Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN elektroda yang menghasilkan sifat

mekanik yang paling baik, perlu dilakukan


1.1.Latar Belakang penelitian dan pengujian. Salah satu sifat
Pada saat ini teknik las busur listrik mekanik yang paling penting dalam
dengan elektrode terbungkus telah pengelasan adalah sifat kekerasan
dipergunakan secara luas dalam (hardness). Hal-hal di atas
penyambungan batang-batang pada melatarbelakangi penelitian tentang
konstruksi bangunan baja dan konstruksi bagaimana pengaruh posisi pengelasan
mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini dan gerakan elektroda terhadap sifat
disebabkan karena konstruksi bangunan kekerasan baja karbon rendah ( SSC 41).
baja dan mesin yang dibuat dengan
menggunakan teknik penyambungan ini 1.2. Rumusan Masalah
lebih ringan dan proses pembuatannya Rumusan masalah yang akan
juga lebih sederhana sehingga biaya diselesaikan melalui penelitian ini adalah
secara keseluruhan menjadi lebih murah :Bagaimana Pengaruh gerakan elektroda
(Wiryosumarto, 2004). Pengelasan busur dan posisi pengelasan terhadap uji
listrik adalah proses penyambungan kekerasan dari hasil las baja SSC 41
material yang menghasilkan bagian yang
menyatu atau tumbuh bersama dari 1.3.Tujuan Penelitian
material dengan memanaskannya pada Tujuan penelitian ini adalah untuk
temperatur pengelasan, dengan mengetahui Pengaruh gerakan elektroda
penggunaan logam pengisi (Cary, 1998). dan posisi pengelasan terhadap uji
Pemakaian baja karbon rendah untuk kekerasan dari hasil las baja SSC 41
bahan pembentukan struktur ruang .
seperti struktur atap, tiang serta batang 1.4.Manfaat penelitian
kisi menambah keuntungan, karena logam Penelitian ini diharapkan dapat
mempunyai daya tahan yang besar memberikan konstribusi yang positif bagi
terhadap patahan yang disebabkan oleh pengembangan ilmu dan teknologi dalam
berbagai beban bergerak mekanis bidang pengelasan di bidang industri
(Makowski, 1988). serta menjadi referensi bagi penelitian ,
Sering kali pengelasan harus sehingga didapatkan proses pengelasan
dilakukan pada posisi tertentu karena logam yang menghasilkan sifat mekanis
mengikuti rancangan suatu konstruksi yang berkualitas .
seperti pengelasan langit-langit/plafon
bangunan, pada pojok bangunan, diatas
lantai dan sebagainya. Terlebih lagi pada BAB II
proses pengelasan berkelanjutan yaitu TINJAUAN PUSTAKA
suatu konstruksi memerlukan pengelasan
yang berurutan dan cepat dengan posisi 2.1. Kajian Pustaka
pengelasan yang berbeda-beda. Dengan 2. 2. Dasar Teori Elektroda
adanya keharusan posisi pengelasan Pada dasarnya bila ditinjau dari
tertentu, maka akan memberikan hasil logam yang dilas kawat elektroda
yang berbeda terhadap kekuatan dan dibedakan menjadi lima, yaitu : baja lunak,
kekerasan hasil lasan (Cary, 1998). baja karbon tinggi, baja paduan, besi
Pergerakan atau ayunan elektroda tuang dan logam non ferro. Karena filler
las juga dapat mempengaruhi karakteristik metal harus mempunyai kesamaan sifat
hasil lasan, pada sisi lain bentuk gerakan dengan logam induk,maka sekaligus ini
elektroda untuk pengelasan sering berarti bahwa tiada elektroda yang dapat
menjadi pilihan pribadi dari tukang las itu dipakai untuk semua jenis dari
sendiri tanpa memperhatikan kekuatan pengelasan.
lasnya.Untuk mengetahui bentuk gerakan
1
Elektroda terbungkus sudah
banyak yang distandarkan
penggunaannya, standarisasi elektroda
berdasarkan JIS didasarkan pada jenis
fluks, posisi pengelasan dan arus las.

Tabel 1. Spesifikasi Elektroda Terbungkus dari


Baja Lunak
(Sumber : Wiryosumarto, 2004, hal : 13)

Tabel 2.Hubungan Diameter Elektroda dengan Arus Pengelasan

 Elektroda Tungsten Zr-alloyed Th-alloyed


mm Amp AC Amp. AC Amp. DC

0,5 5 - 15 5 – 20 5 - 20
1,0 10 - 60 15 – 80 20 - 80
1,6 50 - 100 70 – 150 80 - 150
2,4 100 - 160 110 – 180 120 - 220
3,2 130 - 180 150 – 200 200 - 300
4,0 180 - 230 180 – 250 250 - 400

Psisi pengelasan diatas kepala


(Over Head )

2
Posisi Datar(Flat)

Posisi Horizontal

Gerakan Elektroda Pola C

Posisi Vertical Gambar 2. Bentuk gerakan elektroda


(Sumber : Wiryosumarto, 2004, hal : 222)

Posisi Pengelasan
Yang dimaksud dengan posisi
pengelasan adalah pengaturan posisi atau
Gambar 1. Posisi pengelasan (A) letak gerakan elektroda las. Posisi
pengelasan yang diambil oleh operator las
Didalam kenyataannya pemilihan biasanya tergantung dari letak kampuh-
ukuran diameter tergantung dari kampuh atau celah-celah benda kerja
perencanaan, ukuran las, posisi yang akan dilas. Posisi-posisi pengelasan
pengelasan, input panas serta keahlian sesuai dengan standar AWS (American
tukang lasnya. Ini bisa pula berarti bahwa Welding Society ) ditunjukkan pada
tiap ukuran diameter elektroda gambar 1.
mempunyai kaitan dengan besarnya
Ampere yang lewat pada elektroda
tersebut
BAB III
Pergerakan Elektroda METODOLOGI PENELITIAN
Cara pergerakan elektoda ada banyak
sekali, tetapi tujuannya adalah sama yaitu 3. 1. Metodologi Penelitian Alat
mendapatkan deposit logam las dengan • Mesin las busur listrik , Cemont
permukaan yang rata dan halus dan SV333.
menghindari terjadinya takikan dan • Elektroda terbungkus. , Mesin potong
percampuran terak .Pada penelitian ini dan gerinda , Mesin Frais.
diambil 3 bentuk gerakan elektroda dari • Mesin pemoles, untuk memudahkan
beberapa bentuk gerakan yang ada, proses pemolesan.
diantaranya : • Kertas gosok water proof, digunakan
untuk menghaluskan spesimen
dengan tingkat kekasaran dari
kertas gosok mulai 180 sampai
dengan 2000.
3.2.Bahan
Material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah baja karbon rendah (
Gerakan Elektroda Pola Melingkar
SSC 41), dengan komposisi kimia adalah
karbon (C) 0,25%, (P) 0,050%. (S) 0.050 %
(Wiryosumarto, 2004 ).

Gerakan Elektroda Pola Zig-Zag

3.3. Prosedur Pengujian


3.3.1.Prosedur Penelitian

3
dicelupkan ke air untuk menghilangkan
1. Benda Kerja korosinya kemudian material dibersihkan
Benda kerja (baja karbon rendah) dengan tisu dan dikeringkan dengan hair
dipotong dengan ukuran 40 x 150 x 10 dryer.
mm dengan menggunakan mesin gergaji
potong. 3.3.3.Rancangan Penelitian Faktorial
2. Pembuatan Alur Las Untuk mengetahui pengaruh
Adapun bentuk alur las yang akan dibuat variabel-variabel di dalam suatu penelitian
untuk pengelasan adalah bentuk alur – V dapat dilakukan dengan analisis varian.
tunggal sesuai dengan standar JSSC – Analisis varian merupakan suatu analisis
1977. metode data untuk memperoleh
pemecahan di dalam suatu penelitian
sebanyak n sampel, serta mengetahui
interaksi-interaksi yang terjadi antara
variabel-variabel yang diamati dalam
penelitian. Dalam penelitian ini, adapun
sumber-sumber varian yang akan diamati
pengaruhnya adalah :

Gambar 3. Bentuk Sambungan Las Alur-V 1. Posisi Pengelasan ( A )


Tunggal A1 = Posisi Pengelasan Datar
3.. Proses Pengelasan A2 = Posisi Pengelasan Vetikal
Jenis Elektroda A3 = Posisi Pengelasan Atas Kepala
Arus las : 110 Ampere
Tegangan Busur : 26 volt 2. Gerakan Elektoda ( B )
Diameter elektroda : 3,2 mm ( RB-26 ). B1 = Gerakan Pola Melingkar
Posisi pengelasan : Datar,Vertikal dan B2 = Gerakan Pola Zig-Zag
Atas Kepala. B3 = Gerakan Pola C
4. Gerakan ayunan elektroda Melingkar,
Jadi dalam penelitian ini terdapat dua
Zig-zag dan C
faktor yaitu, A dan B, dimana A terdiri dari
5. Pendinginan Setelah proses pengelasan
3 taraf dan B terdiri dari 3 taraf.
dilakukan pendinginan dengan media
Keseluruhan eksperimen memerlukan 9
udara.
kombinasi dan pengulangan sebanyak 3
6. Pembuatan spesimen untuk pengujian
kali, maka akan terdapat 27 data hasil
Spesimen uji kekerasan pada HAZ
percobaan yang diperoleh.
3.3.2.Pengamatan struktur makro
Sebelum dilaksanakan pembuatan
BAB IV
spesimen uji keekerasan terlebih dahulu
HASIL PEMBAHASAN
dilakukan pengamatan struktur makro
untuk menentukan batas-batas daerah
4.1. Hasil dan Pembahasan
logam las, daerah HAZ dan logam induk
Dengan pengukuran kekerasan
sebagai acuan untuk uji kekerasan pada
menggunakan metode Vikers diperoleh
daerah HAZ. Pengamatan struktur makro
kekerasan logam induk sebesar 143,321
ini dilakukan dengan proses pengetsaan.
HVN. Sedangkan data kekerasan dengan
Prosedur pengetsaan makro:
variasi posisi pengelasan dan gerakan
Mempersiapkan larutan HNO3 dengan
elektrode ditunjukkan pada tabel 3.
alkohol 95%, dengan HNO3 sebanyak 25%,
mencelupkan spesimen dan diagitasi
Tabel 3. Data kekerasan Vikers pada daerah H
selama 3 menit, dilap dengan tisu dan
posisi pengelasan dan gerakan ele
4
(57,09) ternyata lebih besar dari F tabel
(3,35) maka hipotesa ( Ho) ditolak.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah
Posisi Gerakan elektroda ( B ) Jumlah
Pengelasan Melingkar Zig-Zag C
(A)
Datar 146,632 147,946 151,347
148,785 146,288 153,091
149,632 147,114 152,215
Jumlah 448,049 441,348 456,653 1346,050
Rata-rata 149,349 147,116 152,217
Vertikal 157,587 156,672 160,380
158,510 153,975 159,441
158,510 155,765 161,328
Jumlah 474,607 466,412 481,149
Rata-rata 158,202 155,765 160,383
Over head 164,222 161,328 169,221
165,204 162,284 173,386
168,203 163,248 171,284
Jumlah 497,629 486,860 513,891 1498,380
Rata-rata 165,876 162,287 171,297
Total 1420,285 1394,620 1451,693 4266,598

Dengan menggunakan simbol-


simbol dimana A=Posisi Pengelasan dan
B= Gerakan elektroda, faktor A
mempunyai tiga taraf dan faktor B
mempunyai tiga taraf. Data perhitungan
kekerasan daerah HAZ ditunjukkan seperti
pada tabel 4.

4.2.Pembahasan Data Uji Kekerasan


Untuk Perlakuan A (dimana A
adalah Posisi pengelasan yang digunakan)
taraf signifikan yang diambil adalah (α) = bahwa terdapat pengaruh antara
0,05 nilai = 2 dan = 18 maka nilai F adalah gerakan elektroda yang digunakan
3.35. Nilai F (405,39) ternyata lebih besar terhadap kekerasan material hasil
dari F tabel (3,35) maka hipotesa (Ho) pengelasan.Untuk perlakuan interaksi A
ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil dan B (dimana A adalah posisi pengelasan
adalah bahwa terdapat pengaruh antara dan B adalah gerakan elektroda yang
posisi pengelasan yang digunakan digunakan).Taraf signifikan yang diambil
terhadap kekerasan material hasil adalah (1V2Vtabelhitung α) = 0,05 nilai = 4
pengelasan. Untuk perlakuan B (dimana B dan = 18 maka nilai F tabel adalah 2,93
adalah gerakan elektroda yang nilai F (2,75) ternyata lebih kecil dari F
digunakan).Taraf signifikan yang diambil tabel (2,93) maka hipotesa (Ho) diterima.
adalah (1V2Vtabelhitung α) = 0,05 nilai= 2 Kesimpulan yang dapat diambil adalah
dan = 18 maka nilai F adalah 3,35 nilai F bahwa tidak terdapat pengaruh antara
5
posisi pengelasan dan gerakan elektroda Dari analisa eksperimen faktorial
terhadap kekerasan material hasil dan grafik diatas terlihat bahwa variabel-
pengelasan 1V2Vhitung variabel yang digunakan yaitu gerakan
elektroda pada posisi pengelasan pada
pengelasan las elektrode terbungkus baja
SSC 41 mempunyai pengaruh nyata
Tabel 4. Daftar kekerasan daerah HAZ terhadap nilai kekerasan. Pada posisi
Sumber Derajat Jumlah Rataan F F pengelasan Datar, Vertikal dan Over Head
Varian Ke Kuadrat Kuadrat Hitun Tabe berturut-turut memberi pengaruh
bebasa (SS) (MSS) g l (Fα) kekerasan yang semakin meningkat pada
n (Fe)
daerah HAZ dan gerakan elektroda pola
(df)
Posisi 2 1289,13 644,57 405,3 3,35 Zig-zag, Melingkar dan C berturut-turut
Penegela 9 memberi pengaruh kekerasan yang
san (A) semakin meningkat pada daerah HAZ.
Gerakan 2 381,67 90,78 57,09 3,35 Nilai kekerasan tertinggi rata-rata
Elektrod 2
a(B) 513,891 kg/mm terdapat pada variabel
posisi pengelasan atas kepala dan pada
Interaksi 4 17,47 4,37 2,76 2,97
variabel gerakan elektroda pola C,
AxB
sedangkan nilai kekerasan terendah rata-
2
Eror (E) 18 28,61 1,59 rata 441,348 kg/mm terdapat pada
Total 26 1516,78 variabel posisi pengelasan datar dan
pada variabel gerakan elektoda pola
zigzag. Dari kajian literatur dapat
Dari data pengujian kekerasan yang diteliti dijelaskan sebagai berikut: Daerah HAZ
tersebut dapat dibuat grafik seperti logam dasar yang selama proses
gambar 4. pengelasan mengalami siklus termal yaitu
o o
pemanasan 900± C sampai 1300± C dan
Melingkar Zig-zag C pendinginan. Setelah proses pemanasan
dan mengalami pendinginan, besi-gamma
520,000 atau austenit mulai bertransformasi
menjadi besi-alpha atau ferrit, dimana
kekerasan (Kg/mm2)

500,000
ferrit memiliki daya larut karbon yang
480,000 sangat sedikit mengendap terus di
460,000 sepanjang batas-batas butir austenit yang
terjadi pada suhu dibawah A3 dan proses
440,000
berlanjut sampai pada temperatur A1,
420,000
pada temperatur di bawah A1 austenit
400,000
Posisi Posisi Over akan bertransformasi menjadi perlit dan
Datar Vertikal Head berakhir pada temperatur sekitar pada
o o
500± C, dibawah temperatur 500 C
austenit akan bertransformasi menjadi
Gambar 4. Grafik Pengaruh Posisi o
Pengelasan dan Gerakan Elektroda bainit dan berakhir pada temperatur ±300
terhadap Kekerasan C, selanjutnya pada temperatur di bawah
o
300 C sisa austenit akan bertransformasi
menjadi martensit. Sehingga diperkirakan
struktur akhir yang terbentuk adalah ferrit,
4.3.Pembahasan hasil penelitian perlit, bainit dan martensit. Struktur ini
mempunyai kekerasan yang cukup baik,

6
kemudian dengan meningkatnya tinggi dibandingkan dengan posisi
persentase kandungan perlit pengelasan datar dan posisi vertikal.
dibandingkan dengan ferrit akibat 3. Nilai kekerasan Vikers tertinggi rata-
2
meningkatnya masukan panas las akan rata 513,891 Kg/mm terdapat pada posisi
menaikkan sifat kekerasan suatu bahan. pengelasan atas kepala dan pada variabel
Disini gerakan pola C memberi masukan gerakan elektroda pola C, sedangkan nilai
panas lebih besar dari pola melingkar dan kekerasan Vikers terendah rata-rata
zig -zag. Dengan meningkatnya panas 2
441,348 kg/mm terdapat pada posisi
pengelasan, maka laju pendinginan
pengelasan datar dan pada gerakan
menjadi besar sehingga struktur mikro
elektroda pola zig-zag.
yang terbentuk lebih keras. Hal ini sesuai
dengan gambar 4, dimana posisi
5.2. Saran :
pengelasan atas kepala menghasilkan nilai
1.Agar supaya mendapatkan hasil yang
kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan
sempurna, maka dalam melakukan
dengan posisi pengelasan yang lainnya.
kegiatan pengelasan ikuti aturan yang
Pada semua posisi pengelasan yang
sudah kita ikuti pola-pola gerakan
dilakukan, gerakan elektroda C
elektroda pola C.
mempunyai nilai kekerasan yang tinggi, ini
2. Jangan sembarangan melakukan
disebabkan karena bidang kontak dari
pengelasan dengan gerak yang belum
ujung elektroda ke logam induk lebih
sama sekali kita lakukan percobaan.
besar sehingga temperatur puncak daerah
3. Kontinuitas gerak elektroda sangat di
HAZ lebih tinggi, akibatnya laju
harapkan dengan pola C.
pendinginan lebih besar sehingga struktur
mikro yang dihasilkan lebih getas.

BAB. V
KESIMPULAN / SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pengujian
dan analisa dari data penelitian pengaruh
gerakan elektroda dan posisi pengelasan
terhadap sifat kekerasan baja SSC41
yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Daftar Pustaka
1.Gerakan Elektroda
Gerakan Elektroda memberikan pengaruh
Cary, H.B, 1998, Modern Welding
yang nyata terhadap nilai kekerasan pada nd
daerah pengaruh panas(HAZ), dimana Technology. 4 edition, Prentice
gerakan elektroda pola C memberikan Hall,New Jersey.
nilai kekerasan yang lebih tinggi Makowski, Z. S. 1988, Konstruksi Ruang
dibandingkan dengan gerakan elektroda Baja. Terjemahan Huthudi,
Zig-zag dan melingkar. ITB,Bandung.
2. Posisi pengelasan
Posisi pengelasan memberikan pengaruh Wiryosumarto, H. Toshie, O. 2004.
yang nyata terhadap nilai kekerasan pada Teknologi Pengelasan Logam.
daerah pengaruh panas(HAZ),dimana Cetakan ke-9, Penerbit Pradnya
posisi pengelasan atas kepala Paramitha,Jakarta
memberikan nilai kekerasan yang lebih

7
Wiryosumarto, H. dan Okamura, T, 2000,
Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai