Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Nifas

2.1.1 Pengertian

1. Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa

nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).

2. Masa Nifas (puerperium) adalah kala yang berlangsung selam 6 minggu atau

42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan

pada keadaan normal. Dijumpai dua kejadian penting pada puerperium yaitu

involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 1998).

3. Masa Nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono,

2005).

2.1.2 Fase Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan yang menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6 – 8 minggu.

6
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,

atau tahunan (Mochtar, 1998).

2.1.3 Proses Nifas

1) Involusi

a. Pengertian

Involusi adalah perubahan alat-alat genetalia internal maupun eksternal

yang akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

b. Perubahan yang terjadi

1. Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

menjadi seperti sebelum hamil.

Tabel 2.1 : Perubahan Uterus


No Involusi TFU Berat Uterus

1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram


2. Uri Lahir 2 Jari dibawah Pusat 750 gram
3. 1 Minggu Pertengahan Pusat Sympisis 500 gram
4. 2 Minggu Tidak teraba Diatas 350 gram
Sympisis
5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
6. 8 Minggu Sebesar Normal 30 gram
Sumber : Saifuddin, 2002.
2. Bekas implantasi placenta

Perubahan endometrium ditempat bekas implantasi plasenta adalah

timbulnya trombosit degenerasi dan nekrosis, degenerasi endometrium

memakan waktu 2-3 minggu. Adapun bekas implantasi plasenta

adalah :

Akhir persalinan : 12,7 cm

Akhir minggu I : 7,6 cm

Akhir minggu II : 5 cm

Akhir minggu III : 2,5 cm

Dalam proses involusi tempat plasenta akan terjadi pengeluaran lochea

(Mochtar, 1998).

3. Serviks

Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri

dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi.

Sehingga seolah pada perbatasan antara korpus dan serviks terbentuk

semacam cincin, konsistensinya lunak dan kadang terdapat kelukaan

kecil.

Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim.

Setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari.

Setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari.


4. Ligamen

Ligamen, fasia dan difragma yang menegang sewaktu kehamilan dan

partus, setelah lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala.

Dengan melakukan latihan tertentu (senam nifas).

5. Jalan lahir

Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit bila tidak

luas akan sembuh permanen (Mochtar, 1998).

2) Laktasi

a. Pengertian

Laktasi adalah pembentukan-pembentukan dan pengeluaran ASI.

b. Proses Laktasi

Karena adanya pengaruh lactogenic hormon dari kelenjar hipofisis

terdapat kelenjar mammae, sejak kehamilan muda sudah terdapat

persiapan pada kelenjar mammae untuk menghadapi masa ini.

Perubahan yang ada antara lain, sebagai berikut :

1. Poliferasi jaringan, terutama kelenjar dan alfeolus mamae dan lemak.

2. Pada ductus laktiferus, terdapat cairan yang berwarna kuning

(colostrum).

3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun bagian dalam

mammae.

4. setelah partus, timbul homon-hormon hipofisis kembali. Antara lain

LH (prolaktin) yang telah dipersiapkan pada masa hamil yang


menyebabkan kelenjar berisi Air Susu. Pengaruh oksitosin

mengakibatkan kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi

pengeluaran Air Susu (Mochtar, 1998).

c. Hal yang mempengaruhi ASI

1. Nutrisi (diet) ibu

Banyaknya Air Susu sangat tergantung pada banyaknya cairan yang

diminum ibu dan kandungan dari ASI baik karena makanan ibu yang

bergizi.

2. Gerak badan

Dengan aktivitas yang berlainan akan mengakibatkan cadangan

karbohidrat dalam tubuh habis sehingga untuk memenuhinya harus

mengambil dari protein. Hal tersebut dapat mengurangi cadangan

protein dalam tubuh.

3. Psikologis

Keadaan psikologis yang buruk akan mempengaruhi organ-organ lain

seperti alat pencernaan dan sebagainya yang juga akan mempengaruhi

produksi ASI.

3) Perubahan lain

a. Afterpains

Afterpains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus,

kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari post partum. Hal ini

lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui atau bila masih terdapat
sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah didalam kavum

uteri (Wiknjosastro, 2005).

b. Suhu badan

Suhu badan sesudah partus dapat naik 0,5 °C dari normal tetapi tidak

melebihi 38 °C, umumnya suhu akan kembali setelah 12 jam post partum.

Bila suhu melebihi 38 °C mungkin terjadi infeksi(Wiknjosastro, 2005).

c. Nadi

Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia pada masa nifas, umumnya

denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan(Wiknjosastro,

2005).

d. Lochea

Lochea adalah sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam

masa nifas. Berdasarkan jumlah dan warna menurut Wiknjosastro (2005).

Dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Lochea rubra

1 – 3 hari, berwarna merah dan hitam.

Terdiri dari decidua, verniks kaseosa, sisa mekonium dan darah.

2. Lochea sanguilenta

3 – 7 hari, Berwarna putih bercampur darah.

3. Lochea serosa

7 – 14 hari, Berwarna kekuningan.

4. Lochea alba

Setelah hari ke-14, Berwarna putih.


2.1.4 Perawatan Nifas

1. Pengawasan masa nifas

a. Keadaan umum ibu

Warna muka ibu : pucat atau tidak, bila pucat dan timbul kelainan segera ambul

tindakan. Suhu, nadi, pernafasan (Wiknjosastro, 2005).

b. Perawatan payudara & Laktasi

Perhatikan puting susu, pembengkakan payudara dan pengeluaran air susu.

Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,

tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyususi bayinya. Bila bayi

meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : Pembalutan mammae sampai

tertekan dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral

dan parlodel. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah:

1. Puting rata. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus

tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.

2. Puting lecet. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan

payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan

melakukan teknik menyusui yang benar, puting harus kering saat

menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi, dan menyusui pada

payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam

dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.


3. Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak

lancar karena bayi tidak cukup sering menyusu atau terlalu cepat disapih.

Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI

dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.

4. Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya

terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan

kompres hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesik, menyusui

tidak dihentikan.

5. Abses payudara. Pada payudara dengan abses, ASI dipompa, abses

diinsisi. Diberikan antibiotik dan analgesik.

6. Bayi tidak suka menyusu. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI

terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi

yang menyusui diseling-seling dengan susu botol, puting rata dan terlalu

kecil, atau bayi mengantuk. Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan

menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta

menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh di atas payudara. Pada

bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan

sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk

yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun

(Mansjoer, 2001).

c. Keadaan uterus

TFU : untuk mengetahui involusi, perdarahan dan kandung kencing,

Kontraksi uterus : baik atau tidak. Kontraksi rahim biasanya berlangsung


2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai

hal ini bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat anti sakit dan anti

mules (Wiknjosastro, 2005).

d. Perdarahan

Untuk mengevaluasi jumlah perdarahan yang keluar (Wiknjosastro, 2005).

e. Keadaan lochea

Perhatikan warna, bau dan jumlah. Biasanya lochea berbau agak amis, dan bila

lochea berbau busuk mungkin terjadi lokiostasis (lcchea yang tidak lancar

keluar) dan infeksi (Mansjoer, 2001).

f. Keadaan perineum

Apakah ada iritasi, bengkak atau tidak, keadaan luka jahitan atau laserasi.

Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 – 7

hari (Mochtar, 1998).

g. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam

pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk

mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2

diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5

diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada

komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka (Mochtar, 1998).

h. Keadaan miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita

mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan

spasme oleh iritasi m.sphincter ani selam persalinan, juga oleh karena adanya

edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih

penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Miksi harus

secepatnya dilakukan sendiri. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi

sendiri, dilakukan kateterisasi. Bila perlu dipasang dauer catheter atau

indwelling catheter untuk mengistirahatkan otot-otot kandung kencing. Dengan

melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.

i. Keadaan defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit

buang air besar dan terjadi obstipasi apa lagi berak keras dapat diberikan obat

laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan

timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin terjadi febris.

Lakukan klisma atau berikan laksan peroral. Dengan melakukan mobilisasi

sedini mungkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat teratasi.

j. Latihan senam dapat diberikan mulai hari kedua misalnya :

a. Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan

menekan perut. Melakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.


b. Pertahankan tetap dalam posisi yang sama, mengangkat bokong lalu taruh

kembali.

c. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu mengencangkan otot seperti

menahan miksi dan defekasi.

d. Posisi duduk pada kursi, perlahan membungkukkan badan sambil tangan

berusaha menyentuh tumit (Mansjoer, 2001).

2. Kebutuhan masa nifas

a. Fisik

1. Personal hygiene

2. Istirahat

3. Makanan bergizi

4. Mobilisasi dini

b. Psikologis & sosial

1. Fase Taking In (hari 1 – 2 post partum)

a) Fokus perhatian pada diri sendiri

b) Menceritakan proses bersalin berulang

c) Merasa kelelahan

d) Mudah tersinggung

e) Pasif terhadap lingkungan

f) Nafsu makan bertambah

2. Fase Taking Hold (hari ke-3 – 10 post partum)

a) Rasa takut atau khawatir akan ketidakmampuan

b) Rasa bertanggung jawab untuk merawat bayi


c) Perasaan sensitif

d) Memerlukan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri

3. Fase Letting Go

a) Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung

10 hari post partum

b) Mulai menyesuaikan diri dari ketergantungan bayinya

c) Keinginan merawat bayi dan dirinya meningkat

2.1.5 Pemeriksaan pasca persalinan

Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru

boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan

persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu

setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus

kembali untuk kontrol seminggu kemudian.

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan

bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-

masalah yang terjadi, yaitu :

Tabel 2.2 : Frekuensi kunjungan masa nifas


No Kunjungan Waktu Tujuan
1. 1 5 – 8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas
setelah (karena atonia uteri).
persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan jika berlanjut à Rujuk.
c. Memberi konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
g. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2. 2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bagi sehari-hari.
3. 3 2 minggu a. sama seperti di atas (6 hari setelah
setelah persalinan).
persalinan
4. 4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang ia atau bayi alami.
persalinan b. Membeeri konseling tentang KB secara
dini.
Sumber : Saifuddin, 2002.

Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi :

1. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya.


2. Keadaan umum : suhu badan, selera makan dan lain-lain.

3. Payudara : ASI, puting susu.

4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum.

5. Sekret yang keluar, misalnya lochea, flour albus.

6. Keadaan alat-alat kandungan (Saifuddin, 2002).

2.1.6 Kebiasaan Yang Tidak Bermanfaat Bahkan Membahayakan

Berbagai kebiasaan yang dilakukan ibu nifas dan kebiasaan tersebut

terdapat yang tidak bermanfaat dan bahkan membahayakan kesehatannya.

Menurut Saifuddin (2002), antara lain :

1. Menghindari makanan berprotein seperti ikan, telur, karena ibu menyusui

perlu tambahan kalori sebesar 500 perharinya.

2. Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama

setelah kelahiran karena masa transisi adalah masa kritis untuk ikatan batin

ibu dan bayi untuk mulai menyusui.

3. penggunaan bebat perut segera pada masa nifas, penggunaan pembalut perut

selama masa kritis membuat sulit bagi petugas kesehatan menilai tonus dan

posisi uterus untuk melakukan massase uterus jika diperlukan dan

memperkirakan banyaknya darah yang keluar.

2.1.7 Penanganan

1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan seluruh tubuh.

b. Mengajarkan ibu bagaiman membersihkan daerah sekitar vulva terlebih

dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah

sekitar anus, setiap kali selesai BAK/BAB.

c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari.

d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan pada ibu

untuk menghindari menyentuh daerah luka.

2. Istirahat

a. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

b. Menyarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, Memperlambat proses involusi

uterus dan memperbanyak perdarahan, Menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

3. Latihan

a. Menjelaskan bahwa latihan tertuntu beberapa menit setiap hari sangat

membantu, seperti :
Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut

selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan

satu hitungan sanpai 5. rileks dan ulangi sebanyak 10 kali. Untuk

memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel).

b. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan

pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan

sebanyak 5 kali.

4. gizi

Ibu menyusui harus :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan

vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui).

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40

hari pasca bersalin.

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI-nya.

5. Menyusui

Asi mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi

perlindugan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk diminum.
1) Meningkatkan suplai ASI

a. Untuk bayi

1. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama

menyusui 10-15 menit di setiap payudara.

2. Membangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan

duduklah selama menyusui.

3. Memastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan

dengarkan suara menelan yang aktif.

4. Menyusui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah

setiap kali menyusui.

5. Tidur bersebelahan dengan bayi.

b. Untuk ibu

1. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.

2. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan

mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.

3. Meyakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan

melakukan hal tersebut di atas.

6. Perawatan Payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.

b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.


c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada

sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetep dilakukan

dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap

4-6 jam.

f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :

a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat

selama 5 menit.

b. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir

untuk mengurut payudara dengan arah ”Z” menuju puting.

c. Mengeluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga

puting susu menjadi lunak.

d. Menyusukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap

seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.

e. Meletakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

7. Senggama

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu

tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami

istri kapan saja ibu siap.


b. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami

istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

8. Keluarga Berencana

1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri

kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang

keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu

merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka

tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

2. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (Amenore Laktasi). Oleh

karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid

kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini

ialah 2% kehamilan.

3. Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, penggunaan

kontasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.

4. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya

dijelaskan dahulu kepada ibu :

5. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,

a. Kelebihan/keuntungannya,

b. Kekurangannya,
c. Efek samping,

d. Bagaimana menggunakan metode itu,

e. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang

menyusui.

2. Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih KB tertentu, ada baiknya

untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui

apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan itu dan

untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik

(Saifuddin, 2002).

2.2 Konsep Berpantang Makanan pada Ibu Nifas

2.2.1 Pengertian Berpantang Makanan

Berpantang adalah tidak melakukan sesuatu pada saat-saat tertentu

(Purwodarminto, 2006). Berpantang makanan adalah tidak mengasup beberapa

makanan yang dianggap dapat menyebabkan kerugian-kerugian tertentu (Pudjiadi,

2002).

2.2.2 Akibat Berpantang Makanan

Berpantang makanan tidak selamanya bersifat negatif ada kalanya

berpantang makanan memang harus dilakukan karena alasan-alasan yang masuk

akal, misalnya penderita diabetes melitus harus berpantang makanan mengandung

karbohidrat dosis tinggi atau penderita hipertensi harus menghindari makanan

yang banyak mengandung sodium. Berpantang makanan menjadi merugikan

apabila dilakukan karena alasan-alasan yang tidak masuk akal, misalnya


menghindari mengkonsumsi telur untuk menghindari penyakit kulit tertentu atau

ibu nifas harus mengkonsumsi nasi dan sayur saja agar masa nifas cepat selesai

(Pudjiadi, 2002).

2.2.3 Diet Masa Nifas Untuk Proses Menyusui

Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kkal/hari, seorang

ibu nifas memerlukan asupan rata rata 2700 kkal dalam kesehariannya. Tambahan

sebesar 500-700 kkal tersebut tak lain diperlukan untuk keperluan biosintesis ASI.

Ekstra energi tersebut pun tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan

yang dikonsumsi ibu nifas sehari hari. 200 kkal ternyata telah tersedia di tubuh

ibu berupa cadangan deposit yang telah dibentuk sejak dimulainya proses

kehamilan. Sisa 300-500 kkal/hari lah yang baru diharapkan diperoleh dari intake

makanan keseharian sang ibu.

Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu sudah mengkonsumsi

sayuran hijau, kacang - kacangan dan minum sedikitnya 8 gelas sehari, sejak si

bayi masih dalam kandungan. Karena ini merupakan awal yang baik untuk

mendapatkan ASI.

Berikut ini adalah beberapa diet ibu nifas yang menyusui :

1. Tentu saja makanan yang di konsumsi harus makanan yang bergizi,

2. Minum susu madu

3. Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari

4. Sayur hijau dapat membantu menghasilkan ASI (Misalnya; sayur

daun katuk dan bayam, sayur jantung pisang, sayur daun pepaya dll)
5. Kacang-kacangan juga bagus untuk memproduksi ASI (misalnya :

kacang hijau atau kacang goreng / rebus bisa dijadikan camilan untuk ibu

menyusui)

6. Banyak makan buah-buahan yang mengandung air

7. Vitamin.

2.2.4 Diet Sehat Ibu Nifas

10 Diet Sehat Pasca Melahirkan menurut dr. Nilawati (2004) :


1. Makan secara teratur dan berimbang.

2. Berolah raga teratur. 3 kali seminggu minimal 30 menit dan maksimal 60

menit.

3. Batasi bahan makanan hidrat arang seperti nasi, kentang, talas, mie, bihun dsb.

4. Hindari makanan yang diolah dengan gula murni seperti gula pasir, gula jawa,

dodol, coklat, minuman soda, susu kental manis, kue-kue dan roti.

5. Gunakan minyak lemak tak jenuh seperti zaitun, jagung, kedelai, canola, biji

bunga matahari.

6. Cara masak yang baik adalah merebus, mengukus, mengungkep, menumis,

memanggang, tim,dan membakar.

7. Hindari mengolah makan dengan cara menggoreng.

8. Perbanyak sayuran dan buah terutama saat lapar.

9. Kurangi makanan yang tinggi lemak seperti gajih (lemak daging), junk food.

10. Istirahat yang cukup, terutama selama masih menyusui. Agar Asi tetap cukup

untuk bayi.
Contoh : Menu diet Ibu Pasca Melahirkan & Menyusui

2700 kalori per hari

Pagi hari

Nasi : 150 gram

Daging/ikan/telur/: 40 gram

Tempe : 25 gram

Sayuran :125 gram

Minyak goreng : 12,5 gram

Snack pukul 9.30-10.00 : Pisang 275 gram

Siang hari

Nasi : 200 gram

Daging : 40 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran : 150 gram

Minyak goreng : 12.5 gram

Snack pkl 16.00 Agar/pisang : 200 gram

Pepaya : 175 gram

Malam hari

Nasi : 200 gram

Ikan : 40 gram

Tempe/tahu : 50 gram

Sayuran : 150 gram

Minyak goreng : 12,5 gram


Snack pkl 21.00 : pisang/kentang: 200 gram

pepaya : 175 gram

2.2.5 Mitos Pantangan Makanan Ibu Nifas

Tabel 2.3 : Mitos Pantangan Makanan Ibu Nifas


No Pantangan Benar/Salah Alasan
Makanan/Makanan Yang
Dianjurkan

1. Dilarang makan telur, Salah Ibu hamil dan setelah


daging, udang, ikan laut dan melahirkan memerlukan
lele, keong, daun makanan bergizi seimbang agar
lembayung, buah pare, ibu dan bayi sehat (Beranda,
nanas, gula merah, dan 2008).
makanan yang digoreng
pakai minyak.
2. Dilarang bayak makan dan Salah Merugikan, karena makanan
minum, makanan harus yang sehat akan mempercepat
disangan / dibakar. Hanya penyembuhan luka. Jangan
boleh makan tahu dan tempe NGAYEP !!! (Beranda, 2008).
tanpa garam / “ngayep”.
3. Ibu nifas / yang menyusui Salah Hal ini tidak perlu karena ibu
setelah waktu Maghrib harus yang menyusui memerlukan
puasa. makan yang cukup agar ASI
dapat keluar dengan lancar
(Beranda, 2008).

4. Ibu nifas dianjurkan minum Salah Abu, garam dan asam tidak
abu dari dapur dicampur air, mengandung zat gizi yang
disaring, dicampur garam diperlukan oleh ibu menyusui
dan asam diminumkan untuk memperbanyak produksi
supaya ASI banyak. ASI nya (Beranda, 2008).

5. Rajin makan kunyit biar Salah Hingga saat ini belum ada
rahim cepat kering. penelitian tentang manfaat
kunyit bagi pemulihan
kondisi rahim seusai
melahirkan. Bahkan,
berdasarkan pengalaman medis,
justru ada beberapa dampak
negatif kalau ibu mengonsumsi
banyak kunyit,
umumnya bayi jadi kuning
(Alifianti, 2006).

6. Jangan makan ikan. Nanti Salah Mitos ini juga menyesatkan


bayinya bau amis. karena makanan yang kaya akan
protein hewani ini
justru sangat dibutuhkan semasa
nifas. Selain meningkatkan daya
tahan secara
keseluruhan juga membantu
mempercepat penyembuhan
luka-luka persalinan (Alifianti,
2006).

7. Bayi bisa mencret gara-gara Dianggap ada Mitos ini ada benarnya sebab
ibu makan makanan pedas. Benarnya apa yang dikonsumsi ibu akan
termakan juga oleh
bayi. Artinya, makanan pedas
yang dinikmati ibu akan terbawa
sampai ke
pembuluh darah dan masuk
dalam "pabrik" ASI. Meski
kadar pedasnya rendah
sangat mungkin membuat bayi
mencret karena ia masih sangat
rentan dan sistem
pencernaannya belum mampu
berfungsi optimal (Alifianti,
2006).

8. Dilarang makan makanan Dianggap ada Sebab itu, ibu menyusui


yang beraroma tajam seperti Benarnya sebaiknya memang tidak
petai dan jengkol, bisa mengonsumsi makanan yang
menyebabkan tubuh beraroma tajam (Alifianti,
bayi jadi tercium tak sedap. 2006).

9. Batasi bahan makanan hidrat Benar Produksi ASI lancar, Anda cepat
arang seperti nasi, kentang, langsing dan bugar (Nilawati,
talas, mie, bihun. Namun 2004).
memperbanyak protein,
sayuran dan buah.
10. Hindari makanan yang Benar Diet sehat (Nilawati, 2004).
diolah dengan gula murni
seperti gula pasir, gula jawa,
dodol, coklat, minuman
soda, susu kental manis,
kue-kue dan roti.
11. Hindari makanan gorengan, Benar Diet sehat. Produksi ASI lancar,
bersantan, teh dan kopi. Anda cepat langsing dan bugar
(Nilawati, 2004).

12. Makan secara teratur dan Benar Diet sehat. Produksi ASI lancar,
berimbang. Anda cepat langsing dan bugar
(Nilawati, 2004).

13. Gunakan minyak lemak tak Benar Diet sehat. Produksi ASI lancar,
jenuh seperti zaitun, jagung, Anda cepat langsing dan bugar
kedelai, canola, biji bunga (Nilawati, 2004).
matahari.
14. Cara masak yang baik Benar Diet sehat. Produksi ASI lancar,
adalah merebus, mengukus, Anda cepat langsing dan bugar
mengungkep, menumis, (Nilawati, 2004).
memanggang, tim,dan
membakar.
15. Perbanyak sayuran dan buah Benar Diet sehat. Produksi ASI lancar,
terutama saat lapar Anda cepat langsing dan bugar
(Nilawati, 2004).

16. Kurangi makanan yang Benar Diet sehat. Produksi ASI lancar,
tinggi lemak seperti gajih Anda cepat langsing dan bugar
(lemak daging), junk food. (Nilawati, 2004).

17. Tidak boleh minum es dan Salah Minuman panas atau dingin
air panas. tidak serta merta membuat ASI
menjadi panas atau dingin.
Payudara bukanlah kran air
yang memencarkan ASI dingin
kalau ibunya minum air dingin
dan memancarkan ASI panas
bila minum minuman panas, dan
membuat lidah bayi melepuh
(ditandai warna putih).
Minuman yang dikonsumsi ibu
melalui serangkaian proses
sebelum menjadi ASI, dan
dikeluarkan dengan suhu yang
tepat dengan kondisi bayi.
Hanya saja minuman yang
hangat memang lebih baik bagi
ibu menyusui, karena air hangat
bisa memicu kelenjar bekerja
lebih aktif (Rosita, 2008).
18. Tidak boleh makan makanan Salah Biasanya larangan ini diberikan
yang pedas dan amis. dengan alasan bayinya akan
mencret bila makan makanan
yang pedas, dan muntah karena
mual bila diberi makanan yang
amis. Yang harus diketahui, apa
saja yang kita makan, tidak
begitu saja keluar menjadi ASI
dengan rasa yang sama. Tubuh
akan mengolahnya sedemikian
rupa sehingga siap untuk
diminum sesuai kondisi bayi.
Justru menghindari makanan
pedas dan amis bisa mengurangi
nafsu makan ibu. Pedas sama
sekali tidak membuat bayi
mencret. Yang benar, pedas
membuat ibu diare. Karenanya,
meski tidak dilarang makan
makanan pedas, ibu akan
mengatur diri untuk menentukan
batasan yang aman untuk
dirinya (Rosita, 2008).

19. Dianjurkan makan ayam Dianggap ada Makan ayam arak dipercaya
arak karena akan membuat Benarnya bisa melancarkan produksi ASI.
ASI lancar dan bayi cepat Secara logika, ayam merupakan
gemuk. sumber protein yang baik,
sedang arak merupakan sejenis
alkohol yang bila dikonsumsi
sedikit dapat merangsang nafsu
makan. Hingga, bila ibu
menyusui memakan ayan arak,
nafsu makannya menjadi tinggi.
Dengan demikian diharapkan
ibu akan makan cukup, dengan
sendirinya ASI akan lancar dan
bergizi tinggi.(menurut etnis
tionghoa) (Rosita, 2008).

20. Hindari makan jemek Salah Anggapan untuk pantang pepaya


(pepaya, durian, pisang, dan dan pisang yang justru amat
terung), karena bikin benyek dianjurkan karena tergolong
organ vital kaum hawa. dan sumber makanan yang banyak
dilarang makan ikan dan mengandung serat untuk
telur asin serta makanan memudahkan BAB. Ikan dan
yang berbau amis karena telur juga merupakan salah satu
dikhawatirkan bisa sumber protein hewani yang
menyebabkan bau anyir baik dan amat dibutuhkan tubuh.
pada ASI yang membuat Sedangkan durian memang tak
bayi muntah saat disusui. dianjurkan karena kandungan
kolesterolnya tinggi, selain
memicu pembentukan gas yang
bisa mengganggu pencernaan
(Salihah, 2009).

Sumber : www. Mitos-mitos ibu hamil dan bersalin, 2009.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas Berpantang Makanan

Pada masa nifas seringkali ibu dihadapkan oleh kondisi budaya yang secara

medis dapat merugikan kesehatan ibu, misalnya adalah berpantang makanan yang

mengandung protein tinggi agar luka perineum cepat sembuh serta bayi yang

menyusui tidak mengalami penyakit kulit. Munculnya pantangan ini disebabkan

karena berbagai faktor yaitu:

1. Tradisi/budaya

Pada kalangan yang luas terutama pada suku jawa, diyakini bahwa

mengkonsumsi makanan berprotein tinggi dapat memicu terjadinya infeksi,

pada luka perineum maupun pada kulit bayi akibatnya seringkali masyarakat

mewajibkan pada ibu nifas untuk menghindari makan telur atau ikan laut

(Suririnah, 2007).

2. Kondisi Ekonomi

Ketidak mampuan masyarakat dalam menyediakan makanan yang bergizi bagi

ibu nifas menyebabkan penerimaan tradisi berpantang makanan bagi ibu nifas

dapat diterima dengan mudah (Suririnah, 2007).


3. Pengetahuan Masyarakat

Rendahnya pengetahuan masyarakat menyebabkan penerimaan tradisi sebagai

sebuah pengetahuan yang merupakan landasan yang penting untuk berperilaku

(Notoatmodjo, 2007).

4. Akses Pada Layanan Kesehatan

Rendahnya kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang bermutu menyebabkan masyarakat menjadi mudah terpegaruh oleh tradisi

yang ada (Suyono, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Alifianti. 2006. [http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-


anda.com/msg110994.html]. Diakses tanggal 11 April 2009.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.
Beranda. 2008. [http://www.sebaiknyatau.wordpress.com/tag/mitos-mitos-sekitar-ibu-
hamil-dan-bersalin]. Diakses tanggal 11 April 2009.

Betty, M. 1997. Mayes’ Midwifery. London : Bailliere Tindall.

BKKBN RI. 2003. Jarak kelahiran dan dampak kehamilan tidak di rencanakan. Jakarta :
BKKBN.

Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hadi, H. 1989. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Hamid, A. 1998. Statistik Penelitian. Jakarta : Erlangga.

Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Nilawati, Sri. 2004. [http://www.cybermed.cbn.net.id /cbprtl/cybermed/detail.asp?


x=healthwoman&y=cybermed1001141603]. Diakses tanggal 11 April 2009.

Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Nugroho, B. 2005. Analisa Data dengan SPSS Versi 13. Yogyakarta : Andi Publisher

Pratista, A. 2005. Analisis Multivariat dengan SPSS Versi 12. Jakarta : Elexmedia
Komputindo.

Prawiroharjo, S. 2001. Buku Acuan Nasional Asuhan Maternal dan Perinatal. Jakarta :
Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Purwanto, H. 2001. Paradigma Asuhan Kebidanan. Jakarta : Pusdiknakes.

Putuamar, Husein Fauzan. 2007. [http://www.mail-


61
archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg34123.html]. Diakses tanggal 11
April 2009.

Rosita. 2008.[http://www.rosita.blogspot.com]. Diakses tanggal 11 April 2009

Rustam, M. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.


Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Salihah. 2009. [http://www.blogger.com/ commentiframe.g?


blogID=3629266226875060293&postID=1968046672158320952]. Diakses
tanggal 12 April 2009.

Santoso, P. 2005. SPSS 12 untuk Penelitian. Yogyakarta : Andi Publisher

Smeltzer, A. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Suririnah. 2007. Kehamilan Sehat, Persalinan Normal. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suyono, H. 2008. Program Kesehatan Masyarakat dan Kendalanya. Jakarta : Damandiri.

Wijono. 2005. Perilaku Ibu Nifas di Surabaya dan Malang. Surabaya : PSIK UNAIR.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai