1
Jurnal Biokimia, Juli 2013
Ayu apriani, Ayu nurliansari, Citra cahyana, Desi wahyuningsih, Devi kurnia, Dwi kurnia, Erlin
utami, Fama aprilia, Firly brama s, Helfi aulia, Naziratul a, Nuraini, Nurma julita, Prago kaipur,Rebi
pernando, Rita kumala s, Rio kurnia w, Sepmaida p, Sripita sari,Tria wulandari, Yohana ayu w
Mahasiswa Farmasi, Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Harapan Ibu Jambi
PERAN BIOMEDIS
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil KoA dan disintesis dari Asetil-
KoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari biosintesis
asam lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berangsung
dikomparetemen sel yajng berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak diMitokondria dari
biosintesis disitosol memungkinkan tiap proses dikendalikan individual dan integrasiakan
sesuai kebutuhan jaringan. setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan turunan asetil
+
KoA yang dikatalis oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD FAD sebagai Ko
enzim, dan menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang
memerlukan keberadaan oksigen.
Meningkatnya oksidasi asam lemak merupakan karakteristik kelaparan dan Diabetes melitus,
yang menyebabkan pembentukan badan keton oleh hati (ketosis). Badan keton bersifat
asam, dan jika diproduksi secara berlebihan dalam jangka panjang, seperti pada Diabetes,
menyebabkan ketoasidosis yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Karena
Glukoneogenesis bergantung pada oksidasi asam lemak, setiap gangguan pada setiap asam
lemak menyebabkan Hipoglikemia. Hal in terjadi pada berbagai keadaan defisiensi karnitin
atau defisiensi enzim- enzim esensial pada oksidasi asam lemak, misalnya karnitin
palmitoiltranferase, atau inhibisi oksidasi asam lemak oleh racun, misalnya hipoglisin.
2
I. PENDAHULUAN
Asam lemak (fatty acid) adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama
dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan
merupakan bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai
dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya.
Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (sebagai lemak yang terhidrolisis) maupun
terikat sebagai gliserida.X
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia R-
COOH or R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH yang adalah asam
format, H3C-COOH yang adalah asam asetat, H5C2-COOH yang adalah asam propionat,
H7C3-COOH yang adalah asam butirat dan seterusnya mengikuti gugus alkil yangX
Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase
cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya,
semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih
stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak
tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah
bilangan oksidasi bagi asam lemak.X
Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua
lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan "E", singkatan dari bahasa Jerman
entgegen) hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat
polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans
karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya
tetap relatif lurus.
3
OKSIDASI ASAM LEMAK TERJADI DIMITOKONDRIA
Asam lemak bebas ( free fatty acids, FFA) yang juga disebut unesterified fatty acids
(UFA) atau nonesterified fatty acids (NEFA) adalah asan lemak yang berada dalam keadaan
tidak tersesterifikasi. Diplasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan disel
asam-asam ini melekat pada Protein pengikat asam lemak sehingga pada kenyataanya asam-
asam lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas” asam lemak rantai pendek lebih larut air
dan terdapat dalam bentuk asam takterionisasi atau sebagai anion asam lemak.
Asam lemak mula-mula diubah menjadi suatu zat antar aktif sebelum dapat di katabolisme.
reaksi ini merupakan satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam lemak yang
memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan keonzim A,enzim asil – KoA sintetase
(tiokinase) mengatalisis perubahan asam lemak (asam lemak bebas) menjadi
”asam lemak aktif”atau asil-KoA yang menggunakan suatu fosfat bernergi tinggi disertai
pembentukan AMP dan PPi di hidrolisis oleh tirofosfatase anorganik disertai hilang nya fosfat
bernergi tinggi lainnya yang memastikan bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai.
Asil KoA sintetase ditemukan di RE peroksisom,serta di bagian dalam,dan membran luar
mitokondria.
4
1.3 Asam lemak rantai panjang menembus membran dalam mitokondria sebagai
turunan karnitin
+ -
karnitin (ß-hidroksi-Ɣ-trimetil amonium butirat),(CH3) 3 N -CH2-CH(OH) –CH2-COO
tersebar luas dan terutama banyak terdapat diotot. asil KoA rantai panjang tidak dapat
menembus membran
1). Karnitin-Asil karnitin translokasi bekerja sebagai pengangkaut penukar dimembran dalam
mitokondria. Asil karnitin di angkut masuk,dan disertai pengangkutan keluar satu molekul
karnitin, Kemudian bereaksi dengan KoA yang dikatalis oleh karnitin palmitoiltransferase-II
yang terletak di bagian dalam membran dalam. Asil KoA terbentuk kembali dimatrik
mitokondria dan karnitin dibebaskan.
Gambar 22-1. peran karnitin dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang menembus
membran dalam mitokondria.
pada oksidasi ß terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul Asil-KoA-ß yang dimulai
dari ujung karboksil. rantai diputus antara atom karbon – α (2) dan –ß(3) karena itu dinamai
oksidasi ß unit 2 karbon yang terbentuk adalah asetil KoA; jadi, palmitoil KoA menghasilkan
8 molekul asetil KoA .
5
1.5 Rangkaian reaksi siklik menghasilkan FADH2 dan NADH
Oksidasi asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil menghasilkan asetil-KoA plus
sebuah molekul Propionil-KoA
Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-ß yang
menghasilkan asetil KoA sampai tersisa sebuah residu 3 karbon (propionil-KoA). Senyawa
ini diubah menjadi subsinil-KoA, suatu konstituen siklus asam sitrat. Karena itu, residu
propionil dari asam lemak rantai –ganjil adalah satu-satunya bagian asam lemak yang bersifat
glukogenik.
7
1.9 Oksidasi asam tak jenuh terjadi melaui modifikasi jalur oksidasi-ß
Ester-ester KoA dari asam-asam ini diuraikan oleh enzim-enzim yang biasanya
dalam kasus asam linoleat, atau yang masuk kejalur dititik ini setelah diubah oleh asil KoA
2 4
dehidrogenase menjadi –trans- –Cis dienoil-KoA, kemudian akan dimetabolisme.
8
III. KETOGENESIS TERJADI JIKA LAJU OKSIDASI ASAM LEMAK DIHATI
TINGGI
Dalam kondisi metabolik dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi, hati menghasilkan
banyak asetoasetat dan B(-)-3-
hidroksibutirat(ß-hidroksibutirat).
untuk menghasilkan aseton. Ketiga zat ini secara kolektif dokenal sebagai badan keton (juga
disebut badan aseton atau[secara tidak tepat] “keton-keton’). Asetoasetat dan 3hidroksi
butirat dapat saling terkonfersi oleh enzim mitokondria, yakni D (-)-3-hidroksi butirat
dehidrogenase; mitokondria, yi. Status redoks. Konsentrasi badan keton total dalam darah
pada mamalia cukup gizi secara normal tidak melebihi 0,2 mmol/L, kecuali pada pemamah
biak yang membentuk 3hidroksi butirat secara terus menerus dari asam butirat (suatu produk
fermentasi pada pemamah biak) didinding perut pertamanya(rumen). Invivio, hati tampaknya
adalah satu-satunnya organ pada hewan non pemamah biak yangg menambahkan badan keton
dalam jumlah bermakna kedalam darah. Jaringan diluar hati menggunakan badan keton ini
sebagai substrat respirasi. Aliran neto badan keton dari hati kejaringan extrahepatik terjadi
karena sintesis aktif oleh hati dan tingjat pemakaian yang rendah. Situasi sebaliknya terjadi
dijaringan ekstra hepatik.
9
1.10 Ketogenesis diatur ditiga tahap penting
(1). Ketosis tidak terjadi invivo, kecuali jika terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas
dalam darah yang berasal dari lipolisis triasilgliserol dijaringan adiposa. Asam lemak bebas
adalah, prekursor badan keton dihati. Hati, baik dalam keadaan kenyang maupun puasa,
mengekstraksi sekitar 30% asam lemak bebas yang melewatinya sehingga pada konsentrasi
tinggi, aliran asam lemak yang melewati hati cukup banyak. Karena itu, faktor yang mengatur
mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa penting untuk mengatur ketogenesis.
(2). Setelah diserap oleh hati, asam lemak bebas mengalami oksidasi-ß menjadi CO2 atau
badan keton atau terifikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid. Masuknya asam lemak
kedalam jalur oksidatif diatur oleh karnitin palmitoil transferase-I(CPT-I), dan asam lemak
lainnya yang terserap diesterifikasi. Dalam keadaan kenyang, aktifitas CPT-I rendah sehingga
oksidasi asam lemak berkurang. Pada keadaan puasa, aktifitas enzim ini meningkat sehingga
oksidasi asam lemak meningkat. Malonil-KoA, zat antara awal pada biosintesis asam lemak
yang dibentuk oleh Asetil KoA karboksilase dalam keadaan kenyang adalah inhibitor poten
bagi CPT-I. Pada keadaan-keadan ini, asam lemak bebas masuk kesel hati dalm konsentrasi
rendah dan hampir semua teresterifikasi menjadi asil gliserol dan diangkut keluar hati dalam
bentuk Lipoprotein berdensitas (berberat jenis) sangat rendah (very low density Lipoprotein,
VLDL). Namun, seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam lemak bebas pada keadaan
lapar, asetil KoA karboksilase dihambat secara langsung oleh asil KoA, dan [malonil KoA]
menurun, yang membebaskan inhibisi terhadap CPT-I dan memungkinkan lebih banyak asil
KoA yang mengalami oksidasi-ß. Proses-proses ini diperkuat dalam keadaan kelaparan oleh
menurunnya rasio [Insulin]/[glukagon]. Jadi, oksidasi-ß dari asam lemak bebas dikontrol oleh
gerbang masuk CPT-I kedalam mitokondria dan, keseimbangan ambilan asam lemak bebas
yang tidak dioksidasi mengalami esterifikasi.
(3) Pada gilirannya, asetil KoA yang dibentuk dalam oksidasi- ß dioksidasi dalam siklus asam
sitrat, atau memauki jalur ketogenesis untuk membentuk badan keton. Seiring dengan
meningkatny kadar asam lemak bebas serum, semakin banyak asam lemak bebas yang diubah
menjadi badan keton dan semakin sedikit yang dioksidasi melalui siklus asam sitrat menjadi
CO2. Pemisahan asetil KoA antara jalur ketogenik dan jalur oksidasi menjadi CO2 diatur
sedemikian rupa sehingga energi bebas total terserap dalam ATP yang terbentuk dari oksidasi
asam lemak bebas, akan konstan sewaktu konsentrasinya dalam serum berubah.
10
Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa oksidasi sempurna 1 mol palmitat menyebabkan
produksi neto 106 mol ATP melalui oksidasi- ß dan pembentukan CO2 dalam siklus asam
sitrat, sementara hanya 26 mol ATP dihasilkan jika aseto asetat adalah produk akhirnya dan
hanya 21 mol jika 3 hidroksi butirat adalah produk akhirnya. Jadi, ketogenesis dapat
dianggap sebagai mekanisme yang memungkinkan hati mengoksidasi asam lemak dalam
jumlah besar meskipun banyak terdapat pembatasan-pembatasan yang ditimbulkan oleh
sistem fosforilasi oksidatif. Secara teoritis, Penurunan konsentrasi oksaloasetat, terutama
didalam mitokondria, dapat mengganggu kemampuan siklus asam sitrat memetabolisme
asetil KoA dan mengalihkan oksidasi asam lemak menuju ketogenesis. Penurunan semacam
+
ini dapat terjadi karena meningkatnya rasio [NADH]/[NAD ], akibat meningkatnya oksidasi-
ß yang mempengaruhi keseimbangan antara oksalo asetat dan malat. Hal ini menyebabkan
konsentrasi oksaloasetat. Namun, pirufatkarboksilase yang megatalisis perubahan piruvat
menjadi oksaloasetat, diaktifkan oleh asetil KoA. Oleh sebab itu, jika terdapat asetil KoA
dalam jumlah signifikan, jumlah oksaloasetat akan memadai untuk memulai reaksi
kondensasi pada siklus asam sitrat.
11
IV. ASPEK KLINIS
Gangguan oksidasi asam lemak menyebabkan penyakit yang sering disertai dengan
hipoglikemi
Defisiensi karnitin dapat terjadi terutama pada neonatus-dan khususnya bayi prematur-karena
kurang memadainya biosintesis atau kebocoran diginjal. Defisiensi zat ini juga dapat terjadi
pada hemodialisis. Hal ini mengisyaratkan adanya kebutuhan mirip vitamin akan karnitin
dalam makanan pada sebagian orang. Gejala defisiensi mencakup hipoglikemia yang
disebabkan gangguan asam lemak dan akumulasi lipid disertai kelemahan otot. Terapi
kelainan ini adalah dengan sulementasi karnitin peroral. Defisiensi CPT-I herediter hanya
mengenai hati yang menyebabkan oksidasi asam lemak dan ketogenesis, disertai
hipoglikemia. Defisiensi CPT-II terutama mengenai otot rangka dan jika parah, hati. Obat
sulfonilurea(Gliburid[Glibenklamid] dan Tolbutamid), yang digunakan dalam pengobatan
Diabetes melitus tipe 2, mengurangi oksidasi asam lemak dan karenanya, hiperglikemia
dengan menghambat CPT-I.
12
keseluruhan peroksisom. Penyakit ini menyebabkan gejala saraf berat dan sebagian besar
pasien meninggal dalam tahun pertama kehidupan.
Adanya badan keton dalam jumlah melebihi kadar normal dalam darah atu urine masing-
masing disebut ketonemia(hiperketonemia) atau ketonuria. Secara keseluruhan keduanya
disebut ketosis. Bentuk dasar ketosis terjadi pada keadaan kelaparan dan berupa
berkurangnya karbohidrat yang tersedia disertai oleh mobilisasi asam lemak bebas. Pola
umum metabolisme ini mengalami peningkatan berlebihan sehingga timbul keadaan
patologis, seperti dijumpai pada Diabetes melitus tipe II, kini sering dijumpai dinegara Barat;
Twin Lamb disease; dan ketosis pada sapi menyusui bentuk non patologis ketosis ditemukan
pada kondisi pemberikan makan tinggi lemak dan setelah berolahraga berat pada keadaan
paska absortif. Asam asetoasetat dan 3-hidroksibutirat adalah asam berkekuatan sedang dan
akan disangga jika terdapat didalam darah atau jaringan lain. Namun, Ekskresi keduanya
secara terus menerus dalam jumlah besar akan secara progresif mengurangi cadangan basa
sehingga timbuk ketoasidisis. Pada Diabetes melitus yang tidak terkontrol, hal ini dapat
berakibat fatal.
13
V. DAFTAR PUSTAKA
Gurr MI, Harwood JL, Frayn K; Lipid Biochemistry. Blackwell Publishing, 2002 Reddy
JK, Mannerts GP: Peroksisomal lipid metabolism. Annu rev Nutr 1994;14;343
Fukao T, Lopaschuk GD, Mitchell GA: Pathways and control of keton body metabolism:
on the fringe of lipid metabolism. Prostaglandin Leukot Essent Fatty Acids 2004;70;243
14