Anda di halaman 1dari 9

Makalah Angina Pektoris

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasanya suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai
macam permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler. Keluhan utama yang
sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri dada, berdebar-debar dan
sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama, ialah
poerasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan sering terasa lemas, perasaan
seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki rasa berat atau membengkak, perut
kembung atau membuncit disertai kencing yang berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan (
cyanotic spells ), batuk atau hemoptisis dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat
dingin dan lemas dengan perasaan tidak enak pada perut bagian atas.

Salah satu jenis gangguan pada sistem kardiovaskuler yang dibahas dalam makalah ini
yakni angina pectoris. Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana terjadi sakit dada
yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang
bila pasien beristirahat.

Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan mampu mengerti
serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi
atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah
ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas,
yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri,
kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada
tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996)

Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard,
karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada biasanya
berlangsung 1 sampai 5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin
pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa.
Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan
kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin

Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)

2.2 Etiologi

Penyebab yang paling umum dari angina adalah penyakit arteri koroner. Penyebab yang
kurang umum dari angina adalah spasme (kekejangan) dari arteri-arteri koroner.

Penyakit Arteri Koroner

Arteri-arteri koroner mensuplai darah yang beroksigen pada otot jantung. Penyakit arteri
koroner berkembang ketika kolesterol mengendap di dinding arteri, menyebabkan
pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang disebut plak kolesterol. Akumulasi dari
plak kolesterol dari waktu ke waktu menyebabkan penyempitan dari arteri-arteri koroner,
proses yang disebut arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat dipercepat dengan merokok,
tekanan darah tinggi, kolesterol yang naik, dan diabetes. Ketika arteri-arteri koroner menjadi
sempit lebih dari 50% sampai 70%, mereka tidak lagi memenuhi permintaan oksigen darah
yang meningkat oleh otot jantung selama latihan atau stres. Kekurangan oksigen pada otot
jantung menyebabkan nyeri dada (angina).

Coronary artery spasm

Dinding-dinding dari arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat otot. Kontraksi yang cepat dari
serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang tiba-tiba dari arteri-arteri. Spasme dari
arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot jantung dan menyebabkan angina. Angina
sebagai akibat dari spasme (kekejangan) arteri koroner disebut "variant" angina atau
Prinzmetal angina. Prinzmetal angina secara khas terjadi waktu istirahat, biasanya di jam-
jam pagi dini. Spasme dapat terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta pada yang
disempitkan oleh arteriosclerosis. Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan oleh
penggunaan atau penyalahgunaan cocaine. Spasme dari dinding arteri yang disebbkan oleh
cocaine dapat begitu signifikan sehingga ia sebenarnya dapat menyebabkan serangan jantung.

Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:


1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.

2.3 Manifestasi Klinik

Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari
rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan
menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga
tengah (retrosentral).

Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke
leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.Pasien biasanya memperlihatkan rasa
sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di lengan atas,
pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien
mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang
apabila faktor presipitasinya dihilangkan.

2.4 Patofisiologi

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay


oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling
sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen
juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido


yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:

1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.

4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.

2.5 Tipe Angina

1. Angina Pektoris Stabil

Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat.
Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.

 Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan
oksigen niokard.

 Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.

 Durasi nyeri 3 – 15 menit.

2. Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)

Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan
beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai
oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.

 Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.

 Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.

 Kurang responsif terhadap nitrat.

 Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.

 Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang
beragregasi.

3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)

Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko
tinggi terjadinya infark.
 Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.

 Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.

 EKG menunjukkan elevasi segmen ST.

 Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.

 Dapat terjadi aritmia.

4. Angina Nokturnal

Nyeri terjadi saat malam hari,biasanya saat tidur dan dapat dikurangi dengan duduk
tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.

5. Angina Refrakter atau Intraktabel

Angina yang sangat berat sampai tedak tertahankan.

6. Angina Dekubitus

Angina saat berbaring.

7. Iskemia tersamar

Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak

menunjukkan gejala.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

• Elektrokardiogram

Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang
EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu
serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.

• Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.

• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH.

Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya
masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida
perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula
darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor
risiko bagi pasien angina pectoris.

• Uji Latihan Jasmani

Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di monitor
demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih
bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan,
maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.

Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan
cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG
sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.

• Thallium Exercise Myocardial Imaging

Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah
sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak
latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan
dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan
tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi
normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen


jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai
melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medisdan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner
mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser
untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi.
Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau
seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu
pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina
yang diderita pasien.

4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

1. Bebas dari nyeri.

2. Menunjukkan penurunan kecemasan

a. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.

b. Mematuhi semua aturan medis.

c. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.

d. Menghindari tinggal sendiri saat terjadinya episode nyeri.

3. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas dari


komplikasi
a. Menjelaskan proses terjadinya angina

b. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi

c. EKG dan kadar enzim jantung normal

d. Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut

4. Mematuhi program perawatan diri

a. Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi

b. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup.


DAFTAR PUSTAKA

Noer, H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Angina_pektoris

http://blog.ilmukeperawatan.com/mengenal-angina-pektoris.html

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/radiology/1936688-angina-pektoris/

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/147_05PenyakitJantungKoroner.pdf/147_05PenyakitJa
ntungKoroner.html

http://oktavie.wordpress.com/2010/02/14/angina-pektoris/

http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/angina-pektoris-tidak-stabil/

smeltear ,C.suzanne dan Brenda G.Bare.2002.BUKU Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai