I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 62 th
Agama : Islam
Status : Menikah
No.RM :098616
ANAMNESIS
Keluhan tambahan : nyeri ulu hati, mual, pasien juga sulit untuk
Hipertensi (+) tetapi tidak rutin kontrol dan jarang minum obat,
Riwayat Kebiasaan
Status Praesent
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
Nadi : 98x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 36,7 OC
Status Generalis
Kepala
Thorak
Ekstremitas
Saraf Cranialis
N. Olfaktorius ( I )
N. Opticus ( II )
pemeriksaan
N. Oculomotorius, N. Trochealis, N. Abducen ( III, IV, VI )
Pupil
Diameter : 3mm/3mm
Bentuk : Bulat/bulat
Isokor/anisokor : Isokor
N. Trigeminus ( V )
N. Fascialis ( VII )
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal
N. Acusticus ( VIII )
N. Cochlearis
Tinitus : Normal
N. Vestibularis
N. Accesorius ( XI )
N. Hipoglossus ( XII )
Fungsi Luhur
Fungsi Bahasa : Normal
Fungsi Orientasi : Normal
Fungsi Memori : Normal
Fungsi Emosi : Normal
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium:
Hematologi
Hb : 12,2
Leukosit :7.700
Leukosit basofil :0
Leukosit eusinofil :0
Leukosit batang :1
Leukosit segmen :71
Leukosit limfosit :22
Leukosit monosit :6
Eritrosit :4,7
Hematokrit :37
Trombosit :306.000
MCV :75
MCH :25
MCHC :29
GDS :213
Kolesterol total :179
Hasil CT SCAN
Infrak serebri a/r ganglia basalis kiri dan subtansi alba periventrikuler
lateral kiri
Sinusitis maksilaris bilateral
Tidak tampak tanda-tanda SOL maupun perdarahan intra kranial
Pemeriksaan MMSE : 30 (normal)
Resume
Tonus : Normal
Klonus : (-/-) extremitas superior dan inferior
Atrophi : (-)
Refleks Fisiologis
Biceps : +/+ (Normal)
Triceps : +/+ (Normal)
Achiles : +/+ (Normal)
Patella : +/+ (Normal)
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Oppenheim : - /-
Chaddock : - /-
Gordon : - /-
Scaeffer : - /-
Hoffman : - /-
Tromner : - /-
Gonda : - /-
Sensibilitas
Stroke Hemoragik
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Pemberian Oksigen
Farmakologi
RL XX gtt (makro)
Aspilet 1x1
Micardis 80 mg 1x1
Prognosa
ANALISIS KASUS
PEMASALAHAN
Berdasarkan anamnesis:
Os Datang dengan keluhan tangan kanan lemas sejak kurang lebih 4 hari, sebelum
Hal ini sesuai dengan teori menurut WHO (Wordl Health Organitation),
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
baik fokal maupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian dan semata-mata disebabkan ganggaun
peredaran darah otak non traumatik.
Hipertensi (+) tetapi tidak rutin kontrol dan jarang minum obat, Saat di IGD RS
bintang amin dilakukan pemeriksaan dan didapatkan TD 160/100 mmHg dan
mendapat perawatan.
Hal ini sesuai dengan teori jika hipertensi merupakan faktor resiko utama
terjadinya stroke. Hipertensi meingkatkan resiko terjadinya stroke sebanyak 4-6
kali. Makin tinggi tekanan darah kemungkinan semakin besar kemungkinan
terjadinya stroke akibat kerusakan dinding pembuluh darah dan memudahkan
terjadinya penyumbatan/perdarahan. Hipertensi dapat menyebabkan aliran darah
tubuh dimana diameter pembuluh darah akan menngecil/vasokonstriksi, sehingga
darah mengalir ke otakpun berkurang.
Dari perhitungan Algoritma Gajah Mada dan Skor Sriraj
Penurunan kesadaran (-) , sakit kepala (-) , refleks babinski (-) stroke iskemik
Hal ini sesuai dengan teori jika stroke iskemik, tanpak gambaran hipodens.
Infark kronis (1-7 hari) ditandai dengan gambaran hipodensitas dan berkurangnya
efek massa.
Pada kasus ini os diberikan aspilet 1 x 80mg setelah hasil Ct-scan menunjukkan
tidak adanya perdarahan.
masuk kedalam kelompok obat- obatan jantung yang di sebut ACE inhibitor.
membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Obat ini juga
digunakan untuk mengobati gagal jantung, melindungi ginjal karena diabetes, dan
tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam. Captropil
makanan seta 25-30% captropil akan terikat protein. Waktu paruh captropil
dipengaruhi oleh fungsi ginjal dan jantung dimna waktu paruh captropil pada
3. Pemberian amlodipin
pembuluh darah. Efeknya akan memperlancar aliran darah menuju jantung dan
mengurangi tekanan darah dalam pembuluh. Obat ini juga menghalangi kadar
kalsium yang masuk ke sel otot halus di dinding pembuluh darah jantung.
TINJAUAN PUSTAKA
Pathway Iskemik
Pembuluh darah
Thrombus/embolus karena plak ateromatosa, fragmen, lemak udara, dan bekuan darah
oklusi
Perfusi jaringan
cerebral↓
Iskemia
Hipoksia
6. Diagnosis
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
Strokeharus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami
defisist neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan
tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat
membedakan stroke hemoragik dan iskemik meskipun gejala seprti
mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering
menjadi stroke hemogragik. Beberapa gejala umum yang terajadi pada
stroke meliputi hemiparese, monopaarese, atau quadriparese, hilangnya
penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia disartria, vertigo,
afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala tersebut
dapat muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala
tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian
terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari
gejala atau onset stroke seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainana tidak
didapatkan hingga pasien bangun.
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk
mencari pertolongan
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke
Terdapat beberapa elainana yang gejalanya menyerupai stroke
seperti kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom,
ensefalitis, dan hiponatremia.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriiksaan fisik mencakup pemeriksaan kepala dan leher,
untuk mencari trauma,infeksi, dan iritasi meningen. Pemeriksaan juga
dilakukan uuntuk mencari faktor resiko stroke seperti obesitas,
hipertensi, kelainan jantung, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan neurologis
Tujuan utamanya adalah mengidentifikasi gejala stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang dimiliki gejala seperti
stroke, dan menyediakan informasi neurologi untuk keberhasilan terapi.
Komponen penting dalam pemeriksaan neurologi mencakup nervus
kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, sampai reflek
patologis. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan
dengan Bell’s palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
mengangkat alis atau mengerutkan dahi.
2. Gambaran Radiologi
a. CT-Scan kepala non kontras
Modalitas ini digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
dan stroke iskemik secara tepat karena pasien stroke iskemik
memerlukan pemberian trombolitik segera mungkin. Selain itu,
pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari
stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang
gejalanya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses)
Perubahan gambaran CT-Scan pada stroke Iskemik
a. Infark Hiperakut
Pada kasus troke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT-
Scan biasanya tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena
terlihat normal pada >50% pasien, tetapi cukup sensitive untuk
mengidentifikasi perdarahan intracranial akut dan/atau lesi lain yang
merupakan kriteria eksklusi terapi tromboliitik.
Gambaran CT-scan yang khas untuk iskemia serebri hiper akut
adalah sebagai berikut:
o Gambaran pendangkalan sulcus serebri (sulcal eff acement)
Gambaran ini tampak akibat adanya edema difus di hemisfer serebri.
Infark serebral akut menyebabkan hiperoerfusi dan edema sitotoksik.
Berkurangnya kadar oksigen dan glukosa seluler dengan cepat
menyebabkan berpindahnya kegagalan pompa Na-K, yang
menyebabkan berpindahnya cairan dari ekstraseluler ke intraseluler
dan edema sitotoksik yang lebih lanjut. Edema serebri dapat dideteksi
dalam 1-2 jam setelah gejala muncul. Pada CT-scan terdeteksi sebagai
pembengkakan girus dan pendangkalan sulcus serebri.
o Menghilangnya batas substansia alba dan substansia grisea serebri.
Substansia grisea merupakan area yg lebih mudah mengalami iskemia
dibandingkan dengan substansia alba, karena metabolismenya lebih
aktif. Karena itu, hilangnya diferensiasi substansia alba dan substansia
grisea merupakan gambaran CT-scan paling awal didapatkan.
Gambaran ini didapatkan dalam 6 jam setelah gejala muncul pada
82% pasien dengan iskemia area arteri serebri media.
o Tanda Insular Ribbon
Gambarna hipodensitas insula serebri cepat tampak pada oklusi arteri
serebri media karena posisinya pada daerah perbatasan yang jauh dari
suplai kolateral arteri serebri anterior maupun posterior.
o Hipodensitas nucleus lentiformis
Hipodensitas nukleus lentiformis akibat edema sitotoksik dapat
terlihat dalam 2 jam setelah onset. Nukleus lentiformis cenderung
mudah mengalami kerusakan ireversibel yang cepat pada oklusi
bagian proksimal arteri serebri media karena cabang lentikulostriata
arteri serebri media yang memvaskularisasi nukleus lentiformis
merupakan end vessel.
o Tanda Hiperdensitas arteri serebri media
Gambaran ektraparenkimal dapat ditemukan paling cepat 90 menit
setelah kejadian timbul, yaitu gambaran hiperdensitas pada pembuluh
darah besar, biasanya terlihat pada cabang proksimal (segmen M1)
arteri serebri media, walaupun sebenarnya bisa didapatkan pada
semua arteri. Arteri serebri media merupakan pembuluh darah yang
paling banyak mensuplai darah ke otak. Karena itu, oklusi arteri
serebri media merupakan penyebab terbanyak stroke yang berat.
Peningkatan densitas ini diduga akibat melambatnya aliran pembuluh
darah local karena adanya thrombus intravascular atau
menggambarkan secara langsung thrombus yang menyumbat itu
sendiri.gambaran ini disebut sebagai tanda hiperdensitas arteri serebri
media.
o Tanda sylvian dot mennggambarkan adanya oklusi distal arteri serebri
media (cabang M2 & M3) yang tampak sebagai titik hiperdens pada
fissure sylvii.
b. Infark Akut
Pada periode akut (6-24 jam) perubahan gambaran CT-scan non
kontras akibat iskemi semakin jelas. Hilangnya substansia alba dan
substansia grisea serebri, pendangkalan sulkus serebri, hipodensitas
ganglia basalis, dann hipodensitas insula serebri makin jelas. Distribusi
pembuluh darah yang tersumbat makin jelas pada fase ini.
c. Infark Subakut dan kronis
Selama periode subakut (1-7 hari), edema meluas dan didapatkan
efek massa yang menyebabkan pergeseran jaringan infark ke lateral dan
vertikal. Hal ini terjadi pada infark yang melibatkan pembuluh darah
besar. Edema dan efek massa memuncak pada hari ke-1 dan ke-2,
kemudian berkurang. Infark kronis ditandai dengan gambaran
hipodensitas dan berkurangnya efek massa. Densitas daerah infark sama
dengan cairan serebrospinal.
KESIMPULAN
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RS. Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung
Disusun oleh:
Wulandari,S.Ked
Telah diterima dan disetujui oleh dr. RA Neilan Amroisa, Sp.S , M.Kes selaku
dokter penguji dan pembimbing departemen neurologi RS. Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung
Mengetahui,
Disusun oleh :
Wulandari,S.Ked 17360077
Bandar Lampung
Tahun 2017