Anda di halaman 1dari 11

2.

Material dan Metode


2.1. Material
Enam belas gigi molar pertama rahang bawah manusia dikumpulkan dari sebuah klinik
gigi dari pasien dengan usia berkisar antara 25-35 tahun. Gigi yang dikumpulkan dibersihkan
dari kotoran dan darah dengan sikat gigi dan sabun di bawah air mengalir setelah disimpan
dalam 1% H2O2 selama 24 jam. Gigi yang dikumpulkan diperiksa dengan menggunakan
mikroskop cahaya (PHMG, Olympus Optical Co. Ltd., Tokyo, Jepang) untuk memilih gigi molar
yang bebas dari retakan [45]. Gigi yang diekstraksi disimpan dalam 0,2% Sodium Azide
(memiliki aktivitas antibakteri) pada suhu kamar sebelum preparasi dan restorasi [46]. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam Tabel 1.

2.2. Persiapan Spesimen


Gigi yang utuh dipasang pada auto-polymerizing acrylic resin blocks (Pekatray, Bayer
Dental Leverkusen, Jerman) yang dibatasi oleh stainless steel holders. Masing-masing holder
memegang tiga gigi dengan posisi mahkota pada kontak proksimal dan sumbu panjang sejajar
dengan sisi [47]. Gigi di antara gigi aksial digunakan hanya untuk mendapatkan area kontak
yang kuat seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (a). Kavitas kelas II (oklusomesial) disiapkan
dengan kotak oklusal dimensi kedalaman 2,5 mm dan lebar 2 mm. Kotak proksimal kedalaman
3,5 mm dan lebar 3 mm dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar1 (b), menggunakan
handpiece kecepatan tinggi (NSK, Tokyo, Jepang) dengan continuous air-water cooling system
[45].
Untuk membuat kavitas oklusomesial standar dengan bentuk dan ukuran yang pasti,
persiapan dibuat dengan menggunakan cylindrical diamond bur (Mani, Tokyo, Jepang) dengan
karet yang disesuaikan dengan kedalaman yang dibutuhkan [48-48], seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1 (c). Untuk menyesuaikan lebar kavitas, digunakan vernier caliper. Sebuah titik
baru digunakan untuk setiap tiga preparasi dengan standar ketajaman dan efisiensi pemotongan
diamond instrument untuk semua spesimen.
Vernier caliper (jangka sorong) adalah alat ukur linier serupa dengan mistar ukur. 1 Pada
bagian batang ukurnya terdapat skala utama dengan cara pembacaan yang sama seperti mistar
ukur. Di samping skala utama, vernier caliper dilengkapi juga dengan skala tambahan yang
disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian jangka
sorong.2 Ketelitian jangka sorong bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter.

2.3. Pengelompokan Spesimen


Enam puluh molar dibagi menjadi tiga kelompok utama sesuai dengan jenis resin
komposit yang digunakan. Setiap kelompok terdiri dari 20 gigi. Pada kelompok I Surefil
digunakan sebagai bahan restoratif, pada kelompok II digunakan Esthet-X-Improved, sedangkan
pada kelompok III digunakan Glacier. Setiap kelompok dibagi menjadi empat subkelompok
(masing-masing lima gigi) menurut interval penyimpanan (24 jam, satu minggu, dua minggu dan
tiga minggu) [50].

2.4. Prosedur Restoratif


Setelah persiapan masing-masing gigi, kavitas dikeringkan dengan menggunakan gentle
air blast dan matriks transparan pada matriks retainer tofflemire (ProduitsDentaires SE, Swiss)
digunakan dan dipegang dengan light reflecting wedges (Dentalez Group, Malvern, USA) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1 (d). Phosphoric acid etchant gel 37% diaplikasikan pada
enamel dan dentin seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (e), dan dibiarkan selama 15 detik. Setelah
itu dicuci dengan semprotan air selama sepuluh detik dan udara dikeringkan dengan oil free
compressed air. Kelebihan air dikeluarkan tanpa mengeringkan dentin [45]. Prime & Bond NT
bonding agent diaplikasikan pada etsa enamel dan dentin dengan menggunakan disposable
applicator tip seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (f), selama 20 detik.
Kelebihannya disemprotkan dengan udara secara perlahan selama lima detik sampai
diperoleh tampilan glossy yang sama, kemudian bonding agent di light cured (MEGA-PHYSIK
Dental, D-76437-Rastatt, Jerman) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (g), selama sepuluh
detik dengan light curing unit (Chromalux light cure unit). Pada semua spesimen komposit
diaplikasikan pada kavitas menggunakan teknik incremental, Gambar 1 (h). Ketebalan masing-
masing incremental sekitar 2 mm dan setiap incremental dicuring selama 20 detik sesuai
instruksi pabrik.

2.5. Prosedur Curing


Menurut petunjuk pabrik, lapisan pertama diaplikasikan dengan kondensor yang sesuai
(Compo-Sculp: DD 3, Sutr dental manufacturing, CHICO, CA). Resin komposit disesuaikan
dengan dasar kavitas dan dinding, kemudian light cure selama 20 detik. Lapisan kedua
diaplikasikan dengan cara yang sama, permukaan anatomi oklusal di ukir menggunakan
instrument shaping-sculpting (Compo-Sculp: DD 1, 2, Sutr dental manufacturing, CHICO, CA)
dan di light cure selama 20 detik seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Spesimen preparasi

2.6. Finishing dan Polishing


Finishing segera dilakukan, kelebihan kotoran dibuang dan bentuk outline form dibuat
dengan diamond finishing instruments. Finishing tambahan dilakukan dengan menggunakan
sistem finishing "Enhance" (Dentsply Caulk, Mil ford, DE 19963-0359, AS) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1 (j). Dibuat mengkilap dengan menggunakan "Pogo" satu langkah
diamond micro-polisher system (Dentsply Caulk, Mil ford, DE 19963-0359, AS), sesuai dengan
petunjuk dari pabriknya. Semua spesimen dikenakan total sebesar enam bulan secara in vitro
disimulasikan secara in vivo [51], dengan membuka restorasi pada siklus termal dan mechanical
loading (Laboratorium Konservatif, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Tanta, Mesir).
2.7. Siklus Ternal
Untuk siklus termal, semua spesimen di thermocycled antara 5 ± 2 ° C dan 55 ± 2 ° C
selama 300 siklus, dengan dwell time selama 2 menit dan transfer time selama 10 detik [51].

2.8. Load Cycling


Semua spesimen dipasang pada cincin pemasangan. Cincin pemasangan terpasang pada
bagian bawah custom-made loading machine yang berperan sebagai elemen mandibula,
sementara beban uniaksial 49 N diaplikasikan dengan menggunakan batang logam bulat yang
tertarik pada bagian atas mesin, Gambar 2 .

Gambar 2. Gambar skematik load cycling machine

Diameter 3 mm dari akar dipilih untuk memungkinkan restorasi kontak. Sebuah cam
terpasang di antara dua bagian yang menstabilkan tingkat pembukaan (10 cm) bagian mandibula
sesuai pengukuran yang diambil dari gerakan sendi tempromandibula yang alami. Semua
spesimen dikenai 120.000 siklus pembebanan yang sesuai dengan clicical service enam bulan
sehingga mensimulasikan kondisi klinis sebanyak mungkin [51]. Masing-masing kelompok
terbagi menjadi empat sub kelompok menurut interval waktu penyimpanan. Spesimen
subkelompok disimpan dalam air liur buatan satu hari, satu minggu, dua minggu dan tiga
minggu.

2.9. Dept of Cure Test


Kedalaman cure dari resin yang diaktivasi oleh sinar tampak telah menjadi subjek dari
penelitian laboratorium. Bahkan setelah dari 25 tahun digunakan di klinik masih ada kontroversi
tentang kedalaman cure dari resin yang diaktivasi oleh sinar tampak. Sejumlah teknik yang
berbeda telah digunakan untuk mengukur sifat resin komposit yang terpolimerisasi yang paling
jauh dari sumber cahaya [52].
Cetakan tefflon berbentuk silinder disiapkan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Dimensi luarnya berdiameter 24 mm dan tinggi 6 mm. Lubang silinder pada garis tengah cetakan
berdiameter 4 mm disiapkan [4]. Cetakan silindris ditempatkan pada strip matriks selulosa
asetat yang bertumpu pada flat black disk dan cetakan yang diisi dengan komposit. Komposit
tersebut dikeluarkan langsung dari wadahnya ke dalam cetakan kavitas seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.
.

Gambar 3. Tefflon cylindrical mould

Gambar 4. Aplikasi glass slab untuk menghilangkan kelebihan material

Strip kedua dari selulosa asetat ditempatkan di atas. Sebuah glass slab ditekan di bagian
atas untuk memperlihatkan kelebihan bahan. Glass slab kemudian dilepaskan dan bahannya di
cured dari salah satu ujung cetakan selama 30 detik dengan menggunakan alignment ring seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 5. Cetakan (a) ditempatkan pada base (b) dan diselaraskan di
dalam cetakan alignment ring C). Sinar ujung alignment ring (d) ditempatkan di atas cetakan.
Hal ini memungkinkan ujung cahaya (e) diposisikan secara konsentris dengan lubang pada
cetakan, kemudian komposit di cure selama 30 detik menggunakan unit light curing (Chromalux,
MEGA-PHYSIK. Dental-D9 769. Rastatt, Germany). Sepuluh spesimen dibuat untuk setiap
bahan komposit dengan warna yang sama (A2) [4].
Gambar 5. Line drawing of the mould and alignment rings

Cetakan dilepaskan dari alignment ring dan strip selulosa asetat dibuang. Cetakan dibalik
dan diuji dengan penetrometer (Fabrikasi dan diproduksi di laboratorium metrologi, departemen
teknik produksi dan desain mekanik, fakultas teknik, Universitas Mansoura), seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Penetrometer apparatus

Terdiri dari jarum penetrometer, yang posisinya bisa dibentuk dengan cepat. Posisi jarum
direalisasikan dengan menggunakan dial indicator gauge (Dial indicator testing machine,
Maher, Jerman) yang dapat dipusatkan pada posisi apapun. Keakuratan bacaan dial indicator
gauge adalah 0,01 mm. Kerangka geser yang tergabung secara bebas (f) berada dalam kontak
dengan bagian yang dapat dilepas dari dial gauge plugger (c). Jarum penetrometer silindris (b),
diameter 0,5 mm, dipasang pada kerangka geser. Awalnya, pembacaannya dipusatkan ketika
jarum menyentuh dasar instrumen. Oleh karena itu, saat pengujian dilakukan, nilai yang
ditunjukkan pada dial indicator gauge adalah puncak kekerasan material [4]. Metode ini
memiliki kelebihan dibandingkan metode lain yang digunakan untuk menguji kedalaman cure
sehingga pembacaan tunggal hanya diperlukan untuk memperoleh kedalaman cure.
Cetakan yang digunakan dengan peralatan penetrometer memiliki diameter luar 24 mm
untuk memudahkan penyelarasan garis tengah cetakan dengan jarum penetrometer saat cetakan
ditempatkan pada posisi sudut kanan menggunakan dua kolom vertikal. (D). Sebuah blok
melingkar (e) dilekatkan pada bagian atas kerangka geser yang mewakili massa 250 gm. Bagian
dasar aparatus adalah hollow circular disk dimana cetakan ditempatkan (a).
Setelah persiapan spesimen selesai, cetakan dibalik dan diposisikan sehingga pusatnya
berada di bawah jarum penetrometer. Massa 1000 gm ditempatkan di kerangka geser secara
bebas, sehingga kekuatan yang diterapkan adalah 12,5 N. Kekuatan yang digunakan jarum
berdiameter 0,5 mm menghasilkan tegangan 62 MPa [4]. Jarum diturunkan, di bawah berat
kedua kerangka geser dan blok 1000 gm selama 30 detik setelah selesai waktu curing,
menembus material yang tidak dicuring dan pembacaannya dicatat pada dial indicator gauge 15
detik kemudian. Bacaan kemudian memberikan pengukuran langsung kedalaman cure, atau lebih
tepatnya, kedalaman bahan yang mengeras [4].

2.10. Microhardness Test


Microhardness test adalah metode sederhana dan dipercaya untuk mencerminkan derajat
konversi pada kedalaman resin komposit yang berbeda. Dalam studi ini pengukuran
microhardness digunakan sebagai indikator derajat polimerisasi bahan light-curing resin
komposit yang merupakan teknik yang relatif sederhana dan akurat [53]. Pengukuran
microhardness sangat berguna karena perubahan kecil dalam derajat polimerisasi dapat
menghasilkan perubahan besar pada kekerasannya.
Sebanyak 30 spesimen, sepuluh spesimen dari masing-masing tipe komposit dari shade
yang sama (A2) disiapkan dalam cetakan stainless steel bundar dengan diameter 6mm dan
ketebalan 3mm [36]. Cetakan bulat ditempatkan pada strip selulosa asetat yang bertumpu pada
sebuah permukaan datar, kemudian cetakan itu diisi dengan bahan restorasi komposit yang
dikeluarkan langsung dari wadahnya ke dalam rongga cetakan, lapisan kedua dari selulosa
dilekatkan di atas, glass slab ditekan di bagian atas untuk mengeluarkan kelebihan material.
Komposit dipolimerisasi dengan light-curing unit dari kedua sisi selama sepuluh detik masing-
masing. Strip selulosa asetat (Vicker’s hardness tester, SM-7, future grope, Japan.) digunakan
dalam tes ini untuk menghasilkan permukaan spesimen komposit yang sangat halus, Gambar 7.

a.Aplikasi komposit b. Light-curing komposit


Gambar 7. Persiapan spesimen untuk microhardness test

Spesimen yang telah disiapkan diambil dan disimpan dalam air suling pada suhu kamar
selama 24 jam. Microhardess dari spesimen komposit diukur pada masing-masing sisi
menggunakan tester microhardness Vicker seperti ditunjukkan pada Gambar 8.
Enam pengukuran untuk setiap spesimen diambil. Spesimen diletakkan secara horizontal pada
glass slide dan dipasang pada holder pada tahap mikroskop. Permukaan spesimen ditambang
secara mikroskopis dan indentor kemudian dipindahkan ke posisi dan tahap mikroskop terangkat
dengan baik sampai beban yang dibutuhkan diterapkan oleh indentor pada spesimen. Beban yang
diterapkan adalah 25gm dan dual time adalah 5 detik. Di bawah mikroskop optik, setiap
indentasi diukur secara diagonal dari satu sisi dari bentuk diamond ke sisi yang lain. Panjang
rata-rata diagonal kemudian indentasi diukur [36]. Microhardess Vicker (Hv) dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:

��𝑣𝑣 (𝑘𝑘𝑘𝑘 /𝑚𝑚 𝑚𝑚2 ) = 1854 .4 (𝑃𝑃 ⁄𝑑𝑑 3 )

Dimana:
P = beban indentasi yang diterapkan.
D = panjang diagonal kesan.
a b c
d

a) Lensa obyektif b) Lensa mata


b) Bagian berlian d) Layar
Gambar 8. Tester microhardness Vicker

Semua hasil yang dikumpulkan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis
varians (ANOVA). Duncan’s multiple range test digunakan untuk menginterpretasikan data.
Analisis statistik data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan
SPSS 12,0 (SPSS Software, München, Germany). Bagian pertama dari data adalah deskriptif
berupa mean (X), standar deviasi (+ SD) dan probabilitas (P). Bagian kedua adalah analitik untuk
menguji perbedaan statistik yang signifikan antar kelompok. Salah satu cara uji ANOVA
digunakan untuk menentukan perbedaan yang signifikan antar kelompok, paired sample
student’s t-test digunakan untuk membandingkan perbedaan yang signifikan untuk periode
interval penyimpanan yang berbeda pada kelompok yang sama dan Uji Post Hoc: LSD
[perbedaan paling tidak signifikan] untuk menguji intra-kelompok yang berbeda.
Analysis of variance (ANOVA) dipakai saat ada beberapa mean dari beberapa kelompok
yang berasal dari populasi yang sama. Berdasarkan uji ANOVA kita dapat mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan, akan tetapi kita tidak mengetahui kelompok mana yang
berbeda. Maka dari itu ANOVA biasanya diikuti dengan analisis post-hoc agar mengetahui
means kelompok mana yang signifikan. Salah satu analisis post hoc adalah Duncan’s multiple
range test. Duncan’s multiple range test merupakan prosedur perbandingan dari rata-rata
perlakuan untuk semua pasangan perlakuan yang ada. Duncan’s multiple range test dapat
digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa
memperhatikan jumlah perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai