Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis).
Kolon ( termasuk rectum ) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.
Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika
Serikat, baik pada pria maupun wanita ( Cancer Facts and Figures, 1991).
Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di Negara ini
setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia , kebanyakan pada pasien
yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun,
kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin
terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan
lesi pada rectum lebih sering pada pria.
Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada
distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena
terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam
jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan
perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami angkatadalah :

1. Pengertian ca recti ?
2. Klasifikasi ca recti?
3. Penyebab terjadinya ca recti?
4. Patofisiologi terjadinya ca recti?
5. Manifestasi klinis ca recti?
6. Pemeriksaan penunjang ca recti ?
7. Komplikasi ca recti?
8. Penatalaksanaan medis ca recti?
9. Teori asuahan keperawatan ca recti?

1.3 Tujuan Penelitian


2. Untuk mengetahui pengertian ca recti?
3. Untuk mengetahui Klasifikasi ca recti?
4. Untuk mengetahui Penyebab terjadinya ca recti?
5. Untuk mengetahui Patofisiologi terjadinya ca recti?
6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis ca recti?
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang ca recti ?
8. Untuk mengetahui komplikasi ca recti?
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis ca recti?
10. Untuk mengetahui Teori asuahan keperawatan ca recti?

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini
menggunakan metode kepustakaan menelaah suatu kasus. Dimana metode ini
pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari buku,internet dan
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian
Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma
rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar
sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah
ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid
besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
cincin anular.

2.2 KLASIFIKASI
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging
system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) antara lain :

a. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
c. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
Stadium Deskripsi Kanker
Stadium Deskripsi
T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum
T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal
T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan
T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal
T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal
Stadium Modified Dukes (Stadium Deskripsi)
TNM Modifed Dukes
Stadium Stadium Deskripsi
T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa
T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria
T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural
T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric
T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan
Any T M1 D Metastasis jauh

2.3 ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
a. Polip di usus (Colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi
pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Ulseratif Kolitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1%
dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan
kanker pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding
lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis.
c. Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih
besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk
menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif
kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar
20%. Pasien dengan struktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari
adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada
tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus
dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa
squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien
dengan crohn’s disease.
d. Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker
kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang
mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker
kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak
memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.
e. Faktor Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk
memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan
merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk
menderita adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara
aktifitas, obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses Health
Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan
terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan
meningkatkan risiko terjadinya adenoma.
f. Diet atau Pola Makan
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan
penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya
hubungan antara serat dan kanker kolorektal.

2.4 PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati). Tumor yang
berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar
usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid,
sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa
mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi
seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi mutasi
lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-ras pada tahap awal dan mutasi pada
tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor tumor mencegah
apoptosis dan memperpanjang umur sel tanpa batas. Jika mutasi APC diwariskan, akan
berakibat pada sindrom poliposis adenomatosa kekeluargaan. Secara histologis, adenoma
diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular, tubulovillous, dan villous adenoma. Mutasi
K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit telah diidentifikasi dalam hiperplastik polip. Oleh
karena itu, hiperplastik polip mungkin juga memiliki potensi ganas dalam berbagai derajat
(Leggett, 2001).
PATHWAY

MK : Intoleransi Aktivitas

MK : Gangguan Pola
defekasi
Kelemahan

Tenesmi Suplai O2
MK : Resiko Gangguan
MK : Gangguan Nutrisi (-) Keseimbangan cairan
kebutuhan tubuh Anemia

Peningkatan perdarahan
Obstruksi Nyeri (MK)
Kembung-
Nausea/vomitus
Penekanan
Adanya fistula Ujung Saraf
Perangsangan disaluran repro
pada lambung
Gangguan Gangguan Gangguan
fs. hati fs. paru fs. ginjal

Organ terdekat
(lambung)
Sal. Limfatik/hematogen
(Ureter)
(Organ repro)

Invasi ke sekitar usus : rectum

Peningkatan ukuran/massa dalam lumen Terapi Medis


Konsep MK: - Gangguan
body image
Kolostomi Koping - Cemas
Resiko peningkatan terjadinya kanker
Adaptasi
Peningkatan kontak dinding usus dengan residu Perawatan
Insisi Bedah Terputusnya
Tidak lancarnya proses metabolisme jaringan

MK: - Nyeri
- Kerusakan
Proses Peradangan pada Diet Diet tinggi Fast food faktor Integritas kulit
kolon dan rectum rendah lemak keluarga/gen - Resti Infeksi
serat
2.5 MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong
saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri
e. Penurunan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus
2.6 PEMERIKSAN PENUNJANG
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,
diantaranya ialah :
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan
Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan
b. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining
awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,
pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,
tumor akan teraba keras dan menggaung.
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya
suatu penonjolan tepi, dapat berupa :
1. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu
plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
2. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi
umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
3. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol
dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)
4. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk
cincin
c. Barium Enema
yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian
dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
d. Sigmoidoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui
rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
e. Colonoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah
terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui
rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
f. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu
sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel
skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated
tumors
g. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.

2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum adalah:
a. Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan
kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan
c. Perdarahan
d. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan
peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum adalah :
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I
dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan
stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan
radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai
neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy
digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya
dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat
operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah
pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
1. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
2. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
b. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran
tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai
terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat
melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di
pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis
jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya
pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable.
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol (
Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira
- kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini
dapat bersifat sementara atau permanen.

2.9 Asuhan keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
I. IDENTITAS DIRI KLEN
Nama klien, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, bangsa, bahasa,
pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,alamat / no telp, tgl masukrmh sakit, no
register,dx medis, sumber informasi, tanggal pengkajian.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


a. Alasan masuk : hal yang mendorong klien mencari pertolongan tenaga kesehatan
b. keluhan utama : Panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, kejang, kesadaran
menurun, Gelisah ,muntah-muntah , sakit kepala. Dan perkembangan penyakit saat
ini dan sekarang (here and now) yang masih dirasakan harus menggambarkan kriteria
PQRST.
c. Upaya dan terapi yang telah di lakukan untuk mengatasinya :

III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram tiga generasi, Identifikasi penyakit yang pernah di derita / sedang di
derita keluarga, riwayat penyakit keturunan, penyakit ensefalitis yang diderita keluarga.

V. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pola peran berhubungan dengan keluarga baik dan tidak ada masalah. VI.
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
A. Nutrisi & Cairan
Pemenuhan Nutrisi Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan
cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pasien dengan Ensefalitis
biasanya ditandai Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus
,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.

B. Eliminasi:
Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien
tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi. Kebiasaan Miksi
sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal
frekuensi normal. Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan
kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

C. Istirahat/Tidur
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak
dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

D. Personal Higiene
Dapat di temukan berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
diri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

E. Pola Aktifitas
a. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan, karena Ensefalitis dengan gizi
buruk mengalami kelemahan.
b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan
latihan positif.
c. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM (range of motion)
d. Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .
e. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena
infeksi berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan
pertumbuhan.

F. Seksualitas
Dapat menyebabkan masalah pada klien dalam berhubungan dengan pasangannya.
Dapat terjadi perubahan pola pola seksualitas yang membutuhkan
konsultasi/konseling lebih lanjut.

G. Spiritualitas
Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah rutin yang biasa klien
lakukan berhubungan dengan keterbatasan gerak dan nyeri yang dapat
mempengaruhi kegiatan ibadah rutin yang biasa di lakukan klien sehari-hari.

H. Sosial
Faktor menderita ensefalitis, dapat menyebabkan kerusakan interaksi social klien
dengan keluarga atau orang lain : perubahan peran ; isolasi diri.

2 Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
b. GCS: Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c. Keadaan umum: Sakit
d. Kulit: Saat diraba kulit terasa agak panas
e. Ttv : Terjadi peningkatan sistol tekanan darah, penurunan nadi bradikardia,
peningkatan frekuensi pernafasan.
f. Kepala: Wajah tampak lesu, pucat, sakit kepala, varestesia, Terasa kaku pada
semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi(kerusakan pada asaraf
kranial).
g. Mata: Gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, menguji penglihatan, ukuran
pupil, reaksi terhadap sinar dan ketidaknormalan pergerakan mata.
h. Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
i. Hidung : Adanya gangguan penciuman
j. Mulut dan gigi : Membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih dan Kotor.
k. Leher : Terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
l. Dada : Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis, beberapa penyakit
jantung kongenital. ·
m. Abdomen : Biasanya klien mual dan muntah.
n. Genetalia, rectum dan abdomen : Tidak ada kelainan.
o. Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin.
p. BB Dan TB : Penurunan berat badan akibat penurunan nafsu
makan dan tinggi badan di kaji sesuai usia.

3. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak


begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi
limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih
dalam batas normal.

Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat


bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG
atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada
tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang
biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
3. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan
kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
5. Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori,
transmisi sensori dan integrasi sensori
6. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Tujuan Intervensi Rasional

1 I Tujuan : 1. Pasien bed rest total dengan posisi 1. Perubahan pada tekanan intakranial akan
tidur terlentang tanpa bantal dapat meyebabkan resiko untuk erjadinya
· Pasien kembali pada keadaan status herniasi otak
2. Monitor tanda-tanda status
neurologis sebelum sakit · 2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
neurologis dengan GCS.
Meningkatnya kesadaran pasien dan lanjt
3. Monitor tanda-tanda vital seperti
fungsi sensoris 3. Pada keadaan normal auto regulasi
TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-
hati pada hipertensi sistolik mempertahankan keadaan tekanan darah
4. Monitor intake dan output sistemik berubah secara fluktuatif.
Kriteria hasil : 5. Bantu pasien untuk membatasi Kegagalan autoregulasi akan
muntah, batuk. Anjurkan pasien menyebabkan kerusakan vaskuler
· Tanda-tanda vital dalam batas normal
untuk mengeluarkan napas apabila cerebral yang dapat dimanifestasikan
· Rasa sakit kepala berkurang
bergerak atau berbalik di tempat dengan peningkatan sistolik dan diikuti
· Kesadaran meningkat tidur. oleh penurunan tekanan diastolik.
6. Kolaborasi : Berikan cairan perinfus Sedangkan peningkatan suhu dapat
· Adanya peningkatan kognitif dan dengan perhatian ketat. menggambarkan perjalanan infeksi
tidak ada atau hilangnya tanda-tanda 7. Monitor AGD bila diperlukan 4. Hipertermi dapat menyebabkan
tekanan intrakranial yang meningkat. pemberian oksigen peningkatan IWL dan meningkatkan
8. Berikan terapi sesuai advis dokter resiko dehidrasi terutama pada pasien
seperti: Steroid, Aminofel, yang tidak sadar serta nausea yang
Antibiotika. menurunkan intake per oral
5. Aktifitas muntah atau batuk dapat
meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraabdomen. Mengeluarkan napas
sewaktu bergerak atau merubah posisi
dapat melindungi diri dari efek valsava
6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan intrakranial,
vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral
7. Adanya kemungkinan asidosis disertai
dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral
8. Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri Menurunkan
metabolik sel / konsumsi dan kejang.

2 II 1. Independent Usahakan membuat 1. Menurunkan reaksi terhadap


lingkungan yang aman dan tenang rangsangan ekternal atau kesensitifan
Tujuan : terhadap cahaya dan menganjurkan
2. Monitor skala nyeri
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas pasien untuk beristirahat
rasa sakit terkontrol dalam
2. Untuk mengetahui skala nyeri dan untuk
4. Kompres hangat pada kepala
Kriteria evaluasi : merencanakan tindakan selanjutnya
5. Lakukan latihan gerak aktif atau
3. Teknik relaksasi nafas dalam
pasif sesuai kondisi dengan lembut
· Pasien dapat tidur dengan tenang memberikan suplai O2 kejaringan yang
dan hati-hati sesuai indikasi
lebih banyak sehingga vaskuterisasi
· Memverbalisasikan penurunan rasa 6. Kolaborasi : Berikan obat analgesi
lebih lancar dan nyeri berkurang .
sakit. 7. Evaluasi tindakan intervensi
4. Dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah otak
5. Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
disconfort
6. Mungkin diperlukan untuk menurunkan
rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada
status neurologis sehingga sukar untuk
dikaji
7. Evaluasi keefektifan terapi yg dilakuakn

3 III Tujuan: 1. Independent :Monitor kejang pada 1. Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
tangan, kaki, mulut dan otot-otot memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
Pasien bebas dari injuri yang
muka lainnya intervensi yang tepat untuk mencegah
disebabkan oleh kejang dan penurunan
2. Persiapkan lingkungan yang aman terjadinya komplikasi.
kesadaran
seperti batasan ranjang, papan 2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
pengaman, dan alat suction selalu 3. Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
berada dekat pasien. vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
3. Pertahankan bedrest total selama 4. Untuk mencegah atau mengurangi
fase akut kejang.Catatan : Phenobarbital dapat
4. Kolaborasi : Berikan terapi sesuai menyebabkan respiratorius depresi dan
advis dokter seperti; diazepam, sedasi.
phenobarbital, dll.

4 IV Tujuan : 1. Independen : Review kemampuan 1. Mengidentifikasi kersakan fungsi dan


fisik dan kerusakan yang terjadi menentukan pilihan intervensi
Tidak terjadi kontraktur, footdrop, 2. Kaji tingkat imobilisasi, gunakan 2. Kemungkinan tingkat ketergantungan (0)
gangguan integritas kulit, fungsi skala ketergantungan dari 0 – 4 hanya memerlukan bantuan minimal
bowell dan bladder optimal serta 3. Berikan perubahan posisi yang (1)Memerlukan bantuan moderate (3)
peningkatan kemampuan fisik teratur pada klien Memerlukan bantuan komplit dari
4. Pertahankan body aligment perawat (4)Klien yang memerlukan
adekuat, berikan latihan ROM pengawasan khusus karena resiko injury
pasif jika klien sudah bebas panas yang tinggi
dan kejang 3. Perubahan posisi teratur dapat
5. Berikan perawatan kulit secara mendistribusikan berat badan secara
adekuat, lakukan masasse, ganti meneyluruh dan memfasilitasi
pakaian klien dengan bahan linen peredaran darah serta mencegah
dan pertahankan tempat tidur dekubitus
dalam keadaan kering 4. Mencegah terjadinya kontraktur atau foot
6. Berikan perawatan mata, bersihkan drop serta dapat mempercepat
mata dan tutup dengan kapas yang pengembalian fungsi tubuh nantinya
basah sesekali 5. Memfasilitasi sirkulais dan mencegah
7. Kaji adanya nyeri, kemerahan, gangguan integritas kulit
bengkak pada area kulit 6. Melindungi mata dari kerusakan akibat
terbukanya mata terus menerus
7. Indikasi adanya kerusakan kulit

5 V Tujuan : Kesadaran klien dan persepsi 1. Evaluasi secara teratur 1. Kerusakan area otak akan menyebabkan
sensori membaik perubahan orientasi klien, klien mengalami
kemampuan bicara, keadaan gangguan persepsi sensori. Sejalan
emosi serta proses berpikir dengan proses peneymbuhan, lesi area
klien. otak akan mulai membaik sehingga perlu
2. Kaji kemampuan dievaluasi kemajuan klien
menterjemahkan rangsang 2. Informasi tersebut penting untuk
sensori misalnya : respon menentukan tindak lanjut bagi klien
terhadap sentuhan, panas atau 3. Menurunkan kecemasan, dan
dingin, serta kesadaran mencegah kebingungan pada klien
terhadap pergerakan tubuh akibat rangsang sensori berlebihan
3. Batasi suara-suara bising serta 4. Rangsang sensori tetap diberikan pada
pertahankan lingkungan yang klien walaupun dalam keadaan tidak
tenang sadar untuk memacu kemampuan
4. Tetap bicara dengan klien sensori persepsi klien
dengan suara yang tenang, 5. Untuk dapat memberikan penanganan
gunakan kata-kata yang menyeluruh pada klien
sederhana dan singkat serta
pertahankan kontak mata
5. Kolaborasi : Rujuk ke ahli
fisioterapi atau okupasi
6. vI Tujuan : 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Faktor-faktor tersebut menentukan
menelan, batuk dan adanya secret kemampuan menelan klien dan klien
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria 2. Auskultasi bowel sounds, amati harus dilindungi dari resiko aspirasi
tidak adanya tanda malnutrisi dengan penurunan atau hiperaktivitas 2. Fungsi gastro intestinal tergantung pula
nilai laboratorium dalam batas normal suara bpowell pada kerusakan otak, bowelll sounds
3. Timbang berat badan sesuai menentukan respon feeding atau
indikasi terjadinya komplikasi misalnya illeus
4. Berikan makanan dengan cara 3. Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan
meninggikan kepala makanan
5. Pertahankan lingkungan yang 4. Menurunkan resiko regurgitasi atau
tenang dan anjurkan keluarga aspirasi
atau orang terdekat untuk 5. Membuat klien merasa aman sehingga
memberikan makanan pada klien asupan dapat dipertahankan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y 66 TAHUN

DENGAN CA RECTI DI RUANG KANA B

RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Ruang Perawatan : KANA B


NO. Registrasi : 0001635355

A. PENGKAJIAN

I. Biodata

a. Nama pasien : Tn.Y


Umur/tgl lahir : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/Bangsa : Indonesia
Diagnosa Medis : CA RECTI
Alamat : Pada Suka, Cimahi Tengah

b. Nama Penanggung jawab : Tn. R Anak Klien

II. Riwayat Kesehatan Klien

a. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pengkajian keluarga klien mengatakan klien
mengeluh lemas badan, nyeri pada bagian abdomen, anus dan alat kelaminnya
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga klien mengatakan bahwa klien mengeluh
nyeri, factor yang memperberat nyeri saat klien bak dan bab, factor yang
memperingan saat klien tidur atau istirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
Penyebaran nyeri hanya didaerah anus, alat kelaminnya dan di abdomen. Tingkat
nyeri 4-6 ( nyeri sedang ), nyeri diraskan saat bab dan bak.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga klien mengatakan klien dahulu sering
mengeluh lemas tetapi tidak mau kedokter/rumah sakit, klien juga mengeluh
susah bab dan bak, klien memiliki kanker rectum sejak agustus 2017. Klien juga
mempunyai riwayat jantung juga CKD.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Pada saat dilaukan pengkajian keluarga klien menyatakan tidak ada yang
mempunyai riwayat kesehatan yang sama dengan klien.

III. Psikososial dan Spiritual

A. Pengkajian psikologis

1. Support System
Kelarga sangat mendukung penyembuhan pasien
2. Cara Komunikasi
Komunikasi klien sblm sakit maupun pada saat di rumah sakit dengan keluarga
maupun tim medis lainnya baik, pada saat pengkajian adanya gangguan
komunikasi verbal
3. System Nilai Kepercayaan
Baik sebelum dan pada saat sakit nilai kepercayaan atas penciptanya sesuai agama
yang di anutnya baik
4. Konsep Diri
a. Body image
Body image klien baik dan klien menyukai tubuhnya sebagai laki-laki
b. Ideal diri
Keluarga klien megatakan ingin cepat sembuh dan ingin pulang kerumah
c. Harga diri
Keluarga klien mengatkan sangat berharga dan ingin cepat
sembuhmengawasiekerjanya
d. Identitas diri
Keluarga klien mengatakan identitasnya sebagai seorang lai-laki dari sejak
lahir hingga sekarang
e. Peran diri
Keluarga klien mengatakan perannya sebgai suami dan tanggung jawabnya
kepada istri dan anaknya

\B. Pengkajian Lingkungan


i. Rumah
Keluarga klien mengatakan lingkungan rumah bersih tanpa adanya bahaya dan
polusi

C. Pola aktifitas sehari-hari


No Aktivitasi Sebelum sakit Di RS
1 Nutrisi
1.Asupan Oral Oral
2.Frekuensi makan ± 2x/hari ± 2x/hari
3.Nafsu makan Baik Kurang
4.Diet Tidak ada RGRP
 Minum jenis Air putih, air the, kopi Air putih
Freuensi 5– 6 gelas/hari ukuran 250cc ± 5 gelas/hari

2 Eliminasi

 BAB
Frekuensi 1x1 hari 1x1 hari
Warna Kuning kemerahan Kuning kemerahan
Konsistensi Agak keras Agak keras
Keluhan Tidak ada Susah BAB dan terasa
nyeri saat BAB

 Bak
Frekuensi Sedikit Sedikit
Warna Kuning Kemerahan Kuning Kemerahan
Gangguan Tidak ada Terpasang Cateter (+)
Keluhan Tidak ada Susah BAK dan terasa
nyeri saat BAK

3 Istirahat tidur
 Tidur siang Tidak pernah 1-2 jam/hari
Frekuensi
 Tidur malam
Frekuensi 6 - 7 jam/hari 6 - 8 jam/hari
( 21°° – 04°° ) ( 20°° – 04°° )
Gangguan Tidak ada Tidak ada

4 Personal hygiene

 Mandi 2x1 hari Belum pernah mandi


 Gosok gigi 2x1 hari 1x1 hari
 Mencuci rambut 1x1 minggu Belum pernah
 Potong kuku 1x1 minggu Belum pernah
 Ganti pakaian 2x1 hari 1x1hari

V. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Fisik
a. Sistem syaraf
GCS : 15 4 M6 V5 ket. Composmentis
b. Sistem pernafasan
Keadaan hidung simetris, spektrum kokon berada di tengah , tidak ada lesi maupun
kemerahan, terdapat pernafasan cuping hidung, palpasi sinus frontalis dan sinus
maklaris tidak terdapat nyeri, palpasi dada tidak teraba massa, pergerakan asimetris
focal fremitus tidak seimbang pada kedua sisi paru asimetris, perkusi terdapat bunyi
resonan frekuensi pernafasan 20 x / menit, irama reguler.
c. Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, aurikula sejajar dengan sudut mata, palpasi tidak teraba
massa dan nyeri, fungsi pendengaran sedikit menurun. Keadaan kotor, tidak ada
akumulasi cairan.
d. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien tampak bau mulut, tidak ada kesulitan dalam menelan, pada saat di
inspeksi terdapat sianosis, dilakukan auskultasi pada semua 4 kuadran terdapat bising
usus di kuadran ke 2, tapi saat dilakukan penghitungan 1 menit penuh 4x menit, nyeri
tekan pada area simpisi, tidak menggunakan NGT.
e. Sistem kardiovaskuler
Nadi klien 80x/menit dengan irama teratur dan denyut nadi kuat distensi vena
jugularis 5+3 cmH20, temperature kulit hangat, warna kulit sawo matang tampak
pucat, sianosis, crt > 2 detik, dan tampak edema. Irama jantung teratur, bunyi jantung
normal pada saat diauskultasi, tidak terdengar kelainan bunyi jantung, tidak ada
keluhan pada jantung, tidak ada pembesaran pada jantung.
f. Sistem perkemihan
Pada saat dilakukan pengkajian terdapat nyeri tekan , terpasang kateter.
g. Sistem muskulostelekal
Tidak ada keterbatasan dalam pergerakan baik ektremitas atas atau bawah, tidak ada
sakit pada tulang baik ektremitas atas atau bawah, tidak ada
tanda-tanda fraktur, kekuatan otot baik
h. Sistem Endokin
Pada daerah leher tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening bentuk
simetris. Kaku kuduk (+)
i. Sistem Integumen
Keadaan rambuttampak kurang rapih, rambut tampak lepek, terdapat uban, keadaan
warna kuku kekuningan, kebersihan kurang, kuku tampak panjang, turgor kulit
>2detik, warna sawo matang, tidak ada radang decubitus, klien mengeluh, pruritus,
tidak ada luka bakar.
j.Sistem pengelihatan
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, ketajaman penglihatan kurang jelas, tidak
ada masa, pergerakan bola mata dan lapang pandang baik, ukuran isokor, tidak ada
tanda-tanda radang, dan tidak menggungakan alat bantu penglihatan.
VI. Tes Diagnostik atau pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Tgl Pemeriksaan Lab : 06-12-17 17:43

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL KETERANGAN

Fungsi hati
- Rasio
0,25 1,1 – 1,5 Lost
albumin/blobulin

Analisa gas darah


- pCO2
20.9 mmHg 35.0-45.0 Lost

Status asam basa


HCO3
13.3 Mmol/L 21.0-28.0 Lost

tCO2 13.9 Mmol/L 22.0-29.0 Lost

Standar BE-b -8.5 Mmol/L (-2)-(+3) Lost

Penatalaksaan Medis
Human albumin 25% 1x 1 vial Mengatasi volume darah
yang menurun (hipovolemik)
Ranitidine 2 x 1 amp Untuk mengurangi produksi
asam lambung sehingga
mengurangi dapat rasa nyeri
ulu hati
Paracetamol 3 x 500 mg Mengobati Rasa sakit ringan,
mulai dari sakit kepala,
nyeri,sakit gigi, sendi, nyeri
yang di rasakan selama flu,
paracetamol juga di gunakan
untuk meredakan demam.
Data Fokus
Data subjektif :
 keluarga klien mengatakan nyeri pada bagian anus dan alat kelaminnya
 keluarga klien mengatakan merasa lemas di seluruh tubuh
 keluarga klien mengatakan pada saat BAB dan BAK klien sering mengeluh sakit
 keluarga klien mengatakan ada nyeri tekan pada bagian abdomen
 keluaraga klien mengatakan nafsu makan hilang, mual dan muntah

Data Objektif
 skala nyeri (5) (1-10)
 badan klien lemah
 muka pucat
 kaki bengkak
 konjungtiva anemis
 bibir kering
 daerah simpipis kencang
 pembengkakan di daerah skrotum
Analisa Data
No Symptoms Etiologi Problem
1 Ds : Nyeri
- keluarga klien
mengatakan klien
mengeluh nyeri
saat bab dan bak
- keluarga klien
mengatakan nyeri
diskala 5 dari (1-
10)
Do :
- muka pucat
- gelisah
- lemas
- daerah simpisis
kencang
- pembengkakan di
daerah skrotum
2. Ds : Gangguan nutrisi kurang
- keluarga klien dari kebutuhan
mengatakan nafsu
makan hilang,
mual dan muntah
Do :
- mual
- mukosa bibir
kering
- lemas
- BB 45 kg
- IMr : 16,52 BB
(<)
- Rasio albumin c
:0,25

3 Do: Intoleransi aktifitas


- Keluarga klien
mengatakan klien
mengeluh merasa
lemas di seluruh
tubuh.
- Sering merasa
pening
Ds :
- CRT >2 turgor >2
- Klien tampak
lemah
- Muka pucat
- Konjungtiva
anemis
- Pemeriksaan TTV
- TD : 110/80
mmgH
- R : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
- S :37 c

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan di ujung ujung saraf
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status hipometabolik
berkenaan dengan kanker
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai O2 menurun
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pasien : Tn.Y
No RM : 0001635355
Ruangan : Kana B
N Tggl/ D NOC NIC Rasional
o jam x
1 1 Setelah dilakukan - Lakukan
tindakan keperawatan pengkajian nyeri
3x24 jam diharapkan secara
pasien tidak mengalami kompherensif
nyeri dengan. Kriteria termasuk
hasil : lokasi,karakteristik
- Mampu ,durasi,frekuensi,d
mengontrol an factor
nyeri presipitasi
(penyebab) - Deservasi reaksi
- Mampu dari
menggunakan ketidaknyamanan
teknik non - Bantu px dan
farmakologi keluarga untuk
untuk mencari dan
mengurangi menentukan
nyeri dukungan
- Melaporkan - Control
bahwa nyeri lingkungan yang
berkurang dapat
dengan mempengalihi
menggunakan nyeri seperti suhu
menejemen ruangan
nyeri pencahayaan dan
- Mampu kebisingan
mengenali nyeri - Ajarkan tentang
( skala nyeri, teknik non
itensitas nyeri, farmakologi
frekuensi dan - Tingkatkan
tanda nyeri) istirahat
- Mengendalikan - Berikan informasi
rasa nyaman tentang nyeri
setelah nyeri - Berikan analgetik
berkurang untuk mengurangi
- Tidak nyeri
mengalami - Monitor vital sign
gangguan tidur
2 2 Setelah - Timbang - Peruba
dilakukan BB secara han
tindakan berkala BB
keperawatan - Monitor yang
nutrisi terpenuhi mual dan cepat
dengan kreteria muntah Mengi
Hasil : - Monitor dentifi
- Tidak kalori dan kasika
terjadi nutrisi n
turun BB - Kolaborasi adanya
- Adanya dengan ahli ganggu
naik BB gizi an
- Tidak nutrisi
ada Pengel
tanda- uaran
tanda mual
malnutri dan
si munta
- Menunju h
kkan resiko
perubaha dehidr
n pada asi
makan Monito
r kalori
dan
mengo
ntrol
asupan
yang
dibutu
hkan
Kolabo
rasi
dengan
ahli
gizi
dalam
pemen
uhan
nutrisi
3 3 Setelah di lakukan - Kaji TTV - Sebagai data
tindakan keperawatan - Konsultasi dengan dasar untuk di
diharapkan intoleransi fisioterpi untuk lakukan
aktifitas teratasi dengan ambulasi sesuai intervensi
KH: kebutuhan selanjutnya
- Berpartisipasi - Bantu pasien - Terapi
dalam aktifitas dalam pemenuhan ambulasi baik
fisik tanpa di ADL secara untuk
sertai mandiri sesuai dilakukan
peningkatan kemampuan - Latih
tekanan darah - Damping dan pemenuhan
nadi, dan RR bantu pasien ADLS sesui
- Mampu dalam mobilisasi kemampuan
melakukan dan bantu dalam melatih
aktifitas sehari pemenuhan ADLS kemandirian
hari secara - Ajarkan pasien pasien.
mandiri bagaimana - Membantu
- TTV normal merubah posisi mobilisasi
- Mampu dan berikan sesuai tadi
berpindah / bantuan jika di indikasi untuk
dengan bantuan perlukan melatih
- Status kemandirian
kardiopulmonari pasien
adekuat - Merubah
- Sirkulasi status posisi
baik mengantisipas
- Status i terjadinya
respirasi,pertuka penekanan
ran gas dan supaya tidak
pentilasi adekuat terjdi
dikumbitus.

Implementasi dan Evaluasi

No Tggl/jm Implementasi Paraf Tggl Evaluasi


1 - Melakukuan pengkajian S:
nyeri secara - Klien masih
kompremhensif mengeluh nyeri pada
termasuk lokasi saat BAK dan BAB
karakteristik,durasi, - Klien mengatakan
frekuensi kualitas dan skala nyeri 5 dari 1-
factor presipitasi 10
- Mengobservasi reaksi O:
dari ketidakyamanan - Muka pucat
- Membantu pasien dan - Gelisah
keluarga untuk mencari - Lemas
dan menenukan - Konjungtiva anemis
dukungan
- Mengontrol lingkungan
yang dapat
mempengalihkan nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Mengajarkan tentang
non farmakologi
- Meningkatkatkan
istirahat
- Memberikan informasi
tentang nyeri
- Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
- Memonitor vital sign
2 - Menimbang BB klien S:
secara berkala - Keluarga klien
- Memonitor mual dan mengatakan nafsu
muntah makan hilang, mual
- Memonitor kalori dan dan muntah
intake nutrisi O:
- Berkolaborasi dengan - Mual
ahli gizi dengan - Mukosa bibir kering
pemenuhan nutrisi - Lemas
- BB 45 kg
- IMT : 16,52 BB(<)
- Rasio albumin turun
0,25
3 - Mengkaji TTV S:
- Mengkonsultasikan - Keluarga klien
dengan ahli fsikoterapi mengatakan klien
untuk ambulasii sesuai mengeluh merasa
kebutuhan lemas di seluruh
- Melatih pasien dalam badan klien
pemenuhan ADL secara - Sering merasa pusing
mandiri sesuai O;
kemampuan - CRT >2 turgor >2
- Mendampingi dan - Klien tampak lemah
membantu pasien - Konjungtiva anemis
dalam melakukan - Klien tampak pucat
mobilisasi dan bantu - Pemeriksaan TTV
dalam pemenuhan - TD ; 110/70 mmgH
ADLS - N: 80x/menit
- Mengajarkan pasien - RR ; 20x/menit
bagaimana merubah - S ; 37C
posisi dan berikan
bantuan bila perlu
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan,
Keperawatan pada Tn. Y dengan Ca Rekti.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan


pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang
muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis akan
membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak muncul, dalam melaksanakan tindakan
keperawatan pada Tn.Y

A. Diagnosa yang muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
kanker usus berat.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan status hipometabolik
berkenaan dengan kanker.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan faktor kelemahan
4. keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh, efek Samping obat-obatan
kemoterapi
5. ansietas berhubungan dengan situasi kanker
B. Diagnosa yang tidak muncul
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan kulit atau jaringan berhubungan dengan insisi bedah,
pembentukan stoma
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan ca recti

Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam pengkajian data
yang kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang memperkuat diagnosa tersebut.
Diagnosa tambahan tersebut akan muncul saat pasien apabila terjadi komplikasi – komplikasi
lebih lanjut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kanker recti adalam salah satu keganasan rektum yang khusus menyerang bagian
recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Salah satu
penyebab kanker rektum adalah pola makan yang rendah serat karna makanan yang
rendah serat tidak mealncarkan bab. Sehingga klien dengan ca recti bisa obstipasi.
Adapun tanda dan gejala klien dengan kanker rectum, berikut : adanya darah pada feses
konstipasi perubahan dalam penampilan feses, anemia, pendarahan rektal, diare, sakit
kejang, dan kembung. Pada pemeriksaan perut biasanya sakit tekan, distensi, dan ada
masa padat apabila dipalpasi, terdengar bising usus bila di auskultasi dan adanya darah
pada feses bila di pemeriksaan.

5.2 Saran

Setelah membaca makalah ini semoga wawasan pembaca lebih luas mengenai
asuhan keperawatan pada gangguan sistem pencernaan : ca recti khususnya bagi saya dan
umumnya bagi kita. Semoga makalah ini menjadi makalah yang baik bukan yang
sempurna, karena kesempurnaan milik Alloh SWT. Dan semoga Dosen stase KMB
memaklumi kekurangan dan memberikan nilai yang maksimal mengenai makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

M Wilkinso, Jutith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : :EGC
LAMPIRAN

SEVENT JUMP

TAHAP 1 dan TAHAP 2

Mencari arti kata istilah- istilah kata yang tidak dimengerti:

1. Ca Rektum = Kanker pada daerah rektum


2. CKD = Cronik Kidney Deases
3. Anemis = Konjungtiva yang pucat
4. Miosis Midriasis = Refleks mata pada pasien yang tidak sadar
5. Isokor = Ukuran pupil normal
6. Distensi Vena Jugularis = Pembesaran Vena Jugularis
7. Rasio Albumin = salah satu pemeriksaan kadar albumin
8. HCO asam basah = Kadar Ph dalam darah
9. Human albumin = cairan kolid yang diberikan pada pasien untuk mengikat kadar albumin
dalam tubuh

TAHAP 3

Membuat pertanyaan penting:

1. Apa perbedaan ca rektum dan ca buli ?


2. Apa yang mendasari terjadinya ca rektum ?
3. Bagaimana komplikasi dari ca rektum ?
4. Pemeriksaan diagnostik apa yang dilakukan pada pasien ca rektum ?
5. Apa yang anda lakukan sebagai perawat apabila menemukan pasien ca rektum stadium 4
?
6. Bagaimana pengobatan ca rektum ?

TAHAP 4

Menjawab pertanyaan- pertanyaan penting:

1. Yang membedakan nya adalah bagian yang terserang karsinoma


2. Pola hidup, Makanan yang kurang sehat, genetik, inflamasi usus.
3. Pendarahan, kebocoran pada usus, konstipasi, susah bak dan bab, retensi urine.
4. X-ray, usg, leb darah, biopsi.
5. Memberikan penjelasan terhadap penyakit nya / edukator, dan kolaborasi dengan dokter
untuk intervensi yang akan dilakukan
6. Pembedahan kolostomi, perawatan kolostomi, obat supositorial, pengangkatan karsinoma

**Analisis sintesis

MK : Intoleransi Aktivitas

MK : Gangguan Pola
defekasi
Kelemahan

Tenesmi Suplai O2
MK : Resiko Gangguan
MK : Gangguan Nutrisi (-) Keseimbangan cairan
kebutuhan tubuh Anemia

Peningkatan perdarahan
Obstruksi Nyeri (MK)
Kembung-
Nausea/vomitus
Penekanan
Adanya fistula Ujung Saraf
Perangsangan disaluran repro
pada lambung
Gangguan Gangguan Gangguan
fs. hati fs. paru fs. ginjal

Organ terdekat
(lambung)
Sal. Limfatik/hematogen
(Ureter)
(Organ repro)

Invasi ke sekitar usus : rectum

Peningkatan ukuran/massa dalam lumen Terapi Medis


Konsep MK: - Gangguan
body image
Kolostomi Koping - Cemas
Resiko peningkatan terjadinya kanker
Adaptasi
Peningkatan kontak dinding usus dengan residu Perawatan
Insisi Bedah Terputusnya
jaringan
Tidak lancarnya proses metabolisme
MK: - Nyeri
- Kerusakan
Proses Peradangan pada Diet Diet tinggi Fast food faktor Integritas kulit
TAHAP 5

Tujuan pembelajaran:

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan sesuai teori dan kasus

TAHAP 6

Belajar mandiri mencari referensi & reporting

TAHAP 7

Pleno/ seminar / makalah laporan kasus

Anda mungkin juga menyukai