Disusun oleh :
Akuntansi
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS MAJALENGKA
Jl. K. H. Abdul Halim, No. 103 Majalengka Telp/Fax (0233) 281496
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila
pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti
dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan
hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah
karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasikan dengan
baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya.
Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analisis dan evaluasi lebih
lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik
berdasarkan unsur-unsurnya.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai
tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan.
Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja.
SA Seksi 339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja
dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Kertas kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan
yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan berfungsi mendukung
laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga KKA harus dijaga mutunya melalui
proses reviu secara berjenjang.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat drumuskan masalah sebagai berikut:
1.3.Tujuan
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini
adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data yang
dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit. Untuk
memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan
langkah-langkah kerja audit yang ditempuh, pengujian-pengujian yang dilakukan, informasi
yang diperoleh, dan kesimpulan hasil audit.
Auditor harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung kesimpulan hasil
audit yang disajikannya dalam laporan hasil audit. Bukti yang dikumpulkan itu harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumen dimaksud disebut dengan Kertas Kerja Audit
(working papers), memuat rekaman kegiatan audit yang dilakukannya selama melaksanakan
audit. Disamping berfungsi sebagai media untuk mendukung kesimpulan hasil audit, kertas
kerja juga berfungsi sebagai:
a. Jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien dengan laporan hasil audit.
c. Media untuk mengkoordinir dan mengorganisasi semua tahap audit mulai dari tahap
perencanaan sampai pelaporan.
d. Dokumen yang dapat memberikan pedoman bagi auditor berikutnya yang melakukan
penugasan audit pada instansi/satuan kerja yang sama.
1. Pada sampul KKA ditulis :Kertas Kerja Audit” kemudian mengikuti di bawahnya
:
Nama objek audit : Tulis nama perusahaan atau unit yang diaudit
Sub kelompok 1 : program kerja audit atau Riview dan Pengujian Pengendalian
Manajemen termasuk internal control questionnaire (ICQ) yang digunakan.
i. Penelaahan terhadap berbagai peraturan dan kebijakan yang berlaku pada objek audit
ii. Ikhtisar hasil temuan audit adat Riview dan Pengujia Pengendalian Manajemen
Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai
dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiri dari: program audit, hasil pemahaman
terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien,
ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya
berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media yang lain. Kertas
kerja berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap “COPY SESUAI ASLINYA,
DIBERIKAN UNTUK AUDITOR” dan ditanda tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang
ditugaskan manajemen.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-aspek berikut:
a. Perencanaan
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yang dibuat dan
kesimpulan yang dicapai oleh auditor
Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian profesional dari auditor
yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya akan
menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat. Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap,
teliti, ringkas, jelas dan rapi:
1) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasi penting harus
dicantumkan dalam kertas kerja
b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga bebas
dari kesalahan.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan dengan
tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis, penggunaan
istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja diperlukan untuk
mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil pekerjaan dan menyusun laporan hasil
audit.
a. Daftar Utama merupakan rangkuman dari Daftar Pendukung, disusun sesuai dengan
kelompok informasi yang disajikan dalam laporan hasil audit. Memuat informasi dan
kesimpulan hasil audit yang diperlukan untuk penyusunan laporan hasil audit.
Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang terpisah satu sama
lain. Untuk menghubungkan keduanya, kertas kerja harus diberi indeks (semacam
tanda/nomor/kode yang dibuat untuk mempermudah menghubungkan satu kertas kerja
dengan kertas kerja yang lain).
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan
bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di
kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau
pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai
macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai
tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya
jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang
berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan anke
akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada
klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan
secara wajar laporn keuangan yang lalu.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa
auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus
menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak
lain adalah :
b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya
diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan
untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan
auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum
dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa
memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
F. Penyimpanan KKA
Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu dipilah ke dalam
beberapa kategori. pada umumnya terdapat empat kategori berkas KKA, yaitu: Berkas
permanen, Berkas berjalan, Berkas lampiran, dan Berkas khusus.
a. Berkas Permanen.
Berkas permanen berisikan data / informasi yang diperlukan oleh auditor untuk memahami
gambaran umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu, informasi yang dimasukkan dalam
berkas permanen adalah informasi yang relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas
permanen, auditor tidak perlu meminta informasi tersebut kepada audit setiap tahun atau
setiap kali akan melakukan audit.Jenis informasi yang dimaksudkan dalam berkas permanen,
antara lain meliputi: data organisasi auditi, kebijakan dan prosedur operasi, kebijakan
akuntansi dan pengendalian internal, dan informasi administratif berkaitan dengan penugasan
audit. Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian tugas, Sejarah danuraian
pokok dan fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi auditi, Kontrak dan
perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, serta Ketentuan hukum dan perundang - undangan terkait.
Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan audit yang sedang dilakukan atau
audit yang baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi untuk informasi yang dimasukkan dalam
berkas berjalan, yaitu: Berkas umum dan Berkas analisis.
Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum, Hasil pertemuan awal,
Program audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar temuan audit, Draft laporan audit,
Tanggapan auditi, Pertemuan akhir dan tindak lanjut hasil audit.
Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses pengumpulan dan pengujian bukti
audit untuk masing-masing data yang dicakup dalampenugasan audit.
c. Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi data mentah bagi
proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses dan hasil pengujiannya sendiri
dimasukkan dalam berkas audit analisis.
d. Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebagian besar
informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan yang perlu ditindak lanjuti dengan
pemeriksaan khusus. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 23 Tahun 2007, Kertas Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan
oleh Ketua Tim kepada Sub Bagian Tata Usaha Wilayah untuk diarsipkan.
Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksaanakan tugas audit, manfaat utama
KKA antara lain :
b. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana audit.
a. Lengkap
h. Dalam setiap kertas kerja harus mencantumkan kesimpulan hasil audit dan komentar atau
catatan reviewer.
Kertas kerja audit dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di
kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau
pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai
macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengorganisasian dan pengkordinasian bebagai
tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
Dari kertas kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya
jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang
berlainan. Auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan akuntansi klien
dan pengendalian intern klien serta rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam
audit yang lalu. Jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar
laporan keuangan yang lalu.
Pengorganisasian KKA harus selalu dikaitkan dengan tujuan audit utama (primary audit
objective) atau sub-sub tujuan yang ditetapkan auditor. Pengelompokan KKA harus
didasarkan pada sasaran utama atau sub-subtujuan audit yang telah ditetapkan. Untuk
mempermudah pengelompokan dan untuk menunjukan dengan jelas keterkaitan masing-
masing kelompok, maka dalam penyusunan KKA perlu ditentukan sistem pemberian indeks
dan sistem klasifikasi KKA. KKA pada audit manajemen mengelompokkan bukti-bukti yang
diperoleh sesuai dengan elemen tujuan auditr. Jadi dengan demikian setiap KKA akan
menyajikan temuan kelompok kriteria, penyebab, da akibat, baik dalam bentuk temuan yang
bersifat rinci maupun kesimpulan untuk masing-masing elemen tujuan audit tersebut.
Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus dilakukan selama
audit, yang didasarkan atas tujuan dan saaran yang ditetapkan serta informasi yang ada
tentang program/aktivitas yang diaudit. Ada beberapa manfaat dari penyusunan program
kerja audit, antara lain :
1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bisa
dikomunikasikan kepada semua tim audit.
2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para auditor dan
supervisornya.
3. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaa kegiatan dengan rencana yang telag disetuji
dan dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan.
4. Dapat membantu para auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan meeka dengan
ruang lingkup, tujuan serta langkah-langkah kegiatan audit.
5. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telag dikerjakan sebelumnya.
Program kerja audit disusun untuk setiap tahapan audit yang dilakukan. Program kerja
audit pendahuluan mengcakup pengumpulan informasi umum tentang objek yang diaudit,
cara pelaksanaan prosedur, dan sistem operasional yang diterapkan dalam perushaan tersebut.
Dalam tahap audit ini, auditor harus melakukan pengujian pendahuluan (primary test) atas
informasi yang diperoleh untuk mengidentifikasi aktivitas yang masih memerlukan
perbaikan. Identifikasi ini disebut possibel audit objective. Hasil identifikasi ini kemudian
dianalis untuk menentukan informasi yang dapat berkembang menjadi tujuan audit sementara
(tentative audit objective). Dari bukti-bukti sasaran sementara ini auditor kemudian
menetapkan langkah-langkah kerja spesifik yang perlu untuk tahap audit berikutnya.
Pada tahap audit pengujian dan riview atas pengendalian manajemen, program kerja audit
biasanya memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untuk menemukan bagiam-bagian
yang mengandung kelemahan pada sistem pengendalian manajemen SPM yang diterapkan
objek audit. Langkah-langkah kerja pada tahap audit ini harus mengarahkan auditor tidak
hanya memperoleh informasi tentang keandalan sistem pengendalian manajemen tetapi juga
memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk merumuskan secara tepat tujuan audit
sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit objective).
Sedangkan program kerja audit untuk tahap audit lanjtan, memuat langkah-langkah rinci
untuk mendapatkan bukti yang cukup, material dan relevan dalam mendukung temuan-
temuan yang menjadi dasar rekomendasi (perbaikan). Program kerja audit pada tahap audit
ini, harus memberikan panduan kepada auditor dalam pengembangan temuan yang
dilakukannya.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok, yaitu :
- Informasi latar belakang mengenai prgram/aktivitas yang diaudit yang berguna bagi para
auditor dalam memahami dan melaksanakan program kerja auditnya. Bagian ini harus
disajikan seringkas mungkin.
- Komemtar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan tujuan audit, termasuk
komentar auditor sendiri.
- Tujuan yang dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan perbaikan yang
diharapkan dapat tercapai.
- 3. Intruksi-intruksi khusus
- Langkah-langkah kerja.
b. Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi prosedur kerja, dan sistem
operasional.
c. Tes pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna mengidentifikasi tujuan audit
sementara
d. Pembuatan ihktisar hasil audit pendahuluan.
e. Penyusunan rekomendasi
Begitu pentingnya prorgram kerja audit dalam manajemen, maka penyususn program kerja
audit harus dibuat sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai sarana pengendalian
pelaksanaan audit. Berikut ini disajikan beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam
menyusun program kerja audit:
1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan harus dapat dicapai atas dasar pekerjaan yang
direncanakan dalam program audit.
2. Prpgram kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan
3. Setiap langkah kerja harus berbentuk intruksi-intruksi mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan
4. Setiap langkah kerja harus merinvi pekerjaan yang harus dilakukan disertai alasan-alasannya
5. Program kerja audit harus meggambarkan urutan prioritas langkah-langkah kerja yang harus
dilaksanakan.
6. Program kerja audit harus fleksibel dan setiap perubahan yang dilakukan harus dengan
persetujuan auditor
7. Program kerja hendaknya hanya beisi informasi yang perlu untuk melaksanakan audit dan
evaluasi secara cepat.
8. Program erja audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh informasi yang telag ada
dalam permanent file.
9. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang diperllukan sesuai
dengan rencana kerja audit untuk melaksanakan yang bersangkutan
10. Program kerja audit disiapkan oleh ketua tim audit dan harus dibahas bersama-sama dengan
pengawas dan seluruh anggota tim.
Program kerja audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur pemeriksaan
untuk mencapai tujuan audit. Program audit berisi rencana langkah kerja yang harus
dilakukan selama audit berlangsung yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang ditetapkan
serta informasi yang ada tentang objek yang diperiksa.
Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dan data non-
keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
Prosedur awal
Pengujian Pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
Pengujian Transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang
membentuk saldo tersebut.
1) Top-down
Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan atas entitas
serba bisnis dan industrinya.
Prosedur analitis
Prosedur awal
Pengujian estimasi akuntansi
Pengujian penyajian dan pengungkapan
Pengujian pengendalian
Pengujian transaksi
Pengujian saldo
2) Bottom-Up
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kertas kerja audit berfungsi sebagai; jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara
catatan auditi dengan laporan hasil audit, dan dapat pula dipergunakan auditor untuk
mempertanggungjawabkan prosedur/langkah audit yang dilakukannya, mengkoordinir dan
mengorganisir semua tahap audit mulai dari perencanaan sampai pelaporan, dan sebagai
dokumen yang dapat digunakan oleh auditor berikutnya.
Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi, disimpan dan dijaga
kerahasiannya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas kerja audit dikelompokkan dalam
berkas permanen (permanent file), berkas berjalan (current file), berkas lampiran dan berkas
khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A Alvin, Randal J. Elder, Mark Beasley(2008).Auditing dan Jasa Assurance, Jakarta:indeks.