KELOMPOK B – 7
KETUA : YANA DWI SUCIATI
SEKRETARIS : MUHAMMAD LUTFI KURNIA
ANGGOTA : YUDHA KUSUMA CAHYADI 1102012313
TIARA MEUTIA PUTRI 1102012295
OLIVIA TANJUNG 1102014204
MUHAMMAD ILHAM KHATAMI 1102015249
PUTRI AYU KARTIKASARU 1102015181
REYSAHARIF YUANSAFIKRI 1102015197
SITI RODHIA DARWIN 1102015228
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017
SKENARIO 3
MENSTRUASI TERGANGGU
Seorang wanita, 20 tahun, mahasiswi Universitas Yarsi, datang ke Poiliklinik RS dengan
keluhan haid tidk teratur yaitu sejak 6 bulan yang lalu. Setiap haid lamanya 2-3 minggu.
Dua hari ini, haid banyak sekali (5 x ganti pembalut sehari). Pasien mendapatkan haid
yang pertama sejak usia 12 tahun, teratur tiap bulan.
Pemeriksaan fisik di dapatkan:
Keadaan umum : tampak pucat
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Jantung dan paru : dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang
USG Ginekologi: uterus bentuk dan ukuran normal, ovarium kanan dan kiri normal.
Tidak tampak masa pada adneksa kanan dan kiri.
Lab darah rutin: Hb 10 g/dL, trombosit 300.000/uL, lain-lain normal.
1. Fluksus : cairan yang keluar dari vagina dengan jumlah yang banyak
2. Adneksa : jaringan yang berada di sekitar rahim
3. Isthihadah : darah penyakit yang keluar dari otot bagian rahim
4. Fundus uteri : uterus bagian proksimal
Pertanyaan:
1. Berapa siklus normal menstruasi?
2. Mengapa haid tidak teratur?
3. Mengapa pasien haid nya banyak dan lama?
4. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan haid tidak teratur?
5. Apa yang membedakan haid dengan istihadah?
6. Hormon apa saja yang memengaruhi siklus haid?
7. Apa yang menyebabkan ketidakseimbangan hormonal?
8. Apa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
9. Pada umur berapa sering terjadi gangguan hormonal?
10. Kenapa pasien tampak pucat?
11. Berapa lama waktu haid menurut pandangan Islam?
12. Apa penatalaksaan untuk pasien ini?
13. Ibadah apa yang diperbolehkan pada saat istihadah?
14. Apakah normal jika fundus uteri tidak teraba di atas simfisis?
Jawaban:
1. 28 – 35 hari
2. Karena terjadi gangguan hormonal
3. Estrogen meningkat menyebabkan haid lama. Terjadi penebalan endometrium
dan kadar hormon FSH dan LH banyak menyebabkan haid banyak
4. Stress, penyakit, makanan, obat – obatan dan hormonal
5. Istihadah tidak bersiklus lebih dari 14 hari sedangkan haid bersiklus
6. FSH, LH, estrogen dan progesteron
7. Stress, penyakit, makanan, obat – obatan dan hormonal
8. USG ginekologi dan pemeriksaan kadar hormon
9. Setelah menstruasi
10. Karena banyak keluar darah menyebabkan Hb menurun sehingga terjadi pucat
11. 15 hari. Lebih dari 15 hari termasuk istihadah
12. Dilakukan terapi hormonal dan untuk non farmako bisa dilakukan diet
13. Hukumnya sama seperti wanita suci
14. Normal, karena pasien tidak hamil
HIPOTESIS
Kelainan haid dapat terjadi karena adanya gangguan hormonal yang disebabkan
oleh stres, makanan, keadaan patologis, obat – obatan dan hormonal. Untuk menegakkan
diagnosis dapaat dilakukan pemeriksaan USG Ginekologi dan pemeriksaan hormon.
Penatalaksaan yang dapat diberikan yaitu terapi hormonal. Dalam pandangan Islam,
wanita istihadah diperbolehkan melakukan ibadah seperti wanita suci.
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan menjelaskan anatomi organ-organ sistem reproduksi wanita
LO.1.1. Makroskopik
LO.1.2. Mikroskopik
LI.2. Memahami dan menjelaskan fisiologi menstruasi dan hormon yang mempengaruhi
LI.3. Memahami dan menjelaskan kelainan menstruasi
LO.3.1. Definisi
LO.3.2. Etiologi
LO.3.3. Klasifikasi
LO.3.4. Patofisiologi
LO.3.5. Manifestasi klinis
LO.3.6. Diagnosis dan diagnosis banding
LO.3.7. Tata laksana
LO.3.8. Komplikasi
LO.3.9. Pencegahan
LO.3.10. Prognosis
LI.4. Memahami dan menjelaskan haid dan isthihadah dalam sudut pandang Islam.
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
LO.1.1 Makroskopik
1. Genitalia Eksterna
Vulva
a. Mons Pubis
Juga disebut mons veneris, bantalan berisi lemak terletak di simfisis
pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis ditutupi oleh rambut
keriting yang membentuk perisai (escutcheon).
b. Labium Majus Pudendi
Panjangnya 7-8 cm, kedalamn 2-3 cm, ketebalan 1-1,5 cm. Di
superior, menyatu secara langsung pada mons pubis, dan
ligamentum bulat berakhir di batas atasnya. Di posterior, labium
majus pudendi meruncing dan menyatu di daerah perineum
membentuk komisura postrerior.
c. Labium Minus Pudendi
Masing-masing merupakan lipatan tipis jaringan, yang terletak
medial dari tiap labium majus pudendi. Meluas ke superior, yang
masing-masingnya terbagi menjadi dua lamella. Kedua bagian yang
di bawah menyatu membentuk frenulum klitoridis, dan kedua bagian
yang di atas menyatu membentuk prepusium klitoridis. Di inferior,
labium minus pudendi meluas mencapai garis tengah sebagai
punggung jaringan rendah yang menyatu membentuk Fourchette.
d. Klitoris
Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus
cavernosum yang merupakan jaringan erektil di dalam selaput tipis
jaringan ikat dan sebagian diantaranya menyatu sepanjang tepi
medial untuk membentuk korpus klitoris. (Cunningham et all, 2017)
Uterus
a. Organ muskular berongga, berbentuk mirip buah pir, dan berdinding
tebal. Dapat dibagi menjadi dua bagian utama: corpus dan cervix.
b. Corpus uteri, yang membentuk dua pertiga superior organ, meliputi
fundus uteri, bagian bundar yang terletak di atas ostium tuba uterina.
Corpus terletak di antara lapisan-lapisan ligamentum latum dan
dapat bergerak secara bebas. Corpus dibatasi dari cervix oleh
isthmus uteri.
c. Cervix uteri adalah sepertiga inferior uterus yang relatif sempit,
silindris, panjang sekitar 2,5 cm pada perempuan dewasa yang tidak
hamil.
d. Dinding corpus uteri terdiri dari tiga lapisan:
1) Perimetrium
Lapisan serosa terdiri dari peritoneum yang disokong oleh lapisan
tipis jaringan ikat.
2) Myometrium
Selubung tengah otot polos, menjadi sangat terdistensi selama
kehamilan.
3) Endometrium
Lapisan mukosa dalam sangat kuat menempel pada myometrium
di bawahnya. Endometrium secara aktif terlibat pada siklus
menstruasi.
e. Suplai arterial uterus terutama berasal dari arteria uterina, dengan
suplai kolateral potensial dari arteria ovarica. (Keith L. Moore &
Arthur F. Dalley, 2013)
Tuba Uterina
a. Tuba uterina atau tuba fallopi membawa oosit (ovum), dikeluarkan
setiap bulan dari ovarium selama usia subur, dari cavitas peritonealis
perovarian ke cavitas uteri. Tuba uterina juga menjadi tempat
terjadinya fertilisasi.
b. Tuba uterina (panjang kira-kira 10 cm) terletak dalam mesosalpinx
pada ujung bebas ligamentum latum.
c. Tuba uterina dapat dibagi menjadi empat bagian dari lateral ke
medial:
1) Infundibulum
Ujung distal berbentuk corong pada tuba yang bermuara ke dalam
cavitas peritonealis melalui ostium abdominalis; prosesus seperti
jari pada ujung berfimbria infundibulum (fimbria) menyebar pada
permukaan medial ovarium; satu fimbria ovarian besar melekat
pada polus superior ovarium.
2) Ampulla
Bagian tuba yang paling lebar dan panjang, yang dimulai pada
ujung medial infundibulum; fertilisasi oosit biasanya terjadi
dalam ampulla.
3) Isthmus
Bagian tuba yang berdinding tebal, yang masuk cornu uteri.
4) Bagian uterina
Segmen intramural pendek pada tuba yang berjalan melalui
dinding uterus dan bermuara melalui ostium uteri ke dalam
cavitas uteri pada cornu uteri. (Keith L. Moore & Arthur F.
Dalley, 2013)
Ovarium
a. Terletak dalam rongga pelvis.
b. Terdiri dari dexter dan sinister.
c. Terletak di dalam pelvis minor.
d. Berbentuk bulat memanjang, agak pipih (seperti buah almond
dengan ukuran 3x1, 5x1 cm)
e. Terdiri dari cortex (luar) dan medulla (sebelah dalam, berisi
pembuluh darah, limfe dan saraf).
f. Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum.
g. Difiksasi oleh:
1) Ligamentum suspensorium ovarii (Ligamentum infundibulo
pelvicum): ligamentum ini menggantungkan ovarium pada
dinding panggul atau pelvis antara sudut tuba.
2) Ovarium melekat ke uterus oleh ligamentum ovarii proprium.
3) Melekat ke ligamentum latum oleh mesovarium.
4) Dilekatkan oleh mesosalphinx pada tuba uterina.
5) Ligamentum teres uteri (ligamentum rotundum): terdapat
dibagian atas lateral dari uterus, caudal dari tuba, kedua
ligamentum ini melalui canalis inguinalis ke bagian cranial
labium majus. Pada saat kehamilan mengalami hipertropi dan
dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
LO.1.2 Mikroskopik
Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh satu lapisan epitel kuboid, yang juga
disebut epitel germinal. Jaringan ikat fibrosa akan membentuk kapsul
tipis, albuginea tunika, langsung di bawah epitel. Di sebelah dalam
terdapat tunika albugenia (jaringan ikat penyebab ovarium berwarna
putih).
Seperti organ lain, ovarium dibagi menjadi korteks luar dan
medula. Korteks terdiri dari stroma jaringan ikat yang sangat selular di
mana folikel ovarium yang tertanam. Medula terdiri dari jaringan ikat
longgar, yang berisi pembuluh darah dan saraf. Jaringan dasar ovarium
disebut stroma.
Daerah korteks: mengandung banyak folikel telur yang masing-
masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel
folikel adalah oosit beserta sel granulosa yang mengelilinginya. Terdapat
tiga macam folikel yaitu:
a. Folikel primordial: terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepi
yang dialapisi sel folikel berbentuk pipih.
b. Folikel primer: terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel
granulosa) berbentuk kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida.
Adalah suatu lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel-
sel granulosa.
c. Folikel sekunder: terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulosa
berbentuk kubus berlapis banyak atau disebut staratum granulosa.
d. Folikel tersier: terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya
bertambah besar. Terdapat beberapa celah antrum diantara sel-sel
granulosa. Dan jaringan ikat stroma di luar stratum granulosa
membentuk theca intern (mengandung banyak pembuluh darah)
dan theca extern (banyak mengandung serat kolagen).
e. Folikel Graff: disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah
siap diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa
lapis sel granulosa berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum
disebut cumulus ooforus. Sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit
disebut korona radiate . Antrum berisi liquor follicul yang mengandung
hormone esterogen.
Gambar 4. Ovarium (Victor P. Eroschenko, 2014)
Korpus Luteum
a. Terbentuk setelah ovulasi dan pembesaran oosit sekunder.
b. Luteinizing Hormone (LH) menyebabkan hipertropi dan luteinisasi sel
granulosa dan sel teka interna.
c. LH menyebabkan pengeluaran esterogen dan peningkatan jumlah
progesteron.
d. Tanpa fertilisasi, korpus luteum aktif selama sekitar 12 hari sebelum
regresi.
e. Regresi akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan parut korpus
albikans.
f. Setelah regresi, efek inhibitorik esterogen dan progesteron menghilang.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Haid dan Hormon yang Mempengaruhi
Sistem hormon perempuan terdiri atas tiga hierarki hormone sebagai berikut:
1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepas-gonadotropin (GnRH).
2. Hormon seks hipofisis anterior, hormone perangsang folikel (FSH) dan hormone
luteinisasi (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH
dari hipotalamus.
3. Hormon-hormon ovarium, esterogen dan progesterone, yang disekresi oleh
ovarium sebagai respons terhadap pkedua hormone seks perempuan dari
kelenjar hipofisis anterior.
Siklus Ovarium
Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seks bergantung seluruhnya pada
hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior. Durasi rata-rata siklus ovarium adalah sekitar 28 hari, dengan kisaran 25
hingga 32 hari. Pada usia 9 sampai 12 tahun, hipofisis secara progresif mulai
menyekresi lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya siklus seks
bulanan normal yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun. Periode perubahan ini
disebut pubertas, dan saat terjadinya siklus menstruasi pertama disebut menarke.
FSH maupun LH merupakan glikoprotein kecil dengan berat molekul sekitar
30.000.
1. Fase Folikular atau Praovulasi Ovarium
Ketika seorag anak perempuan dilahirkan, tiap ovum diselubungi oleh selapis
sel granulosa; ovum dengan selubung sel granulosa tersebut, disebut folikel
primordial.
Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari
ovum, yang diameternya meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat.
Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan di
sebagian folikel; folikel-folikel ini disebut folikel primer.
Palpasi abdomen:
1. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan atau
rectum terlebih dahulu.
2. Pasien diminta untuk berada pada posisi dorsal dan dalam keadaan
santai.
3. Palpasi dilakukan dengan menggunakan seluruh telapak tangan
berikut jari- jari
dalam keadaan rapat yang dimulai dari bagian
hipochondrium secara perlahan-lahan dan kemudian diteruskan
kesemua bagian abdomen dengantekanan yang meningkat secara
bertahap.
4. Melalui pemeriksaan ini ditentukan apakah : Terdapat “defance
muscular” akibat peritonitis atau rangsangan peritoneum yang lain.
5. Apakah ada rasa nyeri tekan atau nyeri lepas
6. Dengan tekanan yang agak kuat serta menggunakan sisi ulnar
telapak tangan kanan
dilakukan pemeriksaan untuk mencari
kelainan lain dalam cavum abdomen.
7. Bila dijumpai adanya masa tumor dalam cavum abdomen, tentukan
lebih lanjut
mengenai:
Perkusi abdomen:
Bila dijumpai adanya pembesaran perut, dengan perkusi dapat
ditentukan apakah pembesaran perut tersebut disebabkan oleh cairan
bebas, udara (meteorismus) atau tumor
Auskultasi abdomen:
1. Penting untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (dengan
mencari denyut
jantung janin).
2. Diagnosa ileus (paralitik atau hiperdinamik).
3. Menentukan pulihnya bising usus pasca pembedahan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes darah dan hormonal
Tes darah dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang
menyebabkan gangguan menstruasi. Tes darah juga dapat
memeriksa follicle- stimulating hormon, estrogen, dan tingkat
prolaktin. Pasien yang memiliki menorrhagia mungkin mendapatkan
tes untuk gangguan perdarahan. Jika pasien kehilangan banyak
darah, mereka juga harus mendapatkan diuji untuk anemia.
Pasien
yang memiliki amenore mungkin perlu untuk menerima tes hormon
khusus. Uji tantangan progestasional menggunakan progesteron oral
atau disuntikkan untuk menguji lapisan rahim fungsional
(endometrium):
1) Perdarahan yang terjadi sampai 3 minggu setelah dosis
progesteron menunjukkan
bahwa wanita memiliki tingkat
estrogen yang normal tetapi tidak berovulasi, terutama jika tiroid
dan prolaktin tingkat normal. Dalam kasus tersebut, dokter akan
memeriksa stres, berat badan baru-baru ini, dan setiap obat-
obatan. Hasil tersebut juga bisa menyarankan ovarium polikistik
atau stres.
2) Kegagalan untuk berdarah bisa menunjukkan rahim yang
abnormal yang mencegah keluar atau estrogen tidak cukup.
Dalam kasus tersebut, langkah berikutnya mungkin untuk
mengelola estrogen diikuti oleh progestin. Jika perdarahan terjadi
setelah itu, penyebab amenore berkaitan dengan kadar estrogen
rendah. Dokter kemudian akan memeriksa kegagalan ovarium,
anoreksia, atau penyebab lain dari estrogen rendah. Jika
pendarahan tidak terjadi, dokter akan memeriksa penghalang
yang mencegah aliran menstruasi.
b. Ultrasonografi
Teknik pencitraan standar untuk mengevaluasi rahim dan indung
telur, fibroid mendeteksi, kista ovarium dan tumor, dan penghalang
menemukan dalam saluran kemih. Ini menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar dari organ-organ. USG tidak
membawa risiko dan menyebabkan ketidaknyamanan sangat sedikit.
Istihadhah
Perbedaan antara darah istihadlah dengan darah haid adalah darah haid
merupakan darah alami, biasa dialami wanita normal dan keluarnya dari
rahim sedangkan darah istihadlah keluar karena pecahnya urat, sifatnya
tidak alami (tidak mesti dialami setiap wanita) dan keluarnya dari urat
yang ada di sisi rahim. Ada perbedaan lain dari sifat darah haid bila
dibandingkan dengan darah istihadlah:
a) Perbedaan warna. Darah haid umumnya hitam sedangkan darah
istihadlah umumnya merah segar.
b) Kelunakan dan kerasnya. Darah haid sifatnya keras sedangkan
istihadlah lunak.
c) Kekentalannya. Darah istihadlah mengental sedangkan darah haid
sebaliknya.
d) Aromanya. Darah haid beraroma tidak sedap/busuk.
1. Ciri-ciri Istihadhah
a. Wanita umur sembilan tahun yang mengeluarkan darah.
b. Wanita yang keluar darah melebihi batasan haid sebanyak 15 hari
dan malamnya. Atau wanita yang mengeluarkan darah kurang dari
24 jam atau satu hari dan malamnya.
c. Wanita yang mengeluarkan darah melebihi batasan masa nifas
sebanyak 60 hari dan malamnya.
d. Wanita didatangi darah sebanyak dua kali yang diselangi dengan
masa suci kurang dari 15 hari dan malamnya.
2. Hukum Istihadhah
a. Tidak wajib mandi ketika ingin mengerjakan solat wajib ataupun
sunat pada bila-bila masa. Kecuali satu kali ketika haidnya sudah
berhenti.
b. Orang Istihadhah wajib berwuduk setiap kali hendak mengerjakan
solat.
c. Hendaklah ia membasuh kemaluannya sebelum berwuduk dan
kemudian ia menutup kemaluannya dengan sehelai kain atau kapas
untuk menahan atau mengurangi najis daripada terus keluar. Jika
cara ini tidak berjaya menahan darah istihadhah, maka hendaklah ia
menyumbat atau mengikat kemaluannya supaya tidak bocor.
d. Tidak menjadi halangan bagi suami yang ingin menjimak isterinya
ketika istihadhah. Ini merupakan pendapat mejoriti para ulamak,
kerana ia tidak mempunyai satu dalilpun yang mengharamkannya.
e. Hukum wanita istihadhah sama sepertimana wanita yang suci
daripada haid dan nifas. Wanita istihadhah boleh mengerjakan solat,
puasa, tawaf, membaca Al-Quran, menyertuh Al-Quran dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta: EGC.
Buku Ringkasan Shahih Muslim karangan Imam Al-Mundziri hal.81 kitab Haid
Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kandungan edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
http://al-atsariyyah.com