Anda di halaman 1dari 18

Rabu, 07 Desember 2016

Kertas Kerja Audit dan Program Kerja audit

KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM


KERJA AUDIT
Diajukan untuk salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Audit

Dosen : Yogi Ginanjar, SE

Disusun oleh :

1. Iswahyuni Pujaningsih 13.06.1.0008

2. Pipin Hanapiah 13.06.1.0014

Akuntansi

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS MAJALENGKA
Jl. K. H. Abdul Halim, No. 103 Majalengka Telp/Fax (0233) 281496

2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila
pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti
dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan
hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah
karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.

Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasikan dengan
baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya.
Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analisis dan evaluasi lebih
lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik
berdasarkan unsur-unsurnya.

Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai
tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan.
Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja.
SA Seksi 339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja
dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Kertas kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan
yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan berfungsi mendukung
laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga KKA harus dijaga mutunya melalui
proses reviu secara berjenjang.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat drumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kertas kerja audit?

2. Apa manfaat dari kertas kerja audit?

3. Bagaimana pengorganisasian kertas kerja audit?

4. Bagaimana program kerja audit?

1.3.Tujuan

Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini
adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian kertas kerja audit.

2. Untuk mengetahui manfaat dari kertas kerja audit.

3. Untuk mengetahui pengorganisasian kertas kerja audit.

4. Untuk mengetahui program kerja audit.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kertas Kerja Audit

Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data yang
dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit. Untuk
memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan
langkah-langkah kerja audit yang ditempuh, pengujian-pengujian yang dilakukan, informasi
yang diperoleh, dan kesimpulan hasil audit.

Auditor harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung kesimpulan hasil
audit yang disajikannya dalam laporan hasil audit. Bukti yang dikumpulkan itu harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumen dimaksud disebut dengan Kertas Kerja Audit
(working papers), memuat rekaman kegiatan audit yang dilakukannya selama melaksanakan
audit. Disamping berfungsi sebagai media untuk mendukung kesimpulan hasil audit, kertas
kerja juga berfungsi sebagai:

a. Jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien dengan laporan hasil audit.

b. Media bagi auditor untuk mempertanggung jawabkan prosedur/langkah audit yang


dilakukannya sehubungan dengan penugasan yang dijalankan.

c. Media untuk mengkoordinir dan mengorganisasi semua tahap audit mulai dari tahap
perencanaan sampai pelaporan.

d. Dokumen yang dapat memberikan pedoman bagi auditor berikutnya yang melakukan
penugasan audit pada instansi/satuan kerja yang sama.

A. Bentuk dan Isi Kertas Kerja Audit

Bentuk KKA pada audit manajemen menekankan kepada bagaimana


menyiapkan temuan-temuan audit untuk digunakan dalam penyusunan laporan
audit. Secara lebih rinci, bentuk KKA pad audit manajemen adalah sebagai
berikut :

1. Pada sampul KKA ditulis :Kertas Kerja Audit” kemudian mengikuti di bawahnya
:

Nama objek audit : Tulis nama perusahaan atau unit yang diaudit

Program/aktivitas yang diaudit : Tulis program/altivitas yang diaudit

Periode audit : tulis periode/aktivitas yang diaudit

2. Halaman pertama KKA adalah daftar is dari KKA tersebut

3. Halaman berikunya secara beurutan adalah :


a. Daftar simbol audit (tick mark) disertai penjelasanya

b. Tembusan surat tugas

c. Program kerja audit

d. Kelompok-kelompok kertas kerja

Isi dan kelompok kertas kerja didusun sebagai berikut :

Kelompok I-AUDIT PENDAHULUAN, meliputi :

i. Informasi umum tentang program/aktivas yang diaudit

ii. Penelaahan berbagai peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan


program/aktivitas yang diaudit.

iii. Ikhtisar hasil temua audit pendahuluan.

Kelompok II-REVIEW DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN MANAJEMEN, meliputi :

Sub kelompok 1 : program kerja audit atau Riview dan Pengujian Pengendalian
Manajemen termasuk internal control questionnaire (ICQ) yang digunakan.

Subkelompok 2 : hasil audit atas riview dan Pengujian Pengendalian Manajemen,


meliputi:

i. Penelaahan terhadap berbagai peraturan dan kebijakan yang berlaku pada objek audit

ii. Ikhtisar hasil temuan audit adat Riview dan Pengujia Pengendalian Manajemen

Kelompok III : AUDIT LANJUTAN, meliputi :

Subkelompok 1 : program kerja audit lanjutan

Subkelompok 2 : hasil audit lanjutan, terdiri atas

Kelompok IV : LAPORAN HASIL AUDIT melupi :

Konsep laporan hasil audit dan tembusan laporan hasil audit.

Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai
dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiri dari: program audit, hasil pemahaman
terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien,
ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya
berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media yang lain. Kertas
kerja berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap “COPY SESUAI ASLINYA,
DIBERIKAN UNTUK AUDITOR” dan ditanda tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang
ditugaskan manajemen.

Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-aspek berikut:

a. Perencanaan

b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal

c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yang dibuat dan
kesimpulan yang dicapai oleh auditor

d. Review atas KKA

e. Pelaporan hasil audit

f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit

B. Persyaratan Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian profesional dari auditor
yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya akan
menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat. Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap,
teliti, ringkas, jelas dan rapi:

a. Kertas kerja yang lengkap :

1) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasi penting harus
dicantumkan dalam kertas kerja

2) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbangkan bahwa kertas


kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya untuk penyusunan laporan dan reviu hasil
audit.

b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga bebas
dari kesalahan.

c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan dengan
tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak perlu.

d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis, penggunaan
istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.

e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja diperlukan untuk
mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil pekerjaan dan menyusun laporan hasil
audit.

C. Jenis Kertas Kerja Audit


Dalam rangka mendukung laporan hasil audit, kertas kerja dikelompokkan dalam Daftar
Utama (lead/top schedule) dan Daftar Pendukung (supporting schedule):

a. Daftar Utama merupakan rangkuman dari Daftar Pendukung, disusun sesuai dengan
kelompok informasi yang disajikan dalam laporan hasil audit. Memuat informasi dan
kesimpulan hasil audit yang diperlukan untuk penyusunan laporan hasil audit.

b. Daftar Pendukung memuat tujuan audit, informasi/kegiatan yang diuji, bukti-bukti/dokumen


pendukung yang dikumpulkan, metode penelitian dan analisis yang dilakukan dalam rangka
memenuhi tujuan audit, dan kesimpulan yang diperoleh, serta dilengkapi dengan data auditor
yang menyusun dan tanggal dan paraf penyusunannya.

Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang terpisah satu sama
lain. Untuk menghubungkan keduanya, kertas kerja harus diberi indeks (semacam
tanda/nomor/kode yang dibuat untuk mempermudah menghubungkan satu kertas kerja
dengan kertas kerja yang lain).

D. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:

1) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.

Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan
bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.

2) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.

Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di
kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau
pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.

3) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.

Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai
macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai
tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.

4) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya
jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang
berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan anke
akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada
klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan
secara wajar laporn keuangan yang lalu.

E. Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja


SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor
akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas kerja
oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan
hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.

Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa
auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus
menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja.

Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:

“Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien


yang rahasia tanpa persetujuan dari klien”.

Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak
lain adalah :

a. Jika klien tersebut menginginkannya,.

b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya
diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.

c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).

d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan
untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan
auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum
dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa
memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.

F. Penyimpanan KKA

Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu dipilah ke dalam
beberapa kategori. pada umumnya terdapat empat kategori berkas KKA, yaitu: Berkas
permanen, Berkas berjalan, Berkas lampiran, dan Berkas khusus.

a. Berkas Permanen.

Berkas permanen berisikan data / informasi yang diperlukan oleh auditor untuk memahami
gambaran umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu, informasi yang dimasukkan dalam
berkas permanen adalah informasi yang relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas
permanen, auditor tidak perlu meminta informasi tersebut kepada audit setiap tahun atau
setiap kali akan melakukan audit.Jenis informasi yang dimaksudkan dalam berkas permanen,
antara lain meliputi: data organisasi auditi, kebijakan dan prosedur operasi, kebijakan
akuntansi dan pengendalian internal, dan informasi administratif berkaitan dengan penugasan
audit. Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian tugas, Sejarah danuraian
pokok dan fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi auditi, Kontrak dan
perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, serta Ketentuan hukum dan perundang - undangan terkait.

b. Berkas Berjalan (Current).

Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan audit yang sedang dilakukan atau
audit yang baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi untuk informasi yang dimasukkan dalam
berkas berjalan, yaitu: Berkas umum dan Berkas analisis.

Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum, Hasil pertemuan awal,
Program audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar temuan audit, Draft laporan audit,
Tanggapan auditi, Pertemuan akhir dan tindak lanjut hasil audit.

Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses pengumpulan dan pengujian bukti
audit untuk masing-masing data yang dicakup dalampenugasan audit.

c. Berkas Lampiran

Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi data mentah bagi
proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses dan hasil pengujiannya sendiri
dimasukkan dalam berkas audit analisis.

d. Berkas Khusus

Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebagian besar
informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan yang perlu ditindak lanjuti dengan
pemeriksaan khusus. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 23 Tahun 2007, Kertas Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan
oleh Ketua Tim kepada Sub Bagian Tata Usaha Wilayah untuk diarsipkan.

2.2. Manfaat Kertas Kerja Audit

Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksaanakan tugas audit, manfaat utama
KKA antara lain :

a. Merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.

b. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana audit.

c. Merupakan alat pembuktian dari laporan hasil audit.

d. Menyajikan data untuk keperluan referensi.

e. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya.


Begitu pentingnya KKA bagi suatu penugasan audit, maka penyusunan KKA oleh auditor
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Lengkap

b. Bebas dari kesalahan

c. Didasarkan atas fakta dan argumentasi yang rasional

d. Sistematis, bersih, mudah dipahami, dan diatur dengan rapi

e. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit

f. Mempunyai tujuan yang jelas

g. Sedapat mungkin hindari pekerjaan menyalin ulang

h. Dalam setiap kertas kerja harus mencantumkan kesimpulan hasil audit dan komentar atau
catatan reviewer.

Bentuk dan isi Kertas Kerja Audit

Tujuan pembuatan kertas kerja audit,yaitu:

1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit

Kertas kerja audit dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.

2. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya

Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di
kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau
pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.

3. Mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap audit

Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai
macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengorganisasian dan pengkordinasian bebagai
tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.

4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya

Dari kertas kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya
jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang
berlainan. Auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan akuntansi klien
dan pengendalian intern klien serta rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam
audit yang lalu. Jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar
laporan keuangan yang lalu.

2.3.Pengorganisasian Kertas Kerja Audit

Pengorganisasian KKA harus selalu dikaitkan dengan tujuan audit utama (primary audit
objective) atau sub-sub tujuan yang ditetapkan auditor. Pengelompokan KKA harus
didasarkan pada sasaran utama atau sub-subtujuan audit yang telah ditetapkan. Untuk
mempermudah pengelompokan dan untuk menunjukan dengan jelas keterkaitan masing-
masing kelompok, maka dalam penyusunan KKA perlu ditentukan sistem pemberian indeks
dan sistem klasifikasi KKA. KKA pada audit manajemen mengelompokkan bukti-bukti yang
diperoleh sesuai dengan elemen tujuan auditr. Jadi dengan demikian setiap KKA akan
menyajikan temuan kelompok kriteria, penyebab, da akibat, baik dalam bentuk temuan yang
bersifat rinci maupun kesimpulan untuk masing-masing elemen tujuan audit tersebut.

2.4. Program Kerja Audit

Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus dilakukan selama
audit, yang didasarkan atas tujuan dan saaran yang ditetapkan serta informasi yang ada
tentang program/aktivitas yang diaudit. Ada beberapa manfaat dari penyusunan program
kerja audit, antara lain :

1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bisa
dikomunikasikan kepada semua tim audit.

2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para auditor dan
supervisornya.

3. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaa kegiatan dengan rencana yang telag disetuji
dan dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan.

4. Dapat membantu para auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan meeka dengan
ruang lingkup, tujuan serta langkah-langkah kegiatan audit.

5. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telag dikerjakan sebelumnya.

6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.

Program kerja audit disusun untuk setiap tahapan audit yang dilakukan. Program kerja
audit pendahuluan mengcakup pengumpulan informasi umum tentang objek yang diaudit,
cara pelaksanaan prosedur, dan sistem operasional yang diterapkan dalam perushaan tersebut.
Dalam tahap audit ini, auditor harus melakukan pengujian pendahuluan (primary test) atas
informasi yang diperoleh untuk mengidentifikasi aktivitas yang masih memerlukan
perbaikan. Identifikasi ini disebut possibel audit objective. Hasil identifikasi ini kemudian
dianalis untuk menentukan informasi yang dapat berkembang menjadi tujuan audit sementara
(tentative audit objective). Dari bukti-bukti sasaran sementara ini auditor kemudian
menetapkan langkah-langkah kerja spesifik yang perlu untuk tahap audit berikutnya.
Pada tahap audit pengujian dan riview atas pengendalian manajemen, program kerja audit
biasanya memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untuk menemukan bagiam-bagian
yang mengandung kelemahan pada sistem pengendalian manajemen SPM yang diterapkan
objek audit. Langkah-langkah kerja pada tahap audit ini harus mengarahkan auditor tidak
hanya memperoleh informasi tentang keandalan sistem pengendalian manajemen tetapi juga
memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk merumuskan secara tepat tujuan audit
sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit objective).

Sedangkan program kerja audit untuk tahap audit lanjtan, memuat langkah-langkah rinci
untuk mendapatkan bukti yang cukup, material dan relevan dalam mendukung temuan-
temuan yang menjadi dasar rekomendasi (perbaikan). Program kerja audit pada tahap audit
ini, harus memberikan panduan kepada auditor dalam pengembangan temuan yang
dilakukannya.

Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok, yaitu :

1. Informasi pendahuluan, yang memuat :

- Informasi latar belakang mengenai prgram/aktivitas yang diaudit yang berguna bagi para
auditor dalam memahami dan melaksanakan program kerja auditnya. Bagian ini harus
disajikan seringkas mungkin.

- Komemtar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan tujuan audit, termasuk
komentar auditor sendiri.

2. Pertanyaan tujuan audit, menyajikan tentang :

- Tujuan yang dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan perbaikan yang
diharapkan dapat tercapai.

- Cara pendekatan audit yang dipilih

- Pola pelaporan yang dikhendaki

- 3. Intruksi-intruksi khusus

- Langkah-langkah kerja.

Langkah-langkah kerja memuat tentang pengarahan-pengarahan khusu pelaksanaan tugas


audit, sesuai dengan tahapan auditnya, meliputi :

1. Audit pendahuluan meliputi:

a. Pembicaraan pendahuluan dengan objek audit.

b. Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi prosedur kerja, dan sistem
operasional.

c. Tes pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna mengidentifikasi tujuan audit
sementara
d. Pembuatan ihktisar hasil audit pendahuluan.

2. Riview dan pengujian pengendalian manajemen, meliputi:

a. Pengujian pengendalian manajemen

b. Pembuatan ikhtisar hasil temuan pegujian pengendalian manajemen

3. Audit lanjutan, meliputi:

a. Pengembangan temuan hasil pengujian pengendalian manajemen

b. Penyajian hasil audit lanjtan (daftar temuan)

c. Pembahasan temuan dengan penanggung jawab audit

d. Pembahasan hasil audit lanjutan dengan objek audit

e. Penyusunan rekomendasi

Begitu pentingnya prorgram kerja audit dalam manajemen, maka penyususn program kerja
audit harus dibuat sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai sarana pengendalian
pelaksanaan audit. Berikut ini disajikan beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam
menyusun program kerja audit:

1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan harus dapat dicapai atas dasar pekerjaan yang
direncanakan dalam program audit.

2. Prpgram kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan

3. Setiap langkah kerja harus berbentuk intruksi-intruksi mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan

4. Setiap langkah kerja harus merinvi pekerjaan yang harus dilakukan disertai alasan-alasannya

5. Program kerja audit harus meggambarkan urutan prioritas langkah-langkah kerja yang harus
dilaksanakan.

6. Program kerja audit harus fleksibel dan setiap perubahan yang dilakukan harus dengan
persetujuan auditor

7. Program kerja hendaknya hanya beisi informasi yang perlu untuk melaksanakan audit dan
evaluasi secara cepat.

8. Program erja audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh informasi yang telag ada
dalam permanent file.

9. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang diperllukan sesuai
dengan rencana kerja audit untuk melaksanakan yang bersangkutan
10. Program kerja audit disiapkan oleh ketua tim audit dan harus dibahas bersama-sama dengan
pengawas dan seluruh anggota tim.

Program kerja audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur pemeriksaan
untuk mencapai tujuan audit. Program audit berisi rencana langkah kerja yang harus
dilakukan selama audit berlangsung yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang ditetapkan
serta informasi yang ada tentang objek yang diperiksa.

Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha


menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu
program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :

 Prosedur Analitis

Prosedur ini meneliti hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dan data non-
keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.

 Prosedur awal

Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas:

2) Faktor persaingan bisnis dan industri klien

3) Struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk


memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun pengendali
dalam buku besar.

 Pengujian Estimasi Akuntansi

Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.

 Pengujian Pengendalian

Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.

 Pengujian Transaksi

Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.

 Pengujian Saldo

Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang
membentuk saldo tersebut.

 Pengujian Penyajian dan Pengungkapan


Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.

Elemen Kunci Program Audit dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Top-down

Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan atas entitas
serba bisnis dan industrinya.

 Prosedur analitis
 Prosedur awal
 Pengujian estimasi akuntansi
 Pengujian penyajian dan pengungkapan
 Pengujian pengendalian
 Pengujian transaksi
 Pengujian saldo

2) Bottom-Up

Mengevaluasi bukti transaksi pendukung dan akumulasinya dalam laporan keuangan.


BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor


mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang
diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan pelaksanaan penugasan audit
yang dilakukannya.

Kertas kerja audit berfungsi sebagai; jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara
catatan auditi dengan laporan hasil audit, dan dapat pula dipergunakan auditor untuk
mempertanggungjawabkan prosedur/langkah audit yang dilakukannya, mengkoordinir dan
mengorganisir semua tahap audit mulai dari perencanaan sampai pelaporan, dan sebagai
dokumen yang dapat digunakan oleh auditor berikutnya.

Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi, disimpan dan dijaga
kerahasiannya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas kerja audit dikelompokkan dalam
berkas permanen (permanent file), berkas berjalan (current file), berkas lampiran dan berkas
khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno (2006).Auditing.Jakarta:lembaga Penerbit FE UI, Salemba Empat..

Arens, A Alvin, Randal J. Elder, Mark Beasley(2008).Auditing dan Jasa Assurance, Jakarta:indeks.

Arens, A Alvin,Mark S. Beasley, Randal J. Elder(2010). Auditing dan Jasa Assurance,


Jakarta:Salemba Empat.

Hall, A James,Tommie Singleton(2007). Audit Teknologi Informasi dan Asurance, Jakarta:Salemba


Empat.

Mulyadi.2002.Auditing Edisi 6.Jakarta:Salemba Empat Seksi 339 Nomor 15.1994.SPAP.Jakarta:IAI

Anda mungkin juga menyukai