Anda di halaman 1dari 15

Bab I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Strategi pembelajaran adalah cara sistematis yang dipilih dan digunakan


seorang pembelajar untuk menyyampaiikan materi pembelajaran sehingga
memudahkan pembelajarmencapai tujuan pembelajaran tertentu.Strategi
pembbelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan,cara pengorganisasian
materi pelajaran dan siswa,peralatan dan bahan,serta waktu yang digunakan dalam
proses pembelajaran.

Multiple strategi sendiri mempunyai arti “Multiple” banyak dan “Strategi”


taktik atau cara.Jadi pengertian multiple strategi adalah gabunggan dari banyak
cara yang dapat digunakan dalam suatu pembelajaran.Dalam multiple strategi ada
beberapa pendekatan diantaranya pendekatan Multiple Intelegence,pendekatan
Quantum learning.
Bab II

ISI

2.1 Pengertian strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah cara sistematis yang dipilih dan digunakan


seorang pembelajar untuk menyyampaiikan materi pembelajaran sehingga
memudahkan pembelajarmencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Pendapat para ahli mengenai strategi pembelajaran diantaranya:

1. Kozma dalam Gafur (1989) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran


dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih,yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

2. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran


merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam linggkungan pembelajaran tertentu,meliputi
sifat,lingkup, dan urutan pembelajaran yangg dapat memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik.

3. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri


atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan
kegiatan belajar yang atau digunakan guru dalam rangka membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

4. Gropper (di dalam Wiryawan dan Noorhadi,1990) mengatakan bahwa


strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2.2 Multiple intelegence

Menurut Howard Gardner suatu kemampuan disebut intelegensia


(kecerdasan) jika:

1. Menuunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang dalam


memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.

2. Ada unsur pengetahuan dan keahlian

3. Bersifat universal harus berlaku bagi banyak orang

4. Kemampuan itu dasarnya addalah unsur biologis,yaitu karena otak


seseorang,bukan sesuatu yyangg terjadi karena latiha atau training.

5. Kemampuan itu sudah ada sejak lahir,meski didalam pendidikan dapat


dikembangkan

Ia mengemukakan bahwa ada sekurang-kuranggnya sembilan kecerdasan


yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berfiikir yangg
penting diantaranya

A.Kecerdasan Linguistik

1. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.

2. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu


komunikasi verbal.

3. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca


karya orang lain.

4. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.

5. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau


melakukan perbaikan pada karya tulis.

6. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui


diskusi, ataupun debat.
7. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.

8. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,


pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan
sebagainya.

B.Kecerdasan Logika - Matematika

1. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.

2. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.

3. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.

4. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman


komputer, metode riset.

5. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat


hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.

6. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan


hukum.

7. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek


yang konkret.

Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer,


ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
C.Kecerdasan Intrapersonal

1. Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan
pikiran dan perasaan.

2. Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.

3. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang


berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.

4. Mengembangkan konsep diri dengan baik.

5. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.

6. Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan
saat ini.

7. Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.

Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana
program,pengusaha, dan sebagainya.

D.Kecerdasan Interpersonal

1. Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin


hubungan sosial.

2. Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang


lain.

3. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi


dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.

4. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang


berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan
mampu bekerja sama dengan orang lain.

5. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.


6. Mau melihat sudut pandang orang lain.

7. Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia /


humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga
penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.

E.Kecerdasan Musikal

1. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan
alat musik.

2. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.

3. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.

4. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.

5. Mampu menciptakan komposisi musik.

6. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.

7. Menyukai dan mampu bernyanyi.

8. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau
pemusik.

9. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.

Profesi: DJ,musikus,pembuat instrumen,tukang stem piano,ahli terapi musik,


penulis lagu,insinyur studio musik, dirigen orkestra,penyanyi,guru musik,penulis
liriklagu,dansebagainya.
F.Kecerdasan Visual - Spasial

1. Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.

2. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.

3. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.

4. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.

5. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.

6. Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan


warna.

7. Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer


interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.

G.Kecerdasan Kinestetik - Jasmani

1. Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam


menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide,
pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani
objek.

2. Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan


keanggunan dalam bergerak.

3. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,
permainan yang menggunakan fisik.

4. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.

5. Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang


dipelajari.
6. Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa
yang dialami atau dilihat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir,
tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan
sebagainya.

H.Kecerdasan Naturalis

1. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam,


tanaman atau hewan.

2. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.

3. Mampu mengenali pola di antara spesies.

4. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.

5. Senang memelihara tanaman, hewan.

6. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk


mempelajari suatu organisme.

7. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.

8. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba


diving (menyelam).

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus
organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi /
botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
I.Kecerdasan Eksistensialis

Kecerdasan eksistensialis yaitu kecerdasan yang cenderung memandang


masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas serta menyeluruh serta
menanyakan untuk apa dan apa dasar dari segala sesuatu contoh Filsuf

Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap


kecerdasan agar dapat dimasukkan ke dalam teorinya diantaranya:

A.Teori kecerdasan dapat dilambangkan

Bahwa kemampuan untuk melambangkan atau melukiskan ide dan


pengalaman melalui gambar,angka,atu kata merupakan kecerdasan manusia.

B.Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan

Bahwa setiap kecerdasan muncul pada titik tertentu di masa kanak-


kanak,mempunyai periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang
hidup,dan berisikan pola unik yang secara perlahan atau cepat semakin
merosot,seiring dengan menuanya seseorang.

C.Setiap kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera


pada wilayah otak tertentu.

Bahwa kecerdasan dapat terisolasi akibat kerusakan otak dan setiap teori
kecerdasan baru dapat berlaku bila berdasarkan biologi artinya berakar pada
psikologi struktur otak.

D.Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya

Bahwa perilaku cerdas dapat ditinjau dari melihat prestasi tertinggi dalam
peradaban bukan dengan mengumpulkan skor jawaban dari berbagai tes
standar.Keterampilan tes IQ yang sering digunakan seperti kemampuan untuk
menyebutkan bilangan acak secara mundur dan maju atau kemampuan
menyelesaikan masalah secara analogi mempunyai nilai budaya yang terbatas.
2.3 Strategi Mengajar Multiple Intelligence

Strategi multiple intelligences adalah strategi mengajar dalam sebuah


proses belajar mengajar yang menitik beratkan pada kecocokan antara gaya
mengajar guru dan gaya belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran tuntas.
Istilah multiple intelligence dipakai sebab untuk mengetahu gaya belajar
seseorang itu bersumber pada kecerdasannya, yang saat ini diistilahkan multiple
intelligences. Yang sering kurang dipahami, adalah pada saat guru memberikan
tes kepada siswanya dalam bentuk apapun, tes formatif, sumatif, atau ujian akhir,
sebenarnya aktivitas tersebut adalah sebuah strategi. Strategi mengajar itu
mengandung unsur-unsur metode, prosedur aktivitas dari metode tersebut, yang di
dalamnya ada istilah teknik dan trik, lalu terakhir adalah penilaian.strategi
multiple intelligence, apapun metodenya banyak menggunakan pendekatan
‘student center’ yaitu siswa sebagai penerima informasi yang harus aktif dalam
pembelajaran.

2.5 Quantum Learning

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang
dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah
populer dan umum digunakan.Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-
teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi
responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas
(yang terkait dengan sifat jurnalisme).Quantum learning berakar dari upaya
Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria.

Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).


Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk
mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan.Para murid di dalam
kelas dibuat menjadi nyaman.Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih
jauh.Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel.Guru-guru yang
terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning,
pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi
kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara
lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.

“Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program


neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi.Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat
digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru.Para pendidik
dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang
positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan
dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan
Hernacki, 1992)

Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai


“interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka
mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi
manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu
ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai
pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan,
inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori,
keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan
strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan
modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan
holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric
learning), simulasi/permainan.

Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai
berikut.Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas.
Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang
dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah
yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian
Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak
seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat
fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan
bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari
lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal
ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan.
Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi
keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan
“kegembiraan dan tepukan.”

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan


struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong
peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa,
musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan
fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem
emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan
kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian
emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak
“kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear
dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-
tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,
menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak
kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan
proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan
dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau
suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni,
kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan
tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan
diri.”Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait.Dari kehormatan diri,
misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan
menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.

Dari proses inilah, quantum learningmenciptakan konsep motivasi,


langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi
konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari
setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda,
mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran
ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat
melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari
suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari
kehidupan.”

Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang
“menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan
kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif.Sikap positif
merupakan aset penting untuk belajar.Peserta didik quantum dikondisikan ke
dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental.Dengan
mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan
lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan
proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan
cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta
didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi.Ini tampaknya yang
menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan
pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik
memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur
seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target
penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa
santai.Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat
baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat
aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.”Peserta didik diminta untuk
menciptakan ruang belajar di masyarakat.Mereka diminta untuk memperluas
lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan
masyarakat yang diminatinya.“Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan,
semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah
Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter.Setiap siswa diminta berhubungan
secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar
mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan
pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil
peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada,
dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar
lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk
mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan.Mereka
tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam
lingkungan mikro.Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah
sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas
“zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
Daftar Rujukan

Robandi, I. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat: Motivasi Diri Menjadi Guru
Luar Biasa. Jakatra: PT Grasindo.

Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: Studi


pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill (online) Editorial
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id.

Siregar, E. & Nara, H. 2011. Teori Belatar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai