Anda di halaman 1dari 15

midwife junior

Jumat, 17 April 2015

MAKALAH STANDART KEBIDANAN STANDART 19-24

MAKALAH STANDART KEBIDANAN

STANDART 19-24

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah IKD IV

Dosen pengajar :

Yeni Andriani, SST

Disusun oleh: Kelompok 5


PRODI D III KEBIDANAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2015

Nama Anggota Kelompok 5 :

1. Ari Kristia Ningrum 15.401.14.005

2. Dewi Nurul Hikmah 15.401.14.010

3. Evi Nur Aini 15.401.14.015

4. Hefy Aptikasari 15.401.14.020

5. Indah Yasmin 15.401.14.025

6. Lia Putri Wardani 15.401.14.031

7. Na’imatus Sa’diyah 15.401.14.036

8. Nurul Aini Ustianingsih 15.401.14.042

9. Siti Khotijah 15.401.14.048

10. Yolanda Safitri 15.401.14.054


DAFTAR ISI

JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................. 2

1.2.1 Tujuan Umun............................................................................ 2

1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standart................................................................................... 3

2.2 Syarat Standart........................................................................................... 3

2.3 Standart Mutu Pelayanan Kebidanan......................................................... 3

2.4 Standart Pelayanan Kebidanan 19 sampai 24............................................ 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 12

3.2 Saran ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Standar layanan merupakan bagian penting dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan
penting dalam masalah mutu layanan kesehatan. Jika suatu organisasi layanan kesehatan ingin
meyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu secara konsisten, keinginan tersebut harus
dijabarkan menjadi suatu standar layanan kesehatan atau standar proseduroperasional.

Latar Belakang penulisan ini antara lain, adalah sebagai syarat memenuh itugas Mata Kuliah “Mutu
Pelayanan Kebidanan”. Semoga dengan adanya pembahasan standar pengenalan standar pelayanan
kebidanan di dalam ini juga dapat menjadi daftar bacaan yang berisi pengetahuan tentang “standar
pengenalan standar pelayanan kebidanan”.

Standar layanan merupakan bagian penting dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan
penting dalam masalah mutu layanan kesehatan. Jika suatu organisasi layanan kesehatan ingin
meyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu secara konsisten, keinginan tersebut harus
dijabarkan menjadi suatu standar layanan kesehatan atau standar proseduroperasional.

Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai salah satu alat yang
efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam meningkatkan produktifitas dan
menjamin mutu produk dan / atau jasa, sehingga dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen,
tenaga kerja, dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya. (DjokoWijono, 1999 : 623).

Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan
bidan dalalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Selain itu,
standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya
,misalnya kebutuhan akan pengorganisasian , mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika
audit terhadap pelaksana kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-
hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Salah satu
indicator keberhasilan pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien.
(DjokoWijono, 1999 : 623).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar Mahasiswi, mengetahui tentang 24 standar mutu pelayanan kebidanan terutama standart 19
sampai 20

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswi Akademi Kebidanan mengetahui dan dapat mengaplikasikan pengetahuannya didalam


masyarakat kelak dalam memberikan informasi tentang standar pengenalan pelayanan kebidanan.

2. Mahasiswi Akademi Kebidanan, memahami bagaimana Pengenalan pelayanan kebidanan


3. Mahasiswi Akademi Kebidanan, memahami akan pengenalan Pelayanan kebidanan

4. Mahasiswi Akademi Kebidanan, mampu mengaplikasukan pengenalan pelayanan kebidanan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standart

a. Menurut Clinical Practice Guideline (1990)

Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan
sebagai batas penerimaan minimal.

b. Menurut Donabedian (1980)

Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,berkaitan
dengan parameter yang telahditetapkan.

c. Menurut Rowland and Rowland (1983)

Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan
kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.

Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan.
Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan
ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan
terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan,
ataupun manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan
tugas dan perannya masing-masing.

2.2 Syarat Standart

a. Spesifik (specific)

b. Dapat diukur (measurable)

c. Tepat (appropriate)
d. Dapat dipercaya (reliable)

e. Tepat waktu (timely)

2.3 Standart Mutu Pelayanan Kebidanan

Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar – yaitu :

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)

2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

3. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)

4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

2.4 Standart Pelayanan Kebidanan 19 sampai 24

a. Standart 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor

Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya.
Bidan harus :

1. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah ,syarat : paling sedikit 4/5 kepala
bayi sudah masuk dalam panggul

a. Pembukaan serviks sudah lengkap

b. Ketuban harus sudah pecah dan sutura sagitalis harus dalam posisi anterior-posterior

c. Forsep rendah bermanfaat :

a) Bila ada gejala dan tanda gawat janin pada pembukaan serviks lengkap

b) Bila ada gawat ibu dan pertolongan medis tidak ada

c) Bila kala II lama dan kepala bayi sudah di bawah spina isciadika

d) Bila ada alasan medis untuk memperpendek kala II

2. Siapkan peralatan forsep yang telah disterilkan

3. Mintalah ibu untuk buang air kecil jika kandung kemihnya penuh

4. Bringkan ibu pada posisi litotomi, bersihkan daerah genitalia dengan air bersih

5. Cuci tangan dengan sabun air bersih dan keringkan dengan handuk bersih
6. Perisa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua bagian forsep terdapat terkunci
dengan baik.

7. Dengan tehnik antiseptik, lakukan periksa dalam untuk kemudian masukkan forsep kiri mengikuti
tangan kiri yang melindungi dinding vagina, sampai forsep berada di samping kapala bayi

8. Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi dinding vagina

9. Kunci kedua bagian forsep tanpa paksaan

10. Lakukan episiotomi jika perlu

11. Jika forsep sudah terkunci tunggu his berikutnya lalu selama his berlangsung lakukan traksi kearah
bawah sampai kepala tampak keluar

12. Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir

13. Selama melakukan tindakan bidan hendaknya menerangkan kepada ibu apa yang dilakukan dengan
cara yang baik dan bersahabat

14. Lanjutkan melahirkan bayi seperti biasa ketika kepala sudah lahir dan forsep sudah dilepas

15. Segera setelah bayi lahir periksa dinding vagina dengan teliti apakah ada tanda/gejala
perlukaan/robekan

16. Bila ada robekan jahit dengan alat-alat steril

17. Periksa bayi dengan teliti apakah ada perlukaan atau trauma akibat forsep

18. Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecil secara normal setelah persalinan dan periksa apakah
tidak terjadi kerusakan uretra/leher kandung kemih.

19. Jika ada retensi urine/tanda dan gejala terjadinya fistula maka masukkan kateter lunak dan kirim
segera ibu kerumah sakit

20. Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan

21. Buat catatan lengkap

Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu. Hasil yang
diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan
penanganan darurat obstetric yang cepat .

. b. Standart 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta

Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta
manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan nya adalah mengenali dan
melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta. Bidan mampu :
1. Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan

2. Siapkan semua peralatan dan hubungan satu dangan yang lain

3. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan keringkan dengan handuk bersih

4. Baringkan ibu pada posisi litotomi

5. Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh

6. Dengan tehnik aseptik lakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk mengukur pembukaan serviks
dan menilai apakah ketuban sudah pecah

7. Jika pembukaan serviks lebih dari7 cm letakkan mangkuk yang tepat ukurannya pada puncak kepala
bayi

8. Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

9. Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari amngkuk penghisap

10. Pada his berikut naikkan hisapan lebih lanjut jangan pernah melebihi tekanan maksimum 600 mmHg

11. Lakukan tarikan pelan tapi mantap

12. Mintalah ibu meneran jika ada his seprti pada persalinan normal

13. Bila his berhenti bidan harus menghentikan tarikan

14. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang sedang dilakukan

15. Bila kepala sudah turun diperineum lakuka tarikan kearah horizontal lalu keatas pada sudut 90o dari
mangkik penghisap

16. Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat teregang

17. Bila kepala sudah lahir pelan-pelan turunkan tekanan vakum lalu lanjutkan pertolongan persalinan
biasa

18. Setelah bayi lahir periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan atau perlukaan.

19. Jika perlu jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan steril

20. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap

21. Pastikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah melahirkan dan apakah tidak ada kerusakan
pada uretra

22. Jika terjadi retensi urine pasang kateter lunak dan rujuk ibu
23. Amati kemungkinan terjadi hematoma sesudah persalinan

24. Buat pencatatan yang akurat

Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio plasenta
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.

c. Standart 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan
segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuan
nya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang
mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri.

Bidan harus :

1. Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta

2. Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang baik berikan oksitosin 10 IU secara IM

3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir rujuk ibu

4. Bila terjadi perdarahan dan kontraksi uterus sudah baik maka lahirkan segera plasenta secara
manual, bila tidak berhasil lakukan rujukan segera dengan infus terpasang

5. Berikan cairan NaCl atau RL secara guyur untuk menggan ti cairan yang hilang dan pertahankan nadi
dan tekanan darah

6. Siapkan peralatan untuk melakukan tehnik manual yang harus dilakukan aseptik

7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur

8. Jelaskan kepada ibu apa yang harus dilakukan dan jika ada berikan diasepam 10 mg

9. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan handuk bersih

10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati

11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus agar uterus tidak
naik

12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan hati-hati dan perlahan

13. Bila plasenta sudah lahir segera lakukan masase uterus

14. Periksa kelengkapan plasenta

15. Periksa robekan terhadap vagina


16. Bersihkan ibu agar ibu merasa nyaman

17. Jika ragu kelengkapan plasenta atau jika perdarahan tidak terkendali rujuk ibu

18. Buat pencatatan yang akurat

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum
primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami
perdarahan post partum primer.

d. Standart 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu , dan/atau merujuk. Tujuan nya adalah mengenali
gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk
menyelamatkan jiwa ibu. Bidan harus :

1. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer

2. Bila plasenta sudah lahir tetapi perdarahan masih berlangsung palpasi fundus

3. Jika uterus berkontraksi baik perdarahan mungkin berasal dari plasenta atau selaput ketuban yang
tidak lahir secara lengkap

4. Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur, pasang infus sesuai ketentuan

5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah panatalaksaan diatas, lakukan rujukan segera

6. Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan infus cairan sesuai dengan ketentuan

7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi
rupture uteri

1) Kompresi bimanual uterus (dari luar):

a) Letakkan tangan kiri diatas fundus dan tekan kebawak sejauh mingkin di balakang uterus

b) Tangan kanan dikepalkan dan di tekan ke bawah diantara simfisis dan pusat

c) Lakukan cara diatas kemudian tekan uterus dengan kedua tangan secara bersama-sama

2) Kompresi bimanual uterus (dari dalam)

a) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


b) Letakkan tanan kiri seperti diatas (menekan fundus uteri dari luar)

c) Masukkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina dan buat kepalan tinju

d) Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus

e) Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila diperlukan

8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta

9. Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, respirasi dan
tekanan darah

10. Buat catatan yang akurat

11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk

12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diobservasi ketat untuk gejala dan tanda inveksi

13. Kompresi manual pada aorta

Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan kompresi luar serta dalam
tidak efektif

a) Kompresi aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang di cari

b) Kedua tangan digunakan : tangan yang satu diletakkan di lipat paha untuk meraba palpasi ateri
temoralis, sementara tangan yang satu membentuk tinju diletakkan diatas umbilikus dan menekan
pelan-pelan kebawah, kearah anterior dari kulumna vebrikalis

c) Bila palpasi arteri vemoralis menghilang, maka kompresi pada aorta cukup dan perdarahan akan
berhenti

Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun.
Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemuka secara dini dan
segera di beri penanganan yang tepat.

e. Standart 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan perawatan
dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan
mengambil tindakan yang tepat.Hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat . penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis.
Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas. Bidan harus :

1. Periksa gejala dan tenda perdarahan post partum sekunder.


2. Pantau dengan hati-hati ibu yang beresiko mengalami perdarahan post partum sekunder paling
sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.

3. Berikan antibiotik

4. Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan segera rujuk

5. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi

6. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang dapat menjadi donor
darah, jika diperlukan kerumah sakit

7. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, cepat dengan teliti riwayat perdarahan

8. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami perdarahan post partum
sekunder ini.

9. Buat catatan yang akurat

f. Standart 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum

Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya,
memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan
memberiakan perawatan lanjutan yang tepat. Bidan harus :

1. Mengamati tanda atau gejala sepsis puerperalis

2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi

3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada terhadap tanda atau gejala
infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya

4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi

5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan pervaginam, rujuklah segera
ibu ke RS dengan infus terpasang

6. Jaka kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septik syok (suhu 38°c atau lebih, bau busuk dan
nyeri perut) dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan ketentuan rujuk ke RS

7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah, berikan antibiotika , bila tidak ada perbaikan dalam
2x24 jam segera rujuk

8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/jauh dari anggota keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi

9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/bayi

10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,terutama untuk ibu nifas/bayi lain
11. Beri nasehat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri

12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu

13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI

14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama

15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.
Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,mengambil
tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan
yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingat kinerja yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan

2. Melindungi masyarakat

3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan.

4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.

5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
pendidikan
3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan mengenai 24 standar mutu pelayanan kebidanan dalam melakukan melakukan pelayanan
kebidanan. Serta bermanfaat bagi institusi/bidan sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan
dalam meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul.1996, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka

http;/google.book.com/standart pelayanan kebidanan/

indah yasmin di 06.10

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

indah yasmin

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai