Referat Resusitasi
Referat Resusitasi
PENDAHULUAN
1
kompensata di Rumah sakit India mencapai 98%, sedangkan angka keberhasilan
penanganan syok hipovolemik fase dekompensata di Rumah sakit di India mencapai
40%.1
Terapi cairan yang tepat merupakan salah satu cara untuk penatalaksanaan
syok hipovolemik. Terapi caiarn yang tepat akan berdampak pada penurunan angka
mortalitas pasien syok hipovolemik, akan tetapi terapi cairan yang tidak tepat akan
mengakibatkan komplikasi yang dapat membahayakan pasien misalnya edem paru
dan gangguan elektrolit.1
I.2. Manfaat
1. Mengetahui definisi HPP
2. Mengetahui Penatalaksanaan syok hipovolemik
3. Mengetahui resusitasi cairan pada pasien HPP
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
II.2. Penyebab Perdarahan Pasca Persalinan
4
II.3. Definisi Syok Hipovolemik
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Syok hipovolemik
adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang menyebabkan suatu kondisi
dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen
dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya
oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok.. Paling sering,
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).1
Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang
disebabkan oleh perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau
kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain,
intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive
perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan
yang tidak adekuat.1
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik
berasal dari penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan
cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia
mendorong perubahan metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob.
Hal ini menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolik.1
5
organ nonvital, seperti di kulit, saluran cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem
hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini, dimana akan terjadi pelepasan
hormon kortikotropin, yang akan merangsang pelepasan glukokortikoid dan beta-
endorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas vasopressin, yang akan
meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula akan melepas renin,
menurunkan MAP (Mean Arterial Pressure), dan meningkatkan pelepasan aldosteron
dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia sering terjadi saat
perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat
akibat pelepasan aldosteron dan growth hormone. Katekolamin dilepas ke sirkulasi
yang akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah meningkat.
Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik
mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak
dimana pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean
Arterial Pressure). Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90%
dalam waktu yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun
karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini
pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh
tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.1
6
- Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksan :
- Kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)
- Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan silang
- Profil Hemostasis
- Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
- Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
- Prothrombin time (PT)
- Activated partial thromboplastin time (APTT)
- Hitung trombosit
- Fibrinogen
- Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernafasan ibu.
- Periksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka dan tinggi
fundus uteri.
- Perika jalan lahir daan area perineum untuk melihat perdaharan dan laerasi
(jika ada, misal : robekan serviks atau robekan vagina).
- Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
- Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk (Catatan : produksi urin normal 0,5 – 1
ml/kgBBatau sekitar 30ml/jam).
- Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dl atau secara klinis ditemukan
keadaan anemia berat
- 1 unit whole blood (WB) atau pancked red cells (PRC) dapat menaikkan
hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa normal.
- Mulai lakukan transfusi darah setelah informed consent ditandatangani untuk
persetujuan transfuse
- Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik
sesuai penyebab
7
Tabel 2.1 Jumlah Cairan Infus Pengganti Berdasarkan Perkiraan Volume Kehilangan
Darah
8
II.6. Penilaian Klinik
Tabel 2.2 Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok 4
Volume Tekanan Darah Gejala dan
Derajat Syok
Kehilangan Darah (sistolik) Tanda
Palpitasi,
500-1.000 mL
Normal takikardia, Terkompensasi
(10-15%)
pusing
Lemah,
1000-1500 mL Penurunan ringan
takikardia, Ringan
(15-25%) (80-100 mm Hg)
berkeringat
1500-2000 mL Penurunan sedang Gelisah, pucat,
Sedang
(25-35%) (70-80 mm Hg) oliguria
2000-3000 mL Penurunan tajam Pingsan,
Berat
(35-50%) (50-70 mm Hg) hipoksia, anuria
Tabel 2.3 Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
Uterus tidak berkontraksi dan Syok Atonia uteri
lembek. Bekuan darah pada
Perdarahan segera setelah anak serviks atau posisi
lahir telentang akan
menghambat aliran
darah keluar
Darah segar mengalir segera Pucat Robekan jalan lahir
setelah bayi lahir Lemah
Uterus berkontraksi dan keras Menggigil
Plasenta lengkap
9
Plasenta belum lahir setelah 30 Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
menit traksi berlebihan
Perdarahan segera Inversio uteri akibat
Uterus berkontraksi dan keras tarikan
Perdarahan lanjutan
Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi Retensi sisa plasenta
tidak lengkap tetapi tinggi fundus
Perdarahan segera tidak berkurang
Uterus tidak teraba Neurogenik syok Inversio uteri
Lumen vagina terisi massa Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
Sub-involusi uterus Anemia Endometritis atau sisa
Nyeri tekan perut bawah dan Demam fragmen plasenta
pada uterus (terinfeksi atau tidak)
Perdarahan sekunder
II.7. Penatalaksanaan
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen,
yaitu: (1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta kemungkinan syok
hipovolemik dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan
post partum5
Resusitasi cairan 3
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga
dapat memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan menangani penyebab
perdarahan. Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena. Selama
persalinan perlu dipasang peling tidak 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko
10
perdarahan post partum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan resiko
sangat tinggi.
Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik
normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena perifer. NS
merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan
kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah. Resiko terjadinya
asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan perdarahan post
partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L), dapat
dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat3.
Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada
penanganan perdarahan post partum. Perlu diingat bahwa kehilangan I L darah perlu
penggantian 4-5 L kristaloid, karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di
ruang intravasluler, tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini
bersamaan dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada
hari-hari setelah perdarahan post partum. Ginjal normal dengan mudah mengekskresi
kelebihan cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1.500 mL pada wanita hamil
yang normal dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid jika penyebab perdarahan
dapat tertangani. Kehilanagn darah yang banyak, biasanya membutuhkan
penambahan transfusi sel darah merah3.
Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000 – 1.500 mL/hari) dapat
menyebabkan efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid yang
terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek
yang tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan kristaloid tetap
direkomendasikan3.
Transfusi Darah
Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan
diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien menunjukkan tanda-
tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat3.
11
PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat
indikasi. Para klinisi harus memperhatikan darah transfusi, berkaitan dengan waktu,
tipe dan jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.
Tujuan transfusi adalah memasukkan 2 – 4 unit PRC untuk menggantikan
pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi. PRC
bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Msalah ini dapat
diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-masing unit. Jangan
menggunakan cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium yang
dikandungnya dapat menyebabkan penjendalan3.
12
atau hati-hati secara cepat atau vitium kordis, Asma
bolus hipertensi
13
BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang massif yang berasal dari
tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya.
Penyebab dari HPP adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
lahir, ruptur uteri, inversio uteri. Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat
gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.
Pada pasien yang mengalami perdarahan bisa banyak kehilangan darah sehingga bisa
menyebabkan syok hipovolemik. Tujuan utama mengatasi syok hipovolemik adalah
(1) memulihkan volume intravascular, (2) meredistribusi volume cairan, dan (3)
memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses
intravena guna pemberian cairan.
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen,
yaitu: (1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta kemungkinan syok
hipovolemik dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan
post partum. Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar,
baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena
perifer. Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada
penanganan perdarahan post partum. Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan
masih terus berlanjut dan diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis
pasien menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
Tujuan transfusi adalah memasukkan 2 – 4 unit PRC untuk menggantikan pembawa
oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15