Hisbut Tahrir Indonesia (HTI)
Hisbut Tahrir Indonesia (HTI)
Oleh :
201410050311152
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin dan Ridha-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ujian tengah semester PPKN yang berjudul “Pancasila vs Hisbut Tahrir
Indonesia (HTI)” untuk menyelesaikan tugas ujian tengah semester PPKN tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada dosen
mata kuliah PPKN.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari berbagai kekurangan dan
keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan disana sini
dalam penulisan dan penyajian makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menuntun
kehidupan kita menuju ke jalan yang benar dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penulis
Lahirnya Pancasila
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena
setiap sila dalam Pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-
masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai
dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hirarkis, yang berarti bahwa kelima sila dalam
Pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana
tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri didalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga
tidak dapat dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia, hakikat yang sesungguhnnya dari Pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara.
Fungsi Pancasila
Diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan sikap
mental. Sikap mental dan tingkah laku mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan
dengan bangsa lain. Ciri khas inilah yang dimaksud dengan kepribadian.
6. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum atau Sumber Tertib Hukun
bagi Negara Republik Indonesia
Sumber tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa
Indonesia. Cita-cita itu meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial dan perdamaian Nasional.
Cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara. Cita-cita moral mengenai
kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan.
Pergerakannya di Indonesia
Hizbut Tahrir adalah gerakan yang mengusung gagasan mendirikan khilafah Islam,
ketika dia berada di Indonesia, bagaimana keserasian gagasan itu membumi dengan nilai-nilai
di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila. Sedangkan Hizbut Tahrir secara umum
mengupayakan adanya kesatuan tunggal bagi seluruh umat Islam di dunia. Cita-cita yang
menerabas batas-batas geografis, kebudayaan, dan politik bangsa-bangsa.
Sekalipun begitu, harus diakui juga gerakan HTI di akar rumput cenderung tidak
menggunakan cara-cara kekerasan untuk menyebarkan gagasan khilafah. HTI menggunakan
cara persuasif dan tidak/belum muncul informasi maupun bukti mengenai adanya pemaksaan
secara massif yang menjadi bagian dari penjaringan keanggotannya.
Sayangnya hingga saat ini tidak ada tindakan konstitusional apapun dari pemerintah
terhadap tindakan Hizbut Tahrir Indonesia padahal sangat jelas maksud dan tujuan organisasi
tersebut. Gerakan mereka begitu nyaman karena mendapatkan peluang gerak sedemikian
bebasnya, dan bahkan mereka dapat masuk ke dlaam berbagai lembaga dan komunitas dari
kalangan rumah tangga, pelaku usaha, organisasi profesi, organisasi kemanusiaan, hingga
lembaga pendidikan, pelajar, guru, mahasiswa dan dosen.
Daftar Pustaka
Ronto, S.Pd.I., MSi. 2012. Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta :
PT. Balai Pustaka Persero
Prof. Dr. Sudjito, S.H., M.Si. 2012. Kongres Pancasila IV. “Strategi Pelembagaan
Nilai-Nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia”. Yogyakarta