Jurtek
Jurtek
0,5 5 - 15 5 – 20 5 - 20
1,0 10 - 60 15 – 80 20 - 80
1,6 50 - 100 70 – 150 80 - 150
2,4 100 - 160 110 – 180 120 - 220
3,2 130 - 180 150 – 200 200 - 300
4,0 180 - 230 180 – 250 250 - 400
2
Posisi Datar(Flat)
Posisi Horizontal
Posisi Pengelasan
Yang dimaksud dengan posisi
pengelasan adalah pengaturan posisi atau
Gambar 1. Posisi pengelasan (A) letak gerakan elektroda las. Posisi
pengelasan yang diambil oleh operator las
Didalam kenyataannya pemilihan biasanya tergantung dari letak kampuh-
ukuran diameter tergantung dari kampuh atau celah-celah benda kerja
perencanaan, ukuran las, posisi yang akan dilas. Posisi-posisi pengelasan
pengelasan, input panas serta keahlian sesuai dengan standar AWS (American
tukang lasnya. Ini bisa pula berarti bahwa Welding Society ) ditunjukkan pada
tiap ukuran diameter elektroda gambar 1.
mempunyai kaitan dengan besarnya
Ampere yang lewat pada elektroda
tersebut
BAB III
Pergerakan Elektroda METODOLOGI PENELITIAN
Cara pergerakan elektoda ada banyak
sekali, tetapi tujuannya adalah sama yaitu 3. 1. Metodologi Penelitian Alat
mendapatkan deposit logam las dengan • Mesin las busur listrik , Cemont
permukaan yang rata dan halus dan SV333.
menghindari terjadinya takikan dan • Elektroda terbungkus. , Mesin potong
percampuran terak .Pada penelitian ini dan gerinda , Mesin Frais.
diambil 3 bentuk gerakan elektroda dari • Mesin pemoles, untuk memudahkan
beberapa bentuk gerakan yang ada, proses pemolesan.
diantaranya : • Kertas gosok water proof, digunakan
untuk menghaluskan spesimen
dengan tingkat kekasaran dari
kertas gosok mulai 180 sampai
dengan 2000.
3.2.Bahan
Material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah baja karbon rendah (
Gerakan Elektroda Pola Melingkar
SSC 41), dengan komposisi kimia adalah
karbon (C) 0,25%, (P) 0,050%. (S) 0.050 %
(Wiryosumarto, 2004 ).
3
dicelupkan ke air untuk menghilangkan
1. Benda Kerja korosinya kemudian material dibersihkan
Benda kerja (baja karbon rendah) dengan tisu dan dikeringkan dengan hair
dipotong dengan ukuran 40 x 150 x 10 dryer.
mm dengan menggunakan mesin gergaji
potong. 3.3.3.Rancangan Penelitian Faktorial
2. Pembuatan Alur Las Untuk mengetahui pengaruh
Adapun bentuk alur las yang akan dibuat variabel-variabel di dalam suatu penelitian
untuk pengelasan adalah bentuk alur – V dapat dilakukan dengan analisis varian.
tunggal sesuai dengan standar JSSC – Analisis varian merupakan suatu analisis
1977. metode data untuk memperoleh
pemecahan di dalam suatu penelitian
sebanyak n sampel, serta mengetahui
interaksi-interaksi yang terjadi antara
variabel-variabel yang diamati dalam
penelitian. Dalam penelitian ini, adapun
sumber-sumber varian yang akan diamati
pengaruhnya adalah :
500,000
ferrit memiliki daya larut karbon yang
480,000 sangat sedikit mengendap terus di
460,000 sepanjang batas-batas butir austenit yang
terjadi pada suhu dibawah A3 dan proses
440,000
berlanjut sampai pada temperatur A1,
420,000
pada temperatur di bawah A1 austenit
400,000
Posisi Posisi Over akan bertransformasi menjadi perlit dan
Datar Vertikal Head berakhir pada temperatur sekitar pada
o o
500± C, dibawah temperatur 500 C
austenit akan bertransformasi menjadi
Gambar 4. Grafik Pengaruh Posisi o
Pengelasan dan Gerakan Elektroda bainit dan berakhir pada temperatur ±300
terhadap Kekerasan C, selanjutnya pada temperatur di bawah
o
300 C sisa austenit akan bertransformasi
menjadi martensit. Sehingga diperkirakan
struktur akhir yang terbentuk adalah ferrit,
4.3.Pembahasan hasil penelitian perlit, bainit dan martensit. Struktur ini
mempunyai kekerasan yang cukup baik,
6
kemudian dengan meningkatnya tinggi dibandingkan dengan posisi
persentase kandungan perlit pengelasan datar dan posisi vertikal.
dibandingkan dengan ferrit akibat 3. Nilai kekerasan Vikers tertinggi rata-
2
meningkatnya masukan panas las akan rata 513,891 Kg/mm terdapat pada posisi
menaikkan sifat kekerasan suatu bahan. pengelasan atas kepala dan pada variabel
Disini gerakan pola C memberi masukan gerakan elektroda pola C, sedangkan nilai
panas lebih besar dari pola melingkar dan kekerasan Vikers terendah rata-rata
zig -zag. Dengan meningkatnya panas 2
441,348 kg/mm terdapat pada posisi
pengelasan, maka laju pendinginan
pengelasan datar dan pada gerakan
menjadi besar sehingga struktur mikro
elektroda pola zig-zag.
yang terbentuk lebih keras. Hal ini sesuai
dengan gambar 4, dimana posisi
5.2. Saran :
pengelasan atas kepala menghasilkan nilai
1.Agar supaya mendapatkan hasil yang
kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan
sempurna, maka dalam melakukan
dengan posisi pengelasan yang lainnya.
kegiatan pengelasan ikuti aturan yang
Pada semua posisi pengelasan yang
sudah kita ikuti pola-pola gerakan
dilakukan, gerakan elektroda C
elektroda pola C.
mempunyai nilai kekerasan yang tinggi, ini
2. Jangan sembarangan melakukan
disebabkan karena bidang kontak dari
pengelasan dengan gerak yang belum
ujung elektroda ke logam induk lebih
sama sekali kita lakukan percobaan.
besar sehingga temperatur puncak daerah
3. Kontinuitas gerak elektroda sangat di
HAZ lebih tinggi, akibatnya laju
harapkan dengan pola C.
pendinginan lebih besar sehingga struktur
mikro yang dihasilkan lebih getas.
BAB. V
KESIMPULAN / SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pengujian
dan analisa dari data penelitian pengaruh
gerakan elektroda dan posisi pengelasan
terhadap sifat kekerasan baja SSC41
yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Daftar Pustaka
1.Gerakan Elektroda
Gerakan Elektroda memberikan pengaruh
Cary, H.B, 1998, Modern Welding
yang nyata terhadap nilai kekerasan pada nd
daerah pengaruh panas(HAZ), dimana Technology. 4 edition, Prentice
gerakan elektroda pola C memberikan Hall,New Jersey.
nilai kekerasan yang lebih tinggi Makowski, Z. S. 1988, Konstruksi Ruang
dibandingkan dengan gerakan elektroda Baja. Terjemahan Huthudi,
Zig-zag dan melingkar. ITB,Bandung.
2. Posisi pengelasan
Posisi pengelasan memberikan pengaruh Wiryosumarto, H. Toshie, O. 2004.
yang nyata terhadap nilai kekerasan pada Teknologi Pengelasan Logam.
daerah pengaruh panas(HAZ),dimana Cetakan ke-9, Penerbit Pradnya
posisi pengelasan atas kepala Paramitha,Jakarta
memberikan nilai kekerasan yang lebih
7
Wiryosumarto, H. dan Okamura, T, 2000,
Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.