Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia
dari lingkungan hidup sekitar. Kulit tersusun dari jutaan sel. Seiring
perubahan pola hidup ke arah yang tidak sehat, semakin meningkatnya radiasi
sinar ultraviolet, akibat-akibat dari toxin tertentu, dan juga faktor genetik,
mengakibatkan sel-sel penyusun kulit mengalami pertumbuhan yang tidak
terkontrol di mana lazim di sebut sel kanker. Kanker kulit dapat di
klasifikasikan dalam tiga tipe terbanyak yaitu karsinoma sel basal, karsinoma
sel skuamosa, dan melanoma maligna. Lebih dari 3,5 juta kasus kanker kulit
ditemukan di Amerika Serikat dan menjadikan kanker kulit sebagai jenis
kanker terbanyak di negara tersebut.
Salah satu dari klasifikasi kanker kulit yang akan dibahas yaitu
karsinoma sel basal atau bisa juga disebut sebagai Basalioma.
Basalioma merupakan tumor ganastersering di amerika serikat.di
indonesia,data dari badan registrasi kanker tahun 2009 menunjukkan bahwa
kanker kulit menempati urutan ke-4 dari 10 jenis kanker terbanyak, dan
manado menempati urutan ke-2 setelah kanker leher rahim. Ciri khas
basalioma ialah terjasdi pada kulit berambut pada orang dewasa. Pada usia
lanjut, basalioma lebih sering ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada usia
muda lebih sering pada perempuan. faktor resikoantara lainpaparan sinar
matahari, arsen, dan radiasi ion; riwayat keluarga; dan imunodefisiensi
sekunder. Manifestasi klinik berbeda-beda sesuai variasi histologi. Lesi
utama basalioma berbentuk noduler, kemudian yang superfisial, berpigmen
dan morfea. Lokasi tersering ialah didaerah hidung. Insiden metastasis 0,01-
0,1%, dan terjadi secara limfogen hematogen.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi basalioma?
2. Apa epidemiologi basalioma?
3. Apa manifestasi klinik pada basalioma?
4. Bagaimana metastasis pada basalioma?
5. Bagaimana patogenesis pada basalioma?
6. Bagaimana gambaran histologik pada basalioma?
7. Apa diagnosis banding pada basalioma?
8. Bagaimana penanganan yang terjadi pada basalioma?
9. Bagaimana prognosis pada basalioma?
10. Bagaimana diagnosa pada basalioma?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi basalioma.
2. Mengetahui epidemiologi basalioma.
3. Mengetahui manifestasi klinik pada basalioma.
4. Mengetahui metastasis pada basalioma.
5. Mengetahui patogenesis pada basalioma.
6. Mengetahui gambaran histologik pada basalioma.
7. Mengetahui diagnosis banding pada basalioma.
8. Mengetahui penanganan yang terjadi pada basalioma.
9. Mengetahui prognosis pada basalioma.
10. Mengetahui diagnosa pada basalioma?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut WHO, basalioma adalah satu kelompok tumor ganas kulit yang
di karakteristik oleh sel-sel basaloid (Germinative cell) yang membentuk
lobulus, kolum, pita, atau tali.

B. Epidemiologi
Basalioma merupakan tumor ganas tersering di Amerika Serikat dan
daerah lain, tertuma pada populasi kulit putih. Kandungan pigmen yang tinggi
pada kulit hitam yang melindungi terhadap perkembangan tumor ini. Di
perkirakan 900.000 kasus pertahun ditemukan di Amerika Serikat. Australia
mempunyai insiden tertinggi penyakit kanker kulit; insiden basalioma >2%
dan karsinoma sel skuamosa (KSS)+ 1% pada laki-laki. Insiden basolioma
telah meningkat pada dekade terakhir pada peningkatan melanoma. Di
perkirakan insiden kanker kulit non-melanoma meningkat 2-3% pertahun.
Jumlah basalioma sekitar 80% dari kanker kulit non-melanoma, dan 4-5 kali
lebih banyak dari KSS dengan peningkatan insiden rata-rata 3-7% pertahun.
Data badan registrasi kanker (BRK) tahun 2009 di Indonesia menunjukan
kanker kulit menempati urutan ke-4 dari 10 jenis kanker terbanyak; di
manado kanker kulit berada pada urutan ke-2 setelah kanker leher rahim.
Penyakit ini berkembang terutama pada kulit yang terpapar sinar
matahari. Migrasi individu terutama anak-anak pada daerah dengan radiasi
tinggi ultraviolet (UV) di kaitkan peningkatan pada kanker kulit, namun hal
ini tidak cukup untuk mengakibatkan basalioma karena penyakit ini jarang
terjadi pada tangan dan jari. Khas penyakit ini terdapat pada orang dewasa,
tetapi tumor ini juga dapat berkembang pada anak. Pada usia lanjut basolioma
lebih banyak pada pria, tetapi pada usia muda lebih banyak pada wanita. Hal
ini mungkin akibat peningkatan paparan sinar matahari pada wanita muda
yang di kaitkan pada penggunaan tanning bed dan merokok. Kulit yang

3
terpapar sinar matahari selama masa kanak-kanak dan dewasa merupakan
faktor resiko basalioma. Paparan arsen dan radiasi ion juga dapat
menginduksi terjadinya penyakit ini. Faktor resiko lainnya ialah Fitzpatrick
skin tipe 1 dan tipe 2, rambut merah, freckling pada masa kanak-kanak,
riwayat keluarga dengan kanker kulit, jenis kelamin laki-laki, dan celtic
ancestry. Imunodefisiensi sekunder dari acquired immune
deficiencysyndrome (AIDS) atau pasca transpalantasi hubungkan dengan
peningkatan resiko basalioma.

C. Manifestasi Klinik
Basalioma terutama terjadi pada kulit yang di tumbuhi rambut dan jarang
pada telapak tangan dan kaki. Kejadian penyakit ini pada membran mukosa di
ragukan. Manifestasi klinis pada basalioma berbeda-beda sesuai variasi dari
corak hitologiknya. Lesi utama dari basalioma terbentuk noduler, berpigmen,
superficial, dan morfea, dengan lokasi tersering pada lokasi kepala dan leher,
tertuma hidung. Sekitar 10-15% penyakit ini mengenai kulit yang tidak
terpapar sinar matahari. Lokasi yang tidak biasa ialah pada pulpa, penis,
skrotum, perinium, dan ariola payudara. Tumor ini tumbuh lambat dan jarang
bermetastasis.
Bentuk basolioma terbanyak ialah bentuk noduler (45-60%). Gambaran
khas basalioma bentuk noduler yaitu bentuk kuba papula seperti mutiara
permukaan tampak teleangiektasi dan tepi meninggi. Bagian permukaan dapat
mengalami ulserasi. Bentuk superfisial basolioma berupa plat bersisik eritema
yang berbatas jelas dengan tepi meninggi dan sering terjadi pada bagian
badan dan ekstremitas. Hal ini dapat di salah diagnosis dengan penyakit
bowen atau eksema numularis. Bentuk basalioma berpigmen sering pada
polasi kulit hitam dan hispanik, serta dapat menyerupai melanoma.
Karsinoma sel basal yang paling sulit di diagnosis ialah bentuk morfea,
berupa indurasi plak putih, tidak berbatas jelas, yang dapat didiagnosis
scaratau skleroderma yang terleokalisasi sehingga tidak di sadari oleh pasien
dan dokter. Adanya lesi yang mencurigakan pada daerah resiko tinggi seperti

4
pada bagian sentral wajah, harus segara di biopsi untuk menegakkan
diagnosis sehingga mempercepat penanganannya.
Basalioma halo berupa papula eritema 1-2 mm, terjadi pada bagian yang
terpapar sinar matahari dan di kelilingi daerah hipopigmentasi. Menurut the
American Joint Committe on Cancer, bila ukuran basalioma >5cm di sebut
giant basal cell carcinoma (GBCC) dan di temukan +12% dari semua KSB.
Jenis basalioma ini bersifat lebih agresif dengan invasi ke jaringan yang lebih
dalam dan mengenai struktur diluar dermis seperti tulang, otot dan tulang
rawan, bermetastasis, serta mempunyai prognosis yang lebih buruk. Pernah di
laporkan satu kasus GBCC dengan infeksi Human Papilloma Virus tipe 31,
33, dan 35.

D. Metastasis
Basalioma sangat jarang bermetastasis; insiden metastasis sekitar 0,01-
0,1%. Riwayat khas pada basalioma yang bermetastasis ialah ukuran besar,
ulserasi, invasi lokal, dan lesi primer destruktif yang kambuh setelah operasi
atau radioterapi. Ukuran masif, ulserasi, dan riwayat rekuren banyak kali,
tidak mutlak merupakan prasyarat metastasis. Beberapa penulis menyatakan
bahwa basalioma jenis morfea, metatipikal, dan basoskuamosa kemungkinan
besar bermetastasis. Pada KSS, 80-90% kasus bermetastasis secara limfogen,
sedangkan pada basalioma metastasis melalui limfogen dan hematogen sama
banyak. Sekitar 50% pasien basalioma, metastasis ke kelenjar getah bening
sebagai penyebaran pertama. Kelenjar getah bening, paru, tulang, dan kulit
merupakan tempat metastasis umum. Rata-rata kehidupan setelah metastasis
8 bulan sampai 3,6 tahun. Tumor dengan diameter >3cm mempunyai insiden
metastasis atau insidens kematian 2%. Pada diameter 5 cm insiden menjadi
25%, dan tumor dengan diameter >10 cm mempunyai insiden metastasis dan
kematian 50%. Basalioma yang terjadi pada usia <35 tahun mempunyai corak
pertumbuhan yang cepat dan agresif.

5
E. Patogenesis
Adanya aktivitas jalur sinyal Hedgehog (Hedgehog Signaling Pathway,
Hh) ditemukan pada basalioma sporadik maupun familial (Gorlin’s
syndrome). Jalur signal Hh berperan penting dalam perkembangan atau
embriogenesis banyak spesies vertebrata dalam pengaturan proliferasi dan
diferensiasi sel sehingga jaringan dapat mencapai ukuran, lokasi, dan material
sel yang cukup. Jalur sinyal ini sangat aktif pada tahap embriogenesis dan
kemudian menurun saat tahap perkembangan kecuali pada jaringan-jaringan
yang aktif membelah seperti folikel rambut, sumsum tulang dan kripta-kripta
epitel usus.
Jalur sinyal Hh diawali dengan pengikatan ligan Hh ke protein
transmembran patched (PTCH-1) yang mengaktivasi protein reseptor
transmembran smoothened (SMO). Aktivasi SMO menghasilkan transmisis
sinyal ke sejumlah protein yang saling berinteraksi dan selanjutnya
mengaktivasi suatu kelompok faktor transkripsi Gli (Gli 1, Gli 2, dan Gli 3)
yang kemudian mengaktivasi beberapa gen target.
Dalam proses karsinogenesis basalioma, terdapat mutasi yang berakibat
hilangnya fungsi PTCH1 sehingga terjadi upregulation jalur sinyal Hh, SMO
diaktifkan dan selanjutnya mengaktivasi protein Gli yang kemudian masuk ke
inti sel dan meningkatkan transkripsi dari berbagai gen target. Berdasarkan
penelitian pada tikus, PTCH1 ini berfungsi sebagai tumor supressor gen pada
kulit yang berlokasi di kromosom 9q22-q31. Aktivasi jalur signal Hh ini pada
basalioma mengakibatkan proliferasi sel yang berlebihan yang dibuktikan
dengan peningkatan ekspresi platelet derived growth factor receptor α
(PDGFR α). PDGFR α merupakan reseptor tirosin kinase terhadap PDGF α,
suatu protein mitogen dalam regulasi pertumbuhan sel.
Beberapa penelitian juga mendapatkan adanya mutasi tumor supresor gen
p53 selain mutasi jalur sinyal Hh pada pasien dengan basalioma sporadik
sehingga jika terjadi mutasi DNA akibat induksi UV, kerusakan tersebut tidak
dapat diperbaiki. Mutasi onkogen ras juga ditemukan pada basalioma
sporadik. Mutasi onkogen ini paling sering ditemukan dalam berbagai jenis

6
keganasan pada manusia. Mutasi onkogen ras meningkatkan pertumbuhan sel
dan memicu terjadinya tumor.

F. Gambaran Histologik
Karakteristik histologik umum dari basalioma ialah adanya sel-sel tumor
basaloid dalam kelompok dengan bagian tepi tersusun palisading, sel-sel
dengan inti mitosis, badan apoptosis, stroma miksoid, peritumor antara sel-sel
tumor dan stroma sekitarnya.
Sel-sel tumor basaloid memiliki gambaran yang mirip sel epitel basal,
mengandung inti sel besar, oval atau memanjang dan sitoplasma relatif
sedikit. Pada beberapa kasus, sukar didapatkan gambaran sitoplasma dari sel
tumor. Perbedaan antara sel tumor basaloid dan sel basal ialah sel tumor
basaloid mempunyai rasio inti sitoplasma yang lebih besar dibandingkan
dengan sel epitel basal dan tidak menunjukan adanya jembatan interselular.
Inti sel tumor biasanya tampak berukuran relatif sama, tidak bervariasi, dan
mengandung intensitas warna homogen.
Gambaran daerah kistik, lakunar atau celah di antara kelompok sel tumor
dengan stroma di sekitarnya timbul akibat nekrosis sel-sel tumor atau
penurunan adesi seluler. Gambaran ini awalnya dianggap sebagai artefak
akibat fiksasi namun ternyata hal ini didapatkan juga pada sediaan potong
beku yang tidak difiksasi, dan dengan pengecatan imunohistokimia
didapatkan ekspresi positif dari antibodi laminin dan kolagen tipe IV.
Terdapat beberapa variasi tipe histopatologik basalioma yang dapat
muncul dalam bentuk murni ataupun kombinasi beberapa tipe utama dan tipe
tambahan. Tipe utama basalioma ialah tipe superfisial, nodular, morfea dan
infiltratif, fibroepitelio-matous, dan infundibulokistik.
Tipe superfisial dikarakteristik oleh kelompok-kelompok sel tumoryang
seluruhnya menempel pada epidermis atau struktur adneksa. Kelompok-
kelompok sel tumor ini terpisah satu sama lain oleh daerah epidermis normal.
Tipe nodular di tandai adanya kelompok-kelompok sel tumor berbentuk
nodul pada dermis, terlepas dari epidermis sampai pada lapisan dermis

7
retikular. Ukuran dan bentuk nodul bervariasi. Beberapa penulis membagi
tipe ini menjadi tipe nodular dan mikronodular berdasarkan ukuran diameter
kelompok sel tumor <0,5mm. Pada tipe morfea dan infiltratif, istilah infiltrtif
di gunakan untuk menggambarkan tumor yang kurang memiliki gambaran
nodul solid dan di dominasi oleh kelompok-kelompok sel yang tersusun
ireguler, dalam bentuk pita-pita atau sebaran sel tumor tunggal di antara
stroma. Distribusi sel tumor yang ireguler di antara stroma ini memberikan
gambaran seperti tumor infiltratif. Istilah morfeform atau sklerosing berarti
terdapat banyak daerah fibrosis pada stroma yang menyebabkan sel-sel
tumor terjepit di antara stroma seperti pita-pita tipis; biasanya tidak di
dapatkan gambaran nodul solid.tipe fibroepiteliomatous (juga di sebut
fibroepithelioma of pinkus) dengan karakteristik adanya kelompok sel tumor
dalambentuk pita yang beranastomosis membentuk gambaran fenestrasi di
antara proferasi jaringan ikat fibrosa. Tipe infundibulokistik biasanya berupa
lesi kecil dan indolent, dengan adanya struktur keratosit kecil dan sel-sel
epitel basaloid berkromatin halus.
Tipe-tipe tambahan terdiri dari: basalioma adenoid, basalioma
pigmented, basalioma dengan diferensiasi skuamous (tipe metatipikal), clear
cell basalioma, basalioma dengan diferensiasi ekrin dan basalioma dengan
pleomorfisme inti sel.

G. Diagnosis Banding
Umumnya, diagnosis histopatologik basalioma pada jaringan biopsi kulit
dapat langsung di tentukan. Masalah diagnosis muncul ketika terdapat
tumpang tindih basalioma dengan jenis tumor epitel basaloid lainnya, dan bila
teknik pengambilan sampel kulit tidak memadai. Beberapa diagnosis banding
basalioma ialah triko-epitelioma (trikoblastoma), KSS, adenoid cystic
carcinoma, dan karsinoma sel merkel. Kadang-kadang dapat terjadi kesulitan
membedakan basalioma dengan KSS bila terdapat pembentukan masa keratin.
Beberapa hal yang menjadi ciri khas pembeda basalioma dengan KSS ialah
umumnyasel tumor KSB lebih berwarna basofilik di bandingkan KSS (sel

8
tumor KSS mengandung keratinisasi yang terwarna eosinofilik dengan
pewarnaan rutin Hematoksilin-Eosin).
Dengan pewarnaan imunohistokimia, basalioma kurang menunjukan pola
keseragaman antibodi karena banyaknya varian jenis histopatologik.
Basalioma menunjukan reaktifitas terhadap polipeptida sitokeratin (CK) dan
antibodi BerEpf 4 serta tidak menunjukan reaksi terhadap EMA; sebaliknya,
KSS bereaksi positif terhadap EMA dan tidak bereaksi dengan BerEp4. Hal
ini sangat bermanfaat dalam membedakan basalioma tipe metatipikal dari
KSS tipe basaloid.

H. Penanganan
Umumnya penangnan basalioma dilakukan dengan terapi lokal, dapat
berupa terapi bedah dan non-bedah (derajat metastatis basalioma rendah).
Terapi bedah dapat berupa seperti berikut:
1. Kuretase : Operasi rahim untuk wanita dengan masalah menstruasi,
hamil, kontrasepsi, keguguran atau polip, atau setelah melahirkan.
2. Elektrodesikasi : Tekhnik ini paling sering digunakan dan efektif untuk
membuang tumor-tumor kecil dikulit. Elektroda monoterminal ditempel
pada lesi. Untuk lesi yang lebih besar dapat digunakan arus yang lebih
kuat.
3. Cryosurgery : Penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk
memusnahkan jaringan yang sakit. Terapi bedah ini dapat digunakan
untuk memusnahkan tumor ganas di dalam tubuh.
4. Eksisi bedah : Salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai
tujuan antara lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak
ataupun ganas dan memperbaiki penampilan secara kosmetik.
Terapi non-bedah dapat berupa sebagai berikut:
1. Radioterapi : Biasa juga disebut juga dengan memanfaatkan sinar sebagai
energi intnsif membunuh sel kanker. Terapi radiasi pada umumnya

9
menggunakan kekuatan X-ray, namun bisa juga memanfaatkan kekuatan
proton atau jenis energi lain.
2. Terapi topikal : Pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan
obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang
telinga, vagina dan rectum.
3. Terapi fotodinamik : Pengobatan dengan obat-obatan yang menjadi aktif
bila terkena cahaya. Obat yang diaktifkan ini dapat membunuh sel-sel
kanker.

I. Prognosis
Basalioma umumnya tumbuh lambat. Tipe yang bersifat indolen ialah
tipe infundibulokistik dengan efek destruksi jaringan sekitarnya sangat
terbatas setelah beberapa tahun. Tipe-tipe yang dianggap agresif ialah tipe
infiltratif., morfeaform, dan mikronodular yang dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan sekitar yang hebat.
Walaupun jarang terjadi, pada beberapa kasus dilaporkan adanya
rekurensi lokal dan metastasis ke kelnjar life sekitar atau ke tempat yang jauh
seperti paru-paru. Rekurensi dapat terjadi pada lesi yang berukuran <2 cm,
lokasi pada bagian sentral wajah, dan telinga, serta tipe histologik
morfeaform.

J. Diagnosa Basalioma
Diagnosa baslioma (karsinoma sel basal dapat diperoleh melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik (eufloresensi), pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan
histopatologi.
a. Anamnesis
Apakah sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
secara terus menerus?, apakah ada riwayat kulit terbakar yang berulang
akibat paparan sinar matahari?. Apakah menderita penyakit-penyakit yang
mengakibatkan supresi pada imunitas seperti HIV ? Apakah pernah
terpapar bahan arsenik? Apakah mengalami penyakit Granuloma

10
Inguinale?. Apakah memiliki penyakit akibat genetik seperti Xeroderma
Pigmentosa, Nevoid Basal Cell Carcinoma dan Albinism? Apakah pasien
merokok?.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan kelainan-kelainan sesuai dengan
tipe-tipe Karsinoma Sel Basal (Basalioma) sebagai berikut : Nodular
Basalioma akan didapatkan eufloresensi berupa nodul menyerupai kutil,
tidak berambut, berwarrna coklat atau hitam, tidak mengkilat (keruh).
Morphoeic Basal Cell Carcinoma akan didapatkan eufloresensi
menyerupai morfea akan tetapi ditemukan tanda-tanda berupa kelainan
yang datar, berbatas tegas, tumbuhnya lambat, berwarna kekuningan,dan
pada perabaan tepinya keras. Pigmen Basal Cell Carcinoma akan
didapatkan eufloresensi berupa nodul bewarna coklat, biru, atau keabuan
dan kenampakannya mirip melanoma.
c. Pemeriksaan Dermoskopi
Dermoskopi adalah suatu metode non invasif yang memungkinkan dalam
evaluasi warna dan struktur epidermis secara mikro (histologis) yang
tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Evaluasi penyebaran warna dari
lesi dan struktur histologis dapat membedakan apakah lesi tersebut jinak
atau ganas terutama pada lesi kulit berpigmen. Hal yang diperhatikan
adalah ABCDE (asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter
>6 mm, enlarging lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang
diperiksa, kemungkinan lesi tersebut bersifa ganas (karsinoma).
d. Pemeriksaan penunjang Diagnosa pasti Karsinoma Sel Basal (Basalioma)
adalah pemeriksaan histopatologi dengan melakukan biopsi jaringan kulit
yang dicurigai mengandung sel-sel kanker tersebut (skin biopsy).

11
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d kerusakan jaringan pascatindakan eksisi bedah.
2. Kecemasan b.d prognosis penyakit.
3. Pemenuhan informasi b.d intervensi diagnostic, intervensi radiasi,
kemoterapi, dan eksisi bedah.

L. Rencana Keperawatan
1. Nyeri b.d kerusakan jaringan pascatindakan eksisi bedah
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
 Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
Skala nyeri 0-1 (0-4).
 Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
 Pasien tidak gelisah.

Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST. Menjadi parameter dasar untuk
mengetahui sejauh mana intervensi
yang diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi manajemen
nyeri keperawatan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
dan noninvasive. telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
 Atur posisi fisiologis dan Posisi fisiologis akan menigktakan
imobilisasi ekstremitas yang asupan O2 ke jaringan yang mengalami
mengalami selulitis. peradangan subkutan. Pengaturan

12
posisi idealnya adalah pada arah yang
berlawanan dengan letak dari selulitis.
Bagian tubuh yang mengalami
inflamasi local dilakukan imobilisasi
untuk menurunkan respons peradangan
dan meningkatkan kesembuhan.
 Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan
lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan
pengunjung. pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
 Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri. menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endorphin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri
pemberian analgetik. sehingga nyeri akan berkurang.

2. Kecemasan b.d prognosis penyakit


Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam kecemasan pasien berkurang.
Kriteria evaluasi:
 Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaanya,
dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang memengaruhinya,
kooperatif terhadap tindakan, dan wajah rileks.

13
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, dampingi pasien, serta menunjukan rasa agitasi, marah, dan
lakukan tindakan bila menunjukan gelisah.
perilaku merusak.
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
Beri dukungan psikologis. Dukungan ini mencakup upaya
membiarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya tentang
keseriusan neoplasma kulit, pengertian
terhadap kekesalan, serta depresi yang
diperlihatkan pasien, dan penyampaian
kesan bahwa perawat dapat memahami
semua perasaan ini.
Bina hubungan saling percaya. Mereka harus didorong untuk
mengekspresikan perasaan terhadap
seseorang yang mereka percayai.
Mendengarkan keprihatinan mereka
dan selalu siap untuk memberikan
perawatan yang terampil, serta penuh
kehangatan merupakan intervensi yang
penting untuk mengurangi ansietas.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan ansietasnya. terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberikan waktu untuk
terdekat. mengekspresikan perasaan, serta
menghilangkan cemas dan perilaku

14
adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman
yang dipilih pasien melayani aktivitas
dan pengalihan (misalnya: membaca)
akan menurunkan perasaan terisolasi.
Pengaturan agar anggota keluarga dan
setiap teman dekatnya untuk lebih
banyak mencurahkan waktu mereka
bersama pasien dapat menjadi upaya
yang bersifat suportif.
Kolaborasi Meningkatkan relaksasi dan
 Berikan anti cemas sesuai indikasi, menurunkan kecemasan.
contohnya diazepam.

3. Pemenuhan informasi b.d intervensi diagnostic, intervensi radiasi,


kemoterapi, dan eksisi bedah
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
 Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan.
 Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan.

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
tentang prosedur diagnostic, kondisi social ekonomi pasien. Perawat
pembedahan kolostomi sementara, dan menggunakan pendekatan yang sesuai
rencana perawatan rumah. dengan kondisi individu pasien.
Cari sumber yang menigkatkan Keluarga terdekat dengan pasien perlu
penerimaan informasi. dilibatkan dalam pemenuhan informasi
untuk menurunkan resiko

15
misinterpretasi terhadap informasi yang
diberikan.
Jelaskan tentang terapi dengan Pasien perlu mengetahui bahwa
kemoterapi. kemoterapi diberikan sebagai pelengkap
terapi bedah dan terapi radiasi.
Jelaskan tentang terapi radiasi. Pengetahuan tentang karsinoma sel
skuamosa walaupun tidak bersifat
radiosensitive dan pada kebanyakan
pasien jika memberikan efek
penyusutan tumor akan menambah
semangat pada pasien untuk melakukan
terapi.
Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau
persiapan pembedahan, meliputi:
 Diskusikan jadwal pembedahan. Pasien dan keluarga harus diberitahu
waktu dimulainya pembedahan.
Apabila rumah sakit mempunyai jadwal
kamar operasi yang padat, lebih baik
pasien dan keluarga diberi tahukan
tentang banyaknya jadwal operasi yang
telah ditetapkan sebelum pasien.
 Persiapan administrasi dan Pasien sudah menyelesaikan
informed consent. administrasi dan mengetahui secara
financial biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan tentang
pembedahan kolektomi atau kolostomi
oleh tim bedah dan menandatangani
informed consen.
 Lakukan pendidikan kesehatan Manfaat dari intruksi preoperative telah
preoperative. dikenal sejak lama. Setiap pasien

16
diajarkan sebagai seorang individu,
dengan mempertimbangkan segala
keunikan ansietas, kebutuhan, dan
harapan-harapannya.
 Programkan intruksi yang Jika sesi penyuluhan dilakukan
didasarkan pada kebutuhan individu beberapa hari sebelum pembedahan,
direncanakan dan pasien mungkin tidak ingat tentang apa
diimplementasikan pada waktu yang telah dikatakan. Jika intruksi
yang tepat. diberikan terlalu dekat dengan waktu
pembedahan, pasien mungkin tidak
dapat berkonsentrasi atau belajar karena
ansietas atau efek dari medikasi
praanestesi.
Beritahu persiapan pembedahan:
 Persiapan puasa. Puasa dilakukan minimal 6-8 jam
sebelum pembedahan apabila intervensi
bedah dilaksanakan dengan
menggunakan anestesi umum.
 Persiapan kulit. Tujuan dari persiapan kulit preoperative
adalah untuk mengurangi sumber
bakteri tanpa mencederai kulit.
Beritahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapat manfaat bila
pasien sudah bisa dikunjungi. mengetahui kapan keluarga dan
temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan.
Beri informasi tentang manajemen Manajemen nyeri dilakukan untuk
nyeri keperawatan. peningkatan control nyeri pada pasien.
Berikan motivasi dan dukungan moral. Intervensi untuk meningkatkan
keinginan pasien dalam pelaksanaan
pengobatan jangka panjang.

17
M. Evaluasi
1. Mengalami pengurangan rasa sakit dan gangguan rasa nyaman.
Menyatakan bahwa rasa sakit atau nyeri sudah berkurang dan
menghilang.
2. Mencapai pengurangan kecemasan.
a. Mengekpresikan ketakutan dan khayalan.
b. Mengajukan pertanyaan mengenai kondisi medis.
c. Mengenali dukungan dan kenyamanan yang diberikan oleh anggota
keluarga atau orang lain yang signifikan.
3. Terpenuhinya informasi kesehatan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

19

Anda mungkin juga menyukai