Anda di halaman 1dari 30

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME


“MENSTRUASI TIDAK TERATUR”

KELOMPOK B – 7
KETUA : YANA DWI SUCIATI
SEKRETARIS : MUHAMMAD LUTFI KURNIA
ANGGOTA : YUDHA KUSUMA CAHYADI 1102012313
TIARA MEUTIA PUTRI 1102012295
OLIVIA TANJUNG 1102014204
MUHAMMAD ILHAM KHATAMI 1102015249
PUTRI AYU KARTIKASARU 1102015181
REYSAHARIF YUANSAFIKRI 1102015197
SITI RODHIA DARWIN 1102015228

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017
SKENARIO 3
MENSTRUASI TERGANGGU
Seorang wanita, 20 tahun, mahasiswi Universitas Yarsi, datang ke Poiliklinik RS dengan
keluhan haid tidk teratur yaitu sejak 6 bulan yang lalu. Setiap haid lamanya 2-3 minggu.
Dua hari ini, haid banyak sekali (5 x ganti pembalut sehari). Pasien mendapatkan haid
yang pertama sejak usia 12 tahun, teratur tiap bulan.
Pemeriksaan fisik di dapatkan:
Keadaan umum : tampak pucat
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Jantung dan paru : dalam batas normal

Pemeriksaan luar ginekologi:


Abdomen:
Inspeksi : perut tampak mendatar
Palpasi : lemas, fundus uteri tidak teraba diatas simfisis
Auskultasi : bising usus normal
Vulva/vagina : fluksus (+)

Pemeriksaan penunjang
USG Ginekologi: uterus bentuk dan ukuran normal, ovarium kanan dan kiri normal.
Tidak tampak masa pada adneksa kanan dan kiri.
Lab darah rutin: Hb 10 g/dL, trombosit 300.000/uL, lain-lain normal.

Berdasarkan pemeriksaan di atas, Dokter menduga kelainan haid disebabkan oleh


ketidakseimbangan hormonal.
Pasien juga bingung apakah keluhan ini karena haid atau istihadhah sehingga ragu dalam
melaksanakan hukum Islam.
Kata-kata sulit:

1. Fluksus : cairan yang keluar dari vagina dengan jumlah yang banyak
2. Adneksa : jaringan yang berada di sekitar rahim
3. Isthihadah : darah penyakit yang keluar dari otot bagian rahim
4. Fundus uteri : uterus bagian proksimal
Pertanyaan:
1. Berapa siklus normal menstruasi?
2. Mengapa haid tidak teratur?
3. Mengapa pasien haid nya banyak dan lama?
4. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan haid tidak teratur?
5. Apa yang membedakan haid dengan istihadah?
6. Hormon apa saja yang memengaruhi siklus haid?
7. Apa yang menyebabkan ketidakseimbangan hormonal?
8. Apa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
9. Pada umur berapa sering terjadi gangguan hormonal?
10. Kenapa pasien tampak pucat?
11. Berapa lama waktu haid menurut pandangan Islam?
12. Apa penatalaksaan untuk pasien ini?
13. Ibadah apa yang diperbolehkan pada saat istihadah?
14. Apakah normal jika fundus uteri tidak teraba di atas simfisis?
Jawaban:
1. 28 – 35 hari
2. Karena terjadi gangguan hormonal
3. Estrogen meningkat menyebabkan haid lama. Terjadi penebalan endometrium
dan kadar hormon FSH dan LH banyak menyebabkan haid banyak
4. Stress, penyakit, makanan, obat – obatan dan hormonal
5. Istihadah tidak bersiklus lebih dari 14 hari sedangkan haid bersiklus
6. FSH, LH, estrogen dan progesteron
7. Stress, penyakit, makanan, obat – obatan dan hormonal
8. USG ginekologi dan pemeriksaan kadar hormon
9. Setelah menstruasi
10. Karena banyak keluar darah menyebabkan Hb menurun sehingga terjadi pucat
11. 15 hari. Lebih dari 15 hari termasuk istihadah
12. Dilakukan terapi hormonal dan untuk non farmako bisa dilakukan diet
13. Hukumnya sama seperti wanita suci
14. Normal, karena pasien tidak hamil
HIPOTESIS
Kelainan haid dapat terjadi karena adanya gangguan hormonal yang disebabkan
oleh stres, makanan, keadaan patologis, obat – obatan dan hormonal. Untuk menegakkan
diagnosis dapaat dilakukan pemeriksaan USG Ginekologi dan pemeriksaan hormon.
Penatalaksaan yang dapat diberikan yaitu terapi hormonal. Dalam pandangan Islam,
wanita istihadah diperbolehkan melakukan ibadah seperti wanita suci.
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan menjelaskan anatomi organ-organ sistem reproduksi wanita
LO.1.1. Makroskopik
LO.1.2. Mikroskopik
LI.2. Memahami dan menjelaskan fisiologi menstruasi dan hormon yang mempengaruhi
LI.3. Memahami dan menjelaskan kelainan menstruasi
LO.3.1. Definisi
LO.3.2. Etiologi
LO.3.3. Klasifikasi
LO.3.4. Patofisiologi
LO.3.5. Manifestasi klinis
LO.3.6. Diagnosis dan diagnosis banding
LO.3.7. Tata laksana
LO.3.8. Komplikasi
LO.3.9. Pencegahan
LO.3.10. Prognosis
LI.4. Memahami dan menjelaskan haid dan isthihadah dalam sudut pandang Islam.
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
LO.1.1 Makroskopik
1. Genitalia Eksterna
Vulva
a. Mons Pubis
Juga disebut mons veneris, bantalan berisi lemak terletak di simfisis
pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis ditutupi oleh rambut
keriting yang membentuk perisai (escutcheon).
b. Labium Majus Pudendi
Panjangnya 7-8 cm, kedalamn 2-3 cm, ketebalan 1-1,5 cm. Di
superior, menyatu secara langsung pada mons pubis, dan
ligamentum bulat berakhir di batas atasnya. Di posterior, labium
majus pudendi meruncing dan menyatu di daerah perineum
membentuk komisura postrerior.
c. Labium Minus Pudendi
Masing-masing merupakan lipatan tipis jaringan, yang terletak
medial dari tiap labium majus pudendi. Meluas ke superior, yang
masing-masingnya terbagi menjadi dua lamella. Kedua bagian yang
di bawah menyatu membentuk frenulum klitoridis, dan kedua bagian
yang di atas menyatu membentuk prepusium klitoridis. Di inferior,
labium minus pudendi meluas mencapai garis tengah sebagai
punggung jaringan rendah yang menyatu membentuk Fourchette.
d. Klitoris
Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus
cavernosum yang merupakan jaringan erektil di dalam selaput tipis
jaringan ikat dan sebagian diantaranya menyatu sepanjang tepi
medial untuk membentuk korpus klitoris. (Cunningham et all, 2017)

Gambar 1. Organ reproduksi wanita eksternal (Cunningham et all,


2017)
Vestibulum Vaginae
a. Kelenjar Vestibular
Sepasang kelenjar Bartholin, juga disebut glandula vestibularis
major, merupakan kelenjar yang besar. Terletak inferior dari bulbus
vestibuli dan di dalam ujung inferior muskulus bulbokavernosus di
kedua sisi ostium vaginae.
b. Ostium Uretra
Dua pertiga bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior
vagina. Ostium uretra terletak di garis tengah vestibulum, 1-1,5 cm
di bawah arkus pubikus, dan terletak sedikit di atas ostium vaginae.
c. Bulbus Vestibuli
Struktur jaringan erektil yang berada dikedua sisi orofisium vaginae
yang menempel dengan permukaan inferior diafragma urogenitalis
dan tertutup oleh muskulus Bulbocavernosus (sfingter vaginae).
d. Ostuim Vaginae dan Himen
Ostium vaginae dikelilingi di distal oleh himen atau sisanya. Pada
wanita dewasa, himen adalah membran dengan berbagai ketebalan
yang mengelilingi ostium vaginae. (Cunningham et all, 2017)
Vagina
Memanjang dari vulva ke uterus dan terletak di antara kandung kemih
dan rektum di anterior dan posterior. Bagian atas berasal dari ductus
Muller dan bagian bawah dibentuk dari sinus urogenital.
Vagina mempunyai banyak suplai vaskular. Bagian proksimal
diperdarahi oleh cabang serviks arteri uterina dan arteri vaginalis. Arteri
rektalis media mendarahi dinding posterior vagina, sedangkan dinding
distal menerima pendarahan dari arteri pudenda interna. (Cunningham
et all, 2017)
Perineum
Perineum merupakan daerah berbentuk wajik terletak di antara kedua
paha. Batas anterior, posterior, dan lateral perineum sama dengan batas
aperture pelvis inferior: simfisis pubis di anterior, ramus iskiopubikus
dan tuberositas iskiadikum di anterolateral, ligamentum sakrotuberal di
posterior lateral, dan koksigis di posterior. (Cunningham et all, 2017)

Gambar 2. Anatomi perineum. (Cunningham et all, 2017)


2. Genitalia Interna

Gambar 3. Uterus, Ovarium, dan Tuba Uterina. (Sobotta, 2012)

Uterus
a. Organ muskular berongga, berbentuk mirip buah pir, dan berdinding
tebal. Dapat dibagi menjadi dua bagian utama: corpus dan cervix.
b. Corpus uteri, yang membentuk dua pertiga superior organ, meliputi
fundus uteri, bagian bundar yang terletak di atas ostium tuba uterina.
Corpus terletak di antara lapisan-lapisan ligamentum latum dan
dapat bergerak secara bebas. Corpus dibatasi dari cervix oleh
isthmus uteri.
c. Cervix uteri adalah sepertiga inferior uterus yang relatif sempit,
silindris, panjang sekitar 2,5 cm pada perempuan dewasa yang tidak
hamil.
d. Dinding corpus uteri terdiri dari tiga lapisan:
1) Perimetrium
Lapisan serosa terdiri dari peritoneum yang disokong oleh lapisan
tipis jaringan ikat.
2) Myometrium
Selubung tengah otot polos, menjadi sangat terdistensi selama
kehamilan.
3) Endometrium
Lapisan mukosa dalam sangat kuat menempel pada myometrium
di bawahnya. Endometrium secara aktif terlibat pada siklus
menstruasi.
e. Suplai arterial uterus terutama berasal dari arteria uterina, dengan
suplai kolateral potensial dari arteria ovarica. (Keith L. Moore &
Arthur F. Dalley, 2013)
Tuba Uterina
a. Tuba uterina atau tuba fallopi membawa oosit (ovum), dikeluarkan
setiap bulan dari ovarium selama usia subur, dari cavitas peritonealis
perovarian ke cavitas uteri. Tuba uterina juga menjadi tempat
terjadinya fertilisasi.
b. Tuba uterina (panjang kira-kira 10 cm) terletak dalam mesosalpinx
pada ujung bebas ligamentum latum.
c. Tuba uterina dapat dibagi menjadi empat bagian dari lateral ke
medial:
1) Infundibulum
Ujung distal berbentuk corong pada tuba yang bermuara ke dalam
cavitas peritonealis melalui ostium abdominalis; prosesus seperti
jari pada ujung berfimbria infundibulum (fimbria) menyebar pada
permukaan medial ovarium; satu fimbria ovarian besar melekat
pada polus superior ovarium.
2) Ampulla
Bagian tuba yang paling lebar dan panjang, yang dimulai pada
ujung medial infundibulum; fertilisasi oosit biasanya terjadi
dalam ampulla.
3) Isthmus
Bagian tuba yang berdinding tebal, yang masuk cornu uteri.
4) Bagian uterina
Segmen intramural pendek pada tuba yang berjalan melalui
dinding uterus dan bermuara melalui ostium uteri ke dalam
cavitas uteri pada cornu uteri. (Keith L. Moore & Arthur F.
Dalley, 2013)
Ovarium
a. Terletak dalam rongga pelvis.
b. Terdiri dari dexter dan sinister.
c. Terletak di dalam pelvis minor.
d. Berbentuk bulat memanjang, agak pipih (seperti buah almond
dengan ukuran 3x1, 5x1 cm)
e. Terdiri dari cortex (luar) dan medulla (sebelah dalam, berisi
pembuluh darah, limfe dan saraf).
f. Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum.
g. Difiksasi oleh:
1) Ligamentum suspensorium ovarii (Ligamentum infundibulo
pelvicum): ligamentum ini menggantungkan ovarium pada
dinding panggul atau pelvis antara sudut tuba.
2) Ovarium melekat ke uterus oleh ligamentum ovarii proprium.
3) Melekat ke ligamentum latum oleh mesovarium.
4) Dilekatkan oleh mesosalphinx pada tuba uterina.
5) Ligamentum teres uteri (ligamentum rotundum): terdapat
dibagian atas lateral dari uterus, caudal dari tuba, kedua
ligamentum ini melalui canalis inguinalis ke bagian cranial
labium majus. Pada saat kehamilan mengalami hipertropi dan
dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
LO.1.2 Mikroskopik
Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh satu lapisan epitel kuboid, yang juga
disebut epitel germinal. Jaringan ikat fibrosa akan membentuk kapsul
tipis, albuginea tunika, langsung di bawah epitel. Di sebelah dalam
terdapat tunika albugenia (jaringan ikat penyebab ovarium berwarna
putih).
Seperti organ lain, ovarium dibagi menjadi korteks luar dan
medula. Korteks terdiri dari stroma jaringan ikat yang sangat selular di
mana folikel ovarium yang tertanam. Medula terdiri dari jaringan ikat
longgar, yang berisi pembuluh darah dan saraf. Jaringan dasar ovarium
disebut stroma.
Daerah korteks: mengandung banyak folikel telur yang masing-
masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel
folikel adalah oosit beserta sel granulosa yang mengelilinginya. Terdapat
tiga macam folikel yaitu:
a. Folikel primordial: terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepi
yang dialapisi sel folikel berbentuk pipih.
b. Folikel primer: terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel
granulosa) berbentuk kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida.
Adalah suatu lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel-
sel granulosa.
c. Folikel sekunder: terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulosa
berbentuk kubus berlapis banyak atau disebut staratum granulosa.
d. Folikel tersier: terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya
bertambah besar. Terdapat beberapa celah antrum diantara sel-sel
granulosa. Dan jaringan ikat stroma di luar stratum granulosa
membentuk theca intern (mengandung banyak pembuluh darah)
dan theca extern (banyak mengandung serat kolagen).
e. Folikel Graff: disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah
siap diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa
lapis sel granulosa berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum
disebut cumulus ooforus. Sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit
disebut korona radiate . Antrum berisi liquor follicul yang mengandung
hormone esterogen.
Gambar 4. Ovarium (Victor P. Eroschenko, 2014)

