Anda di halaman 1dari 10

KADAR HEMOGLOBIN DAN PENGARUHNYA

PADA PERUBAHAN KADAR MDA PASKA SUPLEMENTASI BESI

Telaah Kritis Jurnal

Oleh:
Fikri Abdul Jabbar
163112620120024

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2016
KADAR HEMOGLOBIN DAN PENGARUHNYA
PADA PERUBAHAN KADAR MDA PASKA SUPLEMENTASI BESI

Lilik Wijayanti, Budiyanti Wibowarini, Widardo

1. Latar Belakang Dan Tujuan Penelitian

Suplemen besi merupakan suplemen yang mudah didapatkan masyarakat tanpa


resep dokter sehingga berpotensi menimbulkan penggunaan yang berlebihan.
Walaupun suplementasi besi merupakan salah satu bagian dari program pemerintah,
yang terutama ditujukan untuk ibu hamil, konsumsi besi yang berlebihan dapat
memicu pembentukan oksigen reaktif, nitrogen spesies yang reaktif, peroksidasi
lipid, dan stress oksidatif. Oksidan yang terbentuk di dalam sel darah merah
(eritrosit) adalah superoksida, hidrogen peroksida, radikal peroksil, hingga
peroksida lipid. Eritrosit sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif sebagai akibat
dari peroksidasi lipid di eritrosit. Peroksidasi lipid pada eritrosit menyebabkan lisis
atau yang dikenal dengan hemolisis. Peroksidasi (autooksidasi) lipid, khususnya
asam lemak tak jenuh ganda, adalah suatu reaksi berantai radikal bebas yang
menghasilkan Malondialdehyde (MDA) yang merupakan produk akhir peroksidasi
lipid dan sebagai biomarker peroksidasi lipid untuk menilai stress oksidatif.
Pemberian suplementasi zat besi dapat meningkatkan kadar MDA karena zat besi
adalah logam transisi redoks-aktif yang artinya zat besi dapat dengan mudah
berpindah antara Ferrous (Fe2+) dan Ferric (Fe3+) melalui proses transfer elektron ke
berbagai substansi biologis yang mengkatalisis berbagai reaksi yang merusak dalam
sel. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan studi awal dan mengeksplorasi
perubahan kadar MDA yang menyertai suplementasi besi serta melihat pengaruh
status besi awal terhadap kadar MDA pasca suplementasi besi.

2. Hasil Penelitian

Pada penelitian, seluruh tikus sebanyak 32 subjek dapat diobservasi hingga akhir
penelitian. Berdasarkan data awal (Tabel 1), didapatkan bahwa rerata berat badan
tidak berbeda antar kelompok, artinya alokasi random untuk menentukan kelompok
perlakuan berjalan baik. Sedangkan, kadar Hb berbeda nyata karena dua kelompok
memang diinduksi untuk mengalami anemia. Data Tabel 1 menunjukkan perbedaan
kadar MDA, yang pada kelompok anemia memiliki kadar MDA lebih tinggi. Dari

2
tabel 2 dapat dilihat bahwa rerata MDA paling tinggi adalah kelompok anemia yang
tidak diberi suplementasi (K2).

3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian yang dilakukan dapat disajikan dengan skema berikut:

Variabel Independen : Variabel Dependen :

 Status anemia  Kadar MDA


 Suplementasi besi (malondialdehyde)

Variabel
Confounding :

 Berat badan
 Kadar Hb

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

3
4. Telaah Kritis Jurnal

No Bagian Telaah
1 Judul Artikel Kadar Hemoglobin Dan Pengaruhnya Pada
Perubahan Kadar MDA Paska Suplementasi
Besi
2 Diterbitkan Di J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 5, 241-
244, Mei 2014
3 Nama Penulis Lilik Wijayanti, Budiyanti Wibowarini,
Widardo
4 Tujuan Melakukan studi awal dan mengeksplorasi
perubahan kadar MDA yang menyertai
suplementasi besi serta melihat pengaruh status
besi awal terhadap kadar MDA pasca
suplementasi besi
5 Waktu Dan Tempat 2014, di Surakarta, Indonesia
6 Desain Penelitian Penelitian eksperimental pre post test control
group design, Objek penelitian adalah tikus
betina strain Wistar (Rattus novergicus) kondisi
sehat berat badan 200–300 gram berjumlah 32
ekor dan dibagi menjadi kelompok anemia
dengan suplementasi (K1), kelompok anemia
tanpa suplementasi (K2), kelompok normal
dengan suplementasi (K3) dan kelompok
normal tanpa suplementasi (K4).
Kelompok anemia dibuat anemia dengan cara
diberikan pakan yang dibuat berdasarkan
modifikasi AIN 36G dengan menghilangkan
unsur besinya selama enam hari dengan batasan
kadar Hb 9 g/dl.
Perlakuan suplementasi besi diberikan setiap
hari selama tujuh hari dengan memberikan
sulfat ferosus personde dosis 5,04 mg/200 g
berat tikus dengan melihat bahwa kebutuhan
sulfas ferosus pada ibu hamil yaitu rata rata
mendekati 800 mg/hari. Pakan standar dan
minum diberikan secara ad libitum. Sebelum
dan sesudah perlakuan diambil darah untuk
pemeriksaan kadar Hb dan MDA. Variabel
dependen adalah kadar malondialdehid (MDA)
yang diukur dengan cara thiobarbituric acid
(TBA) menggunakan spektrofotometer.
7 Deskripsi Sumber Besi Suplementasi besi berupa sulfat ferosus
personde dosis 5,04 mg/200 g berat tikus
8 Hasil Sebelum diberikan perlakuan suplementasi besi
menunjukkan perbedaan kadar MDA, yang pada
kelompok anemia memiliki kadar MDA lebih

4
No Bagian Telaah
tinggi (3,45 & 3,19 mmol/l).
Stelah diberikan perlakuan suplementasi besi
menunjukkan rerata kadar MDA paling tinggi
adalah kelompok anemia yang tidak diberi
suplementasi (2,74 mmol/l).
Terjadi penurunan kadar MDA setelah diberi
perlakuan suplementasi besi pada kelompok
anemia dan non anemia.
9 Pembahasan Peroksidasi lipid tidak seluruhnya ditemukan
paska suplementasi. Menurut penelitian
Knutson bahwa kondisi anemia itu sendiri
merupakan stress oksidatif bagi tubuh. Pada
kondisi anemia, oksidan mudah terbentuk di
dalam eritrosit. Eritrosit sangat rentan terhadap
kerusakan oksidatif sebagai akibat peroksidasi
lipid di eritrosit. Dalam tubuh manusia terdapat
beberapa mekanisme untuk menjaga bahaya dari
besi bebas, antara lain dengan pengaturan
absorbsi yang ketat dan iron-binding protein.
Menurunnya kadar MDA dalam penelitian ini
bisa disebabkan karena pakan yang digunakan
selama masa perlakuan adalah pakan standar
AIN 93G yang mengandung cukup protein,
vitamin, dan juga mineral sehingga
kemungkinan ada interaksi antar zat gizi yang
menyebabkan absorbsi besi berkurang. Selain
itu, di antara komponen pakan ini dapat
dimungkinkan mengandung zat gizi yang
bersifat antioksidan yang dalam riset ini
memiliki pengaruh lebih kuat dibanding sifat
pro-oksidan besi.
10 Kekuatan 1. Penelitian ini sudah disajikan dalam bentuk
format yang lengkap mulai dari abstrak,
pendahuluan, metode, hasil, diskusi/
pembahasan, dan kesimpulan.
2. Penelitian ini menjelaskan adanya faktor
lain yang perlu dikoreksi dan diperhitungkan
sebagai bahan untuk penelitian lanjutan
11 Kelemahan 1. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor
lain yang dapat mempengaruhi peroksidasi
lipid dan pengolahan besi dalam tubuh
2. Penelitian ini menggunakan metode yang
kurang spesifik untuk pengukuran MDA
dikarenakan produk aldehid lain juga
terukur
3. Penelitian ini tidak bisa menunjukan bahwa

5
No Bagian Telaah
suplementasi besi dapat menaikan kadar
MDA, malah sebaliknya
12 Kesimpulan Hasil penelitian bertentangan dengan teori dan
sebagian besar riset yang terdahulu, artinya
suplementasi besi pada dosis 5,04 mg/200 g
berat tikus selama tujuh hari tidak menyebabkan
peroksidasi lipid yang diukur dengan kadar
MDA.
Dari penelitian ini bisa diketahui ada pengaruh
status anemia terhadap kadar MDA sebelum dan
sesudah suplementasi besi.

6
7
8
9
10

Anda mungkin juga menyukai