Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Respirasi”


yang disusun oleh:
nama : Astuti
NIM : 1414041001
kelas / kelompok : Pendidikan Biologi/ III
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2015


Koordinator Asisten, Asisten,

Djumarirmanto, S.Pd Rahmawati


NIM.1214041017

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

Drs. H.Hamka L,M.Si


NIP.19621231 198702 1 005
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita dapat hidup tanpa makanan dan minuman selama beberapa hari, tetapi
kita perlu bernapas setiap beberapa detik. Hanya sedikit makhluk hidup yang
dapat tetap hidup lebih dari lima menit tanpa bernapas. Makhluk hidup perlu
bernapas untuk memasukkan oksigen dari udara dan mengeluarkan gas
buangan untuk melakukan respirasi. Respirasi adalah serangkaian reaksi
biokimiawi yang memerlukan oksigen untuk mengoksidasi zat-zat makanan
guna menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh makhluk hidup untuk
melakukan berbagai aktvitas kehidupan, seperti bergerak, tumbuh, dan
bereproduksi.
Dalam pengertian sehari-hari, bernapas sekadar diartikan sebagai proses
pertukaran gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi
tidaklah demikian. Pernapasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran
atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh
energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah
karbohidrat.
Selain hewan, tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernapasannya,
umumnya diserap melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan
melakukan respirasi aerob. Bila dalam keadaan anaerob atau kurang oksigen,
jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada akar yang tergenang
air.
Keanekaragaman makhluk hidup baik dari jenis atau spesiesnya
menyebabkan adanya perbedaan sistem respirasinya baik dalam hal kuantitas
maupun kualitas. Kebutuhan oksigen kucing tentu akan berbeda dengan
kebutuhan oksigen cacing pita. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor
internal maupun eksternal yang mempengaruhinya. Berdasarkan hal tersebut
diadakan praktikum yang berjudul “respirasi” untuk menyelidiki bagaimana
makhluk hidup membutuhkan oksigen, kemudian mengetahui kuantitas
pernapasan yang dialami oleh makhluk hidup yang berbeda baik dari ukuran
tubuh dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk
respirasinya.
2. Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis
dan ukuran berat tubuhnya.
C. Manfaat
Setelah melakukan praktikum mengenai respirasi, mahasisiwa dapat
membuktikan bahwa setiap organisme memerlukan oksigen dan setiap
organisme memiliki kebutuhan oksigen yang berbeda-beda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Resirasi adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Udara masuk


ke dalam paru melalu inspirasi dan dikeluarkan melalui ekspirasi. Otot yang
membantu proses respirasi adalah diafragma dan interkostal eksternal dan
internal. Selama inspirasi, kontraksi diafragma ke arah bawah meningkatkan
volume rongga thoraks,menyebabkan udara masuk ke dalam paru dengan cepat.
Otot interkostalis eksterna membantu proses inspirasi dengan cara menggerakkan
tulang iga ke atas. Selama ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi bergerak
menuju/melawan paru, mengurangi volume rongga thoraks, dan hal ini memaksa
udara keluar dari paru. Secara bersamaan, interkostalis menurunkan tulang iga,
membantu ekspirasi (Lyrawati, 2012).
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada
kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat
makanan sumber energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia
berupa ATP. Namun demikian, zat sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk
glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosa
atau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di bongkar secara
hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar adalah
lipida (lemak) atau protein (Suyitno, 2006).
Penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses akan mengurangi penggunaan
pada proses yang lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu malam terlalu
tinggi akan menyebabkan peningkatan respirasi yang mengakibatkanpeningkatan
pembongkaran hasil fotosintesis, akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan
untuk pertumbuhan dan cadangan makanan menurun. Adanya peristiwa
fotorespirasi juga mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis. Ketika laju
fotosintesis dan laju respirasi seimbang akan menyebabkan tidak adanya
hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan
makanan (Sugito dalam Lestari (2006).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan
organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen. Respirasi
aerob terjadi pada sitoplasma dan di dalam mitokondria dan menghasilkan 36
ATP dari satu molekul glukosa. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi (Andhi, 2011).
Mekanisme pernapasan pada serangga misalnya belalang, adalah sebagai
berikut. Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea memipih sehingga
udara kaya karbondioksida keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi
maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih
kecil dibandingkan dengan tekanan diluar sebagai akibatnya udara di luar yang
kaya oksigen masuk trakea. Sistem trakea berfungsi mengangkut oksigen dan
mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut karbondioksida
hasil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada
serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut
gas pernapasan (Yudiarti, 2004).
Perpindahan gas melalui permukaan membran pernapasan, masuk dan
keluaar sel tubuh selalu dengan cara difusi. Jika gas tidak tersedia dalam air, gas
itu akan larut dalam permukaan membran yang basah dan melewatinya
menurut gradiaen konsentrasi, karena oksigen itu dipergunakan oleh sel-sel,maka
kadarnya dalam sel dan tubuh akan selalu rendah daripada dalam lingkungan,
baik dalam air maupun di udara tempat hewan itu hidup. Sebaliknya sel-sel
tersebut memprodusi karbondioksida, karena itu dalam sel dan tubuh, gas
itu selalu terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada dalam
lingkungannya (Tim Dosen Biologi Dasar, 2013).
Sel hidup membutuhkan transfusi energi dari sumber-sumber luar untuk
melakukan tugas-tugasnya yang sedemikian banyak misalnya , merakit polimer,
memompa zat melintasi membran, bergerak, dan bereproduksi. Panda raksasa
memperoleh energi untuk sel-selnya dengan cara memakan tumbuhan. Beberapa
hewan memakan organisme lain yang memakan tumbuhan. Energi yang tersimpan
dalam molekul-molekul organik dari makanan sebenarnya berasal dari matahari.
Energi mengalir ke dalam ekosistem sebagai cahaya metahari dan meninggalkan
ekosistem sebagai panas. Sebaliknya, unsur-unsur kimia yang esensial bagi
kehidupan didaur ulang. Fotosintesis menghasilkan oksigen dan molekul
organik yang digunakan oleh mitokondria eukariota sebagi bahan bakar untuk
respirasi selular. Respirasi menguraikan bahan bakar ini, menghasilkan ATP.
Produk-produk buangan dari tipe respirasi ini, yaitu karbondioksida dan air,
meupakan bahan mentah bagi fotosintesis (Campbell, 2008).
Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-
kadang dapat berperan sebagai substrat respirasi. Biji-biji tertentu, misal biji jarak
, mengandung banyak lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam
jaringan endosperma yang mengelilingi embrio. Selama beberapa hari pertama
perkecambahan, lemak-lemak ini diubah terutama menjadi sukrosa ysang
selanjutnya diserap dan respirasi oleh embrio yang sedang tumbuh. Metabolisme
respirasi dalam endosperma dari biji-biji mengandung lemak yang sedang
berkecambah itu terutama dari penguraian lemak menjadi sukrosa sedangkan
embrio yang sedang tumbuh merespirasi sukrosa menjadi karbondioksida dan air.
Perubahan lemak menjadi sukrosa dalam jaringan endosperma biji yang
mengandung lemak (Sasmitamihardja, 1996).
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses
fosfolirasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat
menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses semacam itu disebut respirasi anaerob.
Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak.
Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah respirasi
aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan 2
molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama akan
menghasilkan 36 atau 38 molekul atp. Oleh karena itu, hampir semua hewan
sangat bergantung pada proses respirasi (pembentukan atp) secara aerob.
Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan air,
yang harus segera dikeluarkan dari sel (Isnaeni, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari , tanggal : Rabu, 14 Januari 2015
Waktu : Pukul 07.30 sd 9.10 WITA
Tempat : Green House Jurusan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Satu set respirometer simple
b) Spoit 1 buah
c) Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a) Vaselin
b) Kapas
c) KOH Kristal
d) Larutan Eosin
e) 10 buah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)
f) 1 ekor belalang besar dan 1 ekor belalang kecil (Disosteria carolina)
g) 1 ekor kecoa besar dan 1 ekor kecoa kecil (Blatta orientalis)
C. Langkah Kerja
1. Percobaan I
a. Mengambil 1 ekor belalang yang berukuran besar dengan berat tubuh
sama atau hampir sama dengan kecoa besar yang akan diteliti.
b. Membungkus 1 butir Kristal KOH dengan kapas tipis kemudian
memasukkannya ke dalam tabung respirometer.
c. Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer.
d. Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan
dengan pipa kaca berskala, kemudian mengolesinya dengan vaselin pada
sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah
kebocoran.
e. Meletakkan tabung respirometer pada sandarannya.
f. Menetesi ujung pipa kaca berskala dengan larutan eosin sampai masuk
kedalam salurannya.
g. Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa berskala, kemudian
mencatat berapa jarak mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit hingga menit
ke-5.
h. Setelah dilakukan pengamatan selama 5 menit, kemudian mengeluarkan
belalang dari tabung respirometer.
i. Mencuci tabung respirometer, dan memasukkan belalang kecil yang
memiliki ukuran tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa kecil.
j. Mengulang langkah kerja b sampai g untuk pengamatan belalang kecil.
2. Percobaan II
a. Membersihkan kembali respirometer sederhana yang telah digunakan.
b. Melakukan percobaan II dengan tata urutan kerja yang sama pada
percobaan I, dengan menggunakan kecoa besar dan kecoa kecil dengan
ukuran berat tubuh yang hampir sama dengan belalang.
3. Percobaan III
a. Membersihkan respirometer yang telah digunakan.
b. Melakukan percobaan III dengan tata urutan kerja yang sama pada
percobaan I, dengan menggunakan kecambah kacang hijau yang belum
dikuliti dan yang telah dikuliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda
Penunjukan skala
Menit ke
Belalang besar Belalang kecil
1 0,40 0,26
2 0,60 0,40
3 0,72 0,57
4 0,80 0,70
5 0,90 0,86

2. Tabel 2. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda


Penunjukan skala
Menit ke
Kecoa besar Kecoa kecil
1 0,18 0,28
2 0,34 0,43
3 0,48 0,60
4 0,60 0,85
5 0,70 0,95

3. Tabel 3. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama


Penunjukan skala
Menit ke
Belalang besar Kecoa besar
1 0,40 0,18
2 0,60 0,34
3 0,72 0,48
4 0,80 0,60
5 0,90 0,70

4. Tabel 4. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama


Penunjukan skala
Menit ke
Belalang kecil Kecoa kecil
1 0,26 0,28
2 0,40 0,43
3 0,57 0,60
4 0,70 0,85
5 0,86 0,95
5. Tabel 5. Perbandingan kecambah yang dikupas dan tidak dikupas
Penunjukan skala
Menit ke
Kecambah dikupas Kecambah tidak dikupas
1 0,06 0,01
2 0,16 0,12
3 0,21 0,17
4 0,30 0,22
5 0,37 0,29

6. Tabel 6. Perbandingan tumbuhan dan hewan


Penunjukan skala
Menit ke
Kecambah dikupas Belalang besar
1 0,06 0,40
2 0,16 0,60
3 0,21 0,72
4 0,30 0,80
5 0,37 0,90

B. Analisis Data
a. Belalang besar
0,40
𝑣1 = = 0,400 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,60
𝑣2 = = 0,300 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,72
𝑣1 = = 0,240 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,80
𝑣1 = = 0,200 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,90
𝑣1 = = 0,180 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,400 + 0,300 + 0,240 + 0,200 + 0,180
𝑣̅ = = 0,264 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5
b. Belalang kecil
0,26
𝑣1 = = 0,260 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,40
𝑣2 = = 0,200 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,57
𝑣3 = = 0,190 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,70
𝑣4 = = 0,175 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,86
𝑣5 = = 0,172 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,260 + 0,200 + 0,190 + 0,175 + 0,172
𝑣̅ = = 0,199 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5
c. Kecoa besar
0,18
𝑣1 = = 0,180 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,34
𝑣2 = = 0,170 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,48
𝑣3 = = 0,160 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,60
𝑣4 = = 0,150 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,70
𝑣5 = = 0,140 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,180 + 0,170 + 0,160 + 0,150 + 0,140
𝑣̅ = = 0,160 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5
d. Kecoa kecil
0,28
𝑣1 = = 0,280 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,43
𝑣2 = = 0,215 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,60
𝑣3 = = 0,200 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,85
𝑣4 = = 0,212 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,95
𝑣5 = = 0,190 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,280 + 0,215 + 0,200 + 0,212 + 0,190
𝑣̅ = = 0,219 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5
e. Kecambah yang dikupas
0,06
𝑣1 = = 0,060 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,16
𝑣2 = = 0,080 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,21
𝑣3 = = 0,070 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,30
𝑣4 = = 0,075 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,37
𝑣5 = = 0,074 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,060 + 0,080 + 0,070 + 0,075 + 0,074
𝑣̅ = = 0,072 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5
f. Kecambah yang tidak dikupas

0,01
𝑣1 = = 0,010 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,12
𝑣2 = = 0,060 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,17
𝑣3 = = 0,056 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,22
𝑣4 = = 0,055 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,29
𝑣5 = = 0,058 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,010 + 0,060 + 0,056 + 0,055 + 0,058
𝑣̅ = = 0,047 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5

A. Analisis Grafik
1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda

1
pergeseran eosin(skala)

0.8
0.6
0.4 Belalang besar

0.2 Belalang kecil

0
0 2 4 6
waktu (menit)
2. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda

1
pergeseran eosin (skala)
0.8

0.6

0.4 Kecoa besar


Kecoa kecil
0.2

0
0 2 4 6
waktu (menit)

3. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama

1
pergeseran eosin (skala)

0.8
0.6
0.4 Belalang besar
0.2 Kecoa besar

0
0 2 4 6
waktu (menit)
4. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama

1
0.8
pergeseran eosin (skala)

0.6
0.4 Belalang kecil
Kecoa kecil
0.2
0
0 2 4 6
waktu (menit)
5. Perbandingan kecambah yang dikupas dan tidak dikupas

0.4
pergeseran eosin (skala)
0.3

0.2 Kecambah dikupas

0.1 Kecambah tidak


dikupas
0
0 2 4 6
waktu (menit)

6. Perbandingan tumbuhan dan hewan

1
0.9
pergeseran eosin (skala)

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4 Kecambah dikupas
0.3 Belalang besar
0.2
0.1
0
0 2 4 6
waktu (menit)

D. Pembahasan
1. Perbandingan Laju Respirasi Belalang Besar dan Belalang Kecil
Perbandingkan dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang
berbeda yakni antara belalang berukuran tubuh besar dan belalang
berukuran tubuh kecil. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa
kecepatan rata-rata pernapasan belalang besar adalah 0,264 skala/menit dan
belalang kecil adalah 0,199 skala/menit. Ini menunjukkan bahwa kecepatan
pernapasan belalang bertubuh besar lebih tinggi daripada belalang bertubuh
kecil. Hal ini terjadi karena belalang besar memiliki sistem tubuh yang lebih
kompleks dibandingkan belalang kecil hal ini berimbas pada kebutuhan
oksigen. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan organisme
bergantung pada ukuran tubuh organisme tersebut.
2. Perbandingan Laju Respirasi Kecoa Besar dan Kecoa Kecil
Perbandingkan dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang
berbeda yakni antara kecoa berukuran tubuh besar dan kecoa bertubuh kecil.
Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan rata-rata
pernapasan kecoa besar adalah 0,160 skala/menit dan kecoa kecil adalah
0,0219 skala/menit. Seharusnya laju respirasi kecoa besar lebih besar
dibandingkan dengan kecoa kecil dengan berasumsi bahwa ukuran tubuh
yang besar harus disuplai dengan jumlah oksigen yang banyak. Namun,
kecoa besar yang digunakan memang sudah terlihat tidak bugar karena
telah berada pada botol tertutup semalaman sebelum digunakan. Selain itu,
beberapa organ seperti kaki belakang dan sayap kecoa besar terlepas. Hal
ini berbanding terbalik dengan keadaan kecoa kecil yang terlihat bugar dan
organ- oragannya masih utuh.
3. Perbandingan Laju Respirasi Belalang Besar dan Kecoa Besar
Perbandingan dua organisme yang berbeda namun dengan ukuran tubuh
yang sama yakni antara belalang besar dan kecoa besar. Berdasarkan
pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan respirasi belalang besar adalah
0,264 skala/menit dan kecoa besar adalah 0,160 skala/menit. Hal tersebut
terjadi karena perbedaan aktivitas masing-masing organisme. Belalang
membutuhkan oksigen yang lebih agar dapat terbang dan melompat,
sedangkan kecoa yang mayoritas aktivitasnya tidak seperti belalang, yakni
hanya berjalan dan menetap di satu tempat. Hal ini menunjukkan bahwa
kecepatan pernapasan suatu organisme bergantung pada aktivitas dan jenis
organismenya.
4. Perbandingan Laju Respirasi Belalang Kecil dan Kecoa Kecil
Perbandingan dua organisme yang berbeda namun dengan ukuran
tubuh yang sama yakni antara belalang kecil dan kecoa kecil. Berdasarkan
pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan respirasi belalang kecil
adalah 0,199 skala/menit dan kecoa kecil adalah 0,219 skala/menit. Hal ini
terjadi karena belalang yang digunakan telah kehilangan beberapa organ
tubuhnya seperti kaki belakang dan antenanya sehingga kebutuhan
oksigennya berkurang.
5. Perbandingan Laju Respirasi Kecambah yang Dikupas dan Tidak
Dikupas
Perbandingan dua organisme yang sama yakni antara kecambah yang
telah dikupas dan kecambah yang tidak dikupas. Berdasarkan pengamatan
diperoleh data bahwa kecepatan respirasi kecambah yang dikupas kulitnya
adalah 0,072 skala/menit dan kecambah yang tidak dikupas kulitnya
adalah 0,047 skala/menit. Hal ini menunjukkan bahwa kulit memperkecil
kecepatan respirasi kecambah dengan menghalangi biji dengan lingkungan
luar sehingga mempersempit lalu lintas penguapan.
6. Perbandingan Laju Respirasi Tumbuhan dan Hewan
Perbandingan dua organisme yang berbeda yaitu kecambah yang
dikupas dengan belalang besar. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa
kecepatan respirasi kecambah yang dikupas kulitnya adalah 0,072
skala/menit dan belalang besar adalah 0,264 skala/menit. Hal ini
menunjukkan bahwa hewan memiliki kebutuhan oksigen yang lebih
banyak dibandingkan dengan tumbuhan. Hal terjadi karena hewan
melakukan pergerakan secara aktif sedangkan tumbuhan melakukan
pergerakan secara pasif.
BAB V
PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Setiap organisme memerlukan oksigen untuk bernapas karena oksigen
digunakan sebagai oksidator makanan dalam tubuh makhluk hidup untuk
diubah menjadi energi.
2. Kebutuhan oksigen setiap makhluk hidup berbeda-beda tegantung dari
ukuran tubuh, spesies, aktivitas, dan kelengkapan organ tubuh makhluk
hidup.
b. Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih memperhatikan kebersihan pipa
kaca berskala sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan skala.
2. Diharapkan kepada asisten agar dapat meningkatkan bimbingannya
sehingga praktikan dapat melakukan pengamatan dengan baik dan benar.
3. Diharapkan kepada laboran agar menyediakan alat praktikum yang lebih
lengkap dan baik agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Andhi, Tatag Chariesma. 2011. Studi Aspek Fisiologis dan Biokimia


Perkecambahan Benih Jagung (Zea Mays L.) pada Umur Penyimpanan
Benih yang Berbeda. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Lestari, Giyatmi Wahyu. 2006. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan Laju


Respirasi Tanaman Garut (Maranta Arundinacea L.) setelah Pemberian
Asam Giberelat (GA3). Surakarta:Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Lyrawati, Diana. 2012. Sistem Pernapasan: Assessment, Patofisiologi, dan Terapi


Ganguan Pernapasan. Malang: PSF-FK Universitas Brawijaya.

Sasmitamihardja, Dardjat. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi


FMIPA ITB.

Suyitno. 2006. Respirasi Pada Tumbuhan. Yogyarakta: Jurusan Biologi FMIPA


UNY.

Tim Dosen Biologi Dasar. 2013. Bahan Ajar Biologi Dasar Bagian Pertama.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Yudiarti, Turrini. 2004. Buku Ajar Biologi. Semarang: Fakultas Peternakan


Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai