KONSEP MEDIS
A. Definisi
Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit
yang disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna
Kalijana, 2008).
Ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena
dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian
Luka dekubitus yang sering disebut pressure ulcer, bed sores, atau borok
tempat tidur merupakan nekrosis sel yang bersifat lokal dan paling sering
terjadi dalam kulit atau jaringan subkutan di daerah tonjolan tulang. Ulkus ini
bisa superfisial akibat iritasi kulit yang kemudian disertai maserasi permukaan
(Kowalak, 2011)
B. Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik
a. Tekanan
antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka
c. Kelembaban
inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat
d. Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau
a. Usia
untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah
menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah
terkena luka tekan. Karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara
c. Penurunan kesadaran
penting.
penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada
untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-
f. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
menurun.
g. Anemia
memperlambat penyembuhannya.
C. Patofisiologi
3. Toleransi jaringan
(Stortts, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Semakin besar tekanan dan
durasinya maka semakin besar pula insidensinya terbentuknya luka (Potter &
Perry, 2005).
pada tekanan eksternal terbesar dari pada tekanan dasar kapiler akan
Jaringan ini menjadi hipoksia sehinggan terjadi cedera iskemi. Jika tekanan
ini lebih besar dari 32 mmHg dan tidak dihilangkan dari tempat yang
1987 dalam Potter & Perry, 2005). Jika tekanan dihilangkan sebelum titik
besar untuk mentoleransi iskemi dari otot, maka dekubitus dimulai di tulang
dengan iskemi otot yang berhubungan dengan tekanan yang akhirnya melebar
yang terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Area sakral dan
tumit merupakan area yang paling rentan (Maklebust, 1987 dalam Potter &
Perry, 2005). Efek tekanan juga dapat di tingkatkan oleh distribusi berat
1975 dalam Potter & Perry, 2005). Jika tekanan tidak terdistribusi secara
merata pada tubuh maka gradien tekanan jaringan yang mendapatkan tekanan
gangguan.
D. Manifestasi klinis
1. Eritema yang memutih ketika ditekan dan bervariasi warna dari merah
4. Peningkatan suhu tubuh akibat respons inflamasi awal (pada kasus yang
lebih berat, kulit akan teraba dingin akibat kerusakan yang lebih berat atau
akibat nekrosis)
5. Lepuh, krusta, atau deskuamasi ketika keadaan kulit bertambah parah dan
tdak mudah berdarah, hangat ketika disentuh dan mungkin pula berbintik-
bintik
8. Jaringan yang mengalami escharasi pada dan di sekitar lesi sebagai akibat
(Kowalak, 2011)
1. Stadium Satu
dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai
(gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan
luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.
2. Stadium Dua
dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka
4. Stadium Empat
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang
yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka
tekan.
penelitian saat ini, luka tekan juga dapat berkembang dari jaringan bagian
dalam seperti fascia dan otot walapun tanpa adanya adanya kerusakan pada
permukaan kulit. Ini dikenal dengan istilah injuri jaringan bagian dalam (Deep
Tissue Injury). Hal ini disebabkan karena jaringan otot dan jaringan subkutan
lebih sensitif terhadap iskemia daripada permukaan kulit. Kejadian DTI sering
Jenis luka tekan ini lebih berbahaya karena berkembang dengan cepat
daripada luka tekan yang dimulai dari permukaan kulit. Kebanyakan DTI juga
kategori luka tekan, namun stadium dari DTI masih diperdebatkan karena
stadium yang selama ini ada merepresentasikan luka tekan yang dimulai dari
F. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun
dapat terjadi pada luka yang superfisial. Menurut subandar (2008) komplikasi
3. Septikimia
4. Anemia
5. Hipoalbuminea
6. Kematian.
G. Pemeriksaan Penunjang
ada masalah pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama pada
2. Kultur Tinja
colitis.
3. Biopsi
Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat
apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi
4. Pemeriksaan Darah
Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih
dan laju endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan
sepsis.
5. Keadaan Nutrisi
H. Penatalaksanaan
1. Pengubahan posisi tubuh pasien yang dilakukan oleh perawat setiap 2 jam
sekali atau lebih sering jika diperlukan, dengan dukungan bantal bagi
3. Kasur dari busa, gel atau udara untuk membantu kesembuhan dengan
dekubitus berulang
suplemen gizi seperti vitamin C dan Zink untuk pasien yang mengalami
nutrisi
8. Pada stadium III dan Iv, mengisi lubang luka dengan kasa yang dibasahi
oleh larutan saline atau gel, menangani eksudat dengan kasa adsorben
9. Penggunaan kasa tebal yang bersih untuk tipe luka tertentu seperti
dekubitus multiple
A. Pengkajian
1. Identitas
perlu dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan
tertentu kadang tampak abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan
lain (Smeltzer & Brenda, 2001). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan
oksigen berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah
hasil sisa metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan
2. Keluhan Utama
adanya rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang
bahu, dan daerah pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga terjadi
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah
5. Riwayat Pengobatan
6. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang
lama.
b. Immobilisasi
c. Inkontinensia
9. Pengkajian Psikososial
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada
dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan
a. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada
kulit.
3) Hidung
4) Mulut
5) Telinga
dan serumen. Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring
6) Leher
8) Abdomen
10) Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam
d. Pemeriksaan Neurologi
bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam
1) Inspeksi kulit
mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu
perawat yaitu :
e) Kebersihan kulit
B. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut/kronis
3. Resiko infeksi
5. Defisit nutrisi
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
e. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
f. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Jakarta: EGC
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa oleh
Moorhead, S., et.al. 2015. Nursing outcomes classification (NOC). United States
of America: Elsevier
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,