REMAJA
REMAJA
A. PENGERTIAN REMAJA
Dalam berbagai buku psikologi terdapat perbedaan pendapat tentang remaja
namun pada intinya mempunyai pengertian yang hampir sama. Penggunaan istilah
untuk menyebutkan masa peralihan masa anak dengan dewasa, ada yang
menggunakan istilah puberty (inggris) puberteit (Belanda), pubertasi (latin), yang
berarti kedewasaan yang dilandasi sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian dan
keperempuanan. Ada pula yang menyebutkan istilah adulescento (latin) yaitu masa
muda. Istilah pubercense yang berasal dari kata pubis yang dimaksud dengan
pubishair atau mulai tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan.
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow
atau to grow maturity (Golinko, 2004 dalam Rice, 2005). DeBrun (dalam Rice, 2007)
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian
remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian
masa remaja (adolescence).
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12
sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang
digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19
tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada
rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara
kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya
perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan
masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa
sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan
bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh
termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu
berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Masa remaja atau masa puber, merupakan masa penghubung antara masa
anak-anak dengan dewasa. Pubertas adalah perubahan menjadi dewasa yang
ditandai adanya perubahan fisik dan emosional (psikis).
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik
maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini berlangsung pada usia 11–16
tahun pada laki-laki dan 10–15 tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih cepat
dewasa dibandingkan anak laki-laki.
Perkembangan tubuh remaja laki-laki dan perempuan berbeda karena
pengaruh hormon yang dihasilkan. Laki-laki menghasilkan hormon androgen,
sedangkan perempuan menghasilkan hormon estrogen.
Organ-organ reproduksi pada masa puber telah mulai berfungsi. Salah satu ciri
masa pubertas adalah mulai terjadinya menstruasi pada perempuan. Adapun pada
laki-laki mulai mampu menghasilkan sperma. Ciri-ciri perubahan tubuh pada masa
remaja dapat dibedakan menjadi ciri kelamin primer dan ciri kelamin sekunder.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
(Konopka, 1973 dalam Pikunas, 1976; Ingersoll 1989):
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu memulai meninggalkan peran sebagai individu yang unik dan
tidak tergantung pada orang tua.
b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.
c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam renteang kehidupan
manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber
dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang
dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat bilogis atau fisiologis juga
bersifat psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam
kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol
pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam
interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada prilaku
remaja. Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa
aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan sebagai berikut. (Lerner &
Hultsch, 1983; 318-320).
REMAJA
D. CIRI MASA REMAJA
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan
hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam
kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-
hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
REMAJA
G. BAHAYA PADA MASA PUBER
1. Bahaya Fisik
2. Bahaya Psikologis
Bahaya Fisik
Meskipun sebagian besar anak puber secara fisik tidak merasa normal, namun
penyakit yang aktual tidak banyak dialami anak dalam periode ini dibandingkan
dengan periode-periode sebelumnya. Bahaya fisik utama masa puber disebabkan
kesalahan fungsi kelenjar endokrin yang mengendalikan pertumbuhan pesat dan
perubahan seksual yang terjadi pada periode ini.
Bahaya Psikologis
Terhadap banyak bahaya psikologis pada masa puber yang akibat panjangnya
lebih penting dari pada akibat berlangsungnya.
Beberapa bahaya psikologis yang adalah sebagai berikut :
a. Konsep diri yang kurang baik – Ada banyak hal yang menyebabkan perkembangan
konsep diri kurang baik selama masa puber, beberapa diantaranya alasan pribadi
dan alasan lingkungan. Anak yang mengembangkan konsep diri kurang baik pada
masa remaja cenderung menguatkan konsep tersebut dengan perilaku yang tidak
sosial, dan bukan memperbaikinya. Akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah
diri semakin tertanam dan kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka
cenderung akan menetap dan mewarnai mutu perilaku individu sepanjang
hidupnya.
b. Prestasi Rendah – Cepatnya pertumbuhan Fisik maka tenaga menjadi melemah, ini
mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada tiap kegiatan yang
melibatkan usaha individu.
c. Kurangnya persiapan untuk menghadapi masa puber – Anak puber tidak diberitahu
atau secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi pada masa puber, pengalaman akan perubahan itu dapat merupakan
pengalaman traumatis.
d. Menerima tubuh yang berubah – Diantara tugas perkembangan masa puber yang
penting adalah menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Hanya
sedikit anak puber yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga mereka tidak
puas dengan penampilannya.
e. Menerima peran seks yang diharapkan – Sama halnya menerima tubuh yang
berubah, menerima peran seks anak puber yang diharapkan mendekati peran seks
orang dewasa merupakan tugas perkembangan utama pada tingkat usia ini.
Terjadinya kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk pematangan.
f. Penyimpangan dalam pematangan sosial – Salah satu bahaya psikologis selama
masa puber yang paling serius adalah penyimpangan dalam usia terjadinya
kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk pematangan.
g. Anak yang matang lebih awal – Anak yang matang terlalu dini dapat menunjukkan
kesulitan pribadi. Kesulitan ini timbul karena anak matang lebih awal yang
kelihatannya lebih tua dari usianya, biasanya diharapkan bertindak sesuai dengan
penampilannya dan bukan dengan usianya.(Hurlock, 2004 : 196-199).
DAFTAR PUSTAKA
Glasier, Anna. Ed. 4. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Kauma, Fuad. 2002. Sensasi Remaja di Masa puber: Dampak Negatif dan
Penanggulangannya. Jakarta: Kalam Mulia.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Miron, Amy G. dan Miron, Charles D. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks kepada
Remaja: Panduan Guru dan Orang Tua. Jakarta: Esensi.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.