STANDART 19-24
Dosen pengajar :
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2015
JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar layanan merupakan bagian penting dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan
penting dalam masalah mutu layanan kesehatan. Jika suatu organisasi layanan kesehatan ingin
meyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu secara konsisten, keinginan tersebut harus
dijabarkan menjadi suatu standar layanan kesehatan atau standar proseduroperasional.
Latar Belakang penulisan ini antara lain, adalah sebagai syarat memenuh itugas Mata Kuliah “Mutu
Pelayanan Kebidanan”. Semoga dengan adanya pembahasan standar pengenalan standar pelayanan
kebidanan di dalam ini juga dapat menjadi daftar bacaan yang berisi pengetahuan tentang “standar
pengenalan standar pelayanan kebidanan”.
Standar layanan merupakan bagian penting dari layanan kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan
penting dalam masalah mutu layanan kesehatan. Jika suatu organisasi layanan kesehatan ingin
meyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu secara konsisten, keinginan tersebut harus
dijabarkan menjadi suatu standar layanan kesehatan atau standar proseduroperasional.
Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai salah satu alat yang
efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam meningkatkan produktifitas dan
menjamin mutu produk dan / atau jasa, sehingga dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen,
tenaga kerja, dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya. (DjokoWijono, 1999 : 623).
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan
bidan dalalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Selain itu,
standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya
,misalnya kebutuhan akan pengorganisasian , mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika
audit terhadap pelaksana kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-
hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Salah satu
indicator keberhasilan pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien.
(DjokoWijono, 1999 : 623).
1.2 Tujuan
Agar Mahasiswi, mengetahui tentang 24 standar mutu pelayanan kebidanan terutama standart 19
sampai 20
BAB II
PEMBAHASAN
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan
sebagai batas penerimaan minimal.
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,berkaitan
dengan parameter yang telahditetapkan.
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan
kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan.
Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan
ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan
terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan,
ataupun manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan
tugas dan perannya masing-masing.
a. Spesifik (specific)
c. Tepat (appropriate)
d. Dapat dipercaya (reliable)
Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar – yaitu :
Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya.
Bidan harus :
1. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah ,syarat : paling sedikit 4/5 kepala
bayi sudah masuk dalam panggul
b. Ketuban harus sudah pecah dan sutura sagitalis harus dalam posisi anterior-posterior
a) Bila ada gejala dan tanda gawat janin pada pembukaan serviks lengkap
c) Bila kala II lama dan kepala bayi sudah di bawah spina isciadika
3. Mintalah ibu untuk buang air kecil jika kandung kemihnya penuh
4. Bringkan ibu pada posisi litotomi, bersihkan daerah genitalia dengan air bersih
5. Cuci tangan dengan sabun air bersih dan keringkan dengan handuk bersih
6. Perisa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua bagian forsep terdapat terkunci
dengan baik.
7. Dengan tehnik antiseptik, lakukan periksa dalam untuk kemudian masukkan forsep kiri mengikuti
tangan kiri yang melindungi dinding vagina, sampai forsep berada di samping kapala bayi
8. Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi dinding vagina
11. Jika forsep sudah terkunci tunggu his berikutnya lalu selama his berlangsung lakukan traksi kearah
bawah sampai kepala tampak keluar
13. Selama melakukan tindakan bidan hendaknya menerangkan kepada ibu apa yang dilakukan dengan
cara yang baik dan bersahabat
14. Lanjutkan melahirkan bayi seperti biasa ketika kepala sudah lahir dan forsep sudah dilepas
15. Segera setelah bayi lahir periksa dinding vagina dengan teliti apakah ada tanda/gejala
perlukaan/robekan
17. Periksa bayi dengan teliti apakah ada perlukaan atau trauma akibat forsep
18. Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecil secara normal setelah persalinan dan periksa apakah
tidak terjadi kerusakan uretra/leher kandung kemih.
19. Jika ada retensi urine/tanda dan gejala terjadinya fistula maka masukkan kateter lunak dan kirim
segera ibu kerumah sakit
Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu. Hasil yang
diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan
penanganan darurat obstetric yang cepat .
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta
manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan nya adalah mengenali dan
melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta. Bidan mampu :
1. Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan
3. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan keringkan dengan handuk bersih
6. Dengan tehnik aseptik lakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk mengukur pembukaan serviks
dan menilai apakah ketuban sudah pecah
7. Jika pembukaan serviks lebih dari7 cm letakkan mangkuk yang tepat ukurannya pada puncak kepala
bayi
9. Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari amngkuk penghisap
10. Pada his berikut naikkan hisapan lebih lanjut jangan pernah melebihi tekanan maksimum 600 mmHg
12. Mintalah ibu meneran jika ada his seprti pada persalinan normal
14. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang sedang dilakukan
15. Bila kepala sudah turun diperineum lakuka tarikan kearah horizontal lalu keatas pada sudut 90o dari
mangkik penghisap
17. Bila kepala sudah lahir pelan-pelan turunkan tekanan vakum lalu lanjutkan pertolongan persalinan
biasa
18. Setelah bayi lahir periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan atau perlukaan.
19. Jika perlu jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan steril
20. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap
21. Pastikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah melahirkan dan apakah tidak ada kerusakan
pada uretra
22. Jika terjadi retensi urine pasang kateter lunak dan rujuk ibu
23. Amati kemungkinan terjadi hematoma sesudah persalinan
Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio plasenta
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan
segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuan
nya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang
mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri.
Bidan harus :
2. Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang baik berikan oksitosin 10 IU secara IM
4. Bila terjadi perdarahan dan kontraksi uterus sudah baik maka lahirkan segera plasenta secara
manual, bila tidak berhasil lakukan rujukan segera dengan infus terpasang
5. Berikan cairan NaCl atau RL secara guyur untuk menggan ti cairan yang hilang dan pertahankan nadi
dan tekanan darah
6. Siapkan peralatan untuk melakukan tehnik manual yang harus dilakukan aseptik
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur
8. Jelaskan kepada ibu apa yang harus dilakukan dan jika ada berikan diasepam 10 mg
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus agar uterus tidak
naik
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan hati-hati dan perlahan
17. Jika ragu kelengkapan plasenta atau jika perdarahan tidak terkendali rujuk ibu
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum
primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami
perdarahan post partum primer.
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu , dan/atau merujuk. Tujuan nya adalah mengenali
gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk
menyelamatkan jiwa ibu. Bidan harus :
2. Bila plasenta sudah lahir tetapi perdarahan masih berlangsung palpasi fundus
3. Jika uterus berkontraksi baik perdarahan mungkin berasal dari plasenta atau selaput ketuban yang
tidak lahir secara lengkap
4. Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur, pasang infus sesuai ketentuan
5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah panatalaksaan diatas, lakukan rujukan segera
6. Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan infus cairan sesuai dengan ketentuan
7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi
rupture uteri
a) Letakkan tangan kiri diatas fundus dan tekan kebawak sejauh mingkin di balakang uterus
b) Tangan kanan dikepalkan dan di tekan ke bawah diantara simfisis dan pusat
c) Lakukan cara diatas kemudian tekan uterus dengan kedua tangan secara bersama-sama
c) Masukkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina dan buat kepalan tinju
e) Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila diperlukan
8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta
9. Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, respirasi dan
tekanan darah
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diobservasi ketat untuk gejala dan tanda inveksi
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan kompresi luar serta dalam
tidak efektif
a) Kompresi aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang di cari
b) Kedua tangan digunakan : tangan yang satu diletakkan di lipat paha untuk meraba palpasi ateri
temoralis, sementara tangan yang satu membentuk tinju diletakkan diatas umbilikus dan menekan
pelan-pelan kebawah, kearah anterior dari kulumna vebrikalis
c) Bila palpasi arteri vemoralis menghilang, maka kompresi pada aorta cukup dan perdarahan akan
berhenti
Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun.
Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemuka secara dini dan
segera di beri penanganan yang tepat.
Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan perawatan
dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan
mengambil tindakan yang tepat.Hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat . penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis.
Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas. Bidan harus :
3. Berikan antibiotik
5. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi
6. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang dapat menjadi donor
darah, jika diperlukan kerumah sakit
7. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, cepat dengan teliti riwayat perdarahan
8. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami perdarahan post partum
sekunder ini.
Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya,
memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan
memberiakan perawatan lanjutan yang tepat. Bidan harus :
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada terhadap tanda atau gejala
infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan pervaginam, rujuklah segera
ibu ke RS dengan infus terpasang
6. Jaka kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septik syok (suhu 38°c atau lebih, bau busuk dan
nyeri perut) dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan ketentuan rujuk ke RS
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah, berikan antibiotika , bila tidak ada perbaikan dalam
2x24 jam segera rujuk
8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/jauh dari anggota keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,terutama untuk ibu nifas/bayi lain
11. Beri nasehat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.
Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,mengambil
tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan
yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingat kinerja yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan
2. Melindungi masyarakat
4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.
5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
pendidikan
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan mengenai 24 standar mutu pelayanan kebidanan dalam melakukan melakukan pelayanan
kebidanan. Serta bermanfaat bagi institusi/bidan sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan
dalam meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
Mengenai Saya
indah yasmin