HK Ketenagakerjaan
HK Ketenagakerjaan
PENDAHULUAN
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Namun sampai saat ini masalah
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi sebagian masyarakat Indonesia masih
terus menjadi persoalan mendasar, tidak hanya bagi pemerintah tetapi juga bagi
dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Pembangunan ekonomi yang berbasis
hanya menyangkut masalah pekerjaan dan penghidupan yang layak tetapi juga
terletak struktur lapangan kerja dan status pekerjaan, tingkat upah dan penghasilan
yang relatif rendah terhadap kebutuhan hidup layak, masalah kompetensi dan
yang saling kait- mengkait. Rendahnya kualitas SDM yang tercermin dari tingkat
1
2
long parlong) dan agar tidak terjadi pelanggaran hak azasi manusia (HAM), maka
kerja.
1.3. Tujuan
Ketenagakerjaan;
Hukum Ketenagakerjaan;
PEMBAHASAN
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan
peraturan yang berlaku di suatu masyarakat, mengatur tata tertib masyarakat dan
peraturan, tata aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur
hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa yang bersifat mengikat
dan memaksa, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, yang bertujuan untuk
3
4
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah.
dari hokum yang berlaku di suatu Negara, yang pada pokoknya mengatur
hubungan antar buruh dengan buruh dan antara buruh dan penguasa.
1945 yang menyatkan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan yang
layak bagi kemanusiaan”. Secara umum, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal
28, dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 juga menjadi dasar hokum utama. Berdasarkan
ketenagakerjaan.
membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kebutuhan dapat sama dengan satu yang
tertib social.
terlebih dahulu. Secara etimologis, hukum berasal dari bahasa Arab yaitu “Alkas”,
bahasa Jerman disebut sebagai “Recht”, bahasa Yunani yaitu “Ius”, sedangkan
dalam bahasa Prancis disebut “Droit”. Kesemuanya itu mempunyai arti yang
kurang lebih sama, yaitu hukum merupakan paksaan, mengatur dan memerintah.
yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum, mengatakan bahwa ilmu hukum merupakan
tata tertib dalam sesuatu masyarakat dan seharusnyalah ditaati oleh anggota
masyarakat itu. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk tersebut dapat menimbulkan
peraturan hukum itu dapat dipaksakan artinya bahwa hukum mempunyai sanksi,
Dari kedua definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum
berkaitan dengan sanksi. Hal ini dapat dipahami karena pada dasarnya hukum itu
memiliki sifat mengatur dan memaksa. Didalam sifat hukum yang mengatur,
menimbulkan sanksi. Sanksi hukum ini bersifat memaksa, hal ini berarti bahwa
cara memaksa, maka suatu penderitaan dikenakan terhadap seseorang dengan paksa
coercive measure that results from failure to comply with a law, rule, or order (a
sanction for discovery abuse)” atau sebuah hukuman atau tindakan memaksa yang
atau hukuman) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan
Berbagai tipe ideal dapat dirumuskan atas dasar cara-cara perilaku manusia
akibat tertentu apabila perintah itu ditaati atau dilanggar. Suatu tertib sosial dapat
pula memerintahkan agar suatu perbuatan dilakukan sekaligus dengan imbalan atau
masyarakat atas tingkah laku manusia (fakta sosial) yang mengganggu masyarakat.
Setiap sistem norma dalam pandangan Hans Kelsen selalu bersandar pada sanksi.
Esensi dari hukum adalah organisasi dari kekuatan, dan hukum bersandar pada
sistem paksaan yang dirancang untuk menjaga tingkah laku sosial tertentu. Dalam
kondisi-kondisi tertentu digunakan kekuatan untuk menjaga hukum dan ada sebuah
organ dari komunitas yang melaksanakan hal tersebut. Setiap norma dapat
dikatakan “legal” apabila dilekati sanksi, walaupun norma itu harus dilihat
Sanksi pidana merupakan sanksi yang bersifat lebih tajam jika dibandingkan
administrasi. Pendekatan yang dibangun adalah sebagai salah satu upaya untuk
8
dikutip oleh Samsul Ramli dan Fahrurrazi, mengemukakan pendapat bahwa pidana
adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja
ditimpakan negara pada pembuat delik (perbuatan yang dapat dikenakan hukuman
Wujud atau sifat perbuatan pidana itu adalah melawan hukum dan/atau
yang dianggap baik dan adil. Namun, perbuatan seseorang dikatakan sebagai tindak
kata lain, untuk mengetahui sifat perbuatan tersebut dilarang atau tidak, harus
tersebut dapat mengatur sendiri atau berbeda dari induk aturan umum, seperti
10 KUHP, yaitu :
a. Pidana Mati;
b. Pidana Penjara;
c. Pidana Kurungan;
d. Pidana denda;
e. Pidana Tutupan.
dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Tindak
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
Pelanggaran :
Pasal 74 :
ayat (1) meliputi: segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
moral anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
ayat (5), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp100.000.000.00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah). Tindak
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
Pelanggaran :
mengalami pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun
2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4).
ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat
(1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara
11
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
Pelanggaran :
Pasal 42 :
memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pemberi kerja orang
Pasal 68 :
Pasal 69 Ayat 2 :
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: izin tertulis dari orang tua
atau wali; perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; waktu kerja
maksimum 3 (tiga) jam; dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu
sekolah; keselamatan dan kesehatan kerja; adanya hubungan kerja yang jelas; dan
Pasal 80 :
1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah)
12
memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan
Pasal 90 Ayat 1 :
Pasal 143 :
pekerja/serikat buruh untuk menggunakan hak mogok kerja yang dilakukan secara
melakukan mogok kerja secara sah, tertib, dan damai sesuai dengan peraturan
bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan
pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5),
uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
ayat (2) dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1), dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling
Pasal 93 Ayat 2 :
pengusaha wajib membayar upah apabila: pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan
isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga
Pasal 137 :
buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.
mengajak pekerja/buruh lain untuk mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung
ayat (2), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2),
Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan
Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan
paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran.
15
Pasal 44 ayat 1 :
Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan
Pasal 45 ayat 1 :
Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: menunjuk tenaga kerja warga
negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan
untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan melaksanakan
pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja
asing.
Pasal 67 ayat 1 :
Pasal 71 ayat 2 :
wajib memenuhi syarat: di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali;
waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan kondisi dan lingkungan kerja tidak
Pasal 76 :
16
tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 s.d. 07.00. Pengusaha dilarang
bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00. Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00 wajib: memberikan
makanan dan minuman bergizi; dan menjaga kesusilaan dan keamanan selama di
pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00
s.d. pukul 05.00. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur
Pasal 78 ayat 2 :
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.
Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam
kerja; istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; cuti
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan
17
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah
bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama
dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya
dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa
Pasal 85 ayat 3 :
pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib membayar upah
kerja lembur.
Pasal 144 :
pekerja/buruh yang mogok kerja dengan pekerja/buruh lain dari luar perusahaan;
atau memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada
ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108 ayat (1),
Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda paling
(lima puluh juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ketenagakerjaan di kabupaten/kota.
Pasal 38 ayat 2 :
Pasal 37 ayat (1) huruf b, hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja
dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu.
Pasal 63 ayat 1 :
Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka
bersangkutan.
Pasal 78 ayat 1 :
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat: ada
persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam
(sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah
Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib
Pasal 114 :
Pasal 148 :
memuat:
waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri penutupan perusahaan
(lock out); dan alasan dan sebab-sebab melakukan penutupan perusahaan (lock out).
Pasal 189 :
20
sikap administrasi negara, serta melindungi administrasi negara itu sendiri. Peran
pemerintah yang dilakukan oleh perlengkapan negara atau administrasi negara harus
diberi landasan hukum yang mengatur dan melandasi administrasi negara dalam
hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas
Administrasi Negara.” Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi
b. Sanksi punitif, artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada
diterbitkan.
Perbedaan antara sanksi administrasi dan sanksi pidana dapat dilihat dari
memulihkan pada keadaan semula. Di samping itu perbedaan antara sanksi pidana
diterapkan oleh pejabat tata usaha negara tanpa harus melalui prosedur peradilan,
sedangkan sanksi pidana hanya dapat dijatuhkan oleh hakim pidana melalui proses
pengadilan.
Pasal 190 :
15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal
87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Pelanggaran :
Pasal 5 :
Pasal 6 :
Pasal 15 :
tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan tersedianya dana bagi
Pasal 25 :
dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Untuk memperoleh izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyelenggara pemagangan harus berbentuk badan hukum
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 38 ayat 2 :
Pasal 37 ayat (1) huruf b, hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja
dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu.
Pasal 45 :
Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: menunjuk tenaga kerja warga
negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan
untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan melaksanakan
pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja
asing.
Pasal 47 ayat 1 :
Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing
yang dipekerjakannya.
Pasal 48 :
Pasal 87 :
Pasal 106 :
pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. Lembaga
kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai forum
pada ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk
lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur
melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak
untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua puluh lima perseratus) dari
upah;
upah;
dari upah;
Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama
6 (enam) bulan takwin terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan oleh
PENUTUP
Pengaturan (dalam UU) tersebut baik mengenai waktu kerja dan waktu
istirahatnya, keselamatan dan kesehatan kerjanya (K3), maupun mengenai upah dan
jaminan sosialnya (social savety net and social security) serta bentuk perlindungan-
Sedangkan, sanksi pidana dan sanksi administratif diatur dalam pasal 183 s/d pasal
berlaku adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum (yakni HIR/RBG), kecuali diatur secara khusus dalam
26