Korpus Luteum
a. Terbentuk setelah ovulasi dan pembesaran oosit sekunder.
b. Luteinizing Hormone (LH) menyebabkan hipertropi dan luteinisasi sel
granulosa dan sel teka interna.
c. LH menyebabkan pengeluaran esterogen dan peningkatan jumlah
progesteron.
d. Tanpa fertilisasi, korpus luteum aktif selama sekitar 12 hari sebelum
regresi.
e. Regresi akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan parut korpus
albikans.
f. Setelah regresi, efek inhibitorik esterogen dan progesteron menghilang.

Gambar 5. Korpus luteum. (Victor P. Eroschenko, 2014)


Uterus
Saluran berdinding tebal, berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tempat
fertilisasi, sebagai tempat terjadinya implantasi dan perkembangan
embrio. Dindingnya terdiri atas 3 lapis:
a. Endometrium (mukosa): bagian dalam dilapisi epitel selapis silindris
bersilia dan terdapat pula kelenjar uterus yang bermukosa dari
permukaan.
b. Miometrium (dinding otot): terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya
kurang jelas. Tiga lapisan otot tersebut adalah
1) Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
2) Lapisan Vaskular: lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar
dan serong dengan banyak pembuluh darah.
3) Lapisan Supravaskular: lapisan otot luar memanjang tipis.
c. Peritoneum: adalah serosa khas khas terdiri selapis sel mesotel yang
ditunjang oleh jaringan ikat tipis.

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Haid dan Hormon yang Mempengaruhi
Sistem hormon perempuan terdiri atas tiga hierarki hormone sebagai berikut:
1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepas-gonadotropin (GnRH).
2. Hormon seks hipofisis anterior, hormone perangsang folikel (FSH) dan hormone
luteinisasi (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH
dari hipotalamus.
3. Hormon-hormon ovarium, esterogen dan progesterone, yang disekresi oleh
ovarium sebagai respons terhadap pkedua hormone seks perempuan dari
kelenjar hipofisis anterior.

Siklus Ovarium
Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seks bergantung seluruhnya pada
hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior. Durasi rata-rata siklus ovarium adalah sekitar 28 hari, dengan kisaran 25
hingga 32 hari. Pada usia 9 sampai 12 tahun, hipofisis secara progresif mulai
menyekresi lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya siklus seks
bulanan normal yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun. Periode perubahan ini
disebut pubertas, dan saat terjadinya siklus menstruasi pertama disebut menarke.
FSH maupun LH merupakan glikoprotein kecil dengan berat molekul sekitar
30.000.
1. Fase Folikular atau Praovulasi Ovarium
Ketika seorag anak perempuan dilahirkan, tiap ovum diselubungi oleh selapis
sel granulosa; ovum dengan selubung sel granulosa tersebut, disebut folikel
primordial.
Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari
ovum, yang diameternya meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat.
Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan di
sebagian folikel; folikel-folikel ini disebut folikel primer.

Gambar 6. Tahap-tahap pertumbuhan folikel dalam ovarium, juga


memperlihatkan pembentukan korpus luteum.

Perkembangan Folikel Antral dan Vesikuler. Selama beberapa hari pertama


setiap siklus seks bulanan perempuan, konsentrasi FSH maupun LH yang
disekresi meningkat. Efek awalnya adalah proliferasi sel-sel granulosa yang
yang berlangsung cepat, sehingga meningkatkan lebih banyak lagi lapisan sel-
sel tersebut. Selain itu, sel-sel berbentuk kumparan yang berasal dari interstisium
ovarium berkumpul menjadi beberapa lapisan di luar sel granulosa, membentuk
massa kedua yang disebut dengan teka (teka interna dan teka eksterna).
Sesudah tahap proliferasi awal pertumbuhan, yang berlangsung selama
beberapa hari, massa sel granulosa menyekresi cairan folikular yang
mengandung esterogen dalam konsentrasi tinggi. Pengumpulan cairan ini
menyebabkan munculnya antrum di dalam massa sel granulosa.
Pertumbuhan awal folikel primer sampai tahap antral dirangsang oleh FSH
saja. Kemudian terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, disebut folikel vesikular:
a. Esterogen disekresi ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa
membentuk sejumlah reseptor FSH yang semakin banyak; keadaan ini
menyebabkan efek umpan balik positif.
b. FSH dari hipofisis dan esterogen bergabung untuk memacu reseptor LH pada
sel-sel granulosa, sehingga terjadi rangsangan LH di samping rangsangan
FSH dan menyebabkan peningkatan sekresi folikular yang lebih cepat lagi.
c. Esterogen folikel yang meningkat ditambah dengan LH kelenjar hipofisis
anterior yang meningkat tersebut bekerjasama menyebabkan proliferasi sel
teka folikular.
Hanya Satu Folikel yang Matang Penuh Setiap Bulan, dan Sisanya Mengalami
Atresia. Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih, tetapi sebelum
terjadi ovulasi, salah satu folikel mulai tumbuh melebii yang lain; sisa folikel
yang sedang berinvolusi (suatu proses yang disebut atresia).
2. Ovulasi
Ovulasi pada perempuan dengan siklus seks perempuan normal 28 hari terjadi
pada 14 hari sesudah menstruasi dimulai.
a. Lonjakan LH Penting dalam Ovulasi. LH diperlukan untuk pertumbuhan
akhir folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, walaupun FSH tersedia dalam
jumlah besar, folikel tidak akan berkembang ke tahap ovulasi.
Sekitar 2 hari sebelum ovulasi, kecepatan sekresi LH oleh kelenjar
hipofisis anterior meningkat dengan pesat. FSH dan LH akan bekerja secara
sinergistik menyebabkan pembengkakan folikel yang berlangsung cepat
selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunyai efek khusus
terhadap sel granulosa dan sel teka, yaitu mengubah kedua kedua jenis sel
tersebut terutama menjadi sel penyekresi progesteron. Oleh karena itu,
kecepatan sekresi esterogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi.
b. Permulaan Ovulasi.

Gambar 7. Mekanisme ovulasi. (Guyton, 2012)

1) Teka eksterna (kapsul folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dari


lisosom, yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul folikular dengan
akibat melemahnya dinding, menyebabkan pembengkakan lebih jauh
seluruh folikel dan degenarasi stigma (bagian tengah kapsul folikular).
2) Secara bersamaan terjadi pertumbuhan cepat pembuluh darah baru ke
dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama prostaglandin disekresi ke
dalam jaringan folikular.
3. Fase Luteal atau Pascaovulasi Ovarium
Beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel granulosa dan
sel teka yang tersisa menjadi sel lutein. Proses ini disebut luteinisasi dan seluruh
massa sel bersama-sama disebut korpus luteum. Korpus luteum menyekresikan
hormone utama perempuan, esterogen dan progesteron.
Involusi terakhir biasanya terjadi pada akhir hampir tepat 12 hari masa
hidup korpus luteum, yaitu sekitar hari ke-26 siklus seks perempuan normal. Dua
hari sebelum menstruasi, penghentian tiba-tiba sekresi esterogen dan
progesteron, dan inhibin dari korpus luteum menghilangan umpan balik hipofisis
anterior. Penghentian sementara sekresi esterogen dan progesteron
menyebabkan menstruasi.
Siklus Bulanan Endometrium dan Menstruasi

Gambar 8. Fase pertumbuhan endometrium


1. Fase proliferasi (Fase Esterogen) Siklus Endometrium, Terjadi Sebelum
Ovulasi. Dibawah pengaruh esterogen, yang disekresi dalam jumlah yang
meningkat oleh ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi dengan
cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam
waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Selama satu setengah
minggu berikutnya, sebelum ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat.
Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3 sampai 5 mm.
2. Fase Sekretorik (Fase Progestasional) Siklus Endometrium, Terjadi Setelah
Ovulasi. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi,
ketebalan endometrium sudah mencapai 5 sampai 6 mm.
3. Menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus
luteum tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon ovarium turun sampai kadar
yang rendah, terjadilah menstruasi.
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran
darah akan berhenti, karena endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali.
Fungsi Hormon Esterogen dan Progesteron
1. Esterogen
a. Organ seks dan tubuh keseluruhan:mendorong perkembangan folikel,
berperan dalalm karakteristik seks sekunder, merangsang pertumbuhan uterus
dan payudara
b. Tulang, mencegah aktivitas osteoklas,meningkatkan matriks
tulang,merangsang penutupan epifisial plate, meningkatkan deposit kalsium
c. Berperan dalam penyimpanan lemak dan pengaturan produksi kolesterol oleh
hati sehingga menurunkan resiko atherosklerosis
d. Meningkatkan vaskularisasi pada kulit sehingga kulit halus dan lembut.
e. Keseimbangan elektrolit: meningkatkan retensi Na dan air
2. Progesteron
a. Mempersiapkan rahim untuk kehamilan (meningkatkan kelenjar sekretori
uterus dan menurunkan kontraksi uterus untuk mencegah expulsi pada ovum
yang tertanam
b. Meningkatkan sekresi mukosa tuba falopii untuk nutrisi ovum
c. Meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara.
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kelainan Menstruasi
LO.3.1 Definisi
Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan
alat reproduksi dan rangsangan hormonal yang berasal dari aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Oleh karena itu, gangguan haid dan
gangguan siklus haid dapat terjadi dari kelainan kedua faktor tersebut.
LO.3.2 Etiologi
1. Faktor psikologis yang dapat mengganggu keseimbangan hormonal.
2. Gangguan hormonal
a. Esterogen dominan
Anavulatoir
Granulosa sel tumor
Polikistik ovarii
b. Ovulatoir
Korpus luteum persisten
Korpus luteum insufisiensi
LO.3.3 Klasifikasi
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lama perdarahan pada haid
a. Hipermenorea atau Menoragia
Perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari normal (lebih
8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus,
misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih
luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip
endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid
(endometrium shedding).
b. Hipomenorea
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan lebih kurang dari
biasanya. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita,
pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan
endokrin, dll. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
2. Kelainan siklus
a. Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (< 21
hari).Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa
disebut polimenorea atau epimenoragia.
Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan ovulasi atau menjadi pendek masa luteal.
Sebab lain kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan
sebagainya.
b. Oligomenore
Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila siklusnya
kurang dari 3 bulan disebuta menorea. Perdarahan biasanya
berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita
tidak terganggu, fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya dengan
ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.
c. Amenorea
Adalah keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian amenorea primer dan
amenorea sekunder.
1. Amenorea primer, apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke
atas tidak pernah dapat haid, umumnya mempunyai sebab-sebab
yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan
kongenital, dan kelainan genetik.
2. Amenorea sekunder, apabila pernah mendapat haid, kemudian
tidak pernah dapat lagi, lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang
timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi,
gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dll.
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak
tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang
menghalangi misal pada ginatresia himenalis dll.
3. Perdarahan di luar siklus haid
a. Metroragia
Yang dimaksud adalah perdarah yang terjadi dalam masa antara 2
haid. Perdarahan tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau
2 jenis perdarahan yang menjadi satu, yang pertama metroragia dan
yang kedua menometroragia.
4. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid
a. Premenstrual tension
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya
mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid,
dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung
terus sampai haid berhenti.
Etiologi premenstrual tension tidak jelas, akan tetapi mungkin
satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara
estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan dan kadang-kadang edema.
b. Mittleschmerz
Mittleschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar
pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi. Hal ini terjadi karena
pecahnya folikel Graff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari.
Terkadang Mittelschmerz diikuti oleh perdarahan yang berasal dari
proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik yang
pecah. Diagnosa dibut berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan
bahwa nyerinya tidak mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai
mual atau muntah.
c. Mastalgia
Gejala mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum
haid.Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari
kadar estrogen. Terapi biasanya terdiri atas pemberian deuretikum,
sedang pada mastalgia keras kadang-kadang perlu diberikan
metiltestosteron 5 mg perhari secara sublingual. Bromokriptine
dalam dosis kecil dapat mengurangi penderitaan.
d. Disminorea (Nyeri Haid)
1) Dismenorea Primer (esensial, intrinsik, ideopatik), tidak terdapat
hubungan dengan kelainan ginekologik. Adalah nyeri haid yang
dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang nyata. Terjadi
beberapa waktu setelah menarche, biasanya 12 bulan atau lebih,
oleh karena siklus-siklus haid pada bulan pertama setelah
menarche umumnya bersifat anovulatoar yang tidak disertai
dengan rasa nyeri, rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam. Rasa nyeri ialah kejang berjangkit- jangkit,
biasanya terdapat pada perut bawah, tetapi dapat menyebar
kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri
disertai dengan mual, sakit kepala, muntah dll.
2) Dismenorea Sekunder (Ekstrinsik, yang diperoleh, acquired)
disebabkan oleh kelainan ginekologik.
LO.3.4 Patofisologi
Patofisiologi Dysfunction Uterine Bleeding (DUB)
1. PUD pada siklus avulatorik
Gangguan perdarahan ini biasanya terjadi pada wanita usia reproduksi
dengan jenis perdarahan yang terjadi dapat berupa: perdarahan siklus.
Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium, perdarahan
bercak pra dan pasca haid.
a. Fase proliferasi yang memendek, hal ini terjadi karena hipersensitif
ovarium terhadap FSH sehingga terjadi kenaikan kadar hormone E2
sampai mampu menimbulkan lonjakan LH yang lebih awal dan
ovulasi terjadi lebih awal. Perdarahan yang terjadi berupa
polimenorea.
b. Fase proliferasi yang memanjang, hal ini kurang sensitifnya ovarium
terhadap FSH atau timbul gangguan dari hipotalamus hipofise
sehingga perkembangan folikel terhambat dan kenaikan E2
terhambat sehingga ovulasi terhambat. Gangguan berupa perdarahan
pertengahan siklus haid, bercak pasca haid.
c. Kegagalan korpus luteum, berhubungan dengan rendahnya kadar
FSH pada saat lonjakan LH terjadi. Beberapa peneliti juga
menghubungkan hal ini dengan tingginya kadar prolaktin.
Perdarahan yang terjadi berupa polimenore, hipermenore atau
bercak pra haid.
d. Aktivitas korpus luteum yang memanjang, disebabkan terganggunya
umpan balik negatif, kadar LH tetap tinggi sehingga fase sekresi
berlangsung lama. Akibatnya kadar progesterone tetap tinggi
sehingga terjadi penurunan progesterone yang relatif. Keadaan ini
menyebabkan pelepasan endometrium terganggu sehingga
menyebabkan oligomenore dan diikuti hipermenore.
2. DUB pada siklus anovulatrik
Ovulasi tidak terjadi, kurpus luteum tidak terbentuk, kadar progesteron
berkurang, estrogen meningkat. Pada masa premenopous anovulasi
sering disebabkan kegagalan ovarium dalam menerima rangsangan
hormone FSH dan LH. Perdarahan yang terjadi berupa perdarahan yang
sedikit atau banyak bergumpal dalam siklus yang teratur maupun yang
tidak.
3. Perdarahan pada Folikel Persisten
Perdarahan dimaksud dengan folikel persiten adalah stagnasinya fase
perkembangan folikel dasatu fase ovulasi yang menyebabkan
rangsangan yang terus menerus dan menetap darai estrogen terhadap
endometrium sehingga terjadi hiperplasi endometrium. Hal ini sering
terjadi pada masa perimenopouse. Perdarahan terjadi pada tingkat
hiperplasia endometrium lanjut, atau apabila folikel tidak mampu lagi
menghasilkan estrogen maka akan terjadi perdarahan lucut estrogen.
LO.3.5 Manifestasi Klinis
1. Perdarahan lebih banyak atau lebih sedikit dari normal
2. Perdarahan lebih lama atau lebih pendek dari normal
3. Nyeri hingga mengganggu aktivitas, perut keram , kembung.
4. Gejala lainnya seperti menstruasi pada umumnya yaitu gejala Pra
Menstruasi Syndrome (PMS) dan nyeri haid (Disminorhea)

PMS (pre menstruasi syndrome) atau gejala pre-menstruasi, dapat


menyertai sebelum atau saat menstruasi. Antara lain:
1. Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa
lelah
2. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam
3. Emosi menjadi labil. Biasanya kita mudah uring-uringan, sensitif, dan
perasaan-perasaan negatif lainnya
4. Mengalami kram perut (dismenorrhoe)
5. Kepala nyeri
6. Pingsan
7. Berat badan bertambah, karena tubuh menyimpan air dalam jumlah
yang banyak
8. Pinggang terasa pegal
LO.3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
1. Anamnesis
Dokter akan menanyakan sejarah yang lengkap medis pasien. Informasi
ini dapat membantu menentukan apakah masalah menstruasi
disebabkan oleh kondisi medis lain. Sebagai contoh, non-menstruasi
kondisi yang dapat menyebabkan sakit perut termasuk usus buntu,
infeksi saluran kencing, kehamilan ektopik, dan sindrom iritasi usus
besar. Endometriosis dan fibroids dapat menyebabkan perdarahan berat
dan nyeri. Dokter mungkin bertanya pertanyaan-pertanyaan mengenai:
1. Pola siklus menstruasi - panjang waktu antara periode, jumlah hari
yang periode terakhir, jumlah hari perdarahan berat atau ringan
2. Kehadiran atau sejarah dari setiap kondisi medis yang mungkin
menyebabkan masalah haid
3. Setiap riwayat keluarga masalah haid
4. Sejarah nyeri panggul
5. Regular penggunaan obat (termasuk vitamin dan over-the-counter
obat-obatan)
6. Diet sejarah, kafein termasuk dan asupan alkohol
7. Masa lalu atau sekarang menggunakan kontrasepsi
8. Setiap stres peristiwa terakhir
9. Riwayat seksual
10. Harian menstruasi. Sebuah buku harian menstruasi adalah cara
yang membantu untuk 
melacak perubahan dalam siklus
menstruasi. Pasien dapat merekam saat periode mereka mulai,
berapa lama berlangsung, dan jumlah perdarahan dan nyeri yang
terjadi selama menstruasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan luar ginekologi
Pemeriksaan fisik umum:
1. Kesan umum: tampak sakit, kompos mentis, anemia, ikterus.
2. Kesadaran – komunikasi personal - tekanan darah – nadi – frekuensi
nafas – suhu 
badan.
3. Pemeriksaan jantung dan paru

Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu (kelenjar thyroid dan


kelenjar getah bening leher)
1. Banyak ahli ginekologi yang secara rutin memeriksa keadaan
kelenjar tiroid 
(pembesaran, pembengkakan, benjolan kecil)
2. Penyakit tiroid lebih sering mengenai wanita dan meningkat dengan
semakin 
bertambahnya usia.
3. Beberapa gangguan haid berkaitan dengan disfungsi tiroid.

Pemeriksaan khusus ginekologi


Inspeksi abdomen:
1. Pembesaran perut kearah depan yang berbatas jelas umumnya
disebabkan 
oleh kehamilan atau tumor.
2. Pembesaran perut kearah samping umumnya terjadi pada asites.
3. Striae, jaringan parut, peristaltik.

Palpasi abdomen:
1. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan atau
rectum terlebih dahulu.
2. Pasien diminta untuk berada pada posisi dorsal dan dalam keadaan
santai.
3. Palpasi dilakukan dengan menggunakan seluruh telapak tangan
berikut jari- jari 
dalam keadaan rapat yang dimulai dari bagian
hipochondrium secara perlahan-lahan dan kemudian diteruskan
kesemua bagian abdomen dengantekanan yang meningkat secara
bertahap.
4. Melalui pemeriksaan ini ditentukan apakah : Terdapat “defance
muscular” akibat peritonitis atau rangsangan peritoneum yang lain.
5. Apakah ada rasa nyeri tekan atau nyeri lepas
6. Dengan tekanan yang agak kuat serta menggunakan sisi ulnar
telapak tangan kanan 
dilakukan pemeriksaan untuk mencari
kelainan lain dalam cavum abdomen.
7. Bila dijumpai adanya masa tumor dalam cavum abdomen, tentukan
lebih lanjut 
mengenai:

Perkusi abdomen:
Bila dijumpai adanya pembesaran perut, dengan perkusi dapat
ditentukan apakah pembesaran perut tersebut disebabkan oleh cairan
bebas, udara (meteorismus) atau tumor

Auskultasi abdomen:
1. Penting untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (dengan
mencari denyut 
jantung janin).
2. Diagnosa ileus (paralitik atau hiperdinamik).
3. Menentukan pulihnya bising usus pasca pembedahan.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes darah dan hormonal
Tes darah dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang
menyebabkan gangguan menstruasi. Tes darah juga dapat
memeriksa follicle- stimulating hormon, estrogen, dan tingkat
prolaktin. Pasien yang memiliki menorrhagia mungkin mendapatkan
tes untuk gangguan perdarahan. Jika pasien kehilangan banyak
darah, mereka juga harus mendapatkan diuji untuk anemia.
Pasien
yang memiliki amenore mungkin perlu untuk menerima tes hormon
khusus. Uji tantangan progestasional menggunakan progesteron oral
atau disuntikkan untuk menguji lapisan rahim fungsional
(endometrium):
1) Perdarahan yang terjadi sampai 3 minggu setelah dosis
progesteron menunjukkan 
bahwa wanita memiliki tingkat
estrogen yang normal tetapi tidak berovulasi, terutama jika tiroid
dan prolaktin tingkat normal. Dalam kasus tersebut, dokter akan
memeriksa stres, berat badan baru-baru ini, dan setiap obat-
obatan. Hasil tersebut juga bisa menyarankan ovarium polikistik
atau stres.
2) Kegagalan untuk berdarah bisa menunjukkan rahim yang
abnormal yang mencegah keluar atau estrogen tidak cukup.
Dalam kasus tersebut, langkah berikutnya mungkin untuk
mengelola estrogen diikuti oleh progestin. Jika perdarahan terjadi
setelah itu, penyebab amenore berkaitan dengan kadar estrogen
rendah. Dokter kemudian akan memeriksa kegagalan ovarium,
anoreksia, atau penyebab lain dari estrogen rendah. Jika
pendarahan tidak terjadi, dokter akan memeriksa penghalang
yang mencegah aliran menstruasi.
b. Ultrasonografi
Teknik pencitraan standar untuk mengevaluasi rahim dan indung
telur, fibroid mendeteksi, kista ovarium dan tumor, dan penghalang
menemukan dalam saluran kemih. Ini menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar dari organ-organ. USG tidak
membawa risiko dan menyebabkan ketidaknyamanan sangat sedikit.

Prosedur Diagnostik Lainnya


1. Histeroskopi.
Histeroskopi adalah prosedur yang dapat mendeteksi keberadaan
fibroid, polip, atau penyebab lain dari perdarahan. Ini mungkin akan
ketinggalan kasus kanker rahim, bagaimanapun, dan bukan
merupakan pengganti lebih banyak prosedur invasif, seperti dilatasi
dan kuretase (D & C) atau biopsi endometrium, jika kanker
dicurigai.
Hal ini dilakukan dalam suasana kantor dan tidak
memerlukan sayatan. Prosedur menggunakan tabung fleksibel atau
kaku panjang yang disebut hysteroscope, yang dimasukkan ke dalam
vagina dan melalui leher rahim untuk mencapai rahim. Sebuah
sumber cahaya serat optik dan kamera kecil di tabung
memungkinkan dokter untuk melihat rongga. Rahim diisi dengan
garam atau karbon dioksida untuk mengembang rongga dan
memberikan tampilan yang lebih baik. Hal ini dapat menyebabkan
kram. Histeroskopi adalah non-invasif, namun banyak wanita
menemukan prosedur yang menyakitkan. Penggunaan semprotan
anestesi seperti lidokain dapat membantu dalam mencegah sakit dari
prosedur ini. Komplikasi lain termasuk penyerapan cairan yang
berlebihan, infeksi, dan perforasi uterus. Histeroskopi juga
dilakukan sebagai bagian dari prosedur bedah.
2. Laparoskopi
Diagnostik laparoskopi merupakan prosedur bedah invasif rendah,
saat ini satu-satunya metode definitif untuk mendiagnosa
endometriosis, penyebab umum dari dismenore. Hal ini juga dapat
digunakan untuk mengobati endometriosis. Laparoskopi biasanya
memerlukan anestesi umum, walaupun pasien bisa pulang hari yang
sama. Prosedur ini melibatkan menggembungkan perut dengan gas
melalui sayatan perut kecil. Sebuah tabung serat optik dilengkapi
dengan lensa kamera kecil (laparoskop) kemudian dimasukkan.
Dokter menggunakan laparoskop untuk melihat rahim, ovarium,
tuba, dan peritoneum (selaput panggul).
3. Biopsi endometrium.
Bila perdarahan berat atau abnormal terjadi, sebuah (rahim) biopsi
endometrium dapat dilakukan di kantor. Prosedur ini dapat
membantu mengidentifikasi sel-sel abnormal, yang menunjukkan
bahwa kanker dapat hadir. Hal ini juga dapat membantu dokter
menentukan pengobatan hormonal terbaik untuk digunakan.
Prosedur ini mungkin sering dilakukan tanpa anestesi, atau lokal
anestesi disuntikkan.
a. Pasien terletak di punggungnya dengan kaki di sanggurdi. Sebuah
alat (speculum) 
dimasukkan ke dalam vagina untuk terus
terbuka dan memungkinkan leher rahim 
untuk dilihat.
b. Serviks dibersihkan dengan cairan antiseptik dan kemudian
digenggam dengan 
instrumen (tenaculum) yang memegang
rahim stabil. Sebuah perangkat yang disebut dilator serviks
mungkin diperlukan untuk meregangkan kanalis servikalis jika
ada sesak (stenosis). Sebuah tabung, plastik kecil berongga
kemudian lembut dilewatkan ke dalam rongga rahim.
c. Hisap lembut menghapus sampel lapisan. Sampel jaringan dan
instrumen dihapus. Spesialis yang disebut ahli patologi
memeriksa sampel di bawah mikroskop.
4. Dilatasi dan kuretase (D & C).
D dan C (dilatasi dan kuretase) adalah suatu prosedur dimana saluran
vagina lembut diadakan terbuka dengan spekulum, dan leher rahim
membesar (melebar) dengan batang logam. Sebuah kuret kemudian
dilewatkan melalui kanalis servikalis ke dalam rongga rahim di
mana jaringan endometrium dikerok dan dikumpulkan untuk
pemeriksaan. Dilatasi dan kuretase (D & P) adalah prosedur yang
lebih invasive:
1. A D & C biasanya dilakukan dalam suasana rawat jalan sehingga
pasien dapat pulang pada hari yang sama, tetapi kadang-kadang
memerlukan anestesi umum. Ini mungkin perlu dilakukan di
ruang operasi untuk menyingkirkan kondisi serius atau mengobati
beberapa yang kecil yang dapat menyebabkan perdarahan.
2. Serviks (leher rahim) adalah berdilatasi (membuka).
3. Dokter bedah goresan lapisan dalam rahim dan leher rahim.
LO.3.7 Tatalaksana
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai
kemungkinan adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai
berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
Terapi Operatif, yakni dilatasi dan kuratase, dilakukan pada yang sudah
menikah atau life saving untuk yang belum menikah.
Terapi Hormonal
1. Golongan Esterogen
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat
(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani
kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis
lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
a. Estrogen konjugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10
hari.
b. Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui
bokong)
c. Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan
diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara
intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15
menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.
Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4
jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut
melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek
langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan
agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat menghentikan
perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau
inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder
akibat depot progestogen (Depo Provera). Keberatan terapi ini ialah
bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
2. Golongan Progesteron
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone
mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk
jenis ini, antara lain:
a. Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum
selama 7 10 hari.
b. Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
c. Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular
3. OAINS
Menoragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid.
Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika
diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang
diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada
onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan
berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi
(mensturual blood loss / MBL) dan manfaatnya paling besar pada DUB
ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.
LO.3.8 Komplikasi
1. Anemia berat sampai syok
2. Perforasi (saat dilatasi atau kuratase)
LO.3.9 Pencegahan
1. Berolahraga secara rutin
2. Mengelola stress dengan baik
3. Menjaga berat badan yang sehat
4. Menjaga diet yang seimbang
LO.3.10 Prognosis
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Istihadhah


LO.4.1. Perbedaan Haid dan Istihadhah
Haid
1. Definisi Haid.
Haid secara bahasa bermakna mengalir. Adapun secara istilah, Al-
Bahuti berkata, “Dia adalah darah kebiasaan wanita yang berasal dari
dasar rahim, pada waktu-waktu tertentu.” (Ar-Raudh Al-Murbi’ -
Hasyiah Ibni Qasim-: 1/370) Dan sebagian ulama ada yang
menambahkan definisinya: Bukan dikarenakan sebab melahirkan.
2. Ciri-Ciri Darah Haid.
Dia adalah darah tebal yang keluar dari rahim, berwarna hitam lagi
busuk baunya, dan setelah keluar tetap dalam keadaan cair.
3. Najisnya Darah Haid.
Darah haid adalah najis berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Mereka
bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu
kotoran (najis).” (QS. Al-Baqarah: 222). Adapun dari As-Sunnah,
maka Rasulullah bersabda tentang pakaian yang terkena darah haid,
“Hendaknya dia mengeruknya lalu menggosoknya dengan air lalu
menyiramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Asma` bintu Abi
Bakr).
4. Penentuan Masa Haid.
Ada dua perkara yang dijadikan sandaran dalam menentukan masa
haid:
a) Adat. Yaitu lama biasanya darah haid keluar dari seorang wanita
setiap bulannya. Misalnya kalau setiap bulan darah haidnya keluar
selama 7 hari, maka berarti adat haidnya 7 hari. Kalau biasanya haid
keluar setiap akhir bulan selama sekitar 5 atau 6 hari, maka berarti
adat dia setiap akhir bulan berkisar antara 5 atau 6 hari. Demikian
seterusnya. Dalilnya adalah sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam-
kepada Fathimah binti Jahsy, “… akan tetapi tinggalkanlah shalat
selama hari-hari yang biasanya kamu haid pada hari-hari itu.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)
b) Tamyiz. Yaitu dengan memperhatikan darah yang keluar dari
kemaluannya. Kalau yang keluar sesuai dengan ciri-ciri haid yang
telah disebutkan di atas maka berarti dia sekarang terkena haid. Tapi
kalau tidak sesuai dengan ciri-ciri haid maka berarti dia tetap suci
walaupun ada darah yang keluar. Dalilnya adalah sabda Nabi -
shallallahu alaihi wasallam- kepada Fathimah binti Abi Hubaisy
yang terkena istihadhah, “Itu hanyalah urat yang pecah dan bukan
darah haid. Kalau darah haid sudah datang maka tinggalkanlah
shalat dan kalau dia sudah berlalu maka cucilah darah darimu lalu
shalatlah.” (HR. Al-Bukhari no. 306 dan Muslim no. 333)
5. Tanda Datang dan Selesainya Haid.
Datangnya haid ditandai dengan keluarnya darah hitam lagi busuk, pada
waktu-waktu yang biasanya dia haid disitu.
Adapun selesainya haid, maka bisa diketahui dengan dua cara:
a) Keluarnya al-qashshah al-baidha`, yaitu cairan putih yang keluar
dari kemaluannya di akhir masa adat haid. Aisyah -radhiallahu anha-
berkata kepada para wanita, “Janganlah kalian tergesa-gesa (mandi
suci) sampai kalian melihat al-qashshah al-baidha`,” yang dia
maksudkan adalah tanda suci dari haid. (HR. Malik hal. 59 dan
Abdurrazzaq: 1/302)
b) Dengan al-jufuf, yaitu seorang wanita meletakkan kain katun atau
yang semacamnya ke dalam kemaluannya, kalau kainnya kering
maka berarti dia telah suci.

Istihadhah
Perbedaan antara darah istihadlah dengan darah haid adalah darah haid
merupakan darah alami, biasa dialami wanita normal dan keluarnya dari
rahim sedangkan darah istihadlah keluar karena pecahnya urat, sifatnya
tidak alami (tidak mesti dialami setiap wanita) dan keluarnya dari urat
yang ada di sisi rahim. Ada perbedaan lain dari sifat darah haid bila
dibandingkan dengan darah istihadlah:
a) Perbedaan warna. Darah haid umumnya hitam sedangkan darah
istihadlah umumnya merah segar.
b) Kelunakan dan kerasnya. Darah haid sifatnya keras sedangkan
istihadlah lunak.
c) Kekentalannya. Darah istihadlah mengental sedangkan darah haid
sebaliknya.
d) Aromanya. Darah haid beraroma tidak sedap/busuk.

1. Ciri-ciri Istihadhah
a. Wanita umur sembilan tahun yang mengeluarkan darah.
b. Wanita yang keluar darah melebihi batasan haid sebanyak 15 hari
dan malamnya. Atau wanita yang mengeluarkan darah kurang dari
24 jam atau satu hari dan malamnya.
c. Wanita yang mengeluarkan darah melebihi batasan masa nifas
sebanyak 60 hari dan malamnya.
d. Wanita didatangi darah sebanyak dua kali yang diselangi dengan
masa suci kurang dari 15 hari dan malamnya.
2. Hukum Istihadhah
a. Tidak wajib mandi ketika ingin mengerjakan solat wajib ataupun
sunat pada bila-bila masa. Kecuali satu kali ketika haidnya sudah
berhenti.
b. Orang Istihadhah wajib berwuduk setiap kali hendak mengerjakan
solat.
c. Hendaklah ia membasuh kemaluannya sebelum berwuduk dan
kemudian ia menutup kemaluannya dengan sehelai kain atau kapas
untuk menahan atau mengurangi najis daripada terus keluar. Jika
cara ini tidak berjaya menahan darah istihadhah, maka hendaklah ia
menyumbat atau mengikat kemaluannya supaya tidak bocor.
d. Tidak menjadi halangan bagi suami yang ingin menjimak isterinya
ketika istihadhah. Ini merupakan pendapat mejoriti para ulamak,
kerana ia tidak mempunyai satu dalilpun yang mengharamkannya.
e. Hukum wanita istihadhah sama sepertimana wanita yang suci
daripada haid dan nifas. Wanita istihadhah boleh mengerjakan solat,
puasa, tawaf, membaca Al-Quran, menyertuh Al-Quran dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta: EGC.

Hanifa, W. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta:


1997

Buku Ringkasan Shahih Muslim karangan Imam Al-Mundziri hal.81 kitab Haid

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.


1981. Ginekologi.Elstar Offset, Bandung.

Disfunctional Uterine Bleeding in Novack Gynecology. Philladelphia. Lippincot


&William.inc. 2002: 575-591.

Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kandungan edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

http://al-atsariyyah.com

Anda mungkin juga menyukai