Anda di halaman 1dari 36

FORMULASI ACCOUNTING THEORY AND

CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR


FINANCIAL
MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI
OLEH DOSEN RUDI ABDULLAH, SE.,MM.,Ak.,CA

MAKALAH

KELOMPOK III

KHATIJAH/101401039/B ST. NUR ANDRIANI/101401016/A


MUSDALIFAH/101401040/B SARFIA/101401012/A
VITIRIANTI/101401043/B ILHAM SYARIF K/101401019/A
FITRIANI/101401017/A LA ADE/101401021/A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON


FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI
AKUNTANSI PERIODE 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Usaha Koperasi
Nusantara”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
oleh Dosen Rudi Abdullah,SE.,MM.,Ak.,CA dalam mata kuliah Teori Akuntansi
di Universitas Muhammadiyah Buton Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Baubau, 30 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Peristiwa, Pendekatan Keprilakuan dan
Pendekatan Pemrosesan Informasi Akuntansi ..................................... 3
2.2 Pendekatan Prediktif .......................................................................... 13
2.3 Pendekatan Positif dan Paradikmatik Akuntansi ............................... 16
2.4 Kerangka Konseptual......................................................................... 17
2.5 Konsep Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi .............. 23
2.6 Postulat Akuntansi ............................................................................ 26
2.7 Prinsip Dasar Akuntansi .................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 30
3.2 Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan aktivitas manusia dan akan mempertimbangkan
hal seperti ‘perilaku dan orang-orang’. Dalam hal informasi keuangan, atau
alasan mengapa orang dalam organisasi dapat memilih untuk memberikan
informasi tertentu ke kelompok pemangku kepentingan tertentu. Teori akan
mencakup pertimbangan akan tujuan pelaporan eksternal, didasarkan pada
perspektif tertentu peran akuntansi, Memprediksi teori Akuntansi Positif,
Memprediksi bahwa kekuatan relatif dari kelompok pemangku kepentingan
tertentu, pemberian informasi akuntansi kepada orang-orang diluar
organisasi, Memprediksi informasi akuntansi yang sah dan bahwa informasi
akuntansi dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan,
mempertahankan Teori Legitimasi.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam
memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian
akuntansi. Teori didefinisikan sebagai konsep, definisi, dan dalil yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan
menjelaskan hubungan antar variabel yang bertujuan untuk menjelaskan
serta memprediksikan fenomena tersebut. Karena teori akuntansi merupakan
suatu proses pembuktian, akhir-akhir ini pendekatan modern telah
dikembangkan dan direvisi, dengan maksud membuktikan ataupun
membentuk suatu teori akuntansi yang diharapkan mampu memberi solusi
untuk masalah-masalah akuntansi. Pendekatan modern ini menunjukkan
aliran baru penelitian akuntansi yang menggunakan pemikiran konseptual
dan empiris untuk merumuskan dan membuktikan suatu kerangka akuntansi
konseptual. Diantara pendekatan modern ini terdiri dari : Pendekatan
kejadian ( event approach ), Pendekatan perilaku (behavior approach),

1
2

Pendekatan prediktif (predictive approach), Pendekatan positif (positive


approach)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian pendekatan peristiwa, pendekatan keprilakuan, dan
pendekatan pemrosesan informasi manusia ?
1.2.2 Bagaimana prediksi peristiwa ekonomi dan prediksi reaksi pasar ?
1.2.3 Apa pengertian pendekatan positif dan paradigmatik akuntansi ?
1.2.4 Bagaimana kerangka kerja konseptual akuntansi ?
1.2.5 Bagaimana konsep pengakuan, pengukuran dan pelaporan Akuntansi ?
1.2.6 Bagaimana postulat akuntansi yang melandasi proses penyusunan
laporan keuangan secara keseluruhan ?
1.2.7 Bagaimana prinsip dasar akuntansi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk memahami dan mendeskripsikan pengertian dari pendekatan
peristiwa, pendekatan keprilakuan dan pendekatan pemrosesan
informasi manusia
1.3.2 Untuk memahami dan mendeskripsikan prediksi peristiwa ekonomi
dan prediksi reaksi pasar
1.3.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan pendekatan positif dan
paradigmatik akuntansi
1.3.4 Untuk memahami dan mendeskripsikan kerangka kerja konseptual
akuntansi
1.3.5 Untuk memahami dan mendeskripsikan konsep pengakuan,
pengukuran dan pelaporan Akuntansi
1.3.6 Untuk memahami dan mendeskripsikan postulat akuntansi yang
melandasi proses penyusunan laporan keuangan secara keseluruhan
1.3.7 Untuk memahami dan mendeskripsikan prinsip dasar akuntansi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Peristiwa, Pendekatan Keprilakuan, dan


Pendekatan Pemrosesan Informasi Manusia
2.1.1 Pendekatan Peristiwa
Hakikat pendekatan peristiwa menyatakan bahwa tujuan
akuntansi adalah “untuk menyediakan informasi yang relevan tentang
peristiwa ekonomi yang dapat bermanfaat bagi berbagai model
keputusan”. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk menyediakan
informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dan memberikan
kepada pengguna peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan model
keputusan mereka, dan menjadi tanggung jawab pengguna untuk
menggabungkan dan menetapkan bobot serta nilai bagi data-data yang
dihasilkan oleh peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan fungsi utilitas
mereka masing-masing.
Pengguna, mengubah peristiwa menjadi informasi akuntansi
yang sesuai dengan model keputusan pengguna itu sendiri. Sehingga
kandungan laporan akuntansi merupakan refleksi observasi dari dunia
riil, bukan “kesimpulan yang dikehendaki manajer, yang
menggunakan teknik akuntansi altematif untuk tujuan manipulasi,
bukan untuk memberi informasi”. Peristiwa merupakan segala
tindakan yang dapat digambarkan dengan satu atau lebih dimensi
dasar atau ciri. Menurut Johnson, “peristiwa” berarti “observasi yang
layak mengenai karakteristik tertentu suatu tindakan sehingga seorang
pengamat dapat mengatakan bahwa saya meramalkan dan melihat
sendiri hal itu terjadi”.
Dengan demikian, karakteristik suatu peristiwa dapat
diobservasi secara langsung dan karakteristik ekonomi dapat
bermanfaat bagi pengguna. Karena jumlah karakteristik dan jumlah

3
4

peristiwa mudah terpengaruh oleh observasi yang mungkin relevan


bagi model keputusan seluruh pengguna, maka pendekatan peristiwa
mengusulkan suatu pengembangan yang luar biasa mengenai data
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Karakteristik suatu
peristiwa, selain nilai moneter, harus dapat diungkapkan. Pendekatan
peristiwa juga mengasumsikan bahwa tingkat penggabungan dan
pengevaluasian data akuntansi diputuskan oleh pengguna, menurut
fungsi pengguna.
Laporan keuangan dan pendekatan peristiwa. Pada pendekatan
nilai, neraca dianggap sebagai indikator posisi keuangan perusahaan
pada suatu periode. Pada pendekatan peristiwa, neraca dianggap
sebagai komunikasi tidak langsung mengenai seluruh peristiwa
akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak berdiri. Pada
pendekatan nilai, laporan keuangan dianggap sebagai suatu indikator
kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Pada pendekatan
peristiwa, laporan keuangan dianggap sebagai komunikasi langsung
mengenai peristiwa peristiwa operasi yang terjadi selama periode
tertentu. Pada pendekatan nilai, laporan aliran kas dianggap sebagai
suatu ungkapan perubahan pada kas. Tetapi, pada pendekatan
peristiwa, laporan aliran kas lebih baik dipandang sebagai ungkapan
peristiwa-peristiwa keuangan dan investasi. Dengan kata lain,
relevansi suatu peristiwa bukan hasil aliran kas, yang menentukan
pelaporan suatu peristiwa dalam laporan aliran kas.
Teori peristiwa normatif dari akuntansi. Teori akuntansi
mengenai peristiwa-peristiwa normatif telah disimpulkan secara
tentatif sebagai: Usaha untuk menarik perhatian orang (pemegang
saham, karyawan, manajer, pemasok, pelanggan, badan-badan
pemerintah, yayasan) agar dapat memprediksi dengan lebih baik,
maka karakteristik, yang paling relevan bagi peristiwa penting
(internal, lingkungan, dan transaksional) yang memengaruhi
organisasi, digabungkan (secara bertahap dan antar bagian) secara
5

periodik dan bebas dari konklusi yang bias. Jadi, tujuan teori
akuntansi mengenai peristiwa normatif adalah memaksimalkan
keakuratan peramalan laporan akuntansi dengan berfokus pada ciri-
ciri yang paling relevan dari peristiwa-peristiwa yang penting bagi
pengguna. Teori ini menyatakan bahwa :
a. Suatu transaksi ekonomi yang ekplisit dari peristiwa-peristiwa
nyata, yang harus dilaporkan oleh akuntan.
b. Perencanaan klasifikasi yang lebih efektif, dengan referensi
khusus pada label-label yang memungkinkan untuk mengaitkan
peristiwa-peristiwa tertentu dengan peristiwa lain yang terkait.
c. Pembuataan struktur sistem informasi akuntansi berbasis
peristiwa.
Sistem informasi akuntansi berbasis peristiwa. Salah satu cara
untuk mencapai tujuan teori akuntansi mengenai peristiwa normatif
adalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan
pendekatan database pada manajemen informasi yang mempunyai
asumsi bahwa suatu perusahaan membuat database yang dikelola
terpusat untuk dibagikan kepada sejumlah besar pengguna yang
mempunyai kebutuhan beragam. Sistem akuntansi yang seperti itu
meliputi model:
a. Model hierarkis didasarkan pada ide sistem informasi akuntansi
peristiwa yang memungkinkan penggunanya membuat
pertanyaan ilmiah (inquiry) pada database.
b. Model jaringan didasarkan pada konsep akuntansi multi dimensi
yang dinyatakan oleh Ijiri dan Chames, Colantoni, dan Cooper.
Model ini menggunakan input database yang tidak terstruktur
pada awalnya dan juga menggunakan suatu kumpulan
pertanyaan ilmiah atau data yang kemudian dikembangkan
menjadi suatu struktur data hierarkis, yang dapat meminimalkan
jumlah catatan yang diakses untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.
6

c. Model relasional didasarkan pada teori relasi pada matematika.


Pada dasarnya, suatu database merupakan suatu kumpulan relasi
dengan berbagai macam tingkatan dan waktunya yang berbeda-
beda pula. Para pengguna berinteraksi dengan model melalui
suatu bahasa yang bermakna bagi pengguna tertentu. Pekerjaan
penting yang harus dilakukan adalah meningkatkan penerapan
pendekatan relasional ini pada model akuntansi.
d. Model hubungan entitas mengasumsikan bahwa sistem
akuntansi dimodelkan secara alamiah pada lingkungan database
sebagai suatu kumpulan entitas dunia riil dan hubungan di antara
entitas-entitas tersebut. Model ini pada dasarnya menggantikan
daftar rekening tradisional dan prosedur pembukuan double
entry dengan memandang hubungan entitas dalam bentuk tabel
entitas dan tabel hubungan.
e. Model akuntansi REA merupakan penyajian fenomena
akuntansi yang digeneralisasi, yang komponen-komponennya
terdiri dari sekumpulan penyajian sumber daya ekonomi,
peristiwa-peristiwa ekonomi, dan agen-agen ekonomi.
Evaluasi atas pendekatan peristiwa. Pendekatan peristiwa
menawarkan keunggulan dan kelemahan tertentu. Keunggulannya
terutama berasal dari usaha-usaha untuk menyediakan informasi
mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan, yang mungkin
dapat bermanfaat bagi berbagai model keputusan. Sehingga informasi
lebih banyak tersedia bagi pengguna, yang kemudian dapat diterapkan
pada fungsi utilitasnya untuk menentukan sifat dan tingkat
penggabungan informasi yang mereka butuhkan untuk pembuatan
keputusan.
2.1.2 Pendekatan Perilaku
Sebagian besar pendekatan tradisional dalam penyusunan teori
akuntansi telah gagal untuk mempertimbangkan perilaku pengguna
secara khusus dan asumsi-asumsi keperilakuan secara umum.
7

Pendekatan keperilakuan pada pembuatan teori akuntansi menekankan


pada relevansi pembuatan keputusan mengenai informasi yang
dikomunikasikan (berorientasi pada keputusan yang dikomunikasikan)
dan perilaku individual dan kelompok yang disebabkan oleh
komunikasi informasi (berorientasi pada pembuat keputusan).
Akuntasi diasumsikan berorientasi pada tindakan yang tujuannya
adalah untuk mempengaruhi tindakan (perilaku) secara langsung
melalui kandungan informasi pesan pesan yang disampaikan dan
secara tidak langsung melalui perilaku para akuntan. Karena akuntansi
dianggap sebagai proses keperilakuan, maka pendekatan keperilakuan
pada pembentukan teori akuntansi menerapkan ilmu keperilakuan
pada akuntansi.
Dampak perilaku dari informasi akuntansi. Penelitian mengenai
kecukupan dan penggunaan pengungkapan menunjukkan penerimaan
umum mengenai kecukupan laporan keuangan yang ada, pemahaman
dan pengertian umum mengenai laporan keuangan, dan suatu
pengakuan bahwa perbedaan pada kecukupan pengungkapan antar
laporan keuangan disebabkan variabel-variabel, misalnya besar
perusahaan, profitabilitas, serta besar dan status kantor auditor.
Dampak keputusan prosedur-prosedur akuntansi dijelaskan terutama
dalam konteks penggunaan tehnik-tehnik persediaan yang berbeda,
informasi tinghat harga (price level), dan informasi non-akuntansi.
Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknik-teknik
altematif akuntansi dapat mempengaruhi keputusan individual, dan
sejauh mana pengaruhnya tergantung pada sifat tugas, karakteristik
pengguna dan sifat lingkungan eksperimental.
Dampak linguistik dari data dan teknik akuntansi. Berbagai
penggabungan dalam akuntansi akan menimbulkan repertoire atau
kode linguistik yang berbeda pada komunikasi interkelompok
dan/atau komunikasi antar kelompok. Konstruk (construct) linguistik
digunakan untuk menyesuaikan tidak adanya konsensus pada makna
8

konsep akuntansi, sehingga masalah masalah tertentu diidentifikasi


sebagai kebutuhan penelitian berikutnya, yaitu.
a. Sifat “bahasa institusional” pada setiap kelompok profesional
akuntansi;
b. Adanya kode linguistik yang terhubung secara profesional
dalam bidang akuntansi, yang terdiri dari “bahasa formal” dan
“bahasa publik”; dan
c. Pelaksanaan suatu pengujian untuk menentukan apakah bahasa
publik dipahami oleh pengguna data formal (misalnya
mahasiswa) atau tidak.
Penelitian lainnya telah menggali dampak linguistik data dan
teknik-teknik akuntansi tanpa mempertimbangkan tesis relativisme
liguistik ataupun tesis sosiologika. Penelitian ini menitik beratkan
pada perbedaan antara komunikasi inter dan antar kelompok mengenai
data dan/atau teknik akuntasi antar pengguna dan pembuat data
akuntansi.
Fiksasi fungsional dan data. Kondisi-kondisi tertentu
menyebabkan seorang pembuat keputusan tidak dapat menyesuaikan
proses keputusannya, dan melakukan perubahan dalam proses
akuntansi. Mereka mempertimbangkan faktor-faktor psikologis fiksasi
fungsional. Para ahli psikologi tertarik pada fiksasi fungsional yang
terkait dengan fungsi atau objek, sedangkan para peneliti akuntansi,
yang dipengaruhi oleh eksplorasi Ijiri, Jaedicke, dan Knight, tertarik
dengan fiksasi fungsional yang terkait dengan data.
Terdapat perbedaan antara fiksasi fungsional dan fiksasi data.
Pada kasus fiksasi fungsional, para ahli psikologi menggunakan
benda-benda, seperti medali, tali, dan kotak, untuk melakukan tugas
yang relatif sederhana, sedangkan pada eksperimen fiksasi data,
seluruh data digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tidak
terstruktur.
9

Sifat induksi informasi. Walaupun dampak penggunaan


informasi secara umum telah diketahui dan diterima sebagai bagian
dari paradigma stimulus-respons, fenomena terkini mengenai induktor
informasi atau induktor sederhana, yang diperkenalkan oleh Prakash
dan Rappaport, dimaksudkan untuk merujuk pada proses yang
kompleks yaitu perilaku individual dipengaruhi oleh informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan komunikasi. Induktor informasi timbul
dari kecenderungan penerima untuk mengantisipasi kemungkinan
penggunaan informasi, sebagai konsekuensi penggunaan informasi,
dan tanggapan mereka terhadap konsekuensi tersebut.
2.1.3 Pendekatan Pemrosesan Informasi Manusia
Model Lensa dari Brunswick memungkinkan untuk mengakui
secara eksplisit mengenai saling ketergantungan antara variabel-
variabel lingkungan dengan individual secara khusus. Model ini
terutama digunakan untuk menilai situasi yang membutuhkan
penilaian mengenai manusia, yang di dalamnya orang membuat
penilaian dengan dasar sekumpulan petunjuk eksplisit yang diperoleh
dari lingkungan. Model ini menekankan pada kemiripan antara
lingkungan dengan tanggapan subjek. Sebagian besar penelitian
akuntansi menggunakan model lensa, yang didorong oleh kebutuhan
untuk membangun model matematis yang menunjukkan keunggulan
relatif dari petunjuk-petunjuk informasi yang berbeda beda (sering
disebut penghimpunan kebijakan atau “policy capturing”), didorong
oleh kebutuhan untuk mengukur keakuratan ketetapan dengan
konsistensi, konsensus, dan prediktabilitasnya.
Pertimbangan probabilitas. Penilaian probabilistik, sering
disebut pendekatan Bayesian, menitik beratkan terutama pada
perbandingan probabilitas penilaian intuitif dan model normatif.
Model normatif bagi revisi probabilitas, disebut sebagai Teorema
Bayes, digunakan sebagai model deskriptif bagi pemrosesan informasi
manusia. Penelitian mengenai perolehan probabilitas telah berusaha
10

untuk menetapkan validitas terpusat dari teknik-teknik perolehan yang


berbeda dalam auditing, dan juga keakuratan serta dampaknya
terhadap keputusan audit. Tidak ada kesimpulan umum yang dapat
ditarik pada tingkat penelitian ini. Penelitian mengenai penyimpangan
perilaku pembuatan keputusan normatif menitikberatkan pada
heuristik dan bias pada dasamya, keterwakilan dalam auditing,
anchoring dalam auditing, anchoring dalam pengendalian manajemen,
dan anchoring dalam analisis keuangan dan juga pada kemampuan
pembuat keputusan untuk menjalankan peran sebagai penilai
informasi. Tetapi hanya sedikit diketahui mengenai bagaimana
kemampuan pemrosesan informasi oleh individu berinteraksi dengan
struktur tugas untuk menghasilkan heuristik dan bias.
Perilaku prakeputusan. Metode pelacakan proses berasal dari
teori penyelesaian masalah yang dikembangkan oleh Newell dan
Simon, yang berpendapat bahwa manusia mempunyai keterbatasan
kapasitas untuk memproses informasi. Mereka juga berpendapat
bahwa manusia mempunyai daya ingat berjangka pendek dengan
kapasitas terbatas dan sebenarnya mempunyai daya ingat jangka
panjang dengan kapasitas tidak terbatas. Sehingga manusia cenderung
untuk menggambarkan kepuasan bukan tanggapan optimal, yang
mengarahkan mereka agar menjadi adaptif (menyesuaikan diri).
Sebaliknya, keadaptifan menyatakan bahwa penyajian kognitif tugas
(sifat dan kompleksitas) menentukan cara penyelesaian masalah,
karena tugas-tugas cenderung untuk diperoleh dan sehingga
mengendalikan tanggapan keperilakuan dari pembuat keputusan.
Pendekatan gaya kognitif. Pendekatan gaya kognitif
menitikberatkan pada variabel-variabel yang mungkin mempunyai
dampak pada kualitas ketetapan yang dibuat oleh para pembuat
keputusan. Gaya kognitif merupakan pembentukan hipotetika yang
digunakan untuk menjelaskan proses mediasi antara rangsangan
dengan tanggapan. Terdapat lima pendekatan yaitu:
11

a. Otoriterianisme (authoritarianism), timbul dari perhatian


Adorno dan lainnya pada hubungan antara kepribadian, sikap
anti demokrasi dengan perilaku. Para peneliti ini terutama
tertarik pada individu-individu yang mempunyai cara berpikir,
yang dapat membuat mereka mudah terpengaruh dengan
propaganda anti demokrasi. Dua perilaku yang berkorelasi
dengan otoriterianisme–kekauan dan ketidaktoleransian pada
ambigultas–merupakan refleksi dari gaya kognitif dasar.
b. Dogmatisme (dogmatism), timbul dari usaha Rokeach untuk
mengembangkan ukuran otoriterianisme berbasis struktural,
untuk menggantikan ukuran berbasis isi yang dikembangkan
oleh Adomo dan teman-temannya. Minat mereka adalah untuk
mengembangkan suatu ukuran gaya kognitif yang terbebas dari
pemikiran isi.
c. Kompleksitas kognitif (cognitive complexity), diperkenalkan
oleh Kelly dan Bieri, menitikberatkan pada dimensi-dimensi
psikologis yang digunakan oleh individu untuk membentuk
lingkungannya dan untuk membedakan perilakunya dengan
individu lain. Individu yang secara kognitif semakin kompleks
diasumsikan mempunyai sejumlah besar dimensi, yang dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku kepada pihak lain
dibandingkan individu yang secara kognitif kurang kompleks.
Para pembuat keputusan dapat juga dikelompokkan menurut
gaya kognitifnya: heuristik dan analitik.
d. Kompleksitas integratif (integrative complexity), dijelaskan oleh
Harvey dkk, yang kemudian dikembangkan oleh Schroeder dkk,
timbul dari pandangan bahwa orang-orang terikat pada dua
aktivitas pemrosesan masukan panca indera: pembedaan
(differentiation) dan penggabungan (integration).
e. Ketergantungan pada bidang (field dependence), dijelaskan
oleh Witkin dan teman-temannya, merupakan ukuran sejauh
12

mana perbedaan dalam bidang persepsi. Individual yang


tergantung pada bidang cenderung untuk menganggap
keseluruhan organisasi sebagai suatu bidang dan relatif tidak
dapat menganggap bagian-bagian bidang sebagai bagian yang
terpisah. Tetapi, individual yang tidak tergantung pada bidang
cenderung menganggap bagian-bagian bidang terpisah dari
keseluruhan organisasi bidang tersebut, bukan
menggabungkannya.
Relativisme kognitif dalam akuntansi. Revolusi kognitif dalam
psikologi sosial telah membangkitkan minat yang besar pada struktur
pengetahuan mengenai daya ingat pada umumnya dan bagaimana
orang-orang belajar, pada khususnya. Intisari relativisme dalam
akuntansi adalah adanya proses kognitif yang diasumsikan dapat
mengarahkan proses penilaian/keputusan. Model menunjukkan bahwa
penilaian dan keputusan yang dibuat dari fenomena akuntansi,
merupakan hasil dari sekumpulan operasi kognitif sosial yang
mencakup observasi informasi fenomena akuntansi dan informasi
skema-skema yang disimpan dalam memori, dan kemudian dipanggil
kembali ketika dibutuhkan dalam pembentukan penilaian dan/atau
keputusan.
Relativisme kultural dalam akuntansi. Postulat relativisme
budaya menyatakan bahwa budaya membentuk fungsi kognitif
individual yang dihadapkan pada suatu fenomena akuntansi atau
auditing. Budaya membentuk penelitian akuntansi. Penerapan budaya
dalam akuntansi dapat dipandang sebagai media akuntansi. Budaya,
pada intinya, menentukan proses penilaian/keputusan dalam
akuntansi. Model mempostulasikan bahwa budaya, melalui
komponen, elemen, dan dimensinya, menentukan penggunaan struktur
organisasi, perilaku mikro organisasi, dan fungsi kognitif individual,
sebagai cara untuk mempengaruhi proses penilaian/keputusannya
ketika mereka dihadapkan pada fenomena akuntansi dan/atau auditing.
13

2.2 Pendekatan Prediktif


Pendekatan prediktif timbul dari masalah kesulitan menilai metode
alternatif mengukur akuntansi dan dari pencarian suatu kriteria sebagai
dasar pemilihan antara alternatif-alternatif pengukuran. Pendekatan prediktif
terhadap perumusan suatu teori akuntansi mempergunakan kriteria
kemampuan prekdiktif. Kemampuan prediktif berarti bahwa pemilihan
diantara opsi-opsi akuntansi yang berbeda-beda akan tergantung pada
kemampuan metode tertentu meramalkan kejadian penting yang menarik
pemakai. Sebuah penelitian akuntansi empiris yang sedang tumbuh telah
dikembangkan dari pendekatan prediktif, yaitu kemampuan data akuntansi
untuk menjelaskan dan meramalkan kejadian ekonomi serta kemampuan
data akuntansi untuk menjelaskan dan meramalkan pasar pada
pengungkapan
2.2.1 Prediksi Kejadian Ekonomi
Menurut perspektif pendekatan prediktif terhadap perumusan
teori Akuntansi harus dinilai atas dasar kemampuannya meramalkan
kejadian ekonomi. Satu tujuan utama dari akuntansi adalah untuk
menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi
peristiwa-peristiwa bisnis. Dalam sudut pandang pendekatan prediktif
dalam formulasi suatu teori akuntansi, pengukuran-pengukuran
akuntansi alternatif hendaknya dievaluasi berdasarkan atas
kemampuan mereka untuk meramalkan peristewa-peristiwa ekonomi
bisnis. Secara umum, kriteria nilai prediktif adalah suatu hubungan
probabilitas antara peristiwa-peristiwa ekonomi yang menjadi
perhatian dari pengambilan keputusan dan variabel-variabel pembuat
prediksi yang relevan dan sebagian diperoleh dari informasi akuntansi.
a. Analisis ringkasan waktu (time-series) adalah suatu pendekatan
metodologi struktual di mana ketergantungan statistikal
sementara dalam suatu kumpulan data dapat diperiksa.
Penelitian analisis time-series terutama menempatkan fokusnya
14

pada sifat-sifat time-series dari laba yang dilaporkan, dan Isu-isu


prediksi dalam analisis time-series.
b. Prediksi kesulitan, aplikasi-aplikasi yang paling relevan dari
pendekatan prediktif adalah usaha-usaha untuk mencari
karakteristik-karakteristik yang telah divalidasi secara empiris
yang membedakan perusahaan-perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan dengan yang tidak. Baik model univariate
maupun multivariate telah digunakan untuk membantu seorang
auditor menentukan kapan suatu perusahaan mendekati pailit.
Hasil yang paling patut dicatat adalah kemampuan prediktif
yang unggul dari rasio arus kas dibandingkan total utang, diikuti
oleh laba bersih dibandingkan aktiva total. Estimasi fungsi
diskriminan dari Altman adalah:
Z = 0,12X1 + 0,14X2 + 0,33X3 + 0,006X4 + 0,999X5
X1 = jaringan modal/total aktiva
X2 = laba ditahan/total aktiva
X3 = laba sebelum beban bunga dan pajak/total aktiva
X4 = nilai pasar dari ekuitas/nilai buku dari total kewajiban
X5 = penjualan/total aktiva
c. Prediksi premi obligasi dan peringkat obligasi, Empat faktor di
bawah ini diasumsikan menciptakan rasio obligasi dan oleh
sebab itu akan mempengaruhi imbal balik dari obligasi saat
jatuh tempo:
1) Resiko kegagalan (tidak sanggup membayar)
2) Resiko pemasaran
3) Resiko daya beli
4) Resiko tingkat suku bunga
d. Peramalan informasi laporan keuangan, peramalan laba menjadi
semakin popular dan penting bagi suatu pasasr modal untuk dapat
berfungsi sacara efisien. Peramalan-peramalan ini diasumsikan
memiliki kegunaan khusus bagi para pengguna informasi akuntansi.
15

Peramalan laba dapat diberikan oleh analisis, manajemen, atau model


model statistic. Revalansi dari peramalan-peramalan ini sebagian
besar bergantung pada kewajaran akurasi mereka, investor pada
khususnya dan pasar modal pada umumnya tidak akan memiliki
keyakinan pada peramalan laba yang tidak akura, dan akhirnya tidak
akan menggunakannya. Satu pernyataan penting kemudian akan
mengarah kepada keakuranta prediktif dari setiap jenis peramalan.
2.2.2 Prediksi Reaksi Pasar
a. Pasar modal dan akuntansi ekstern
Menurut satu interpretasi dari pendekatan prediktif,
pengamatan atas reaksi pasar modal dapat digunakan sebagai
satu panduan dalam mengevaluasi dan melaukan pilihan
diantara beberapa ukuran-ukuran akuntansi. Dengan kata lain,
pendekatan prediktif mendukung penggunaan angka-angka
akuntansi yang memiliki keterkaitan tertinggi dengan harga-
harga pasar. Ia meminta adanya suatu evaluasi mengenai
kegunaan dari angka-angka akuntansi yang diserahkan pada
transaksi-transaksi pasar modsl yang dipandang sebagai suatu
agregat.
b. Model pasar yang efisien atau tepat guna
Suatu pasar yang benar-benar tepat guna adalah pasar
yang senantiasa dalam keadaan equlibrium terus menerus,
sehingga nilai instrinsik surat berharga bergerak secara tidak
sengaja dan harga pasar selalu sama dengan nilai intrinsik yang
mendasari setiap saat. Sebuah pasar yang efisien secara
sempurna adalah berada dalam kondisi ekuilibrium secara
kontinu, sehingga nialai-nilai intrisik dari surat berharga
bergetar secara acak dan harga pasar adalah selalu sama dengan
nilai-nilai intrinsic yang menjadi dasar disetiap waktu. Efisiensi
pasar tidak memiliki artian bahwa harga surat berharga
seharusnya adalah mulus dan bukannya acak, seperti yang
dinyatakan oleh black. Sebuah pasar yang sempurna untuk
16

saham adalah pasar dimana tidak ada keuntungan yang dapat


dibuat oleh ornag yang tidak memiliki informasi kkhusus
tentang suatu perusahaan, dan bagi orang yang memang
memilikiinformasi khusus pun masih sulit untuk memebuat
keutungan, karena harga melakukan penyesuaian dengan sangat
cepat begitu informasi tersedia. Fama, membedakan tiga tingkat
pasar modal yang efisien :
1) Hipotesis pasar modal yang lemah. Menyatakan bahwa
equilibrium hasil (harga) saham yang diperoleh hari ini
adalah informasi harga saham yang sudah lewat (masa
lalu). Dengan kata lain, harga historis dan data volume
surat berharga tidak mengandung informasi yang dapat
dipergunakan untuk menghasilkan suatu keuntungan yang
lebih besar pada suatu strategi “membeli dan menyimpan”.
2) Hipotesis pasar modal semi-kuat. Menyatakan bahwa
equilibrium hasil (harga) yang diharapkan mencerminkan
sepenuhnya seluruh infomasi yang tersedia untuk umum,
yang bersifat khusus belum dipublikasikan.
3) Hipotesis pasar modal yang kuat. Menyatakan bahwa
equilibrium hasil (harga) yang diharapkan mencerminkan
seluruhnya informasi (tidak hanya informasi yang tersedia
untuk umum). Dengan kata lain, untuk memperoleh hasil
yang maksimum semua informasi seluruhnya dapat
tersedia, termasuk informasi dari orang-orang dalam.
2.3 Pendekatan Positif dan Paradigmatik Akuntansi
2.3.1 Pendekatan Positif adalah suatu pendekatan yang menyatakan
manajemen dapat memilih metode akuntansi alternatif yang
diharapkan dapat meningkatkan earnings.
2.3.2 Status paradigmatik akuntansi, suatu pemeriksaan terhadap buku
pelajaran akuntansi yang sudah ada memperkenankan kita
mengidentifisir paradigma-paradigma akuntansi sebagai berikut :
17

a. Paradigma yang berkaitan dengan antropologi, yang menetapkan


praktek-praktek akuntansi sebagai bidang kekuasaan akuntansi
b. Perilaku paradigma pasar, yang menetapkan reaksi pasar modal
sebagai bidang kekuasaan akuntansi
c. Paradigma kejadian ekonomi, yang menetapkan peramalan
kejadian ekonomi sebagai bidang kekuasaan akuntansi.
d. Paradigma proses pengambilan keputusan, yang menetapkan
teori-teori keputusan dan proses pengambilan keputusan
individu sebagai bidang kekuasaan akuntansi.
e. Paradigma pendapatan idiil, yang menetapkan ukuran prestasi
sebagai bidang kekuasaan akuntansi
f. Paradigma informasi ekonomi, yang menetapkan penilaian
informasi sebagai bidang kekuasaan akuntansi.
g. Paradigma perilaku pemakai, yang menetapkan perilaku
penerima informasi sebagai bidang kekuasaan akuntansi.
2.4 Kerangka Kerja Konseptual
Sebuah landasan teori yang kuat sangat diperlukan terutama karna
praktek akuntansi selalu dihadapi dengan perubahan lingkungan dunia
usaha. Akuntan secara terus menerus dan mau tidak mau dihadapkan dengan
situasi yang baru, kemajuan teknologi, dan inovasi bisnis yang tentu saja
semua ini akan menimbulkan masalah pelaporan dan akuntansi yang baru
pula. Masalah-masalah ini harus dapat ditangani dengan cara yang lebih
konsisten dan terorganisir secara lebih baik. Kerangka kerja konseptual
memainkan peranan yang sangat penting terutama didalam pengembangan
sebuah standar akuntansi yang baru dan revisi atas standar akuntansi yang
telah diberlakukan sebelumnya.
Ketika akuntan harus berhadapan dengan masalah baru yang belum
ada standar akuntansinya, maka kerangka kerja konseptual ini diharapkan
dapat memberikan sebuah acuan (referensi) untuk menganalisa dan
memecahkan masalah-masalah akuntansi yang terkini tersebut. Jadi
kerangka kerja konseptual tidak hanya membantu profesi akuntansi dalam
18

menangani praktek-praktek yang ada tetapi juga memberikan arahan


(pedoman) untuk menangani praktek-praktek akuntansi dimasa yang akan
datang. Kerangka kerja konseptual memberikan dasar atau landasan yang
konsisten dan memadai bagi para penyusun standar akuntansi, penyusun
laporan keuangan, pengguna laporan keuangan dan pihak-pihak lainnya
yang turut terlibat dalam proses pelaporan keuangan. Kerangka kerja
konseptual memang tidak akan dapat memecahkan seluruh problem
akuntansi, tetapi jika digunakan secara konsisten maka kerangka kerja ini
seharusnya dapat membantu memperbaiki pelaporan keuangan.
Banyak pihak meyakini bahwa kontribusi nyata FASB sangan
tergantung pada kualitas dan utilitas dari kerangka kerja konseptual.
Kerangka kerja konseptual yang bermutu ini akan memungkinkan FASB
untuk menerbitkan standar-standar yang lebih berguna, dapat diterapkan,
dan konsisten dari waktu ke waktu. Kerangka kerja konseptual akan
meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas
pelaporan keuangan, dan akan meningkatkan komparabilitas antar laporan
keuangan perusahaan. Pada tahun 1976, FASB mulai mengembangkan
kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar bagi penetapan standar
akuntansi dan pemecahan atas masalah kontroversi pelaporan keuangan.
Sejak FASB mempublikasikan kerangka kerja konseptual,
2.4.1 FASB telah menerbitkan 7 Statements Of Financial Accounting
Concepts (SFAC) yang berhubungan dengan pelaporan keuangan,
yaitu :
a. SFAC No. 1 : “Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises” yang menjelaskan tujuan pelaporan keuangan pada
perusahaan bisnis.
b. SFAC No. 2 : “Qualitative Characteristics of Accounting
Information” yang menjelaskan karakteristik informasi
akuntansi yang berkualitas (berguna)
19

c. SFAC No. 3 : “Elements of Financial Statements of Business


Enterprises” yang memberikan definisi atas pos-pos (unsur-
unsur) yang terdapat dalam laporan keuangan.
d. SFAC No. 4 : “Objectives of Financial Reporting by Non-
Business Organizations” yang menjelaskan tujuan pelaporan
keuangan pada organisasi non bisnis.
e. SFAC No. 5 : “Recognition and Measurement in Financial
Statements of Business Enterprises” yang menetapkan kriteria
pengakuan, atribut pengukuran dan prinsip pelaporan
(pengungkapan)
f. SFAC No. 6 : “Elements of Financial Statements” yang
menggantikan SFAC No. 3 (dalam rangka memperluas ruang
lingkup SFAC No. 3) dengan memasukkan juga organisasi
nilaba, disamping perusahaan bisnis (organisasi laba)
g. SFAC No, 7 : “Using Cash Flow Information and Present Value
in Accounting Measurements” yang memberikan kerangka
acuan mengenai penggunaan informasi arus kas dan nilai
sekarang sebagai dasar pengukuran akuntansi.
2.4.2 Tujuan pelaporan keuangan
Tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur dalam
pengambilan keputusan investasi dan kredit. Jenis keputusan yang
dibuat oleh pengambil keputusan sangatlah beragam, begitu juga
dengan metode pengambilan keputusan yang mereka gunakan dan
kemampuan mereka untuk memproses informasi. Pengguna informasi
akuntansi harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi
keuangan dan hasil operasional perusahaan lewat pelaporan keuangan.
Investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang
disusun investee terutama dalam hal pembagian deviden, sedangkan
kreditur berkepentingan dalam hal pengembalian jumlah pokok
20

pinjaman berikut bunganya. Investor dan kreditur terutama sangat


tertarik terhadap arus kas investee/debitur dimasa mendatang.
Dalam kerangka kerja konseptual disebutkan bahwa proses
pelaporan keuangan meliputi :
a. Identifikasi dan analisa peristiwa dan transaksi perusahaan,
b. Pemilihan kebijakan akuntansi,
c. Aplikasi kebijakan akuntansi,
d. Melibatkan estimasi dan pertimbangan-pertimbangan akuntan
secara profesional,
e. Pengungkapan tentang transaksi peristiwa, kebijakan, estimasi,
dan judgements.
2.4.3 Karakteristik kualitatif informasi akuntansi dan kendalany
Pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah dan jenis
informasi yang harus diungkapkan, serta format penyajiannya
melibatkan penentuan alternatif mana yang menyediakan informasi
yang paling berguna untuk pengambilan keputusan. Dalam memilih
diantara berbagai alternatif akuntansi keuangan dan pelaporan yang
ada, kerangka kerja konseptual FASB (FFAC No. 2) telah
mengidentifikasi beberapa karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi yang berguna. Karakteristik kualitatif tersebut adalah dapat
diipahami, relevansi, relibilitas, komparabilitas dan konsistensi.
FASB menggambarkan relevansi sebagai suatu yang dapat
membedakan. Informasi keuangan dikatakan relevan jika dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan user, atau dengan kata lain
mampu membuat beda hasil dari berbagai alternatif keputusan yang
ada. Karakteristik kualitatif dari informasi yang relevan adalah bahwa
informasi tersebut memiliki nilai umpan balik (Feedback Value)
prediktif (Predictive Value) dan ketepatan waktu (Timeliness).
Informasi yang memiliki nilai umpan balik adalah informasi yang
dapat membantu pemakai mengoreksi harapan-harapan (expektasi di
masa lampau). Lalu, informasi tersebut (sebagai hasil konfirmasi dari
21

harapan-harapan di masa lampau) selanjutnya dapat digunakan untuk


membantu memprediksi atau memperbaiki hasil di masa mendatang
(memiliki nilai prediktif). Jadi, informasi yang relevan pada umumnya
akan memberikan nilai umpan balik dan prediktif pada saat yang
bersamaan.
Di samping memenuhi karakteristik kualitatif relevansi,
informasi juga dikatakan berkualitas atau berguna jika informasi
tersebut memiliki karakteristik kualitatif reliabilitas (kehandalan).
Relevansi dan reliabilitas ini termasuk sebagai kualitas primer dalam
karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Informasi dikatakan dapat
dihandalkan atau memiliki karakteristik kualitatif reliabilitas jika
informasi tersebut dapat diuji, disajikan secara tepat, relatif bebas dari
kesalahan, menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan netral.
FASB juga telah mengidentifikasi 2 kendala sebagai bagian dari
kerangka kerja konseptual. Yaitu :
a. Hubungan antar biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang
dihasilkan, hubungan biaya/manfaat haruslah diperhitungkan
yang dapat diperoleh dari pemakaian informasi tersebut.
Manfaat yang bisa diperoleh dari standar haruslah melampaui
biaya yang dibutuhkannya. Namun, analisis terhadap hubungan
biaya-manfaat ini sulit dilakukan karna biaya dan terutama
manfaatnya tidak selalu nyata dan dapat diukur. Meskipun sulit
menilai biaya dan manfaat atas sebuah standar akan tetapi FASB
selalu tetap berusaha untuk dapat menerbitkan sebuah standar
yang memang harus dirasa sangat dibutuhkan, disamping juga
untuk tetap selalu mempertimbangkan hubungan antara biaya
yang dikeluarkan dengan keseluruhan manfaat yang akan
dihasilkan dari standar tersebut.
b. Materialitas, berkaitan dengan dampak suatu item terhadap hasil
operasi dan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Secara
teori, suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau
22

pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah


penilaian dari seorang pengguna laporan keuangan. Secara nyata
sangatlah sulit untuk dapat menyediakan pedoman yang jelas
dalam menilai kapan suatu item tertentu dianggap material atau
tidak, karena ukuran atau tingkat materialitas sangatlah
bervariasi dan relatif.
2.4.4 Unsur-unsur laporan keuangan
Dalam SFAC No. 6, FASB telah mendefinisikan 10 unsur
laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan posisi
keuangan dan hasil kinerja keuangan. Berikut ini adalah definisi dari
masing-masing kesepuluh unsur laporan keuangan :
a. Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas sebagai
hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
b. Kewajiban adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi yang
mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban
entitas pada saat ini, untuk menyerahkan aktiva atau
memberikan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai
hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
c. Ekuitas adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam
aktiva entitas, yang masih tersisa setelah dikurangi dengan
kewajibannya.
d. Investasi oleh pemilik adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih)
entitas yang dihasilkan dari penyerahan sesuatu yang bernilai
oleh entitas lain untuk memperoleh atau meningkatkan bagian
kepemilikannya
e. Distribusi kepada pemilik adalah penurunan ekuitas (aktiva
bersih) entitas yang disebabkan oleh penyerahan aktiva, jasa,
atau terjadinya kewajiban entitas kepada pemilik. Distribusi
kepada pemilik ini akan menurunkan bagian kepemilikan
(modal) entitas.
23

f. Laba komprhensif adalah perubahan dalam ekuitas entitas


sepanjang suatu periode sebagai akibat dari transaksi dan
peristiwa serta keadaan-keadaan lainnya yang bukan bersumber
dari pemilik.
g. Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya
atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi
dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau
aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi
sentral perusahaan.
h. Beban adalah arus keluar aktiva atau penggunaan lainnya atas
aktiva atau terjadinya kewajiban entitas (atau kombinasi dari
keduanya) yang disebabkan oleh pengiriman atau pembuatan
barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan
operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
i. Keuntungan adalah kenaikan dalam ekuitas (aktiva bersih)
entitas yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral (transaksi
diluar operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau
transaksi insidentil (transaksi yang kejadiannya jarang) dan dari
seluruh transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-
keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak termasuk
yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
j. Kerugian adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas
yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral (transaksi diluar
operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi
insidentil (transaksi yang kejadiannya jarang) dan dari seluruh
transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-keadaan
lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal
dari beban atau distribusi kepada pemilik.
2.5 Konsep Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi
Konsep tingkat ketiga ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta
kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan.
24

Konsep-konsep ini berfungsi sebagai pedoman dalam menanggapi isu-isu


pelaporan keuangan secara rasional.
2.5.1 Pengakuan Akuntansi
Pengakuan (recognition) adalah proses pencatatan item-item
dalam ayat jurnal, dimana untuk setiap item yang diakui harus
memenuhi salah satu definisi dari unsur laporan keuangan. Sebagai
contoh, piutang harus memenuhi definisi aktiva agar dapat dicatat dan
dilaporkan sebagai aktiva dalam neraca. Hal yang sama juga berlaku
untuk kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, kerugian,
dan untuk laporan keuangan lainnya. Item-item tersebut juga harus
dapat diukur dalam satuan unit moneter (satuan mata uang) agar dapat
diakui.
2.5.2 Pengukuran Akuntansi
Mengenai kriteria pengukuran, saat ini ada 5 atribut pengukuran
yang digunakan dalam praktek akuntansi, yaitu :
a. Biaya historis yaitu harga tukar barang dan jasa pada saat
tanggal pembelian. Contoh item yang diukur dengan biaya
historis adalah tanah, bangunan, peralatan dan kebanyakan
persediaan.
b. Biaya pengganti yaitu harga yang dibayarkan saat ini untuk
membeli atau menggantikan barang atau jasa yang serupa.
Contoh item yang diukur dengan biaya pengganti adalah
beberapa persediaan yang mengalami penurunan nilai sejak
diperoleh. Persediaan yang termasuk dalam kategori ini adalah
persediaan yang dimana jenisnya terus berkembang mengikuti
teknologi, seperti komputer, telpon genggam dan lain-lain,
sehingga dengan munculnya produk jenis baru akan membuat
harga dari produk jenis sebelumnya menjadi turun.
c. Nilai pasar yaitu harga jual aktiva yang berlaku dipasar saat ini.
Nilai ini merupakan exit value, dimana berbeda dengan biaya
25

histori dan biaya pengganti yang merupakan entry value atau


input value.
d. Nilai bersih yang dapat direalisasi yaitu jumlah kas yang
diperkirakan akan diterima dari konversi aktiva dalam kegiatan
normal perusahaan. Contohnya adalah nilai bersih piutang, yang
merupakan nilai piutang yang kemungkinan besar dapat ditagih
atau dikonversi menjadi kas.
e. Nilai sekarang atau nilai yang di diskontokan yaitu jumlah
bersih arus kas masuk atau arus kas keluar di masa yang akan
datang yang di diskontokan ke nilai sekarangnya dengan tingkat
suku bunga tertentu. Contoh item yang diukur dengan nilai ini
adalah piutang wesel jangka panjang, utang obligasi, utang
wesel jangka panjang, dan aktiva disewa atas dasar capital lease.
2.5.3 Pelaporan Akuntansi
Kerangka kerja konseptual juga mngidentifikasikan bahwa
seperangkat utuh laporan keuangan diperlukan untuk memenuhi
tujuan pelaporan keuangan. Seperangkat utuh laporan keuangan
tersebut harus melaporkan posisi keuangan pada akhir periode , laba
bersih selama periode, arus kas selama periode, dan laba
komprehensif selama periode. Posisi keuangan pada akhir periode
digambarkan lewat neraca sedangkan laba bersih selama periode akan
terungkap lewat laporan laba rugi, dan besarnya arus kas selama
periode akan disajikan lewat laporan arus kas. Investasi oleh pemilik
atau distibusi kepada pemilik selama periode akan diikhtisarkan dalam
laporan perubahan modal pemilik.
Laba komprehensif ini terdiri atas laba bersih (net income) dan
keuntungan serta kerugiian yang belum direalisasi. Contohnya adalah
keuntungan dan kerugian yang timbul dari translasi mata uang asing,
perubahan dalam nilai sekuritas investasi yang tersedia untuk dijual,
dan perubahan dalam nilai kontrak derivatif tertentu. Keuntungan dan
26

kerugian yang belum direalisasi ini bukanlah bagian dari laba bersih,
akan tetapi dilaporkan sebagai bagian dari laba komprehensif.
Agar pelaporan keungan menjadi lebih efektif, seluruh informasi
yang relevan seharusnya disajikan dengan cara yang tidak memihak,
dapat dipahami, dan tepat waktu. Inilah yang dikenal sebagai prinsip
pengungkapan penuh. Prinsip ini masuk dalam kategori prinsip dasar
akuntansi. Namun, seringkali karena faktor kendala (yaitu hubungan
antara biaya dan manfaat), menyebabkan tidak mungkin untuk
melaporkan seluruh informasi yang relevan. Oleh karena itu, para
pembuat laporan keuangan seharusnya dapat memilah-milah dan
menggunakan berbagai pertimbangan yang ada dalam menentukan
pelporan informasi yang sesuai dengan prinsip pengungkapan penuh.
Yang penting, informasi yang dilaporkan harus dapat bermanfaat bagi
pengguna laporan keuagan dalam pengambilan keputusan kelak.
2.6 Postulat Akuntansi
Postulat akuntansi adalah asumsi dasar mengeani lingkungan
akuntansi. Ada empat asumsi dasar yang melandasi proses penyusunan
laporan kuangan secara keseluruhan yaitu :
2.6.1 Monetary Unit Assumption (Asumsi Unit Moneter)
Data transaksi yang akan dilaporkan dalam catatan akuntansi
harus dapat dinyatakan dalam satuan mata uang. Asumsi unit moneter
juga terkait langsung dengan penerapan konsep biaya hitoris yang
digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan, di mana
aktiva yang dibeli pada umumnya akan dicatat sebesar harga
perolehannya. Diasumsikan pula bahwa nilai daya beli adalah konstan,
sesuai dengan asumsi stable monetary unit, yang berarti mengabaikan
efek inflasi.
2.6.2 Economic/ Business Entity Assumption (Asumsi Entitas
Ekonomi/Bisnis)
Adanya pemisahan pencatatan antara transaksi perusahaan
sebagai entitas ekonomi dengan transaksi pemilik sebagai individu
27

dan dengan transaksi entitas ekonomi lainnya. Dengan kata lain, aktivitas
entitas bisnis harus dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas pemilik
dan dengan aktivitas dari setiap unit bisnis lainnya.
2.6.3 Accounting/Time Period Assumption (Asumsi Periode Akuntansi)
Informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu,
umur aktivitas perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode
akuntansi seperti bulanan (monthly), tiga bulanan (quarterly), atau
tahunan (annuaally). Pengguna laporan keuangan perlu diberitahu
tentang hasi kinerja dan posisi keuangan perusahaan dari waktu ke
waktu agar dapat mengevaluasi dan membandingkannya dengan
perusahaan lain. Jadi, dalam hal informasi terkait harus dilaporkan
secara periodik (berkala).
2.6.4 Going Concern Assumption (Asumsi kesinambungan Usaha)
Perusahaan didirikan dengan maksud untuk tidk dilikuidasi
(dibubarkan) dalam jangka waktu dekat, akan tetapi perusahaan diharapkan
akan tetap terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Meskipun
banyak mengalami kegagalan bisnis, diasumsikan bahwa perusahaan akan
hidup cukup lama atau memiliki kelangsungan hidup yang yang panjang
untuk menjlankan visi dan misinya. Jika tidak ada asumsi ini, maka berarti
tidak akan ada penyusutan atas aktiva tetap, karena aktiva tetap yang dibeli
tidak akan dicatat sebesar harga perolehannya, melaikan dicatat sebesar nilai
pada saat perusahaan dilikuidasi. Jadi, dalam praktek akuntansi yang berlaku
umum, penyusutan atas aktiva tetap dan penggolongan aktiva serta
kewajiban ke dalam lancar dan tidak lancar timbul karena adanya asumsi
kesinambungan usaha.
2.7 Prinsip Dasar Akuntansi
Prinsip adalah pendekatan umum yang dipakai dalam mengakui dan
mengukur transaksi bisnis serta peristiwa ekonomi (peristiwa akuntansi).
Ada 4 prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi
yaitu :
2.7.1 Prinsip biaya historis (Objektivitas)
28

Seperti yang telah disinggung diatas, bahwa prinsip biaya historis


memiliki keterkaitan dengan beberapa asumsi dasar akuntansi,
khususnya asumsi unit moneter dan kesinambungan usaha. Prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan sebagian besar
aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga
perolehan. Harga perolehan (biaya historis) memiliki keunggulan
dibandingkan dengan atribut pengukuran lainnya, yaitu lebih dapat
dihandalkan.
2.7.2 Prinsip pengakuan pendapatan
Kerangka kerja konseptual FASB mengidentifikasi 2 kriteria yang
seharusnya dipertimbangkan dalam menentukan kapan pendapatan
seharusnya diakui, yaitu telah direalisasi atau dapat direalisasi dan
telah dihasilkan atau telah terjadi.
2.7.3 Prinsip perbandingan
Beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan, atau ketika
pekerjaan dilakukan, atau pada saat produk diproduksi, tetapi ketika
produk baik barang maupun jasa secara akual memberikan kontribusi
terhadap pendapatan. Prinsip penandingan menyatakan bahwa beban
harus ditandingkan dengan pendapatan sepanjang hal tersebut rasional
untuk diterapkan. Biaya pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu biaya produk dan biaya periode. Biaya produk, seperti
bahan baku, tenaga kerja, dan biaya operasional pabrik melekat pada
suatu produk. Perusahaan akan mencatat biaya-biaya tersebut pada
periode mendatang ketika mengakui pendapatan dari produk itu dalam
periode berikutnya. Sedangkan biaya periode, seperti gaji dan biaya
administrative lainnya, terjadi selama periode yang bersangkutan.
2.7.4 Prinsip pengungkapan penuh
Prinsip pengungkapan penuh menyediakan informasi yang
mencakupi untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pengguna
laporan keuangan. Prinsip pengungkapan penuh mengakui bahwa
jumlah dan sifat informasi yang tertera pada laporan keuangan
29

merefleksikan serangkaian trade-off penilaian. Informasi tentang


posisi keuangan, laba, arus kas, dan investasi dapat ditemui dalam
salah satu tempat berikut :
a. Laporan keuangan. Terdiri atas neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik. Laporan
keuangan merupakan cara mengomunikasikan informasi yang
formal dan terstruktur.
b. Catatan atas laporan keuangan. Catatan ini ditujukan untuk
menjelaskan atau menjabarkan pos-pos yang disajikan pada
bagian utama laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
umumnya berbentuk narasi yang menjelaskan informasi
tambahan yang menjelaskan informasi laporan keuangan utama
seperti kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan terkait
dan metode yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan
tersebut. Tujuannya adalah untuk memahami kinerja dan posisi
keuangan perusahaan.
c. Informasi suplementer. Informasi ini dapat mencakup rincian
atau jumlah yang merupakan perspektif yang bereda dari yang
dipakai dalam laporan keuangan. Informasi suplementer
mencakup penjelasan manajemen tentang informasi keuangan
dan pembahasan tentang signifikansi dari informasi keuangan
tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pada pendekatan peristiwa, neraca dianggap sebagai komunikasi tidak
langsung mengenai seluruh peristiwa akuntansi yang relevan bagi
perusahaan sejak berdiri. Pada pendekatan nilai, laporan keuangan
dianggap sebagai suatu indikator kinerja keuangan perusahaan pada
periode tertentu. Pendekatan keperilakuan pada pembuatan teori
akuntansi menekankan pada relevansi pembuatan keputusan mengenai
informasi yang dikomunikasikan (berorientasi pada keputusan yang
dikomunikasikan) dan perilaku individual dan kelompok yang
disebabkan oleh komunikasi informasi (berorientasi pada pembuat
keputusan).
3.1.2 Pendekatan prediktif timbul dari masalah kesulitan menilai metode
alternatif mengukur akuntansi dan dari pencarian suatu kriteria
sebagai dasar pemilihan antara alternatif-alternatif pengukuran.
Pendekatan prediktif terbagi atas prediksi kejadian ekonomi dan
prediksi reaksi pasar.
3.1.3 Pendekatan positif adalah suatu pendekatan yang menyatakan
manajemen dapat memilih metode akuntansi alternatif yang
diharapkan dapat meningkatkan earnings. Status paradigmatik
akuntansi, suatu pemeriksaan terhadap buku pelajaran akuntansi yang
sudah ada memperkenankan kita mengidentifisir paradigma-
paradigma akuntansi sebagai berikut :
a. Paradigma yang berkaitan dengan antropologi
b. Perilaku paradigma pasar
c. Paradigma kejadian ekonomi
d. Paradigma proses pengambilan keputusan
e. Paradigma informasi ekonomi

30
31

f. Paradigma perilaku pemakai


3.1.4 Ketika akuntan harus berhadapan dengan masalah baru yang belum
ada standar akuntansinya, maka kerangka kerja konseptual ini
diharapkan dapat memberikan sebuah acuan (referensi) untuk
menganalisa dan memecahkan masalah-masalah akuntansi yang
terkini tersebut. Tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah
untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur
dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit.
3.1.5 Pengakuan (recognition) adalah proses pencatatan item-item dalam
ayat jurnal, dimana untuk setiap item yang diakui harus memenuhi
salah satu definisi dari unsur laporan keuangan. Menurut Campbell
pengukuran adalah penentuan angka-angka yang menggambarkan
sifat-sifat sistem material dan bilangan-bilangan di dasarkan pada
hukum yang mengatur tentang sifat-sifat. Agar pelaporan keungan
menjadi lebih efektif, seluruh informasi yang relevan seharusnya
disajikan dengan cara yang tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat
waktu. Inilah yang dikenal sebagai prinsip pengungkapan penuh.
3.1.6 Postulat akuntansi adalah asumsi dasar mengeani lingkungan
akuntansi. Ada empat asumsi dasar yang melandasi proses
penyusunan laporan kuangan secara keseluruhan yaitu :
a. Monetary Unit Assumption (Asumsi Unit Moneter)
b. Economic/ Business Entity Assumption (Asumsi Entitas
Ekonomi/Bisnis)
c. Accounting/Time Period Assumption (Asumsi Periode Akuntansi)
d. Going Concern Assumption (Asumsi kesinambungan Usaha)
3.1.7 Ada 4 prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat
transaksi yaitu :
a. Prinsip biaya historis (Objektivitas)
b. Prinsip pengakuan pendapatan
c. Prinsip perbandingan
d. Prinsip pengungkapan penuh
32

3.2 Saran
Kerangka konseptual dan pelaporan keuangan merupakan hal penting
yang sangat perlu dipelajari dalam memahami teori akuntansi, oleh karena
itu marilah kita tingkatkan pengetahuan dan pemahaman kita agar mampu
mengaplikasikan dalam dunia praktek nantinya. Teori akuntansi dapat
diimplementasikan sesuai dengan kondisi, lingkungan, dan situasi ekonomi
agar dapat dijadikan dasar atau pedoman dalam penyusunan teori akuntansi
yang lebih baik.
33

DAFTAR PUSTAKA

Hery, (2013), “Teori Akuntansi”. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia
Mutmainnah, Thalib, “Teori dan konsep Akuntansi”. Published by
http://ninathalib.tumblr.com (Diakses 29 Maret 2017)
Hakim, Lukman. “Modul 3 Formulasi Teori Akuntansi”. Published by
http://salugumu.blogspot.co.id (Diakses 29 Maret 2017)
Dharul Fadli, Ridho. “Kerangka Kerja Konseptual”. Published by
https://www.academia.edu (Diakses 29 Maret 2017)

Anda mungkin juga menyukai