Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia.
Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Epidemi HIV pertama
sekali diidentifikasi pada tahun 1983. Derajat kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh HIV dan dampak global dari infeksi HIV terhadap sumber daya
penyedia kesehatan dan ekonomi sudah meluas dan terus berkembang. HIV telah
menginfeksi 50 – 60 juta orang dan menyebabkan kematian pada orang dewasa
dan anak– anak lebih dari 22 juta orang. Lebih dari 42 juta orang hidup dengan
infeksi HIV dan AIDS, yang kira – kira 70% berada di Afrika dan 20% berada di
Asia, dan hampir 3 juta orang meninggal setiap tahun. Penyakit ini sangat
berbahaya karena sekitar setengah dari 5 juta kasus baru setiap tahun terjadi pada
dewasa muda, yaitu 15 – 24 tahun (Abbas, 2007).
Menurut Hanum (2009) di Indonesia masalah AIDS cukup mendapat
perhatian mengingat Indonesia adalah negara terbuka, sehingga kemungkinan
masuknya AIDS adalah cukup besar dan sulit dihindari. Sampai Maret 2010
tercatat terjadi 20.564 kasus AIDS dengan 3.936 orang korban meninggal dunia di
Indonesia. Jumlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor
dan sarana penularan HIV/AIDS. Berdasarkan estimasi Depkes dan KPAN, kasus
HIV/AIDS di Sumatera Utara sejak tahun 1992 – April 2009 tercatat sebanyak
1680 orang dan 872 diantaranya telah menderita AIDS. Angka kejadian tertinggi
di Sumatera Utara adalah kota Medan dengan 1181 kasus. Di RSUP H. Adam
Malik Medan, jumlah penderita HIV/AIDS hingga Februari 2009 tercatat sekitar
1.296 kasus.
1
2
Medan, pada tahun 2009 – 2010, dari 91 pasien yang dirujuk ke SMF Kulit dan
Kelamin, didapati 134 kelainan kulit.
Dibandingkan dengan negara Barat, penelitian dan data mengenai kelainan
kulit pada pasien HIV/AIDS di Asia masih sangat sedikit, termasuk di Indonesia.
Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
pasien HIV/AIDS yang mengalami kelainan kulit dihubungkan dengan kadar CD4.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ODHA dan OHIDHA?
2. Hak-hak ODHA, OHIDHA, dan populasi paling berisiko sebagai individu
untuk mendapatkan layanan kesehatan (UU 36/2009)?
3. Macam IO yang sering pada ODHA dan gejalanya?
4. Pencegahan komprehensif melalui transmisi seksual?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang ODHA,
OHIDHA, IO, dan PMTS serta untuk menyelesaikan tugas sp HIV/AIDS.
4
BAB II
PEMBAHASAN
ODHA bukan berarti akhir. ODHA masih dapat bertahan hidup 5-10 tahun.
Sekarang tinggal bagaimana ODHA itu sendiri mengisi hidupnya yang lebih
berguna bagi diri sendiri. Menjalani hidup yang produktif dengan :
4
5
OHIDHA (orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri,
suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Tugas pemerintah dalam hal ini untuk menyediakan tenaga medis, paramedik
dan tenaga kesehatan yang lainnya yang cukup dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan menjamin ketersediaan segala bentuk
upaya kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan serta jaminan ketersediaan obat dan
alat kesehatan diatur dalam UU Kesehatan dan berlaku juga bagi penderita
HIV/AIDS.
2. Hak atas informasi
Pasal 7 UU Kesehatan secara tegas mengatakan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang
data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan atas dirinya pada
pasal 8.
Peningkatan pendidikan untuk menangani HIV dan AIDS termasuk metode
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS serta peningkatan pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan penyebaran HIV dan AIDS,
misalnya melalui penyuluhan dan sosialisasi merupakan upaya dalam
memberikan informasi mengenai HIV/AIDS.
3. Hak atas kerahasiaan
Hak atas kerahasiaan dalam UU Kesehatan diatur dalam pasal 57 dimana setiap
orang berhak atas rahasia kondisi kesehatannya. Selain itu UUPK No. 29/2004
juga mengatur mengenai rahasia medis dan rekam medis ini pada paragraph 3
dan 4 tentang rekam medis dan rahasia kedokteran.
4. Hak atas persetujuan tindakan medis
Dalam pasal 56 UU Kesehatan diatur tentang persetujuan tindakan medis atau
informed consent.
Semua tes HIV harus mendapatkan informed consent dari pasien setelah pasien
diberikan informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes
positif ataupun negatif yang berupa konseling prates.
7
Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada pasal ayat (1) tidak
berlaku pada :
Infeksi Opurtunistik (IO) adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak menyeababkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
buruk. Mereka membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang.
Kekebalan tubuh yang tidak baik ini akan membuat infeksi bertambah
parah, sehingga kemudian timbul lubang pada paru-paru. Pada penderita
tuberculosis (TBC), jaringan paru-paru sudah diganti dengan jaringan ikat. Hal
ini membuat kerusakan pada paru-paru meluas. Namun, penyakit ini akan
sembuh bila diobati dengan benar.
Gejala TBC :
a. Batuk kronis, menetap lebih dari 3 minggu. Bila didiamkan terus-
menerus, akan keluar dahak akan bercampur darah
b. Berat badan turun drastis dan tubuh makin lemah
c. Demam tinggi
d. Sering berkeringat di malam hari meski di udara dingin
e. Sakit di punggung dan dada atas
2. Infeksi jamur di mulut
Disebut pula candidiasis mulut. Infeksi ini timbul dari jamur candida,
spesies Candida albicans, tetapi jarang yang berasal dari Candida tropicalis.
Gejala yang sering muncul :
a. Timbul warna putih di rongga mulut atau dasar mulut. Bila
dibersihkan menggunakan tisu, bisa timbul pendarahan
b. Timbul kerutan putih di sudut mulut
c. Rasa terbakar pada mulut
d. Mengalami gangguan pengecap, sehingga kurang merasakan makanan
yang dikunyah. Hal ini yang membuat penderita mengalami
penurunan nafsu makan.
e. Sulit menelan, terutama bila infeksi meluas hingga tenggorokan
3. Toksoplasma
Infeksi ini disebabkan oleh protozoa atau hewan yang bersel satu. Sering
terdapat pada tubuh kucing, yang menjadi inang definitive bagi protozoa
tersebut. Protozoa ini masuk kedalam tubuh kucing saat kucing memakan
9
binatang lain. Seperti tikus, yang sudah mengandung parasit itu. Akibatnya,
protozoa berkembang biak dalam tubuh, kemudian dikeluarkan melalui feses.
Feses yang mengandung protozoa, bisa menulari manusia, terutama dari
debu yang sudah tercemar protozoa itu. Debu yang tercemar ini juga bisa
hinggap pada makanan yang tidak ditutup dengan baik atau bahkan masih ada
pada bahan makanan seperti daging sapi.
Itu sebabnya, makanan harus dimasak dengan baik. Daging sapi misalnya,
harus dimasak hingga matang, penderita HIV + sangat tidak dianjurkan
mengonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna seperti sate atau
steak.
Gejala yang muncul :
a. Demam
b. Sakit kepala yang berlebihan
c. Kelemahan atau kelumpuhan sebagian anggota tubuh
d. Hilang kesadaran
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11