Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan energi terus meningkat untuk memenuhi
berbagai sektor aktifitas manusia dari yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Hal ini
tentu memerlukan perhatian khusus oleh pemerintah. Indonesia sebagai negara
berkembang dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk akan berdampak
kepada kehidupan manusia didalamnya terutama pada kebutuhan energi.
Kebutuhan energi di Indonesia meliputi bahan bakar minyak (BBM),
batubara, gas, listrik, LPG, bahan bakar nabati (BBN), dan biomassa yang dapat
dilihat pada gambar berikut.

Sumber : BPPT, 2016


Gambar 1.1 Kebutuhan Energi di Indonesia
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan energi bahan
bakar minyak (BBM) memiliki jumlah paling besar. Ditinjau dari sisi cadangan,
produksi BBM terus menurun sedangkan kebutuhan bahan bakar minyak terus
meningkat akan menyebabkan impor minyak mentah serta BBM terus meningkat,
sehingga perlu beralih ke energi alternatif terbarukan salah satunya berupa gas,
agar dapat menutupi kekurangan kebutuhan energi di Indonesia. Dimana,
pemanfaatan gas bumi di Indonesia juga terus mengalami peningkatan, yang dapat
dilihat pada gambar berikut.

1
2

Sumber : BPPT, 2016


Gambar 1.2 Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia
Saat ini kebutuhan gas pada sektor industri paling besar mencapai 43%
dari total pemanfaatan gas dan akan meningkat pada tahun 2050 menjadi 65%.
Gas bumi di sektor industri selain untuk bahan bakar juga digunakan sebagai
bahan baku seperti, industri pengolahan metanol, industri pengolahan pupuk, dan
industri pengolahan plastik.
Dewasa ini kebutuhan akan plastik terus meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, sehingga peningkatan sampah plastik pun tidak dapat
dihindari. Produksi plastik di Indonesia telah berkembang pesat sebagai bahan
yang tahan lama yang secara bertahap menggantikan bahan-bahan seperti kaca
dan logam. Sebuah studi yang telah dilakukan oleh kelompok kerja ilmiah di
Pusat Nasional UC Santa Barbara telah diterbitkan dalam Jurnal Science tahun
2016. Studi ini menghitung masukan sampah plastik dari tanah ke laut. Indonesia
mendapat peringkat kedua penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia, seperti
yang di tunjukkan pada gambar berikut.
3

27.7
30

20 Kuantitas Produksi
10.1
8.82 5.9 Sampah Plastik
10 5.8 5 (MMT/tahun)
3.22 3.2
1.88 1.83 Persentase
0 1.59 produksi sampah
1.03
plastik

Sumber : Jambeck et al, 2015


Gambar 1.3 Grafik Produksi Sampah Plastik di Dunia
Indonesia memproduksi sampah plastik sebesar 5,4 juta ton per tahunnya
dengan persentase 14% dari total keseluruhan jenis sampah yang terdapat di
Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut;
Tabel 1.1 Persentase Timbunan Sampah Berdasarkan Jenisnya
Komposisi Jumlah (Juta Ton) Persentase
Sampah Dapur 22,4 58%
Sampah Plastik 5,4 14%
Sampah Kertas 3,6 9%
Sampah Lainnya 2,3 6%
Sampah Kayu 1,4 4%
Sampah Kaca 0,7 2%
Sampah Karet/Kulit 0,7 2%
Sampah Kain 0,7 2%
Sampah Metal 0,7 2%
Sampah Pasir 0,5 1%
TOTAL 38,5 100%
Sumber : Data Persampahan Indonesia,2008
Produksi sampah plastik terus bertambah setiap tahun, hal ini salah
satunya disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat
membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak
dapat berkarat. Sehingga akan membahayakan lingkungan jika krisis sampah
plastik ini tidak teratasi. Padahal, sampah plastik memiliki potensi untuk diolah
menjadi senyawa hidrogen, karena di dalam sampah plastik terdapat 7,2 %
senyawa hidrogen pada senyawa polimernya (Engineering Tool Box). Senyawa
polimer tersebut diantaranya PET (Polyethylene), HDPE (High Density
4

Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene), PVC (Polyvinylchloride), PP


(Polypropilene), PS (polystirene) (PT. Artha Teknindo, 2013).
Dalam perkembangan teknologi dan proses kimia, pertumbuhan sampah
dapat ditekan dengan menggunakan sampah plastik sebagai bahan baku untuk
memproduksi hidrogen. Sebanyak 95 persen dari hidrogen yang digunakan saat
ini berasal dari pemrosesan gas alam. Sisanya diproduksi secara elektrolisa –
sebuah proses yang menguraikan air ke dalam komponen-komponennya, yaitu
hidrogen dan oksigen. Beberapa dari teknologi yang digunakan untuk
memproduksi hidrogen adalah:
 Steam reforming, mengkonversi gas methane dan hidrokarbon lainnya
dalam gas alam menjadi hidrogen dan karbon monoksida dengan reaksi
dengan uap melalui katalis nikel. Karbon yang dipisahkan dari hidrogen
dalam proses reformasi dapat ditangkap dan diasingkan untuk menghindari
kerusakan pada lingkungan.
 Elektrolisis, menggunakan arus listrik langsung untuk memisahkan air
menjadi hidrogen pada elektroda negatif dan oksigen pada elektroda
positif.
 Elektrolisis uap (suatu variasi pada elektrolisis konvensional)
menggunakan panas, bukan listrik, untuk menyediakan sejumlah energi
yang dibutuhkan untuk memisahkan air, sehingga membuat proses lebih
hemat energi.
 Pemisahan air secara thermokimia, menggunakan bahan kimia dan panas
dalam beberapa langkah untuk memisahkan air menjadi beberapa bagian.
 Sistem foto katalitik, menggunakan bahan khusus untuk memisahkan air
menggunakan sinar matahari saja.
 Sistem Photobiologi, menggunakan mikroorganisme untuk memisahkan
air dengan adanya sinar matahari.
 Sistem Biologi menggunakan mikroba untuk memecah berbagai bahan
baku biomassa menjadi hidrogen.
 Pemisahan air secara thermal, menggunakan suhu sangat tinggi (sekitar
1000°C) untuk memisahkan air.
5

 Gasifikasi, menggunakan panas untuk memecahkan limbah plastik,


biomassa atau batubara menjadi gas hidrogen murni dari yang dapat
diekstraksi.
Jika dilihat secara ekonomis, mengolah atau mengkonversi sampah plastik
menjadi sumber energi alternatif lebih menguntungkan dari pada didaur ulang
menjadi pellet, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Keuntungan Konversi Sampah Plastik Menjadi Hidrogen
Bahan Baku Harga/Kg Bahan Baku yang Hidrogen yang
dibutuhkan dihasilkan
Plastik Rp 500,- 200 Kg
Campur /Rp 300.000,-
Plastik HDPE Rp 4500,- 200 Kg 59,76 Kg /
/Rp 900.000,- Rp 7.350.000,-
Plastik PP Rp 8500,- 200 Kg 85,8 Kg /
/Rp 1.700.000,- Rp 10.553.400,-
Sumber : Sakadoci.com, 2016
Upaya dalam menghadapi krisis energi dan sampah ini diharapkan dapat
menemukan solusi untuk menyelamatkan negara dari ketergantungan akan
minyak bumi yang akan habis dan pencemaran lingkungan, yaitu dengan
menjadikan sampah plastik sebagai bahan baku menjadi energi alternatif berupa
hidrogen.
1.2 Kapasitas Rancangan
Pada pra perancangan pabrik hidrogen dari sampah plastik ini, dalam
menentukan kapasitasnya ditinjau dari ketersediaan bahan baku. Produksi sampah
paling banyak di Indonesia terdapat di daerah Provinsi Jawa Barat dan DKI
Jakarta. Sampah dari daerah tersebut diangkut ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS), Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST). Untuk daerah Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta
terdapat TPST paling besar yaitu TPST Bantar Gebang dengan volume sampah
yang dapat dilihat pada Tabel 1.3
Tabel 1.3 Volume Sampah masuk Ke Bantar Gebang
Tahun Juta ton/tahun
2003 2,11
2004 2,13
2005 2,15
2006 2,17
6

2007 2,2
(sumber : BPS, 2013)
Berdasarkan data diatas, maka dapat diproyeksikan volume sampah di
TPST Bantar Gebang pada tahun 2022 dengan menggunakan persamaan liniear
maka didapatkan nilai sebagai berikut.

Volume Sampah Bantar Gebang


2.22
Juta Ton/Tahun

2.2 y = 0.022x - 41.958


2.18 R² = 0.9918
2.16
2.14
2.12
2.1
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

(Sumber : BPS, data diolah)


Gambar 1.4 Grafik Produksi Sampah di Bantar Gebang
Volume sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang pada tahun 2022
dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan linear diatas, yaitu y = 0,022
(2022) – 41,95, sehingga diperoleh produksi sampah pada tahun 2022 adalah
2,534 juta ton/tahun.
Menurut data Butler, 2013 sampah plastik yang terdapat di TPST Bantar
Gebang adalah 8,24%, sehingga apabila dikonversikan jumlah sampah plastik
yang terdapat di TPST Bantar Gebang adalah 208.801 ton/tahun. Beberapa jenis
plastik yang banyak digunakan adalah poliolefin seperti polietilen (PE) dan
polipropilena (PP), poliolefin diproduksi secara besar-besaran karena banyak
diaplikasikan pada kemasan, bangunan, listrik, kesehatan, dll. Jenis poliolefin
memberikan hasil destilat terbaik karena memiliki rantai lurus dari struktur
hidrokarbon. Pada pra rancangan pabrik hidrogen ini jenis sampah plastik yang
digunakan adalah polipropilena (PP) dan Polyethylene (PE). Menurut survei di
salah satu Kota Besar di Indonesia tepatnya Kota Padang terdapat persentase jenis
sampah plastik sebagai berikut.
7

2%2% PET
HDPE
25% 28% PVC
LDPE
PP
14% 19%
10% PS
Other
Sumber : Survei Pengepul Sampah Plastik Kota Padang
Gambar 1.5 Persentase Jenis Sampah Plastik
Dari gambar 1.3 dapat dilihat bahwa persentase plastik polipropilena (PP)
dan Polyethylene (HDPE dan LDPE) adalah 58%, sehingga jumlah sampah PP
dan PE sebesar 121.104 ton/tahun. Data sampah plastik yang telah didaur ulang
sebanyak 8,74 % (R. Julianti, 2011) . Maka, ada 91,26 % jumlah sampah plastik
yang belum didaur ulang sehingga dikalikan dengan jumlah sampah PP dan PE
dari 121.104 didapatkan jumlah 110.000 ton/tahun yang ditetapkan sebagai
kapasitas bahan baku pra rancangan pabrik hidrogen dari sampah plastik.

1.3 Pemilihan Lokasi Pabrik


Pemilihan utama lokasi pabrik adalah dekat dengan bahan baku dan
utilitas, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang terletak di
Kecamatan bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
TPST Bantar Gebang merupakan tempat pembuangan sampah dengan luas
110 Ha untuk daerah Provinsi DKI Jakarta seluas 85 Ha dan Kota Bekasi seluas
27 Ha. Lokasi pembuangan sampah dibagi dalam tiga kelurahan, yaitu Kelurahan
Sumur Batu, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Ciketingudik.
Daerah Bekasi merupakan daerah kawasan industri untuk pemasaran
hidrogen akan dipasarkan ke industri yang membutuhkan hidrogen seperti industri
petrokimia, minyak goreng, bahan bakar, otomotif, pembangkit listrik dan
sebagainya.
Beragamnya lokasi yang akan dipilih tersebut membuat pemilihan lokasi
dilakukan dengan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threat).
8

1.3.1 Kelurahan Sumur Batu

Dasar pemilihan lokasi pendirian pabrik pembuatan Hidrogen di


Kelurahan Sumur Batu didasarkan pada ketersedian Bahan Baku, Pemasaran,
Utilitas, Tenaga Kerja, dan Kondisi Daerah. Hasil analisa SWOT untuk Kelurahan
Sumur Batu dapat diamati pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Analisa SWOT Kelurahan Sumur Batu


Internal
Variabel
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Bahan baku
Dekat dengan bahan baku

Pemasaran
Transportasi Darat Transportasi Laut
Perlu pengolahan air
Utilitas Terdapat sungai Cikarang utilitas dan sumber
energi listrik
Dapat diperoleh dari Perlu dilakukan
Tenaga Kerja
penduduk sekitar pelatihan
Cuaca dan iklim
Kondisi Daerah -
di daerah ini relatif stabil
Eksternal
Variabel Opportunities Threat
(Peluang) (Tantangan)
Bahan baku Mengurangi pencemaran
-
lingkungan
Terdapat industri
membutuhkan Hidrogen
Pemasaran -
seperti PT Petrokimia
Gresik Cikarang Bekasi
Kebutuhan air dapat
Utilitas -
diperoleh dari sungai
Mengurangi tingkat Meningkatkan kualitas
Tenaga Kerja
pengangguran SDM
Kondisi Daerah - -
9

Gambar 1.6 Peta Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang

1.3.2 Kelurahan Cikiwul

Dasar pemilihan lokasi pendirian pabrik Hidrogen di Kota Bogor ini


didasarkan pada ketersedian bahan baku, pemasaran, utilitas, tenaga kerja, dan
kondisi daerah. Hasil analisa SWOT untuk Kabupaten Bogor dapat diamati pada
Tabel 1.5
Tabel 1.5 Analisa SWOT Kelurahan Cikiwul
Internal
Variabel
Strength(Kekuatan) Weakness(Kelemahan)
Bahan baku
Dekat dengan bahan baku -

Transportasi Laut jauh


Pemasaran Transportasi darat
dari pelabuhan
Utilitas Terdapat sungai Cileungsi Ketersediaan air sungai
Dapat diperoleh dari
Tenaga Kerja penduduk sekitar dan dari -
provinsi sekitar
Cuaca dan iklim -
Kondisi Daerah
di daerah ini relatif stabil
Eksternal
Variabel Opportunities Threat
(Peluang) (Tantangan)
10

Perlu dilakukan
Ketersedian bahan baku
Bahan baku pemilahan sampah
melimpah, Mengurangi
plastik
pencemaran lingkungan
Terdapat industri otomotif
Perlu mencari konsumen
Pemasaran PT Metindo Era Sakti
dari luar daerah

Kebutuhan air dapat


Perlu didikan instalasi
Utilitas diperoleh dari Sungai
sendiri
Cileungsi
Membuka lapangan kerja
Perlu pelatihan untuk
Tenaga Kerja dan mengurangi angka
peningkatan SDM
pengangguran
Kondisi Daerah - -

Gambar 1.7 Peta Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantar Gebang

1.3.3 Kelurahan Ciketing Udik


Dasar pemilihan lokasi pendirian pabrik hidrogen di Kabupaten Bekasi ini
didasarkan pada ketersedian bahan baku, pemasaran, utilitas dll. Hasil analisa
SWOT untuk Kabupaten Bekasi dapat diamati pada Tabel 1.6
11

Tabel 1.6 Analisa SWOT Kelurahan Ciketingudik


Internal
Variabel
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Dekat dengan bahan baku
Bahan baku
(Terdapat TPST Bantar -
Gebang).
Transportasi darat dan Laut
Dekat dengan industri ;
Industri otomotif
Pemasaran
PT. Metindo Era Sakti dan
PT Bina Karya Prima, PT.
Mikie Oleo Nabati Industri -
produksi Minyak Goreng
Kapasitas air sungai
Utilitas Terdapat sungai Cileungsi
berkurang apabila surut
Dapat diperoleh dari
Tenaga Kerja penduduk sekitar dan dari -
provinsi sekitar
Kondisi Cuaca dan Iklim relatif
-
Daerah stabil
Eksternal
Variabel Opportunities Threat
(Peluang) (Tantangan)
Sebagian bahan baku
Ketersediaan bahan baku sampah plastik telah
Bahan baku yang melimpah dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik oleh
PT. Godang Tua Jaya
dan PT. NOEI
Banyak terdapat industri Bersaingan dengan
Pemasaran yang membutuhkan produk ekspor dari luar
hidrogen negeri
Perlu mendirikan
instalasi sendiri, dan
Utilitas Tidak terdapat sumber air
pendaur ulang air
limbah
Membuka lapangan kerja
Perlu peningkatan
Tenaga Kerja baru sehingga mengurangi
SDM dengan pelatihan
angka pengangguran
Kondisi
- -
Daerah
12

Gambar 1.8 Peta Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantar Gebang

Berdasarkan alternatif pemilihan ketiga lokasi di atas, maka lokasi yang


dipilih untuk pendirian pabrik hidrogen dari sampah plastik didirikan di
Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantar Gebang Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Adapun alasan pemilihan lokasi pabrik yaitu :
1. Dekat dengan bahan baku, terdapat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu
(TPST) Bantar Gebang yang merupakan pusat tempat pengumpulan
sampah yang berasal dari DKI Jakarta dan Kota Bekasi.
2. Terdapat beberapa sungai besar seperti Sungai Cileungsi yang merupakan
sungai paling besar yang dapat menjadi sumber air (utilitas).
3. Di Bekasi juga terdapat industri yang membutuhkan hidrogen, seperti PT.
Metindo Era Sakti (otomotif), PT. Petrokimia Gresik, PT Bina Karya
Prima, dan Mikie Oleo Nabati Industri (Minyak Goreng).

Anda mungkin juga menyukai