Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan instrumen yang
dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan acuan instrumen
penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial, mandiri)
PARTIAL CARE
TOTAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG
tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi
Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:
Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan instrumen yang
dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan acuan instrumen
penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial, mandiri)
PARTIAL CARE
TOTAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG
tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi
STUDI KASUS
MANAJEMEN KEPERAWATAN
TAHUN 2014
KASUS
Suatu ruang rawat inap bedah mempunyai 24 perawat dengan latar belakang ners 2 orang, D3
keperawatan 10 orang, kemudian 14 perawat lulusan SPK, Kapasitas TT 40, BOR 70%. Saudara
ditunjuk oleh pimpinan RS untuk membuat perencanaan MAKP.
Jika saudara sebagai Karu rawat bedah, apa yang harus saudara lakukan dalam menghadapi situasi
tersebut? Lakukan pengelolaan dengan pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi masalah,
dan rencana strategis untuk kebutuhan tenaga yang diperlukan.
1) Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagan struktur organisasi Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keterangan :
: Garis Komando : Garis Koordinasi
2) Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tenaga keperawatan yang ada belum memenuhi kualifikasi RSUD Dr. Soetomo, dimana
seluruh perawat IRNA Bedah belum mendapatkan atau belum teridentifikasi mendapatkan
pelatihan-pelatihan, dan untuk kualifikasi sebagai sebuah parameter peningkatan pelayanan
masih belum memadai, karena baru 2 orang yang mempunyai jenjang pendidikan S1
Keperawatan. Kemampuan dalam bidang keperawatan maupun kolaborasi dengan tenaga medis
lain, pada umunya perawat di Bedah mempunyai kemampuan yang bagus. Karena kolaborasi
yang terbangun dengan petugas medis lain sangat baik. Dari segi kedisiplinan, keinginan untuk
berubah, ketepatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar sudah baik, tetapi
masih ada beberapa perawat yang datang terlambat saat dinas, begitu juga dengan waktu pulang,
ada yang pulang terlebih dahulu. Namun keinginan untuk berubah sudah ada. Kegiatan dalam
perawatan, seperti pemasangan infus dan mengambil darah, pemberian obat masih sering
perawat tidak menggunakan universal precaution.
3. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Tata Usaha (Medical record) 1 orang PNS
2 Pekarya Kesehatan 5 orang PNS
3 Pekarya RT 2 orang PNS
4 Cleaning Service 2 orang Out Sourcing
4. Tenaga Medis
Tabel 2.3 Tenaga Medis di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter PPDS Urologi * 1
2 Dokter PPDS Digestif * 1
3 Dokter PPDS Onkologi * 1
4 Dokter PPDS Plastik * 1
5 Dokter PPDS TKV * 1
6 Dokter PPDS Kepala Leher * 1
7 Dokter Jaga di Ruang UPI ** 1
Keterangan :
* Dokter yang bertanggung jawab setiap hari
** Dokter yang dihubungi untuk kasus darurat
86 x 16
297
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas per hari: 4,63 + 16,36 + 1 = 21,99
Orang dibulatkan menjadi 22 orang
Ket: 4,63 dari jumlah tenaga yang lepas dinas
16,36 dari jumlah total tenaga perawat
1 dari perawat yang menjadi Kepala Ruangan
7. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian 1 hari diatas
Gambaran umum jumlah tempat tidur di Ruang IRNA Bedah
Tanggal 19 mei 2014
No Shift Kelas II Kelas III BOR
1 Pagi 10 bed (2ksg) 30 bed( 10 ksg) 28/40 x100%= 70%
2 Sore 10 bed (2ksg) 30 bed( 10 ksg) 28/40 x100%= 70%
3 Malam 10 bed (2ksg) 30 bed( 10 ksg) 28/40 x100%= 70%
2. STRATEGI KEGIATAN
2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka kelompok manajemen
keperawatan di Ruang Bedah menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary
Nursing.
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu Model Asuhan Keperawatan
Profesional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini
mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Model ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Konsep
dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat. Berikut sistem pemberian
asuhan keperawatan Primary Nursing.
Dalam penerapan MAKP model Primary Nursing terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan.
Kelebihan :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan secara individu
4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan proteksi,
informasi dan advokasi (Gillies, 1989)
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
profesi.
Beranda
Search
BKUL PENPROFIL
About
Home
Business »
Downloads »
Parent Category »
Featured
Health »
Uncategorized
Izin praktik keperawatan sampai tulisan ini dibuat masih tetap merupakan perjuangan
keperawatan.Bagi setiap profesi atau pekerjaan untuk mendapatkan hak izin praktik bagi
anggotanya, biasanya harus memenuhi tiga kriteria :
1. Ada kebutuhan untuk melindungi keamanan atau kesejahteraan
masyarakat.
2. Pekerjaan secara jelas merupakan area kerja yang tersendiri dan terpisah.
3. Ada suatu organisasi yang melaksanakan tanggung jawab proses pemberian
izin. (Kozier Erb, 1990).
Izin praktik keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya meningkatkan dan
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktik keperawatan merupakan
perangkat perlindungan bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari perawat professional yang
benar-benar mampu dan mendapat pelayanan keperawatan dengan mutu tinggi.
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan resmi
baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Praktik keperawatan sudah di atur dalam surat
keputusan Menteri Kesehatan No.1239 tentang registrasi dan praktik keperawatan yang
mengatur hak, kewajiban, dan kewajiban perawat, tindakan-tindjakan keperawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat dalam menjalankan praktiknya, dan persyaratan praktik keperawatan dan
mekanisme pembinaan dan pengawasan. Sekarang rancangan undang-undang tentang praktik
keperawatan sudah di usulkan ke DPR untuk Mendapatkan pengesahan.
Kode Etik Keperawatan berisi tentang tanggung jawab perawat terhadap tugas,klien, profesinya
sendiri,pemerintah, bangsa dan tanah air yang telah diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.1239.
Bidang IPTEK
Pelayanan keperawatan adalah essensial bagi kehidupan dan kesejahteraan klien oleh
karena itu profesi keperawatan harus akontebel terhadap kualitas asuhan yang diberikan.
Pengembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perawat untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi klien dengan kebutuhan yang kompleks.
Untuk menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada klien, harus tersedia criteria dalam area
praktek yang mengarahkan keperawatan mengambil keputusan dan melakukan intervensi
keperawatan secara aman.
Misalnya organisasi profesi keperawatan, setiap anggota organisasi akan tertib dalam
melaksanakan tugasnya dan tidak akan bentrok dengan anggota yang lainnya karena tugas
mereka sudah diatur dengan kesepakatan yang sudah ada. Profesi keperawatan akan tertib
apabila para anggota menjalankan tugas sesuai dengan keahliannya. Organisasi profesi
keperawatan juga akan memperluas ruang gerak profesi keperawatan. Hal ini dikarenakan
organisasi ini terstruktur dan semua perawat di Indonesia bergabung ke dalam organisasi ini
sehingga ruang gerak profesi akan luas dan mereka juga bisa tukar informasi sehingga tidak ada
diantara perawat yang akan ketinggalan informasi.
3. Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
Organisasi profesi bertugas untuk menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi.
Para warga profesi mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat dan pengurus organisasi lah
yang akan menampung semua pendapat itu dan menghimpunnya sehingga terciptalah sebuah
kerjasama yang baik. Di organisasi profesilah pendapat warga profesi akan ditampung dan
disatukan. Warga profesi yang juga merupakan pengurus akan mengadakan sebuah rapat dan
mereka berhak untuk berpendapat dan dengan adanya perbedaan pendapat maka pengurus akan
bermusyawarah untuk menyatukan pendapat warga profesi.
Contohnya : organisasi profesi keperawatan yang ada akan menghimpun pendapat warga
profesi. Pengurus organisasi juga bertugas untuk menyatukan pendapat warga profesi.
4. Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif
dalam mengembangkan dan memajukan profesi
Organisasi profesi juga memberikan kesempatan kepada para warga profesi untuk
berkarya dan berperan aktif di dalam organisasi tersebut sesuai dengan kemampuannya. Para
warga berhak untuk berkarya dalam mengembangkan dan memajukan profesi yang mereka
tekuni.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Agustus Tahun 2017
Standar akreditasi untuk rumah sakit yang mulai diberlakukan pada Januari 2018 ini diberi nama
Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 dan disingkat menjadi SNARS Edisi 1 tahun 2017.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar akreditasi baru
yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut dengan edisi
1, karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk akreditasi
rumah sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab. Dalam
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang selanjutnya disebut SNARS Edisi 1
ini juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab penting pada SNARS
Edisi 1 ini, referensi dari setiap bab dan juga glosarium istilah-istilah penting, termasuk
juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Garis besar Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2017 berisi sebagai berikut :
Program Nasional
Sasaran I Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Dan Peningkatan Kesehatan Ibu Dan
Bayi
Sasaran II Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis
Sasaran IV Pengendalian Resistensi Antimikroba
Sasaran V Pelayanan Geriatri
Kualitas rumah sakit tak hanya terlihat dari bangunan megah, dokter-dokter berpengalaman,
obat-obatan yang lengkap, dan peralatan medis yang serba canggih. Rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan lebih terbuka pada masyarakat.
Namun, pertanyaannya, tolok ukur apa yang bisa dijadikan pegangan untuk menentukan bahwa
sebuah rumah sakit memiliki pelayanan terbaik? Mengingat hingga kini sebagian masyarakat
Indonesia lebih melirik rumah sakit di negara tetangga daripada rumah sakit di negeri sendiri.
Sebenarnya pemerintah telah menerapkan standar kualitas pelayanan rumah sakit dan
membaginya menjadi sejumlah golongan. Ada pula penghargaan semacam ISO untuk rumah
sakit. Namun, alangkah lebih baik jika kita mengikuti standar lain seperti JCI untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Joint Commission International (JCI) adalah divisi dari Joint Commission International, di
bawah The Joint Commission. Selama lebih dari 50 tahun, The Joint Commission dan
organisasinya telah mendedikasikan diri dalam peningkatan kualitas dan keselamatan kesehatan.
Misi JCI sendiri adalah meningkatkan kualitas kesehatan secara terus-menerus kepada
masyarakat, dengan bekerja sama dengan para stakeholder, mengevaluasi organisasi pelayanan
kesehatan, serta memberikan inspirasi dalam peningkatan penyediaan pelayanan yang aman,
efektif yang paling tinggi, dan bernilai mutunya.
Dari ribuan rumah sakit di Indonesia, baru beberapa rumah sakit yang berhasil mendapatkan
akreditasi dari JCI. Rumah sakit Premier Bintaro mendapatkan akreditasi JCI pada 15 Januari
2011 lalu dan merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan standard terbaru
edisi 4 di tahun 2011 .RS Premier Bintaro berhasil kembali meraih Triennial atau Reakreditasi di
awal tahun 2014. Keberhasilan meraih penghargaan ini semakin menunjukkan kredibilitas RSPB
yang dikenal sebagai rumah sakit yang berorientasi pada kualitas dan keselamatan pasien yang
merupakan jiwa dari akreditasi tsb.
Dengan memenuhi syarat-syarat JCI ini, banyak manfaat yang didapatkan. Dokter menjadi lebih
komunikatif, dokumentasi dan ketepatan pasien sejak masuk dan berobat hingga keluar terdata,
pelayanan dan sarana-prasarana rumah sakit semakin baik dan terawat dan sebagainya.
Keberhasilan RS Premier Bintaro dalam meraih Akreditasi Internasional dari JCI ini merupakan
hasil kerja keras dari personil rumah sakit mulai dari Dokter, perawat dan staf non medis yang
memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan yang
bertaraf internasional. Pencapaian yang merupakan lompatan signifikan bagi RSPB ini tentunya
bukan akhir dari perjalanan menuju pelayanan berkualitas bertaraf Internasional tetapi sebagai
langkah awal dari upaya peningkatan kualitas pelayanan yang berkesinambungan.
Skip to content
Irum Khoirum
Akreditasi JCI
28 April 2013
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasakan hal tersebut, beberapa dekade
terkahir ini munculah istilah akreditasi untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah
sakit. Secara umum akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang
seseorang untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya.
Beberapa definisi lebih lanjut tentang akreditasi rumah sakit tingkat internasional dijelaskan oleh
beberapa lembaga, yaitu:
Akreditasi internasional rumah sakit adalah akreditasi yang diberikan oleh pemerintah dan/atau
Badan Akreditasi Rumah Sakit taraf Internasional yang bersifat Independen yang telah
memenuhi standar dan kriteria yang ditentukan.
Akreditasi adalah proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit
utamanya rumah sakit non pemerintah, oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan standar
internasional yang telah ditetapkan. Akreditasi disusun untuk meningkatkan keamanan dan
kualitas pelayanan kesehatan. Akreditasi saat ini mendapat perhatian dari publik internasional
karena merupakan alat pengukuran dan evaluasi kualitas pelayanan dan manajemen rumah sakit
yang efektif.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional rumah sakit
adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga akreditasi internasional berdasar
standar dan kriteria yang ditetapkan untuk meninngkatkan kualitas pelayanan dan perawatan
kesehatan.
Di Indonesia akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun internasional telah diatur oleh
pemerintah melalui Undang – Undang maupun peraturan tertulis lainnya, yaitu:
ayat 1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
ayat 2. Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar
akreditasi yang berlaku.
1. Permenkes No. 659 tahun 2009 tentang rumah sakit kelas dunia
SK Menkes No.436 tahun 1993 menyatakan berlakunya standar pelayanan rumah sakit
dan standar pelayanan medis.
Tujuan dariakreditasi internasional JCI rumah sakit adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien tanpa meningkatkan biaya. Akreditasi Rumah sakit JCI versi terbaru ini
sudah disosialisasikan oleh kemenkes RI. Beberapa hal yang harus dipelajari dan di mengerti
dalam menerapakan Akreditasi JCI untuk rumah sakit di Indonesia yaitu:
JCI juga menawarkan sertifikasi program perawatan klinis, seperti program untuk perawatan
stroke, perawatan jantung, atau penggantian sendi. Program akreditasi JCI didasarkan pada
kerangka kerja standar internasional yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Semua akreditasi
JCI dan program sertifikasi bercirikan sebagai berikut:
1. Tim survei lapangan dan penentuan agenda survei akan bervariasi tergantung pada besar-
kecilnya organisasi pelayanan kesehatan dan jenis layanan yang diberikan. Sebagai
contoh, sebuah rumahsakit yang memiliki berbagai spesilis yang cukup banyak mungkin
memerlukan survei empat atau lima hari oleh dokter, perawat, dan administrator,
sementara rumah sakit dengan 50 tempat tidur dan spesialisasi di satu bidang mungkin
hanya memerlukan survei lebih pendek dengan tim yang lebih kecil.
Akreditasi JCI ini dirancang agar absah, dapat dipercaya, dan objektif. Berdasarkan analisis hasil
survei, keputusan akreditasi akhir dibuat oleh komite akreditasi internasional.
Rumah sakit pelayanan kesehatan yang ingin diakreditasi oleh Joint Commission International
(JCI) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Persyaratan Umum untuk Survei yaitu Setiap rumah sakit pelayanan kesehatan dapat
mendaftar untuk diakreditasi JCI jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi dengan izin sebagai rumah sakit penyedia
layanan kesehatan di negara yang bersangkutan.
2. Rumah sakit tersebut harus bersedia dan siap bertanggung jawab untuk meningkatkan
kualitas rawatan dan layanannya.
3. Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang ditentukan oleh standar JCI.
Sebuah survei akreditasi menilai sejauh mana rumah sakit memenuhi standar dan pernyataan
tujuan standar JCI.
Survei di lokasi akan mempertimbangkan faktor budaya dan/atau faktor hukum khas yang dapat
mempengaruhi atau menentukan keputusan terkait dengan penyediaan perawatan dan/atau
kebijakan dan prosedur rumah sakit.
Komite Akreditasi JCI membuat keputusan akreditasi berdasarkan temuan survei. Rumah sakit
dapat menerima salah satu dari dua keputusan akreditasi sebagai berikut Diakreditasi atau
Ditolak permohonan akreditasinya. Keputusan akreditasi ini didasarkan atas apakah rumah sakit
telah memenuhi amar keputusan atau tidak. Silakan mengacu pada Pedoman Proses Survei atau
mengakses peraturan di situs Web JCI untuk deskripsi amar keputusan.
Pemberian Akreditasi yaitu untuk memperoleh akreditasi, rumah sakit harus unjuk bukti bahwa
seluruh standar dipatuhi dan mencapai skor angka minimal standar sebagaimana tercantum
dalam amar keputusan. Rumah sakit yang Terakredirasi menerima Laporan Resmi Temuan
Survei dan sertifikat penghargaan. Laporan ini menunjukkan tingkat pemenuhan terhadap
standar JCI yang dicapai rumah sakit.
Pemberian akreditasi ini berlakuselama tiga tahun kecuali dicabut JCI. Akreditasi ini berlaku
surut sejak hari pertama setelah JCIselesai melakukan survei di rumah sakit atau sejak survei
terfokus yang kemudian perlu dilakukan telah selesai.
Pada akhir siklus tiga tahun akreditasi rumah sakit harus dievaluasi ulanguntuk memenuhi
persyaratanpembaharuan pemberian akreditasi. Jika selama periode akreditasi, rumah sakit
mengalami perubahan struktur, kepemilikan, atau layanan, JCI harus diberitahu. JCI kemudian
akan menentukan perlu tidaknya menyurvei ulang rumah sakit dan/atau membuat keputusan
akreditasi baru.
Prasurvei
Sebuah rumah sakit yang ingin diakreditasi memulai proses itu dengan melengkapi dan
mengajukan aplikasi untuk survei. Dokumen ini memberi informasi penting tentang rumah sakit,
termasuk kepemilikan, demografi, jenis dan banyaknya layanan yang diberikan baik secara
langsung, berdasarkan kontrak maupun berdasarkan pengaturan lainnya.Aplikasi untuk survei: