Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO.

1, PEBRUARI 2012:7180

ANALISIS POLA, JENIS, DAN PENYEBAB KERUSAKAN


BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR

Ahmad Dardiri

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pola, jenis, dan penyebab
kerusakan bangunan. Penelitian dilakukan terhadap 32 gedung SD di Kota Malang
yang dipilih secara purposive. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kerusakan komponen bangunan mencakup kerusakan
pelapis dinding (plesteran) (60,8%), lantai (60,20%), plafon hanger (37,5%), pintu/
jendela (25,00%), penutup plafond (21,88%), kap/atap (18,75%), pondasi (3,64%),
kolom dan balok (2,20 %). Penyebab kerusakan adalah faktor manusia dan faktor
alam. Faktor manusia berupa kurangnya pemahaman dan pengetahuan tenaga kerja
terhadap teknik pelaksanaan konstruksi dan kurangnya perhatian penggunan untuk
melakukan perawatan, sedangkan faktor alam terutama akibat radiasi matahari dan
tekanan hujan.

Kata-kata kunci: pola, penyebab, kerusakan bangunan

Abstract: Analysis of pattern, type, and cause of damages on elementary school


building. This study aims to reveal the pattern, type and cause of damage on
elementary schools buildings. The study was conducted on 32 school buildings at
Malang city that were selected by using purposive sampling techniques. Data were
analyzed descriptively. The results show that damages of the building components
are cladding wall (60,8%), floors (60,2%) the ceiling (37.5%), doors/windows
(25,00%), roof (18.75%), foundations (3.64)%, column and beam (2.20%). The
causes of the damages are human and natural factors. Human factors include lack of
understanding and knowledge of the workforce on construction techniques and lack
of the user’s attention on maintenance, while natural factors are mainly due to solar
radiation pressure and rain.

Keywords: pattern, cause, damages of building

K ajian pola, jenis dan faktor penyebab


kerusakan bangunan merupakan hal
penting yang tidak terpisahkan dari kajian
tersebut, para pelaku pembangunan seperti
perencana, pelaksana, dan pengawas dapat
melakukan antisipasi terhadap kemung-
tentang ilmu bangunan. Dengan kajian kinan terjadinya kerusakan pada pekerja-

Ahmad Dardiri adalah Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Email: ahmaddardiri.um@gmail.com Alamat Kampus: Jl. Semarang 5 Malang 65145.

71
72 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180

annya mendatang. Bagi pemilik atau beranggapan bahwa kerusakan tersebut


pengguna bangunan data identifikasi dapat merupakan hal yang sering dan banyak
digunakan sebagai informasi untuk me- terjadi pada setiap proses pembangunan.
lakukan tindakan perbaikannya. Dipihak Dengan kata lain, masyarakat mengang-
lain mahasiswa dan para ilmuwan bidang gap kerusakan adalah sebuah kewajaran.
rekayasa konstruksi bangunan dapat me- Secara teknis kerusakan tersebut dapat
manfaatkan kajian untuk menemukan dan dihindarkan, jika para pelaku pembangun-
mengembangkan terori-teori baru atau an memiliki pengetahuan dan pemaham-
metode-metode pelaksanaan konstruksi an yang benar tentang teknis pelaksanaan
yang terus berkembang dari waktu ke pekerjaan. Pemahaman dan kepedulian
waktu sesuai kemajuan teknologi. para pelaku pembangunan maupun ter-
Kajian tentang kerusakan dan tingkat hadap antisipasi kerusakan bangunan
keawetan bangunan diperlukan masya- masih rendah (Dardiri & Rahayu, 1999);
rakat luas. Permasalahan penetapan jenis (Konstruksi, 1992 Maret 2026). Lebih
kerusakan bangunan oleh ahli bangunan 95% tukang bangunan tidak pernah me-
ibarat tindakan seorang dokter yang me- ngenyam pendidikan formal Sekolah
lakukan diagnosa terhadap pasiennya, se- Menengah Kejuruan, bahkan sebagian
belum menetapkan tindakan pengobatan besar mereka hanya lulusan SD.
secara tepat. Bagi pengguna bangunan Kerusakan bangunan sangat merugi-
memerlukan bantuan para ahli bangunan kan masyarakat karena bangunan tidak
untuk mendiagnosa kerusakan dan lang- dapat difungsikan sebagimana mestinya.
kah-langkah perbaikannya. Jadi, data pola Dari aspek ekonomis, kerusakan bangun-
jenis dan faktor penyebab kerusakan an mengakibatkan masyarakat juga harus
bangunan diperlukan oleh masyarakat pe- mengeluarkan biaya tambahan untuk
laku pembangunan maupun pengguna memperbaiki kerusakan yang terjadi agar
bangunan. bangunan dapat dipergunakan sebagai-
Berdasarkan pengamatan terhadap mana mestinya. Pada gedung-gedung
berbagai bangunan di lapangan, khusus- sekolah dasar, kerusakan bangunan yang
nya gedung sekolah dasar di wilayah parah akan mengganggu pelaksanaan
Malang menunjukkan bahwa banyak proses pembelajaran. Oleh karena itu,
bangunan sekolah yang masih baru ter- sedapat mungkin kerusakan harus di-
nyata telah mengalami kerusakan, misal- hindarkan. Penurunan kualitas bangunan
nya terjadinya retak pada lapisan penutup bisa juga terjadi akibat terabainya peng-
dinding (plesteran), talang bocor, bocor guna bangunan melakukan perawatan
pada dinding gewel, bocor pada plat dan pemeliharaan. Busono (2011:1), me-
lantai kamar mandi, lepasnya ikatan ke- ngemukakan hasil penelitian bahwa masih
ramik, tumbuhnya lumut, atau kerusakan- ada sekolah yang kurang memperhatikan
kerusakan bagian bangunan lainnya. Aki- fasilitas pendukung dan tidak secara ber-
bat kerusakan yang parah pada bangunan kala melaksanakan pemeliharaan bangun-
sekolah dapat menimbulkan gangguan an.
pelaksanaan pembelajaran, siswa harus Kualitas bangunan dapat dilihat dari
belajar di pengungsian karena kondisi aspek kekuatan konstruksi, keawetan ma-
sekolah yang mengancam keselamatan terial, keindahan tampilan, dan kemurahan
mereka (Kompas, 2001). harganya. Kekuatan konstruksi ditentu-
Jika kerusakan tersebut ditanyakan kan oleh ketepatan pemilihan sistem
kepada pemilik, pelaksana, atau peng- struktur dan pemilihan bahan, kebenaran
awas pembangunan, sering diperoleh pelaksanaan, serta tingkat kehalusan pe-
jawaban yang kurang memuaskan. Mereka nyelesaiannya. Dengan kata lain, kualitas
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 73

bangunan ditentukan sejak saat perenca- Kerusakan bangunan disebabkan oleh


naan, pelaksanaan, maupun tahap peng- berbagai faktor, antara lain: (a) rendah-
gunaan/pemeliharannya. Sebaik apa pun nya kualitas bahan, (b) kesalahan peren-
perencanaan jika tidak dilaksanakan se- canaan, (c) kesalah proses pelaksanaan,
cara benar tidak akan menghasilkan dan (d) lemahnya pengawasan. Ransom
bangunan yang berkualitas. (1981), menyebutkan tujuh faktor penye-
Data keawetan material merupakan bab kerusakan material, yaitu (1) radiasi
informasi yang diperlukan oleh perencana matahari, (2) iklim setempat, (3) faktor
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan biologis, (4) gas-gas yang merusak mate-
mengetahui tingkat keawetan material rial, (5) kandungan garam dalam tanah
bangunan, perencana dapat mengambil dan air, (6) faktor produksi, dan (7) pe-
keputusan secara cepat dan tepat terhadap nyimpanan material. McKaig (1961),
pilihan material sesuai ketersediaan dana. mengatakan kerusakan bangunan disebab-
Namun informasi yang spesifik dan kom- kan faktor manusia, yakni (1) kekurang-
prehensif tentang keawetan material belum tahuan perencana, pelaksanan, dan peng-
banyak ditemukan di masyarakat. Kalau- awas; (2) faktor ekonomi mencakup
pun ada masih terlalu umum dan bersifat biaya pembangunan dan biaya perawatan;
teoritik. (3) kecerobohan pelaku pembangunan
Sebagai contoh, dari brosur yang di- sejak perencanaan, pelaksanaan dan peng-
keluarkan oleh produsen cat, biasanya awasan; dan (4) faktor bencana alam se-
hanya disebutkan kegunaan, macam warna, perti gempa, banjir, badai, kebakaran,
dan cara pemakaiannya. Bagian yang dan sebagainya.
penting yang diperlukan oleh pengguna Dari uraian di atas, dapat dikatakan
produk yaitu seberapa tinggi keawetan- bahwa kerusakan bangunan terjadi akibat
nya justru tidak disebutkan. Untuk bahan tiga hal yaitu pertama faktor manusia
dari kayu keawetan diketahui dari teori yakni pelaku pembangunan yang kurang
buku-buku teks konstruksi kayu atau dari profesional; kedua, faktor alam mencakup
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, iklim, cuaca, biologis, kimia; dan ketiga
sedangkan untuk kayu olahan yang banyak faktor bencana alam. Indonesia yang ber-
digunakan justru tidak ada datanya. ada pada daerah rawa gunung berapi
Kerusakan bangunan merupakan pro- (ring of fire) memiliki kerawanan tinggi
ses melemahnya kekuatan dan ketahanan terhadap bencana gempa khusunya jika
konstruksi dan material bangunan me- gempa tersebut melebihi kapasitas ke-
nerima beban-beban dari luar atau beban kuatan bangunan uyang direncanakan. Di
berat sendiri sehingga melebihi kapasi- pihak lain, eksploitasi alam secara sem-
tasnya. Jika kondisi tersebut dibiarkan, barangan dapat menimbulkan bencana
lama-kelamaan akan terjadi penurunan longsor, banjir, maupun perubahan iklim
kualitas dan akhirnya terjadi kehancuran yang juga berpotensi menurunkan kua-
bangunan. Kerusakan ini bisa terjadi pada litas bangunan.
tahap proses perencanaan (prakonstruksi), Pola kerusakan bangunan adalah
tahap pelaksanaan (konstruksi), maupun model kerusakan yang dapat memberikan
tahap penggunaan (pascakonstruksi). Me- gambaran tentang kecenderungan ke-
nurut Sulaiman (2005), kerusakan ba- samaan bentuk dan kejadian kerusakan
ngunan adalah cacat atau kegagalan bangunan baik kerusakan struktur mau-
fungsi, performa, tatalaksana atau syarat- pun kerusakan nonstruktur. Berdasarkan
syarat sebuah bangunan sehingga me- pola kerusakan tersebut dapat ditelusuri
ngurangi layanan bagi penggunanya. penyebabnya. Ransom (1991:149), meng-
74 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180

gambarkan pola kerusakan bangunan dan beton mencakup kesalahan pelaksanaan,


persentasenya sebagaimana Gambar 1. pengeringan dan penyusutan, tekanan
Wilayah Indonesia yang beriklim cuaca, penyerapan udara oleh beton, ko-
tropis dengan dua musim, yaitu musim rosi, reaksi kimia, iklim, tekanan gelom-
kemarau dan hujan memiliki pola ke- bang air laut, erosi, kesalahan gambar
rusakan yang berbeda dengan daerah sub- detail dan kesalahan desain; (3) konstruksi
tropis yang beriklim empat musim. Selain kayu mencakup kerusakan akibat orga-
itu, letak geografis Indonesia yang berada nisme agresif, cuaca, zat-zat agresif, dan
pada pertemuan lempeng dunia dan dae- berbagai jenis serangga (rayap), sehingga
rah gunung berapi memiliki kerawanan bahan tersebut mengalami penurunan
terhadap kerusakan akibat bencana alam. kekuatan atau fungsinya pada bangunan.
Berdasarkan pengamatan terhadap ke- Penurunan kekuatan material dapat ter-
rusakan nonstruktural di lapangan me- jadi sebagai akibat umur bangunan me-

30
25 24
20 18
15 16 17 15
10
5 5 5
0

Gambar 1. Pola Kerusakan Komponen Bangunan (Ransom, 1991)

nunjukkan bahwa sebagian besar diakibat- lampaui standar batas yang telah ditentu-
kan oleh rusaknya cat/warna/politur, lumut kan, maupun akibat kelebihan beban-
dan kerusakan akibat jamur McKaig beban yang bekerja dari standar yang
(1962), Ransom (1991). Pola kerusakan telah ditetapkan. Keawetan akan semakin
struktur yang banyak dijumpai di lapang- memburuk apabila tidak dilakukan pe-
an berupa retakan dinding, balok beton, rawatan yang baik terhadap bangunan
bocornya talang, pecahnya pondasi/din- yang ada.
ding, dan rusaknya struktur kayu akibat Tingkat keawetan material berkait
lapuk oleh hujan. Johnson (1965), me- dengan karakteristik material itu sendiri
nyatakan kerusakan struktur konstruksi dalam menerima perubahan lingkungan
bangunan mencakup (1) konstruksi baja atau perlakuan beban-beban yang terjadi
yaitu korosi, abrasi, kerusakan sambung- padanya. Karakteristik material men-
an, dan keleahan struktur; (2) konstruksi cakup karakteristik fisik dan kimia yang
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 75

untuk setiap bahan berbeda-beda. Ke- sebagaimana disajikan pada Tabel 1.


kerasan butir, keuletan serat, daya serap Berdasarkan data Tabel 1, diketahui
air dalam udara, kepadatan, dan porositas bahwa keawetan kayu ditetapkan ber-
adalah beberapa contoh karakteristik fisik dasarkan jenis kayu dan ketahanan kayu
bahan bangunan. terhadap perusak kayu, baik berupa iklim
Cokrodimulyo (1997), menyatakan maupun perusak biologis seperti serangga
bahwa keawetan beton ditentukan oleh dan organisme lainnya.
(1) kualitas bahan dasar pembentuknya Dewasa ini di pasaran terdapat ba-
yaitu portland cement (PC), dan agregat nyak produk kayu buatan (olahan) seperti
serta airnya; (2) komposisi campuran; tripleks, multipleks, plywood, lumber coal,
(3) cara pengadukan dan pengerjaan pe- dan sebagainya. Produk kayu olahan di-
nuangan; (4) cara pemadatan, dan (5) cara buat dengan teknologi kayu lapis yang
perawatan selama proses pengerasan. dilekatkan dengan lem. Oleh karena itu
Jika semua faktor tersebut terpenuhi jenis kayu ini hanya cocok digunakan
sesuai standar maka beton akan memiliki untuk bagian penutup, tidak tahan air dan
keawetan yang tinggi sebaliknya jika cuaca. Produk kayu olahan tidak dianjur-
tidak sesuai dengan standar maka beton kan dipasang di tempat terbuka dan ber-
yang dihasilkan akan berkurang keawetan- hubungan langsung dengan air.
nya. Dumanauw (1982), menegaskan tiga Berdasarkan Yayasan Dana Normali-
faktor yang menentukan keawetan kayu sasi Indonesia (YDNI, 1981) kekuatan
adalah faktor fisik kayu, faktor mekanis batu merah ditinjau dari kekuatannya
(pembebanan), dan faktor kimia. Dalam dibagi dalam tiga tingkat mutu (TM),
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesai yaitu TM I, TM II, dan TM III. TM I
(PKKI) NI-20, disebutkan bahwa tingkat memiliki ketahanan tekan rerata >100
keawetan kayu diklasifikasikan dalam kg/cm2; TM II memiliki kekuatan rerata
lima tingkatan keawetan berdasar pe- 80100 kg/cm2; dan TM III memiliki ke-
makaian, perawatan, dan keawetan me- kuatan rerata 60-80 kg/cm2. Menurut
nahan serangan serangga perusa kayu Ransom (1991) dinding batu merah bakar

Tabel 1. Klasifikasi Keawetan Kayu di Indonesia


Pemakaian /Kelas Awet I II III IV V
Selalu berhubungan dengan tanah 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat
lembab pendek pendek
Hanya dipengaruhi cuaca tetapi dijaga 20 tahun 18 10 tahun Beberapa Sangat
agar tidak terendam air dan tidak tahun tahun pendek
kekurangan udara
Di bawah atap tidak berhubungan Tidak Tidak Sangat Beberapa Pendek
dengan lembab dan tidak kekurangan air terbatas terbatas lama tahun
Di bawah atap tidak berhubungan Tidak Tidak Sangat Beberapa 10 tahun
dengan lembab dan tidak kekurangan air terbatas terbatas lama 20 tahun
tetapi dipelihara dengan baik dan dicat

Serangan rayap tanah tidak Tidak Jarang Cepat Sangat


cepat
Serangan rayap kayu kering Tidak Tidak Hampir Tidak Sangat
tidak berarti Cepat

(Sumber: Dumanauw, 1982:79)


76 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180

yang memiliki absorsi kurang dari 7% bangunan yang dicat terkait dengan
dari beratnya memiliki ketahanan ter- koefisien muai bahan terkait dengan
hadap oleh air lebih baik. angka muai bahan terhadap perubahan
Mortar sebagai salah satu unsur cuaca.
pengikat pasangan batu merah berperan Faktor yang menjadi penyebab ke-
untuk memperkuat kualitas pasangan rusakan bangunan gedung terutama ada-
batu merah. Mortar yang dibuat dari lah faktor manusia, yakni desain tidak
bahan pengikat hidrolis dan bahan peng- anti gempa atau anti hama; pilihan kua-
isi (agregat) secara langsung akan ber- litas bahan rendah; pengerjaan konstruksi
pengaruh terhadap keawetan pasangan. kurang baik; pemeliharaan kurang baik;
Mutu mortar ditetapkan dalam NI 3, penggunaannya keliru; dan faktor alam
sesuai dengan kekuatan. Kualitas mortar yakni pengaruh cuaca/iklim; lokasi/kon-
selain ditentukan oleh kualitas bahan disi tanah labil maupun tanah sebagai
pembentuknya juga dipengaruhi oleh habitat hama; hama rayap yang me-
cara pengadukannya. Pengadukan yang nyerang; penyakit jamur dan lumut; serta
tidak merata menimbulkan homogenitas gempa bumi. Dari banyaknya kerusakan
mortar menjadi tidak baik sehingga meng- komponen yang terjadi, ternyata faktor
akibatkan kualitas ikatan tidak sempurna. alam lebih dominan pengaruhnya di-
Sering dijumpai di lapangan, seorang banding faktor manusia.
tukang batu tidak melakukan proses Secara geografis, kepulauan Indone-
pencampuran mortar sesuai dengan cara- sia berada diantara 6o LU11o LS dan 95o
cara yang benar. BT141o BT menempati zona tektonik
Kekuatan dan keawetan mortar akan yang sangat aktif karena pertemuan tiga
optimal jika pada saat proses terjadinya lempeng besar dunia (Circum Pacific
proses pengikatan awal berlangsung se- Belt, Trans Asiatic Belt, dan Mid-Atlantic
cara bersama-sama. Dardiri (1995), me- Oceanic Belt), serta sembilan lempeng
laporkan waktu pengikatan awal mortar kecil lainnya saling menekan (Gambar 2)
yang berbeda menghasikan kualitas ke- dan membentuk jalur-jalur pertemuan
kuatan spesi yang berbeda. Dengan de- lempeng yang kompleks (Bird, 2003).
mikian dituntut ketika proses pengadukan Keberadaan interaksi antarlempeng-lem-
campuran harus dilakukan secara benar, peng tersebut menempatkan wilayah
sehingga diperoleh spesi yang benar- Indonesia sebagai wilayah yang sangat
benar homogenitas. Hal tersebut akan rawan terhadap gempa bumi (Milson et
dicapai jika para pelaksana pekerjaan me- al., 1992). Tingginya aktivitas kegempa-
miliki pemahaman yang memadai ten- an ini dapat dilihat dari hasil pencatatan
tang teknologi bahan. dalam rentang waktu 18972009, terdapat
Keawetan pekerjaan finishing (cat lebih dari 14.000 kejadian gempa dengan
dan politur) dipengaruhi oleh kualitas magnitude M >5.0. Kejadian-kejadian
bahan pembentuknya, perlindungan dari gempa utama (main shocks) dalam ren-
radiasi matahari, dan terpaan air hujan. tang waktu tersebut dapat dilihat dalam
Ransom (1991), menyatakan permukaan Gambar 2. Kerusakan struktur bangunan
bahan yang dicat dan kembang susut banyak ditemukan akibat terjadinya gempa
bahan finishing dalam menerima per- maupun pergerakan tanah.
ubahan cuaca/suhu akan berpengaruh ter- Gempa bumi merupakan fenomena
hadap tingkat keawetannya. Selanjutnya alam yang setiap saat dapat terjadi di
dikatakan permukaan bidang bangunan permukaan bumi. Gempa bumi ini me-
terkait dengan kooefisien penyerapan nyebabkan guncangan atau getaran yang
panas matahari, sedang kekeringan bahan besarnya beragam. Besarnya guncangan
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 77

Gambar 2. Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

beragan mulai yang kecil, sulit dirasakan, lantai (6,20%), plafond hanger (37,5%),
sampai guncangan yang sangat dahsyat pintu/jendela (25,00%), penutup plafond
sehingga mampu meruntuhkan bangunan (37,5%), kerusakan atap (18,75%), ke-
yang kokoh sekalipun (Gempa Aceh rusakan pondasi (6,20%), dan kerusakan
2006). kolom/balok (2,20%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pola, jenis, dan penyebab
PEMBAHASAN
kerusakan bangunan gedung sekolah
dasar di Malang. Kerusakan bangunan gedung SD di
Malang sebagian besar adalah kasus
kerusakan pelapis dinding (plesteran)
METODE yakni sebesar 68,40% kasus. Hal tersebut
Penelitian dilakukan pada 32 bangun- menunjukkan bahwa hampir pada setiap
an gedung Sekolah Dasar di Kota Malang sekolah terjadi kasus kerusakan pelapis
yang ditetapkan secara purposive sampling. dinding. Kerusakan tersebut terutama
Pengumpulan data dilakukan dengan ob- berupa rusaknya cat/warna, tumbuhnya
servasi lapangan dan angket serta wawan- jamur/lumut terutama pada dinding yang
cara dengan kepala sekolah. Data yang berhubungan dengan tanah dan dinding
diperoleh dinalisis secara deskriptif. kamar mandi. Ditinjau dari jenis kerusak-
annya lumut merupakan kerusakan bio-
logis nonstruktural. Indikasi kerusakan
HASIL
ini dapat terlihat jelas perubahan warna
Hasil penelitian dipaparkan pada tegel atau dindingnya yang berwarna
Gambar 3. Berdasar Gambar 3 tersebut coklat muda, kuning atau warna tegel
dapat dikemukakan bahwa bagian kom- yang berubah akibat tumbuhnya lumut.
ponen bangunan sekolah yang paling Kerusakan penutup dinding, pada
banyak menderita kerusakan adalah pe- umumnya terjadi karena rendahnya per-
lapis dinding (60,80%), disusul kerusakan hatian pengguna dalam melakukan pe-
78 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180

70
60 60,8 60,2
50
40 37,5 40,6
30 25
20 18,75
10
0 2,2 6,2

Gambar 3. Ha ntian

rawatan bangunan serta tidak adanya tanpa usaha perawatan, maka akan terjadi
kebiasaan siswa untuk berperilaku bersih kerusakan lanjutan berupa lapuknya kayu
dan sehat, yaitu menyiram air setelah pendukung dan rusaknya penutup plafond.
kencing. Kondisi kayu yang basah mendorong
Kerusakan komponen bangunan yang tumbuhnya lumut/jamur sehingga men-
lain yang cukup besar (40,60%) terjadi jadi sasaran serangan rayap.
pada lantai. Meskipun kerusakan tidak Upaya untuk meningkatkan keawetan
cukup parah, namun hampir dijumpai bagian konstruksi kayu harus dilakukan
pada setiap sekolah yang dijadikan objek pemeliharaan secara rutin dan terencana.
pengamatan. Kerusakan lantai terjadi ter- Menurut Departemen Permukiman dan
utama lantai kamar mandi/wc yang ber- Prasarana Wilayah (Depkimpraswil)
ubah warna karena aus atau sisa-sisa (2002) dalam Sucipto (2009), agar ba-
kotoran yang melekat dan sulit dibersih- ngunan tetap memiliki fungsinya, harus
kan. Beberapa ruang kelas SD masih selalu dilakukan usaha perawatan. Pe-
menggunakan tegel abu-abu 20 x 20 cm rawatan yang didasarkan pada upaya
yang kondisinya kurang baik. mentaati kebutuhan spesifik (hukum,
Kerusakan berikutnya adalah ke- keamananan, keindahan, atau kontrak),
rusakan plafon 37,60%, terutama pada kebutuhan fungsional, menghindari cacat,
daerah yang berhubungan dengan pinggir- melindungi kegunaan bangunan, dan fasi-
an list plank (gewel atau talang datar). litasnya agar sesuai standar yang dimak-
Kerusakan tersebut terjadi umumnya sudkan. Menurut DBE-USAID (2010)
karena usia yang sudah lama dan bocor- bab VII pasal 32, pengelola memiliki
nya talang atau tutup kompres list plank. kewajiban untuk melakukan pemelihara-
Hal tersebut terjadi karena jenis kayu an asset milik negara/daerah mencakup
yang digunakan sebagai bahan list plank administrasi, fisik, dan hukum. Pada sisi
pada umunya dari jenis kayu kelas III lain faktor kompetensi tenaga kerja men-
(Meranti) atau bahan kayu tahun yang jadi sangat penting dalam menghasilkan
masih muda. Jika bagian list plank atau bangunan yang berkualitas dan awet.
bagian talang rusak (bocor) maka akan Kompetensi bukan hanya terkait dengan
berakibat pada bocornya talang yang keterampilan tetapi juga pemahaman
akan mengena pada konstruksi plafond pengetahuan tentang teknologi konstruksi
hanger. Jika kondisi tersebut dibiarkan secara benar. Ironisnya, justru hampir
Dardiri, Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar 79

sebagian besar tukang bangunan tidak rusaknya komponen alat penggantung/


memiliki pengetahuan yang cukup. Hal pengunci/kaca yakni rusaknya slot pe-
tersebut diindikasi dari rendahnya tingkat ngunci dan grendel. Rendahnya kualitas
pendidikan, sebagian mereka hanya lulus alat penggantung/pengunci dan kurangnya
SD dan mereka cenderung sering bekerja pemeliharaan menjadi faktor dominan ter-
asal-asalan (Dardiri, 2000; Priyono, 1997). hadap penyebab kerusakan komponen
Ditinjau dari kerusakan komponen tersebut.
konstruksi kap/atap/plafond, diketahui ke-
rusakan tertinggi pada list plank dan
SIMPULAN DAN SARAN
talang 60,2%; konstruksi plafond 37,5%;
dan konstruksi atap (37,5%). Angka- Faktor penyebab kerusakan bangun-
angka tersebut menunjukkan bahwa ke- an gedung SD adalah faktor manusia,
rusakan pada komponen atap/kap/plafond yakni pilihan kualitas bahan rendah; pe-
cukup besar. Berdasarkan observasi dan ngerjaan konstruksi kurang baik; peme-
wawancara, bahan-bahan yang dipilih liharaan kurang baik; dan faktor alam
untuk komponen konstruksi tersebut yakni pengaruh cuaca/iklim; lokasi/kon-
adalah kayu Meranti. Kayu Meranti disi tanah yang labil maupun tanah
merupakan kayu kelas III yang memiliki sebagai habitat tempat hama rayap yang
karakteristik tidak tahan ditempatkan menyerang; penyakit jamur dan lumut;
pada daerah terbuka seperti untuk list serta kerusakan akibat pergerakan tanah.
plank atau papan talang yang selalu Dari banyaknya kerusakan komponen
mendapatkan radiasi panas dan curahan yang terjadi, ternyata faktor alam lebih
hujan yang sempurna. Perencana hanya dominan pengaruhnya dibanding faktor
mempertimbangkan jenis bahan tersebut manusia.
dipilih karena harganya yang murah. Berdasar simpulan, disarankan ke-
Dengan kata lain, perencana/pemilik tidak pada pihak pemerintah/desa, bila akan
memilih bahan berdasarkan fungsi tetapi membangun gedung sekolah (1) hendak-
semata-mata melihat dari keterbatasan nya menyediakan lahan yang tidak labil,
dana. bebas banjir, dan jauh dari koloni rayap;
Ditinjau dari aspek kerusakan struk- dan (2) dapat menyediakan bahan bangun-
tur beton, kerusakan bangunan sekolah di an yang berkualitas dan pengerjaan yang
Malang diketahui sebagai berikut: keru- baik. Kepada pihak sekolah (1) untuk
sakan kolom/balok (2,2%) dan kerusakan dapat melakukan observasi secara berkala
pondasi (6,4%). Meskipun secara umum guna mengetahui kerusakan secara diri;
wilayah Indonesia merupakan wilayah (2) melakukan pemeliharaan secara rutin,
gempa tektonik, namun wilayah Malang agar kerusakan tidak menjadi lebih parah
memiliki kondisi tanah yang cukup stabil dan membahayakan penghuni; (3) bahan
dan struktur tanah yang kuat, sehingga kayu yang digunakan untuk perbaikan
kerusakan yang terjadi bukan akibat hendaknya diawetkan, dilapisi colteer
gempa bumi tetapi akibat pergerakan atau bahan anti oksidan; dan (4) menye-
aktif tanah. Hal tersebut teramati pada diakan tenaga tukang bangunan yang siap
bangunan-bangunan yang berada pada setiap saat.
lahan yang berlereng tajam maupun ba-
ngunan sekolah yang terletak di pinggir
DAFTAR RUJUKAN
kali/tebing yang curam.
Kerusakan komponen pintu/jendela/ Busono, T. 2011. Evaluasi Pemenuhan
ventilasi diketahui sebesar 25%. Kerusak- Standar Minimal Sarana dan Pra-
an pintu/jendela pada umumnya berupa sarana Pendidikan Dasar di Kota
80 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:7180

Bandung. Penelitian Pendidikan Vol Johnson, S.M. 1965. Deterioration,


VII (1). H.1. Maintenance and repair Structures.
Dardiri, A. & Rahayu, S. 2000. Kemam- New York: Mc.Graw Hill Book.
puan Profesional Tenaga Kerja Konstruksi. 1992. April. Industri Kons-
Bangunan sebagai Bahan Penetapan truksi Masih Kekurangan Tenaga
Upah dalam Rencana Anggaran Biaya Profesional. H. 2026.
dengan Analisa BOW. Laporan McKaig.T.H. 1962. Building Failure
Penelitian Program Due Like Cases Studies in Construction and
1999/2000 Universitas Negeri Design. New York: Mc. Graw Hill
Malang. Book. Company.
Dardiri, A. 1995. Kuat Tekan Spesi yang Setyawan, W. 2005. Menyoal Kerusakan
Dibuat dengan Campuran Pozolan Bangunan Sekolah. (online)
dari Donomulyo Kabupaten Malang. (http://www.kompascetak/0502/28/
Bangunan I (1) Hal. 5968. Didaktika1580557), diakses 28 Pe-
Dardiri, A. 2000. Sistem Pengupahan dan bruari 2005.
Kompetensi Produktif Tenaga Kerja Keputusan Menteri Permukiman dan Pra-
dalam Rencana Anggaran Biaya. sarana Wilayah RI No. 332/KPTS/
BANGUNAN. No. 1 Tahun 7. Hal. M/2002 tentang Pedoman Teknis
1321. Pembangunan Gedung Negara.
Decentralized Basic Education (DBE-1) – Ransom, W.H. 1987. Building Failure
USAID. 2010. Panduan Ringkas: Diagnosis and Avoidance. London:
Manajemen Aset Sarana-Prasarana E & FRN Spon. Ltd.
Sekolah untuk Mencapai Standar Sucipto, T. 2009. Analisis Keterandalan
Nasional Pendidikan. Bangunan. Departemen Kehutanan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendi- Universitas Sumatra Utara.
dikan Dasar Menengah Kemdiknas. Sulaiman. 2005. Keterandalan Bangunan
Tanpa Tahun. Manual Pemeliharaan Pendidikan. Tesis Sekolah Pasca-
Gedung Sekolah. sarjana IPB Bogor.
Dumanauw. J.F. 1982. Mengenal Kayu. Tjokrodimulyo, K. 1996. Teknologi Beton.
Jakarta: Gramedia. Yogyakarta: Nafiri.
Yap K.H.F. 1999. Konstruksi Kayu.
Bandung: Trimitra Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai