural di dalam fossa cranii media.
Cabang pertama dan kedua N. V berjalan melalui dinding lateral pada sinus cavernosus.
Nervus Trigeminus bersifat campuran, bagian mayornya membawa serat sensorik dari
wajah dan bagian minornya membawa serat motorik untuk otot-otot pengunyah. Unsur
sensorik berasal dari ganglion trigeminalis (ganglion semilunaris Gasseri), membentuk tiga
bagian mayor (gambar 3) :
1. Nervus Opthalmicus, yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus
paranasalis, dan sebagian dari selaput lendir hidung.
Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui fissura orbitalis superior.
2. Nervus Maksillaris, yang mensarafi rahang atas serta gigi geligi rahang atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris, dan selaput lendir hidung.
Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen rotundum.
3. Nervus Mandibullaris, yang mensarafi rahang bawah, gigi geligi rahang bawah,
bibir bawah, mukosa pipi, lidah, sebagian dari meatus akustikus eksternus, meatus
akustikus internus, dan selaput otak.
Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen ovale.
Setelah masuk dalam pons (di perbatasan 1/3 depan dengan 2/3 belakang dari pons),
maka porsio mayor N. V itu bercabang dua, yaitu :
Akson neuron dalam nukleus prinsipal, nukleus spinalis dan nukleus mesencephalicus
menyilang bidang median dan anik sebagai lemniscus trigeminalis dan berakhir pada nukleus
ventroposteromedial thalamus. Akon dari sel-sel nukleus tersebut berjalan melalui crus
poterior kapsula interna menuju sepertiga gyrus postsentralis kortex cerebri.
Dalam porsio mayor lewat serabut-serabut aferen sentral yang menghantarkan perasa
raba, nyeri dan suhu yanng datang dari n. Opthalmicus, N. Maksillaris, dan N. Mandibullaris.
Serabut-serabut menuju dan bersinaps di nukleus sensibilis prinseps N. V, dan
menghantarkan perasa raba, nyeri dan suhu.
Dalam porsio minor lewat serabut-serabut eferen motorik (serabut alfa dan gamma)
yang mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut afferen perifer, menghantarkan perasa
propioseptif yang datang dari otot-otot pengunyah (serabut anulospiral dan flower spray) ke
nukleus mesenfalikus N. V.
6
Nukleus motorik N. V yang terletak di dalam pons menerima serabut kortikonuklearis
dari kedua hemisferium cerebri. Selain itu juga menerima serabut dari formatio retikularis,
nukleus rubrum, tectum dan fasciculus longitudinalis medial, serta serabut dari nukleus
mesenfalikus. Sel-sel nukleus motorik mengeluarkan akson yang membentuk radix motorik
dan serabut-serabutnya melewati saraf mandibularis mensarafi otot-otot pengunyah, m.
Tensor tympani, m. Tensor velli palatini, m. Mylohyoideus, dan venter anterior m.
Digastricus.
II.2. 1. Epidemiologi1,2
Schwannoma adalah neoplasma jinak yang berasal dari selaput pembungkus saraf
perifer. Berasal dari sel-sel schwan yang secara normal berfungsi membungkus akson perifer,
dengan cara memproduksi suatu selubung yang dikenal sebagai selubung myelin. Nama
lainnya adalah neurinoma, neuroma, neurilemmomas.1
Dapat dialami oleh segala usia, dengan insiden puncak pada usia dekade keempat
sampai dekade keenam. Schwannoma dapat muncul pada anak-anak, namun jarang, kecuali
berkaitan dengan neurofibromatosis tipe 2. Tidak ada predileksi salah satu jenis kelamin.
1. Regio Antoni A : terdiri dari sel-sel padat yang mengalami elongasi, berbentuk seperti
kumparan disertai dengan hiperchromatic, nukleus yang berbentuk seperti rokok dan
sitoplasma yang eosinofilik. Nukleus-nukleus dari tiap-tiap sel ini berbaris rapi
membentuk barisan seperti pagar (palisade) berselang seling dengan daerah yang
tidak ada nukleusnya (nuclear free zone); struktur seperti ini disebut Badan Verocay.
2. Regio Antoni B disusun oleh sel-sel dengan vakuola berukuran besar, tidak tersusun
rapi, terkadang sel-selnya disertai dengan nukleus yang piknotik atau bentuk yang
iregular. Perubahan kistik, sama seperti yang terjadi pada hyalinisasi dinding
pembuluh darah dengan penimbunan tombosis dan hemosiderin perivaskular sering
terjadi. Daerah Antoni B menunjukkan adanya perubahan-perubahan degenerasi.
Schwannoma intrakranial biasanya hanya sedikit memiliki gambaran palisade dan
terdiri dari jaringan yang bersifat campuran.
8
Yang khas pada schwannoma adalah ukuran sel nya yang memanjang, terdapat proses
pemilinan yang bersifat komplex yang membungkus stroma yang terinvensi, secara bentuk
memiliki kesamaan dengan susunan pembungkusan normal berupa struktur akson – sel
schwan – akson yang biasa tersusun (pseudo-akson).. Batas yang tegas di sepanjang
permukaan tumor membatasi pertumbuhan tumor yang terjadi dengan jaringan yang ada di
sekelilingnya. Perubahan schwannoma menjadi bentuk ganas sangat harang terjadi.
Gambar 5.
Panah A menunjukkan regio Antoni A
Panah B menunjukkan regio Antoni B
II. 2. 3 Klasifikasi1
1. Tipe Fossa Media : terletak di fossa media, terkadang menekan sinus cavernosus,
2. Tipe Dumb bell : meluas ke fossa media dan fossa posterior, melalui porus
trigeminus,
3. Tipe Fossa Posterior : keluar melalui porus trigeminus dan terdapat komponen besar
pada fossa posterior, sedangkan hanya sebagian kecil di fossa media.
Gejala muncul bervariasi antara beberapa bulan sampai dengan lebih dari 15 tahun.
Gangguan yang sering dikeluhkan adalah perasaan kebas, nyeri ataupun parestesi pada daerah
9
distribusi dari salah satu cabang yang berhubungan, namun yang lebih sering terjadi adalah
keterlibatan dari ketiga cabang dengan tingkat yang berbeda-beda. Anestesia komplit yang
terjadi pada ketiga cabang biasanya jarang terjadi. Dan bila terjadi, dicuriggai adanya invasi
suatu bentuk keganasan pada gangliion gasseri. Nyeri pada schwannoma berbeda dengan
nyeri pada neuralgia trigeminal. Pada schwannoma durasi nyeri bersifat paroksismal
(biasanya berjam-jam), dan tidak ada pencetus (trigger zone). Gangguan sensorik biasanya
terjadi pada tumor yang letaknya di fossa media. Tumor pada lokasi ini menyebabkan
penekanan pada sinus cavernosus, yang menyebabkan terjadinya diplopia. Tumor yang
meluas sampai ke dalam apex orbita menyebabkan terjadinya eksofthalmus dan kehilangan
penglihatan. Tumor yang berada di fossa posterior lebih sering muncul, disertai kehilangan
pendengan, tinitus atau gangguan berjalan. Sedangkan tumor bentuk dumb bell muncul
dengan gejala kombinasi antara tipe fossa media dan fossa posterior. Keluhan lain dengan
angka kejadian lebih rendah, adalah sakit kepala, kejang, dan spasme hemifasial.
Tumor pada fossa media dapat menyebabkan kurang pendengaran yang bersifat
konduktif, karena kerusakan yang terjadi pada tubba eustachii dan paresis fasialis yang
muncul sekunder karena penekanan N. VII. Tumor yang muncul pada bagian radix biasanya
menimbulkan sindroma angulus cerebellopontine, yang terdiri dari : kehilangan pendengaran
dan kelemahan pada otot-otot facial yang muncul sekunder akibat distorsi pada N. VII dan N.
VIII.
Tumor besar di fossa posterior yang meluas ke bagian bawah menyebabkan disfungsi
nervus cranialis yang terletak lebih rendah menyebabkan fonasi abnormal dan hilangnya
reflex palatal. Tumor bentuk dumb bell biasanya menunjukkan tanda dan gejala kombinasi
yang muncul karena adanya tumor pada fossa media dan fossa posterior.
1. Pada foto polos kepala adanya erosi pada apex petrosa adalah gambaran yang paling
sering ditemukan. Erosi pada aspek lateral clivus adalah tanda patognomonis pada
tumor yang meluas di fossa posterior. Tumor pada ganglion yang meluas sampai pada
bagian anterior menyebabkan erosi pada lateral dan bagian belakang dari sella dan
10
processus clinoideus. Defek tulang dengan tepi tajam tampak jelas pada dasar fossa
media, juga terdapat pembesaran foramen rotundum dan ovale.
2. Perubahan yang terjadi pada tulang yang tidak tampak jelas pada foto polos dapat
terlihat dengan lebih jelas pada CT Bone Window. Massa yang merupakan jaringan
lunak terlihat isodens sampai hiperdens tergantung pada jaringan otak sekelilingnya.
Peruabahan-perunahan ksitik di dalam tumor juga dapat terlihat. Dengan penggunaan
kontras iodine, biasanya tumor akan mengalami peningkatan densitas secara homogen
dan intense; meskipun demikian, gambaran yang tampak seperti cincin atau
enhancement yang ireguler tidak jarang terjadi. Pada gambaran CT scan tampak
distorsi atau obliterasi dari cavum Meckel, dimana pada gambaran normalnya
seharusnya cukup konstan berbentuk ellipsoid.
3. Dengan pemeriksaan MRI, massa jaringan lunak biasanya tampak sebagai lesi yang
bersifat hipointense pada T1 dan hiperintense pada T2. Bila digunakan kontras
gadolinium, gambarannya akan tampak serupa dengan yang terlihat pada penggunaan
kontras pada CT – biasanya bersifat homogen dan intens. Pemeriksaan CT dan MRI
sangat diperlukan untuk menentukan batas-batas tumor, dan untuk merencanakan
suatu tindakan pembedahan.
4. Pada pemeriksaan angiografi cerebral menunjukkan abnormalitas, dimana trigeminal
schwannoma paling sering menginvasi cavum Meckel, sehingga a. Carotis interna di
segmen parasellar dan/atau juxtasellar sering teregang, tedorong ke medial, anterior
dan/atau ke inferior.
1. Metastasis pada basis kranii dan tumor tulang primer seperti chondrosarcoma, dan
chordoma biasanya menyebabkan gambaran kerusakan tulang yang bersifat irregular,
tidak berupa kerusakan tuang yang nyata.
2. Meningioma, kelainan pada tulang yang disebabkan oleh meningioma lebih sering
berupa gambaran hiperostosis, dan bukan gambaran erosi, dan biasanya terdapat
kalsifikasi di dalam tumor, yang sangat jarang terjadi pada schwannoma.
3. Epidermoid, tulang yang mengalami kerusakan diakibatkan oleh epidermoid biasanya
menunjukkan adanya suatu batas sklerotik yang tidak ditemukan pada schwannoma.
11
4. Neuroma akustik. Pembesaran yang simetris di dalam canalis auditorius internus pada
neuroma akustik hampir selalu terjadi sehingga keluhan yang pertama kali muncul
pada neuroma akustik adalah kehilangan pendengaran.
II. 2. 7 Pengobatan
Pilihan pendekatan terapi bergantung pada lokasi, ekstensi tumor, dan gejala
yang dialami. Dapat berupa observasi dengan pemeriksaan radiologi serial tiap 6-12
bulan, terapi pembedahan microsurgery, maupun dengan pendekatan stereotactic
radiosurgery.
12
Nervus auditorius dan nervus facialis ditemukan di sepanjang polus inferiornya. Nervus
occulomotorius dan nervus abducens biasanya daapt ditemukan di sepanjang sisi medial
bersama arteri carotis. Sebagian atau keseluruhan dari komplex trigeminal harus dieksisi
karena adanya keterlibatan tumor tersebut.
Dahulu kebanyakan dari tumor ini direseksi secara subtotal, di tempat dimana
ia melekat di sinus cavernosus, arteri carotis interna atau pada batang otak. Hasil jangka
panjang dari reseksi subtotal masih bersifat kontroversial, karena beberapa penulis
melaporkan munculnya gejala-gejala simptomatik berulang yang tidak menguntungkan
dalam waktu tiga tahun.
II. 2. 8 Prognosis
Dahulu angka kematian akibat pembedahan cukup tinggi, yakni setinggi 25%.
Dengan teknik microsurgery modern, angka kematian telah turun drastis menjadi 2,2%.
Sedangkan angka kesakitan terdiri dari trauma nervus cranialis, kebocoran cairan
cerebrospinal, meningitis dan hidrocephalus. Banyak pasien tetap mengalami disfungsi
nervus trigeminus yang bersifat permanen dengan tingkatan berbeda-beda.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Osborn G.A. Osborn’s brain imaging, pathology, and anatomy. Canada : Amirsys;
2013.
5. Saper CB. Brain stem, reflexive behavior, and the cranial nerves in principles of
neuroscience. McGrawhill; 1991.
6. Duus P. Otak dan Saraf Kranial; Suwono JW (editor), Diagnosis topik neurologi,
anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Jakarta : EGC; 2007.
8. Snell SR. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta : EGC, 2007.
14
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. T
No. CM : C479232
No. Reg : 7760628
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : menikah
Alamat : Gang Nusa Indah, RT 002/ RW001, Pati
Pekerjaan : Petani
MRS : 27-8-2014
Tanggal Operasi : 02-09-2014
Kronologis :
+ 3 tahun SMRS os mulai merasakan nyeri kepala terutama sebelah kanan,
nyeri terasa cekot-cekot, hilang timbul. Timbul terutama saat aktivitas, hilang
saat istirahat. Os juga mengeluh nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk pada
wajah kanan, baik pada dahi, pipi maupun rahang. Mata kabur (-), penglihatan
dobel (-), muntah tanpa disertai mual (-), kejang (-). Os menganggap sakit
kepala biasa. Os hanya minum obat warung untuk meredakan sakit kepala
tersebut.
+ 2 tahun SMRS nyeri kepala semakin berat, semakin sering, disertai
pandangan mata kanan mulai kabur. Pandangan jadi buram, pandangan dobel
(+), kelopak mata kanan jadi sulit ditutup. Lama-kelamaan mata jadi sering
berair, merah, banyak kotoran, terasa mengganjal. Lama kelamaan timbul plak
putih pada bagian tengah bola mata, sehingga mata kanan os tidak bisa melihat
sama sekali. Pandangan mata kiri juga mulai kabur.
Selain itu os juga mengeluh sisi wajah sebelah kanan terasa kebas, mati rasa,
rahang kanan kaku, sulit menggigit di sisi rahang kanan, mulut perot (+), pelo
15
(+), pendengaran telinga kanan berkurang. Muntah tanpa diawali mual (+),
demam (-), Kejang (-), BAB/BAK tidak ada kelainan.
16
III. DATA OBJEKTIF
Kesadaran : composmentis
GCS : E4M6V5
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 72x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 37o C
Tinggi : 165 cm BB : 55 kg
BMI : 19,83
Kepala : mesosefal
Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : limfadenopathy -/-, JVP tidak meningkat
Dada :
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC VI, 2 cm lateral LMCS
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI-II murni, galloup (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : hepar, lien tidak teraba
17
III. 2 STATUS NEUROLOGIS
a. Nn. Craniales :
Subjektif : + +
Dengan bahan : + +
N. II (N. Opticus) :
Tajam penglihatan : visus 0, NLP >3/20
Lapangan penglihatan : - sulit dinilai
Melihat warna : - +
Fundus Okuli : tidak dapat dinilai papil edema (+)
(lekoma (+))
N. IV (N. Trochlearis) :
Pergerakan mata : - +
(bawah, dalam)
Sikap bulbus : sulit dinilai sentral
Melihat kembar : sulit dinilai -
N. V (N. Trigeminus) :
Membuka mulut : - +
Mengunyah : - +
Mengigit : - +
Refleks kornea : - +
Sensibilitas muka : - +
18
kanan kiri
N. VI (N. Abducens) :
Pergerakan mata : - -
(ke lateral)
Sikap bulbus : tidak dapat dinilai sentral
Melihat kembar : tidak dapat dinilai -
N. IX (N. Glossofaringeus) :
Perasaan lidah : + +
(1/3 bagian belakang)
Sensibilitas faring : + +
N. X (N. Vagus) :
Arcus Faring : simetris simetris
Uvula : simetris simetris
Berbicara : disfoni (-) disfoni (-)
Menelan : + +
N. XI (N. Aksesorius) :
Mengangkat bahu : + +
Memalingkan kepala : + +
19
c. Motorik : kanan kiri
Extremitas superior :
Pergerakan : + +
Kekuatan : 5/5/5 5/5/5
Tonus : N N
Trofi : Eutrofi Eutrofi
Reflex Biseps : +2 +2
Reflex Triseps : +2 +2
R. Hoffman/ Tromner : - -
Extremitas inferior :
Pergerakan : + +
Kekuatan : 5/5/5 5/5/5
Tonus : N N
Trofi : Eutrofi Eutrofi
R. Patella : +4 +4
R. Achilles : +2 +2
R. Babinski : - -
R. Chaddok : - -
R. Oppenheim : - -
R. Gordon : - -
R. Schaefer : - -
R. Bing : - -
R. Gonda : - -
R. Mendel Bechterew : - -
R. Rossolimo : - -
Klonus paha : - -
Klonus kaki : + +
d. Sensibilitas :
extremitas superior :
sensibilitas protopatik : + +
sensibilitas propiospetif : + +
extremitas inferior :
sensibilitas protopatik : + +
sensibilitas propiospetif : + +
20
f. Vegetatif : BAB dan BAK tidak ada kelaianan
V. RESUME
Seorang pasien laki-laki usia 52 tahun, datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 tahun
SMRS, disertai rasa baal dan nyeri pada wajah sebelah kanan. Nyeri kepala makin lama
makin berat disertai pandangan kabur kedua mata, terutama mata kanan, mata kanan tidak
dapat menutup, gangguan pendengaran sebelah kanan,
Kesadaran baik, GCS : E4M6V5 = 15, TD : 120/70 mmHg, HR : 72x/menit, RR : 18x/menit,
t : 370 celcius. Status internus : tidak ada kelainan. Status neurologis ditemukan : Disfungsi
N. II ODS, Paresis III dextra, Paresis N. IV dextra, Paresis N. V dextra, Paresis N.VI dextra,
Paresis N. VII dextra tipe perifer, Paresis N. VIII dextra, gangguan kordinasi
MRI Kepala : Massa padat lobulated ekstraaksial pada regio prepontine sampai CPA kanan,
cenderung gambaran neurogenic tumor dd/ trigeminal schwannoma.
21
VI. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis :
-Disfungsi N. II ODS,
-Paresis III dextra,
-Paresis N. IV dextra,
-Paresis N. V dextra,
-Paresis N.VI dextra,
-Paresis N. VII dextra tipe perifer,
-Paresis N. VIII dextra,
-Gangguan koordinasi
Diagnosis Topis :
Cerebellopontine Angle
Diagnosis Etiologi :
SOL dd/ Schwannoma Trigeminal
VII. PENATALAKSANAAN
22
VIII. CATATAN PERKEMBANGAN
28-08-2014
S : nyeri kepala (+)
O : K/U : baik, Kes : CM, GCS : E4M6V5
TD : 120/70, HR : 72x/mnt, RR : 18x/mnt, t : 370, VAS : 4
Defisit Neurologis : Multiple cranial nerves palsy
Hemiparesis sinistra spastik
23
02-09-2014
S:-
O : tetap
A : tetap
P : Tindakan Operasi Craniotomy Micro Tumor Dasar Tengkorak
Laporan Operasi :
Instruksi Post. Op :
- Rawat ICU untuk pengawasan selama 24 jam
- Posisi kepala lebih tinggi 300
- Boleh duduk/ setengah duduk
- Sadar 3 jam : minum/ makan biasa
- DC stop
- AB : Ceftriaxone 2 gr/ 24jam i.v (selama 5 hari), skin test dulu.
- Terapi lain lanjut
03-09-2014
S : penurunan kesadaran, demam (-), muntah (-)
O : K/U : lemah, masih terpasang ventilator dengan mode CPAP; terpasang NGT, DC
Kes : GCS : E1M5Vet (pengaruh obat)
TD : 144/87 mmHg; HR : 63x/menit; RR : 16x/menit; t : 36,80; Sat : 100%
Mata : OD : proptosis (+), tertutup kassa
OS : pupil bulat uk.3mm, Rf.cahaya (+)
Defisit neurologis lain : tetap
Luka operasi kering, baik.
24
Lab : Hb : 10,5 / Ht : 29,23/ Lekosit 23,15ribu/ Trombosit 293ribu
Elektrolit : Na 139,8/ K 3,9/ Cl 107/ Ca 1,80/ Mg 0,63
Albumin 2,5/ Ur 25/ Cr 0,54/ GDS : 150
A : Post craniotomy mikro tumor dasar tengkorak ec. Schwannoma Trigeminal hari
ke 1
Anemia ( Hb : 10,5)
Hipokalsemia (Ca : 1,8)
Hipoalbumin (Alb : 2,5)
04-09-2014
Laboratorium :
Darah rutin : Hb 9,6/ Ht 26,7/ Leuko 20,4 ribu/ Tromb 214,9 ribu
Elektrolit (post koreksi) : Ca : 2, 01
A:
Post craniotomy mikro tumor dasar tengkorak ec. Schwannoma Trigeminal hari ke2
Anemia ( Hb : 9,6)
25
05-09-2014
A:
Post craniotomy mikro tumor dasar tengkorak ec. Schwannoma Trigeminal hari ke2
Anemia post transfusi ( Hb : 10,1)
06-09-2014
Lab : Hb 10, 1 (pasca transfusi) / Ht 27,,8/ leuko 19,1/ Trombo 187, 8 ribu
Elektrolit : Mg 0,74/ Ca 2,09/ Na 135/ K 3,1/ Cl 100,8
26
A:
Post craniotomy mikro tumor dasar tengkorak ec. Schwannoma Trigeminal hari ke2
Anemia post transfusi ( Hb : 10,1)
07-09-2014
P:
Suction berkala
27
15. 40 S: pasien mengalami henti jantung
O: apnea (+), nadi (-)
A: cardiac arrest
28
LAMPIRAN
29
30
31
DURANTE OPERASI
32
HASIL P.A
33
34