Terapi non spesifik adalah suatu terapi keracunan yang bermanfaat hampir
pada semua kasus, melalui cara-cara seperti memasu muntah, bilas lambung, dan
dan jika zat mengenai pakaian, pakaiannya ditanggalkan. Zat toksik yang
dini norit diberikan akan lebih efektif hasilnya. Norit masih efektif
hingga 2 jam drai racun tertelan dan lebih lama lagi pada keracunan
gram. Dosis pada orang dewasa adalah 50 g dapat diulang setiap 4-6
1
jam. Pemerian dosis berulang juga bermanfaat mempercepat eleminasi
atau katartik, tetapi tidak dengan sirup ipekak atau susu karena akan
mengurangi efektifitasnya.
isi lambung, karena itu tidak boleh dilakukan pada pasien yang
mengantuk atau koma kecuali jika reflek batuk sangat baik atau
2
Memuntahkan isi perut dengan pemberian ipecacuanha telah dipakai
yang tertelan tidaj korosif dan produk petroleum atau tidak dijerap
3. Pemberian katartik/pencahar
seimbangan elektolit.
3
b. Mempercepat eliminasi
akan mengurangi reabsorpsi zat atau obat yang bersifat basa lemah seperti
bikarbonat akan mengurangi reabsorpsi pada obat / zat yang bersifat asam
reabsorpsi.
zatnya sudah terabsorpsi dan berada pada cairan sistemik dan tidak
hemodialisis.
untuk zat-zat tertentu. Cukup banyak antidotum spesifik telah digunakan dalam
4
klinik. Untuk memudahkan mempelajarinya, antidotum yang spesifik
Contoh paling sederhana dari antidotum jenis ini adalah penggunaan zat
produk yang kurang toksik dan mudah dieksresikan. Ada banyak contoh
gugus fungional seperti –OH, -SH dan –NH yang akan berkompetisi
5
logam-logam pada tempat ikatannya pada protein sel. Contoh zat-zat
chelator adalah :
lambung
6
EDTA diberikan dalam bentuk injeksi im atau iv dalam
tubulus renal
3) Penisilamin (Cuprin)
arsen
4) Deferoksamin
dan mioglobin.
7
Pemerian infus secara cepat dapat menimbulkan shok
gangguan ginjal
5) Trientin (cuprid)
b. Fab Fragment
dengan sianida yang stabil dan bersifat non toksik. Disamping logam-
8
kehilangan kesadaran atau sudah kehilangan kesadarn, bukan untuk
mg (20 ml) dalam 1 menit (5 menit jika kondisi tidak berat) disusul
d. Detoksifikasi enzimatik
1). Etanol
9
yang relatif tidak toksik dan mudah dieksresikan dibandingkan
10
dalam 10-50 ml air, diberikan melalui injeksi iv perlahan-lahan.
1. Nalokson hidroklorida
11
Keracunan opioid dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan,
pemberian inj iv adalaj 0,8-2 mg dapat diulang setiap 2-3 mnit sampai
dosis maksimal 10 mg
2. Flumazamil
Analisa atau nasehat ahli sangat penting dalam pemberian obat ini
3. Oksigen
12
Karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan keracunan karena
3 Beta-bloker Glukakon
4 Benzodiazepin Flumazemil
6 Koumarin Vit K
13
7 Sianida Nitrit dan nitrat
10 Heparin Promatin
12 INH Piridoksin
nalokson.
14
Perangsang muntah : sir. Ipeca.
Antidot multiple (campuran besi sulfat, Mg S04, air, karbon) : As, opium,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
c. Terapi non spesifik adalah suatu terapi keracunan yang bermanfaat
hampir pada semua kasus, melalui cara-cara seperti memacu muntah, bilas
untuk zat-zat tertentu. Cukup banyak antidotum spesifik telah digunakan dalam
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Resiko.Jakarta:Leskonfi
poetrisunda.Blogspot.com/2012/02/toksikologi-dan-penanganan-keracunan.html
17
Ayu.2013.Tugas Toksikologi Analisa Kasus
toksikologi-analisis-kasus.html
ABSTRAK
Sirih digunakan sebagai obat tradisional oleh Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
18
histopatologi. Ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak
menggunakan uji Kruskal Wallis, dilanjutkan dengan Mann Whitney. Studi ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kontrol negatif dengan
kelompok lain, dan juga perbedaan yang signifikan dalam tingkat nekrosis antara
PENDAHULUAN
Gangguan fungsi hati kronik dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
keadaan yang dapat menimbulkan gangguan hati antara lain adalah penyakit
dengan hepatitis obat atau disebut juga dengan hepatitis toksik, karena kerusakan
hati yang terjadi adalah akibat zat-zat yang bersifat toksik terhadap hati. Obat-obat
19
untuk mengobati gangguan fungsi hati yang diberikan selama ini hanya bersifat
simtomatik, selain itu dapat diberikan pengobatan yang bersifat suportif dan
promotif untuk menjaga kelangsungan fungsi hati. Obat-obat ini disebut dengan
hepatoprotektor, yaitu senyawa berkhasiat yang dapat melindungi sel hati dari
pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati. Salah satu tumbuhan berkhasiat
obat tersebut adalah sirih. Menurut Sidik, dkk minyak atsiri yang dikandung oleh
farmakologis tersebut adalah efek hepatoprotektor. Pada penelitian ini akan diuji
bagaimana efek hepatoprotektor dari sirih, karena sirih merupakan salah satu
tumbuhan yang mengandung minyak atsiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efek hepatoprotektor air rebusan daun sirih pada mencit jantan yang
pemeriksaan histopatologi.
METODE
Rancangan Acak Lengkap (RAL) . Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini
bebasnya adalah konsentrasi air rebusan daun sirih. Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat untuk persiapan hewan coba yang meliputi
timbangan mencit, spuit1cc, kandang mencit, feeding tube No.SVi, wadah untuk
air dan pellet. Kemudian alat untuk persiapan bahan uji seperti pisau, kompor
20
listrik, timbangan analitik, saringan dan alat-alat gelas laboratorium. Selanjutnya
alat yang digunakan untuk membuat sediaan mikroskopis antara lain adalah minor
set, wadah hati mencit, papan fiksasi, oven, kassa, blok pencetak, reagen, lemari
es, manual microtom, kaca objek, waterbath, deckglass, dan mikroskop. Bahan-
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air rebusan daun sirih
hati mencit, aqua des sebagai pelarut, Carboxy Methyl Cellulose (CMC ) 2%
sebagai suspensi onagent, eter, formalin10%, aseton, parafin cair, lithium, alkohol
95%, alkohol 100%, hematoksilin eosin, gliserin, putih telur, dan entelan.
Penelitian ini menggunakan sejumlah mencit jantan Mus mus culus (20ekor),
berumur 2-3 bulan dengan bobot badan 25-35 gram. Mencit-mencit tersebut
diadaptasikan terlebih dahulu selama satu bulan, ditimbang setiap hari dan
untuk penelitian jika bobot badannya tidak menurun lebih dari 10% bobot badan
awal. Selama penelitian mencit diberi makan pellet dan minum air putih
secukupnya. Daun sirih yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih
segar yang masih muda dan berwana hijau tua. Daun sirih dicuci bersih lalu diiris
halus. Kemudian direbus dengan aqua dest sampai mendidih. Selanjutnya dibuat
air rebusan daun sirih dengan konsentrasi 20%, 40% dan 80% (b/v) yang
kemudian diberikan secara oral kepada hewan coba. Setelah diadaptasikan selama
satu bulan, mencit dibagi menjadi lim a kelompok, masing masing terdiri atas 5
ekor. Kelompok I merupakan kelompok kontrol yang hanya mendapat pellet dan
21
parasetamol dengan dosis 500 mg/kg BB dan diberikan selama 14 hari dimulai
pada hari ke-8 sampai hari ke-21. Kelompok III merupakan kelompok perlakuan
yang mendapat 0,5 ml air rebusan daun sirih dengan konsentrasi 20% ) dan
diberikan selama 7 hari, dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-7 lalu dilanjutkan
dengan pemberian parasetamol 500 mg/kg BB selama 14 hari dimulai pada hari
mendapat 0,5 ml air rebusan daun sirih dengan konsentrasi 40% dan diberikan
selama 7 hari, dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-7 lalu dilanjutkan dengan
pemberian parasetamol 500 mg/kg BB selama 14 hari dimulai pada hari ke-8
0,5 ml air rebusan daun sirih dengan konsentrasi 80% dan diberikan selama 7 hari,
dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-7 lalu dilanjutkan dengan pemberian
parasetamol 500 mg/kg BB selama 14 hari dimulai pada hari ke-8 sampai hari ke-
21. Semua bahan-bahan dilarutkan dengan aqua dest dan diberikan secara oral
pada mencit dengan menggunakan feeding tube No.VA. Pada hari ke-21
Pengambilan hati dilakukan setelah mencit dimatikan terlebih dulu dengan cara
menempatkan hewan coba ini dalam bejana berisi uap eter jenuh. Setelah mencit
mengambil hati mencit dengan menggunakan minor set. Organ hati yang baru
diangkat ditempatkan dalam wadah yang telah diberi label untuk masing-masing
organ terendam dan segera ditutup rapat. Setelah itu sampel hati mencit tersebut
22
dibawa ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk pembuatan slaid mikroskopis
dan diperiksa gambaran histopatologinya. Luas nekrosis pada hati mencit dinilai
kali pada zona 3 dalam 10 lobulus. Skornekrosis sentri lobular dibedakan atas 5.
HASIL
terlihat adanya sebukan sel radang disekitar vena sentralis, nukleuspiknotik dan
ssentrilobular pada yaitu nekrosis sentrilobular derajat berat dan skor nekrosis
kelompok yang mendapatkan air rebusan daun sirih 20% mempunyai nilai
rebusan daun sirih 40% memiliki skor nekrosis sentrilobular 2 (ringan)dan 50%-
23
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan uji preklinik yang dilakukan untuk mengetahui efek
pada setiap kelompok perlakuan. Dalam hal ini, diharapkan dengan pemberian air
rebusan daun sirih pada berbagai konsentrasi dapat memberikan perbedaan yang
pada seluruh mencit pada kelompok kontrol negatif yang hanya mendapatkan
pellet dan aqua des adalah 0 yang artinya tidak ditemukan nekrosis. Sementara itu,
pada kelompok kontrol positif yang mendapatkan parasetamol 500 mg/kg BB saja
maupun yang mendapatkan parasetamol 500 mg/kg BB dan air rebusan daun sirih
konsentrasi 20%, 40% dan 80% terjadi nekrosis hati sentrilobular dengan skor
yang bervariasi mulai dari skor 2 yang artinya mengalami nekrosis sentrilobular
positif dengan kelompok yang mendapatkan air rebusan daun sirih 20%, 40% dan
80%. Hal ini menunjukkan bahwa air rebusan daun sirih mempunyai efek
24
sedangkan N-acetylcysteine bekerja dengan cara stimulasi sintesis glutation. Hal
antioksidan sirih terhadap tikus wistar yang diinduksi etanol dengan mengukur
kadar enzim petanda hati dan kadar antioksida n non enzimatik. Dari hasil
enzimatik yaitu glutation dan aktivitas enzim detoksifikasi radikal bebas antara
lain super oksida dismutase, katalase dan glutation peroksidase serta menurunkan
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa air rebusan daun sirih konsentrasi
hepatoprotektor pada konsentrasi air rebusan daun sirih yang digunakan dalam
penelitian ini.
25