Anda di halaman 1dari 9

Penentuan umur berdasarkan gigi

Gigi digunakaan sebagai media yang bermanfaat dalam prakiraan usia karena berbagai
keunggulannya. Gigi mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan, serta perubahan
degeneratif yang terjadi pada usia tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai indikator

prakiraan usia individu dari sejak usia intrauterin sampai usia dewasa.9,10 Tahap
pertumbuhan dan perkembangan gigi sebagai indikator prakiraan usia lebih dikendalikan
oleh faktor genetik dibandingkan dengan faktor lingkungan seperti nutrisi dan

sosioekonomi.10,11,12 Sehingga usia dental menunjukkan variasi yang lebih sedikit

dibandingkan dengan tulang atau bagian tubuh lain.11 Selain itu, gigi merupakan struktur
tubuh yang paling keras dan resisten terhadap pengaruh eksternal, serta mengalami
perubahan biologis yang paling sedikit sehingga dapat digunakan walaupun tubuh telah

mengalami dekomposisi, mutilasi, terbakar, ataupun menjadi sisa rangka.3,13 Gigi dapat

menyediakan informasi mengenai identitas seorang individu karena cirinya yang khas.13
Terdapat beberapa metode digunakan untuk menentukan usia dari gigi yaitu

metode klinis, radiografis, histologis, dan biokimiawi.1 Pemilihan metode tersebut


berdasarkan pertimbangan status individu (hidup atau mati), kategori usia, jenis kasus
(tunggal atau bencana massal), kondisi gigi dan jaringan pendukung, lokasi kasus, ketersediaan
fasilitas dan peralatan penunjang, serta agama dan budaya yang dianut individu tersebut.
Berbagai metode prakiraan usia beserta cara pengaplikasiannya disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Berbagai metode prakiraan usia melalui gigi

Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

a. Metode Radiografis 5 bulan intrauterin - Gigi sulung dan Kalsifikasi, erupsi, Membandingkan
Atlas Schour and Masseler (1941) 35 tahun (22 diagram) permanenregiokanan resorpsi akar radiograf panoramik
rahangatasdan bawah atau oblik lateral
dengan atlas.

Gambar 1. Atlas asli tahap perkembangan gigi


oleh Schour and Masseler.14
Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

Atlas Schour and Masseler (1941) 28 minggu intrauteri - Gigi sulung dan Kalsifikasi, resorpsi Membandingkan
23 tahun (31 diagram) permanen regio kanan akar,dan erupsi gigi radiograf panoramik
rahang atas dan atau oblik lateral
bawah dengan atlas

Gambar 2. Atlas kalsifikasi dan erupsi gigi geligi


oleh Alqahtani.15

Atlas Blenkin -Taylor (2012) Prenatal – 25 tahun Gigi sulung dan Kalsifikasi, resorpsi Membandingkan
(18 diagram) permanen regio akar, dan erupsi gigi radiograf panoramik
kanan rahang atas atau oblik lateral
dan bawah dengan atlas

Gambar 3. Atlas kalsifikasi dan erupsi gigi geligi


oleh Blenkin and Taylor.16
Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

Diagram Gustafson dan Koch (1974) Intrauteri – 16 tahun Gigi sulung dan Kalsifikasi dan erupsi Membandingkan tahap
permanen regio kiri gigi dalam 4 tahap kalsifikasi gigi dari
rahang atas dan radiograf panoramik
kanan rahang bawah atau periapikal dengan
diagram

Gambar 4. Diagram perkembang gigi


oleh Gustafson and Koch.14

Scoring Demirjian, et al (1973) 3 – 16 tahun 7 gigi permanen Kalsifikasi gigi Menentukan tahap
rahang bawah dalam 8 tahap kalsifikasi gigi dari
radiograf panoramik
atau periapikal dengan
gambar tahap
kalsifikasi gigi yang
dikonversi menjadi
skor maturitas untuk
mendapatkan usia
dental dari skala
horizontal atau tabel
usia.

Gambar 5. Delapan tahap kalsifikasi gigi pada


sistem Demirjian (A to H).17

Metode Apikal Terbuka oleh Cameriere 5 sampai 15 tahun 7 gigi rahang bawah L = Panjang gigi (L1, Menggunakan
permanen kiri L2), A = Jarak antara radiografi panoramik,
bagian dalam apikal jumlah dari apikal
terbuka (A1, A2) terbuka (s) dan
jumlah gigi dengan
perkembangan akar
lengkap (N0).
dimasukkan kedalam
rumus:
Age = 8.971 + 0.375g
+ 1.631 x 5 + 0.674 N0 - 1.034 s
- 0.176 s.N0

(g = 1 untuk laki-laki
dan g = 0 untuk
perempuan)
Gambar 6. Pengukuran apikal oleh Cameriere3, 18
Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

Metode rasio pulp-to-tooth oleh Kvaal et al 6 gigi rahang atas panjang pulp-root Menggunakan
dan bawah, seperti (R), panjang pulp- radiografi periapikal
I1 dan I2 rahang tooth (P), panjang intraoral, hitung nilai
atas, P2 rahang atas, tooth-root (T), lebar rata-rata dari semua
I2 rahang bawah, C pulp-root pada CEJ rasio selain T (M),
rahang bawah, dan (A), lebar pulp-root nilai rata-rata lebar
P1 di pertengahan akar rasio B dan C (W) dan
(C) dan lebar pulp- nilai rata-rata panjang
root pada titik rasio P dan R (L)
tengah antara C dan dimasukkan pada
A (B) rumus
Age = 129.8 - (316.4 x M)
(6.8 x (W - L))

Gambar 7. Diagram pengukuran gigi


pada metode Kvaal et
al.3

Metode Index coronal pulp cavity oleh Gigi premolar dan panjang (mm) Melalui radiograf
Drusini molar rahang bawah mahkota gigi (CL, panoramik, hitung CL
coronal length) dan dan CPCH, kemudian
panjang (mm) dari masukkan ke dalam
rongga pulpa rumus :
koronal (CPCH, CPCH x 100
TCL =
coronal pulp cavity CL
height)

CL
CPCH
D M

Gambar 8. Diagram pengukuran gigi pada


metode Drusini19

Perkembangan molar ketiga dengan 15.8 +/- 1.4 tahun Gigi molar ketiga Panjang gigi  Stage 1 = 15.8 +/- 1.4
metode Harris and Nortje3 sampai dengan 19.2 rahang bawah tahun, 5.3 +/- 2.1 mm
+/- 1.2 tahun  Stage 2 = 17.2 +/- 1.2
tahun, 8.6 +/- 1.5mm
 Stage 3 = 17.8 +/- 1.2
tahun, 12.9 +/- 1.2 mm
 Stage 4 = 18.5 +/- 1.1
tahun, 15.4 +/- 1.9 mm
 Stage 5 = 19.2 +/- 1.2
tahun, 16.1 +/- 2.1 mm

Gambar 9. 5 tahap perkembangan akar gigi


M3 rahang bawah metode Harris
and Nortje 3
Metode Klinis

Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

Perhitungan Jumlah Gigi Erupsi20 6.8 bulan (SD 1.56) – Seluruh gigi sulung Gigi sulung yang Menghitung jumlah
28.21 bulan (SD sudah erupsi ke gigi sulung di dalam
4.47) dalam rongga mulut mulut. Lalu
dimasukkan ke dalam
tabel berdasarkan
jumlah gigi dan rata-
rata usia

Metode Atrisi Gigi oleh Miles (1962)14 Sejak gigi M1 Gigi molar pertama, Permukaan insisal Tentukan tahap atrisi :
permanen erupsi kedua, dan ketiga dan oklusal gigi 1. Enamel belum
terpakai atau belum
atrisi
2. Permukaan enamel
yang sangat atrisi
karena pemakaian
3. Paparan dentin
yang progresif
4. Dentin sekunder
atau ruang pulpa

Gambar 10. Skema atrisi oleh Miles (1962)14

Metode Histologi

Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

Metode Gustafson (1950) Gigi insisivus A=Atrisi, Tetapkan skor 0-3


S=Dentin sekunder, untuk masing-masing
P=Paradontosis, kategori berdasarkan
C=Sementum perubahan yang
apoptosis, terjadi. Skor keenam
T=Transparansi/ kategori dijumlahkan
translusensi akar, dan dimasukkan ke
R=Resorpsi akar dalam formula
berikut :
Y = 3.52 X + 8.88
(X= total skor,
Y= estimasi usia)

Gambar 11. Metode Gustafson21

Metode Johanson (1970) Gigi insisivus A=Atrisi, Modifikasi metode


S=Dentin sekunder, Gustafson
P=Paradontosis, menggunakan
C=Sementum 6 kriteria yang sama
apoptosis, tetapi berbeda
T=Transparansi/ dalam pembagian
translusensi akar, skoring yaitu 0, 0.5,
R=Resorpsi akar 1, 1.5, 2, 2.5, 3.
Masukkan dalam
Gambar 11. Metode Johanson21 formula :Age = 11.02
+ (5.14*A) + (2.3*S) +
(4.14*P) + (3.71*C) +
(5.57*R) + (8.98*T)
Metode Biokimiawi

Metode Rentang Usia Gigi Bagian yg Diperiksa Cara Aplikasi

Rasemisasi asam aspartat22 Dentin, enamel, dan Rasio asam Teknik kromatografi
sementum gigi aspartat D/L pada gas (GC) maupun High
gigi Performance Liquid
Chromatography
(HPLC). Rasio D/L
diukur dalam tiga
fraksi yaitu TAA (total
amino acid),
SP (soluble peptide),
dan IC (insoluble
collagen).
9. Indriati E. Antropologi forensik: identifikasi rangka
DAFTAR PUSTAKA manusia, aplikasi antropologi biologis dalam konteks
1. Harschaft EE, Alder ME, Ord DK, Rawson RD, Smith hukum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press;
ES. Manual of forensic odontology. 4 th ed. American 2010. p. 59-78.
Society of Forensic Odontology 2007; 53-74. 10. Sarkar S, Kailasam S, Mahesh Kumar P. Accuracy of
2. Rajan SY, Nandita M, Prabhuraj BK, Vikas P. Age estimation of dental age in comparison with
chronological age in Indian population e A
estimation based on chronological stages of
comparative analysis of two formulas. J Forensic and
mandibular third molar development. Annals and
Legal Medicine 2012; 1-4.
Essences of Dentistry 2010; 2(4): 239-43.
3. Panchbhai AS. Dental radiographic indicators, a key 11. Kýrzýog Z, Ceyhan D. Accuracy of different dental
to age estimation. Dentomaxillofacial Radiology 2011; age estimation methods on Turkish children. Forensic
40: 199-212. Science International 2012; 216: 61–7.

4. Cameriere R, Ferrante L, Belcastro M. Age estimation 12. Jeevan MB, Kale AD, Angadi PV, Hallikerimath S. Age
by pulp/tooth ratio in canines by periapical X-rays. J estimation by pulp/tooth area ratio in canines:
Forensic Sci 2007; 52: 166-170. Cameriere’s method assessed in an Indian sample
using radiovisiography. Forensic Science International
5. Interpol interpol DVI Form Post-Mortem (pink) 2002. 2011; 204: 209.e1-09.e5.
“http://www.interpol.int/INTERPOL -expertise/
Forensics/DVI-Pages/Forms. 13. Blenkin M. Forensic dentistry and its application in
age estimation from the teeth using a modified
6. Republik Indonesia. Undang-Undang Negara Demirjian system . The University of Sydney; 2005.
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang 113-68.
Pengadilan Anak. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 3. Jakarta: Sekretariat 14. Meinl AM. The application of dental age estimation
Negara RI; 1997. methods: comparative validity and problems in
practical implementation. University of Vienna; 2007.
7. Maber M, Liversidge HM, Hector M.P. Accuracy of 1-8.
age estimation of radiographic methods using
15. AlQahtani S J, Liversidge HM, Hector MP. Atlas of
developing teeth. Forensic Science International 2006;
tooth development and eruption. American Journal
159: 68-73.
of Physical Anthropology 2010; 143(3): 481-90.
8. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang 16. Blenkin M, Taylor J. Age estimation charts for a
Perlindungan Anak. Lembaran Negara Republik modern Australian population. Forensic Science
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109. Jakarta: Sekretariat International 2012; 221: 106-12.
Negara RI; 2002. 17. Liversidge HM. The assessment and interpretation of
Demirjian, Goldstein and Tanner’s dental maturity.
Annals of Human Biology 2012; 39(5): 412-13.
18. Cameriere R, Ferrante L, Cingoloni M. Age estimation
in children by measurement of open apices in teeth.
Int J Legal Med 2006; 120: 49–52.
19. Drusini AG. The coronal pulp cavity index: A forensic
tool for age determination in human adults. Cuad
Med Forensic 2008; 53-54(235-249).
20. Nystroma M, Peckb L, Kleemola-Kujala E, Evalahti
M, Kataja M. Age estimation in small children:
reference values based on counts of deciduous teeth
in Finns. Forensic Science International 2000; 110:179-
88.
21. Stavrianos C, Mastagas D, Stavrianou I, Karaiskou O.
Dental Age Estimation of Adults: A Review of
Methods and Principals. Res J Med Sci 2008; 2(5): 258-
68.
22. Kumar KK. Dental age estimation using amino acid
racemization. Indian J Dent Res 2008; 19(2): 172-74.
23. Senn DR, Stimson PG. Forensic dentistry second
edition: CRC Press; 2010. 263-304.
24. AlQahtani SJ, Hector MP, Liversidge HM. Brief
communication: the London atlas of human tooth
development and eruption. American Journal of
Physical Anthropology 2010;142: 481-90.
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013
63

Anda mungkin juga menyukai