Anda di halaman 1dari 15

KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMIMPIN

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Yang
dibina oleh:
Prof. Dr. Babun Suharto, SE, MM
Dr. Bagus P Yudhia Kurniawan, MP

Oleh :
KHOLIFAH NURISA ARIYANTO
NIM : 084911029
MOHAMAD ALI MUDINI
NIM : 0849110017

SITI AFIFAH
NIM : 0849110057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER
MEI, 2011
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Topik Pembahasan…………….………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Hakikat Kepemimpinan……………………………. 2
B. Teori-teori Kepemimpinan………………………………………. 4
C. Dimensi-dimensi Kepemimpinan …………….…………………. 5
D. Pegembangan Kemampuan Pemimpin…………………………… 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 8
B. Saran……………………………………………………………….. 8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 9

1
0
0
-
KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN
Oleh Mohamad Ali Mudini

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok dalam masyarakat, baik itu keluarga,
perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, terdapat seseorang yang
paling berpengaruh dan dapat dikatakan sebagai pemimpin. Organisasi akan kurang efisien
tanpa pemimpin, bahkan tidak mampu mencapai tujuan yang ditentukan. Kepemipinan
menghadapi berbagai faktor dalam organisasi seperti struktur, tatanan, koalisi, kekuasaan dan
kondisi lingkungan, disamping itu, kepemimpinan dapat menjadi alat pemecahan terhadap
beberapa persoalan dalam organisasi. Karena pentingnya kepemimpinan inilah, maka
kepemimpinan menjadi perhatian para ahli.
Dalam sejarah pertumbuhan peradaban manusia, banyak ditunjukkan bahwa salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan organisasi adalah kuat tidaknya
kepemimpinan. kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh sosok
pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali penentu arah yang hendak ditempuh oleh
suatu organisasi menuju tujuan yang hendak dicapai.
Konsep kepemimpinan masih menjadi suatu misteri dan belum ada kesepakatan diantara
para ahli tentang apa sebenarnya kepemimpinan dan bagaimana cara menganalisa
kepemimpinan. Kepemimpinan perlu memadukan beberapa konsep agar kepemimpinan yang
ideal dapat tercapai. Perilaku pemimpin yang positif dan cukup ideal dapat mendorong
kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok
dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Karena sentralnya peran kepemimpinan tersebut maka dimensi kepemimpinan yang
bersifat kompleks perlu dikaji dan dipahami lebih mendalam lagi.

B. Topik Pembahasan
Adapun permasalaha yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah definisi dan hakikat kepemimpinan?
2. Apa saja Teori Kepemimpinan yang perlu diketahui?

1
0
0
-
3. Dimensi-dimensi Kepemimpinan apa sajakah yang ada dalam teori kepemipinan?
4. Hal apa sajakah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pemimpin?
5. Bagaimana Cara Mengembangkan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi dan Hakikat Kepemimpinan


Menurut Purwanto (2004:24), dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga teori
kepemimpinan ditinjau dari sejarah perkembangannya, yaitu;
a. Konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang
berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada dalam diri seorang pemimpin
b. Konsep yang lebih modern, yaitu konsep yang memandang kepemimpinan sebagai
fungsi kelompok, yang sukses tidaknya suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh
kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, namun lebih mengutamakan
sifat-sifat maupun cirri-ciri kelompok yang dipengaruhinya.
c. Konsep yang lebih maju lagi, yaitu konsep yang tidak hanya didasari oleh pandangan
psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas konsep ekonomis dan politis.
Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut pandangan pribadi mereka
serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi para pakar yang
bersangkutan. Adapun tujuan dari para peneliti diantaranya:
a. Mengadakan identifikasi para pemimpin
b. Melatih para pemimpin
c. Menemukan apa yang dikerjakan para pemimpin
d. Menentukan bagaimana pemimpin diseleksi
e. Untuk membandingkan efektifitas pemimpin (Wahyosumidjo, 2002:18 )
Oleh karena itu, menemui adanya definisi kepemimpinan yang tunggal sangatlah sulit.
Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam Wahjosumidjo (2002:
17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja, dalam
suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.
Adapun menurut Ivanchevich (1995: 334 ), kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan
jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu.
Sutisna (1993), dalam Mulyasa (2004:107) merumuskan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu. Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut Supardi (1988)

1
0
0
-
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi,
memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbin, menyuruh, memerintah,
melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan maksud agar manusia
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara
efektif dan efisien. Sedangkan menurut Atmosudirdjo dalam Fattah (2004:25) menyebutkan
bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk persuasi seni (art) pembinaan kelompok-
kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat.
Definisi-definisi yang bermacam-macam ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
melibatkan pengaruh dan pentingnya proses komunikasi. Selain itu, unsur lain dalam definisi
tersebut adalah terfokus pada pencapaian tujuan. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang
dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut.
Definisi-definisi yang berbeda-beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang bersifat
umum ,seperti:
a. Di dalam satu kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih (pemimpin
dan pengikutnya)
b. dalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja digunakan
oleh pemimpin terhadap bawahan. (Wahjosumidjo, 2002: 17)
Selain kesamaan asumsi tersebut, terdapat perbedaan pula, yaitu:
a. siapa yang menggunakan pengaruh
b. tujuan dari usaha untuk mempengaruhi
c. cara pengaruh itu digunakan
Adapun menurut Fattah (2004:88), pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan, dan kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Pemimpin memiliki peranan yang sangat pentiong. Purwanto (2004:65) menyatakan
bahwa menurut ahli ilmu jiwa, pemimpin yang baik memiliki peran:
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Perencana (planner)
3. Seorang ahli (expert)
4. Mewakili kelompoknya
5. Mengawasi hubungan antar anggota kelompok
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran dan hukuman
7. Bertindak sebagai wasit dan pengarah

1
0
0
-
8. Merupakan bagian dari kelompok
9. Lambang kelompok
10. Pemegang tanggung jawab
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita
12. Bertindak sebagai ayah
13. Sebagai kambing hitam

2. Teori Kepemimpinan
Fattah (2004:88-98) menguraikan teori-teori kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pendekatan Sifat-sifat Kepemimpinan
Mengenali karakteristik pemimpin yang berhasil merupakan upaya yang pertama kali
dilakukan oleh para peneliti dalam memahami kepemimpinan. Sifat-sifat pemimpin
yang mencakup intelekualitas, hubungan social, kemampuan emosional, keadaan
fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban dan kemauan
bekerja keras harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Para ahli menyebutkan ciri-ciri
lain yang harus dimiliki oleh pemimpin. Abdulgani (1958) menyebutkan bahwa
pemimpin harus memiliki kelebihan dalam menggunakan pikiran, rohani dan jasmani.
Menurut Gerungan, pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tga ciri, yaitu
penglihatan social, kecakapan berpikir abstrak, dan keseimangan emosi. Henry Fayol
berpendapat bahwa pemimpin haruslah setia, cerdas, jujur, sehat, berpendidikan, dan
berpengalaman. Sedangkan GR Terry menyebutkan sifat yang harus dimiliki
pemimpin yaitu kekuatan, kestabilan emosi, kemampuan hubungan manusiawi,
dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan
bergaul, dan kemampuan teknis.
2. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku, bukan dari sifat-sifat pemimpin. Dan bagaimana pemimpin berperilaku
akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman
mereka. Disamping itu, pimpinan harus memperhitungkan kekuatan situasional
seperti iklim organisasi, sifat tugas, tekanan waktu, sika anggota terhadap kekuasaan,
bahkan faktor lingkungan organisasi. Para pendukung teori perilaku mengungkapkan
bahwa cara seorang bertindak akan menentukan keefektifan kepemimpinan yang
bersangkutan.

1
0
0
-
3. Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung
pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi. Pendukung
pendekatan ini diantaranya:
a. Model Kontingensi (Fiedler dan Chemer, 1974)
Pendekatan kepemimpinan ini berusaha mengenali faktor-faktor terpenting dalam
seperangkat situasi tertentu, dan meramalkan gaya kepemimpinan paling efektif
dalam situasi seperti itu. Fiedler mengidentifikasi tiga aspek dalam situasi
pekerjaan yang membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan
efektif. Aspek pertama yaitu variable hubungan antara pemimpin dan anggota,
kedua variabel struktur tugas dalam situasi kerja, dan ketiga adalah variable
kekuasaan karena posisi pimpinan.
b. Model Kepemimpinan Vroom Teton
Model ini menjelaskan bagaimana pemimpin harus memimpin dalam situasi yang
bermacam-macam. Model ini menyatakan bahwa tidak ada satupun gaya
kepemimpinan yang efektif diterapkan dalam semua situasi.
c. Model Jalur Tujuan
Model ini dikembangkan oleh Martin G Evans (1970) dan Robert J House (1974)
serta Stoner (1986). Model ini didasarkan atas model pengharapan, menyatakan
bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya akan imbalan dan nilai,
dan memusatkan pemimpin sebagai sumber imbalan. Teori ini disebut jalur tujuan
karena memfokuskan pada cara pemimpin mempengaruhi persepsi bawahan
tentang tujuan kerja. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan akan
menyediakan berbagai macam imbalan, bukan hanya sekedar uang dan promosi,
namun juga dukungan, rasa aman, dan rasa hormat.

3. Dimensi-dimensi Kepemimpinan
David G Bowers dan Stanley E Seashore dalam Purwanto (2004:29) menyebutkan empat
dimensi pokok dari struktur fundamental kepemimpinan, yaitu:
1. Bantuan (support), yaitu tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang
dan dianggap penting

1
0
0
-
2. Kemudahan interaksi, yaitu tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota
kelompok untuk mengembangkan hubungan yang saling menyenangkan
3. Pengutamaan tujuan, yaitu tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan
tujuan kelompok mengenai penccapaian prestasi yang baik
4. Kemudahan bekerja, yaitu tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan dengan
kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengkoordinasian, penyediaan sumber-
sumber dan bantuan teknis.
Adapun menurut Purwanto, dimensi kepemimpinan didasarkan pada dua orientasi, yaitu
orientasi system dan persona (2004: 28)

Orientasi Sistem Orientasi Personal


Mengutamakan produksi- melakukan Toleransi kebebasan- mengijinkan anggota
desakan untuk hasil yang produktif mengambil inisiatif, keputusan, dan tindakan

Pemberitahuan struktur- secara jelas Toleransi ketidakpastian- dapat mentoleransi


menetapkan peranannya sendiri dan ketidakpastian dan penangguhan tanpa
mengajak pengikut untuk mengetahui apa merasa cemas atau bimbang
yang diharapkan

Perwakilan- membicarakan dan bertindak Konsiderasi/perhatian- memperhatikan


sebagai wakil kelompok kesenangan, kesehatan, kedudukan, dan
kontribusi pengikut

Asumsi peranan- secara aktif melatih Tuntutan ketentraman- mendamaikan


peranan kepemimpinan daripada pertentangan-pertenangan dan mengurangi
menyerahkan kepemimpinan kepada yang kekacauan atau kebingungan terhadap system
lain
Ketepaan prakiraan- memperlihatkan
Persuasi- menggunakan keyakinan dan bukti pengertian dan kemampuan memperkirakan
secara efektif, menunjukkan keyakinan yang hasil-hasil secara cepat
kuat
Integrasi- memelihara kekompakan
Orientasi ke atas- memelihara hubungan organisasi dan menyelesaikan pertentangan-
dengan yang lebih tinggi, mempunyai pertentangan antar anggota
pengaruh terhadap mereka, dan
memperjuangkan status yang lebih tinggi

1
0
0
-
4. Pengembangan Kemampuan Pemimpin
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin, diantaranya keahlian
dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-
sifat dan kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan
yang dimilikinya (Purwanto, 2004: 61). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki pengaruh
dalam pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan
hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:
1. Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
2. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan
4. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
5. Berfikir untuk masa yang akan datang
6. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan (Mulyasa, 2004: 127)
Fiedler, dalam Ivancevich (1995:352) menyebutkan bahwa program pelatihan dan
pengalaman dapat meningkatkan kekuasaan dan pengaruh seorang pemimpin jika situasinya
sangat menguntungkan, yaitu untuk kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan, dan
cukup sulit untuk yang berorientasi tugas.
Adapun menurut Wahjosumidjo (2002:54), terdapat tiga macam cara untuk memperbaiki
kepemimpinan, yaitu:
a. Seleksi (selection)
b. Pelatihan (Training)
c. Rekayasa situasi (situational engineering)

1
0
0
-
5. Pengembangan Kemampuanan Kepala Sekolah
Pengembangan kemampuan professional
Secara umum,pemimpin pendidikan harus menguasai 5 keterampilan pokok (Kimball
Wiles)
1. Keterampilan dalam kepemimpinan.
2. Keterampilan dalam hubungan kemanusiaan.
3. Keterampilan dalam proses kelompok.
4. Keterampilan dalam administrasi personalia.
5. Keterampilan dalam penilaian.
Di samping itu, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus menguasai
bagaimana mengambil keputuskan secara professional dan mengatasi konflik yang terjadi
dalam sekolah.Dua kemampuan ini sangat penting, mengingat kepala sekolah mempunyai
fungsi kepemimpinan menjabarkan kebijakan pemerintah dan menciptakaan iklim sekolah
yang memungkinkan agar tidak terjadi konflik. Dalam mengembangkan kemampuan
professional, ada beberapa ketrampilan dan kemampuan yang harus dikuasi oleh kepala
sekolah, yaitu :
1. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang kurikulum,ia harus:
Mendayagunakan sumber-sumber material untuk pengembangan kurikulum
Menjabarkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan
anak didik.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kurikulum dan kepemimpinan yang
diterapkan.
2. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang personalia, ia harus:
Menerima dan menghargai individu guru sebagai staf atas dasar karakter pribadi
dan latar belakangnya.
Mengadakan kerjasama dan perencanaan,hubungan individu dan kelompok, dan
pembuatan program sekolah
3. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang hubungan masyarakat ia harus:
Meningkatkan partisipasi orang tua dalam menyelesaikan problema sekolah dan
masyarakat.
Meningkatkan saling kunjungan antara sekolah dan masyarakat.
4. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang hubungan guru dan murid, ia harus
dapat:
Memberikan contoh dan membina hubungan baik dengan guru dan murid

1
0
0
-
Mendorong guru agar professional dalam menyampaikan mater
5. Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam pengorganisasian sekolah ia harus dapat:
Membimbing guru dan staf sekolah untuk memahami tugas dan peranannya.
Bekerjasama dengan guru dan staf dalam perencanaan dan pengorganisasian
program sekolah.
Pengembangan Kemampuan Personal.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu mengembangkan kemampuan
dirinya, agar selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu,kepala sekolah
perlu memahami kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri sendiri dan mau
mengembangkan kemampuannya secara continue.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kemampuan pribadi antara
lain:
o Watak (Psikolofis-internal)
o Tempramen (Tingkah Laku)
o Minat
o Kecerdasan
o Fisik
o Sifat-sifat pribadi dan tipe kepemimpinan yang dimiliki.
Seorang pemimpin pendidikan harus dapat menempatkan dirinya dalam kedirian
orang lain dengan kemampuan personel yang dimilikinya. Jika berada didepan
memberikan contoh tauladan, ditengah bisa berpatisipasi meningkatkan kemauan dan
kreativitas bahan, dan jika dibelakan membangun dan mendorong semangat bawahan.
Pemimpin harus dapat membenahi dirinya sebelum dapat membenahi orang
lain.Sebagai mana dikemukakan Robert J.Mc Cracken, Bahwa; We must have good
domestic relation with others” Dari Dr. Sosrokartono kita mendapat gambaran dari
Mangkunegoro IV, bahwa seorang pemimpin hendaknya mempunyai kemampuan sebagai
berikut :
1. Sugih tanpo bondo (kaya tanpa harta)
2. Digdya tanpa aji (sakti tanpa memakai jimat)
3. Mabur tanpa elar (terbang tanpa sayap)
4. Nglurug tanpo bolo (melawat tanpa bala tentara)
5. Menang tanpo ngasorake (menang tanpa mengalahkan)

1
0
0
-
Pengembangan Kemampuan Sosial
Kemampuan social yang dimaksudkan adalah kemampuan dalam antar-hubungan
dengan orang lain baik antar individu,dalam kelompok,antar kelompok, atau dalam
lingkungan organisasi yang lebih besar.Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan di
bidang ini untuk menopang kepemimpinannya.
Prof. J. F. Tahalele memberikan beberapa saran untuk mengembangkan kemampuan
social kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan:
1. Usahakan agar tetap gembira.
2. Lihatlah, Pikirlah, dan bicarakan yang baik.
3. Jangan mengharap terlalu banyak kepada orang lain,tetapi apa yang dapat kita
sumbangkan kepada mereka.
4. Jangan mencampuri urusan pribadi orang lain kecuali dilapori.
5. Jauhkan sifat sombong dan kembangkan sifat murah hati
6. Tekun beragama dan jangan sekali-kali putus asa
7. Kembangkan sifat “lagniappe” (pemberian kecil kepada orang lain yang berdampak
positif yang besar)
Disamping kemampuan yang ada pada diri sendiri harus dikembangkan, kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu menempatkan diri dalam kedirian
orang lain. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Selalu menghargai pendapat orang lain meskipun bertentangan.
2. Jangan memaksakan pendapat kepada orang lain walaupun merasa benar.
3. Menegur orang lain secara halus, misalnya bgaimana menurut pendapat saudara jika ..
4. Berbicara dengan jelas dan berlahan.
5. Ketika berbicara, pandanglah lawan bicara kita (tidak menengok ke kiri dan ke kanan.
6. Memberikan perintah dengan bahasa meminta dapatkah anda menolong saya untuk …
7. Hindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain.
8. Sewaktu orang lain berbicara, hendaklah mendengarkan dengan penuh perhatian.
9. Ketika orang lain berbicara, janganlah menyela atau mengalihka pembicaraan.
10. Jika orang lain menusuk hati kita, hendaklah kita tetap tenang dan sabar.
11. Sebaik jangan berbisik-bisik di depan orang lain.
12. Jika Mengkritik disampaikan dengan tenang, ramah dan bijaksana.
Semua pernyataan tersebut diataskiranya dapat dijadikan acuan dalam menilai diri
sendiri agar pemimpin tidak menempatkan dirinya kurang atau lebih dari kemampuan
yang sebenarnya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu instrument untuk membuat sekelompok
orang mau bekerja sama dan berdaya upaya menaati segala aturan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Kepemimpinan merupakan sekumpulan dari serangkaian kemampuan
dan sifat-sifat kepribadian termasuk di dalamnya kewibawaan. Sedangkan pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan, dan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakannya.
Kualitas pemimpin dapat ditingkatkan melalui bebagai cara, diantaranya melalui
pelatihan atau training,

B. Saran
Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, hendaknya kita senantiasa
meningkatkan pengetahuan dan ilmu kepemimpinan maupun bidang keilmuan lainnya. agar
nantinya dapat menjalankan roda organisasi secara professional.
Sebagai anggota suatu organisasi, hendaknya selalu bekerjasama dan bahu membahu
melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, bekerjasama secara sinergis dengan atasan
maupun rekan. dengan demikian, tujuan organisasi yang diinginkan dapat tercapai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Ivanchevich, John. M; Donely Jr., James H; Gibson, James L. 1995. Organisasi jilid I.
Jakarta:Erlangga

Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen, Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mulyasa.2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Adi Soenarno, 2006. Leadership Games Untuk Pelatihan Manajemen,Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Mohamad Karim, 2010. Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam. Malang:


UIN-Maliki Pres.

Babun Suharto, Titiek Rohana Hidayati. 2010. Spiritual Qoutient (SQ) dan Educational
Leadership Meretas Keberhasilan Pendidikan Indonesia. Jember: Penerbit “Pena
Salsabila”.

Marno,Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung.


PT. Refika Aditama.

Hendyat Soetopo.2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktek Di Bidang Pendidikan.


Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai