Anda di halaman 1dari 6

Pengetahuan Remaja Tentang 1000 HPK Terkait Masa Posnatal

PENDAHULUAN

Banyak terdapat wanita yang yang belum siap menjadi calon ibu. Berdasarkan
Riskesdas (2013), terdapat kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) adalah
sekitar 1.97%. Nikah dan hamil di usia muda yang tidak didukung oleh kesiapan
seorang wanita sebagai calon ibu akan meningkatkan risiko komplikasi medis, baik
pada ibu maupun pada anak. Kehamilan anak di usia yang sangat muda akan
meningkatkan angka kematian dan kesakitan ibu. Selain itu, konsekuensi dari
seorang wanita yang tidak siap menjadi seorang ibu ketika melahirkan adalah bayi
dengan status gizi yang tidak baik. Sekitar 14% bayi yang baru lahir dari ibu berusia
remaja di bawah 17 tahun adalah prematur (Fadlyana dan Larasati 2009)=>
Fadlyana E, Larasati S. 2009. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Sari Pediatri,
11(2) : 136-141.

Masalah lain yang timbul pada anak prematur adalah masalah kekurangan
gizi terdiri atas kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau stunting dan
kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus (wasting). Anak yang kurang gizi akan
tumbuh lebih pendek (stunting) dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif
dan penurunan produktivitas pada usia dewasa. Hasil Riskesdas (2013)
menunjukkan bahwa prevalensi balita Indonesia yang mengalami stunting dan
wasting masing-masing sebesar 37.2% dan 12.1%. Kejadian stunting dan wasting
pada balita Indonesia perlu ditekan dan dicegah dengan cara memberikan perhatian
khusus pada masa-masa vital awal kehidupan anak, yaitu selama 1000 hari sejak
konsepsi. Periode 1000 hari dimulai dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun atau
yang dikenal dengan sebutan periode emas.

Seribu Hari Pertama Kehidupan yang terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan
730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan merupakan periode emas (golden
periode) karena pada periode ini, awal kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan anak berlangsung secara cepat. Apabila tidak dimanfaatkan dengan
baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (Kemenkes 2012)=>
[Kemenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. 1000 Hari Pertumbuhan
yang Menentukan. [diakses 2013 Maret 05]. [Tersedia pada: www.depkes.go.id]

. Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas
sumberdaya manusia. Anak yang kekurangan gizi akan tumbuh lebih pendek (berat
lahir rendah) dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan kemungkinan
menghambat keberhasilan pendidikan serta menurunkan produktivitas pada usia
dewasa. Gizi kurang/buruk juga merupakan dasar kematian bayi (Victora et al.
2010)=> Victora CG, Onis M, Hallal PC, Blossner M, Shrimpton R. 2010.Worldwide
Timing of Growth Faltering: Revisiting Implications for Interventions. Journal of
American Academy of Pediatrics 125(3) : 473-480. doi : 10.1542/peds.2009– 1519.
Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya
berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan
diabetes dengan berbagai risiko turunannya pada usia dewasa.

Masalah pada periode 730 hari selama pasca kelahiran bayi tersebut disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan dan sikap gizi saat remaja yang menyebabkan tidak
berkualitasnya asupan gizi dan pola asuh yang akan berdampak pada status gizi
anak nantinya. Hal tersebut dapat dicegah jika seorang calon ibu memiliki status
gizi, kondisi fisik dan kesehatan yang baik. Kondisi program Gerakan Nasional Sadar
Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
(1000 HPK) (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat 2012)=> Direktorat
Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam
Rangka 1000 HPK Republik Indonesia. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Tersedia dari: http://kgm.bappenas.go.id (22 Februari 2013). tersebut dapat
diperoleh jika wanita memiliki asupan gizi yang baik yang dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap wanita mengenai gizi dan kesehatan pada masa postnatal
pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keseimbangan konsumsi zat gizi yang
pada akhirnya berdampak pada sehingga dapat menghasilkan generasi yang
berkualitas baik dari segi fisik, kesehatan maupun mental. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wahyuni et al. (2014)=> Dampak Program Bina Keluarga
Balita (BKB) terhadap Tumbuh Kembang Anak Balita 6-24 Bulan.
E-Jurnal Pustaka Kesehatan 2(1): 79-86.

yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik.

Manfaat
Kegunaan penelitian ini antara lain diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai pengetahuan remaja tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terkait
masa postnatal. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan
pendidikan gizi terkait masa postnatal kepada Remaja. Penelitian ini diharapkan
menambah wawasan mengenai persiapan pasca kelahiran dengan memperhatikan
aspek gizi dan non gizi sebelum dan saat menyusui kepada remaja sebagai calon ibu
yang nantinya bermanfaat dalam peningkatan status gizi maupun kesehatan
generasi dari remaja tersebut. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan remaja tentang 1000 HPK
terkait masa postnatal kepada pemerintah sehingga dapat digunakan sebagai
masukan untuk perumusan kebijakan berkenaan dengan 1000 HPK.

Hasil Pembahasan
Materi Seribu Hari Pertama Kehidupan Terkait Masa Postnatal yang Harus
Diketahui oleh WUS. Setiap wanita yang berada pada periode usia subur belum
mengetahui 1000 HPK terkait masa postnatal dengan baik terutama wanita yang
tidak memperoleh pendidikan formal di bidang gizi. Namun, setiap wanita tetap
harus mengetahui materi 1000 HPK terkait masa postnatal sehingga diperlukan
penyusunan indikator minimal mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal. Acuan
penyusunan indikator ini adalah sejumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab
dengan baik oleh sebagian besar contoh dan kemudian dikategorikan berdasarkan
indikator pencapaian program intervensi pada Pedoman Perencanaan Program
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat
2012)=> Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan
Sadar Gizi dalam Rangka 1000 HPK Republik Indonesia. Jakarta : Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. Tersedia dari: http://kgm.bappenas.go.id (22 Februari 2013).
Adanya indikator minimal ini diharapkan mampu membantu wanita-wanita periode usia
subur sehingga yang tidak memperoleh pendidikan formal dengan kurikulum gizi yang
terstruktur untuk mencapai kompetensi minimal sebagai calon ibu yang berkualitas.
Standar menjadi calon ibu yang berkualitas adalah mengetahui hal-hal penting
mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal dalam rangka peningkatan status gizi dan
kesehatan diri untuk menghasilkan generasi yang berkualitas.
Sumber informasi mengenai masa bayi 0-6 bulan sebagian besar berasal dari institusi
pendidikan (56.7%) dan orang tua (27.0%). Informasi mengenai masa anak 7-24 bulan
sebagian besar berasal dari institusi pendidikan (51.9%) dan orang tua (30.0%).
Informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat sebagian besar berasal dari institusi
pendidikan (41.9%) dan orang tua (32.4%) (Tabel 3). Menurut Notoatmodjo (2007)
informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Selain itu, menurut Stavrinides (2011)=> Stavrinides P. 2011. The
Relationship between Parental Knowledge and Adolescent Deliquency : A Longitudinal
Study. International Journal about Parents in Education. 5(1) : 46-55.menyebutkan
bahwa pengetahuan orang tua akan mempengaruhi pengetahuan anak karena selain di
sekolah, anak menghabiskan waktunya di rumah dan berinteraksi dengan orang tua.

Pengetahuan tentang 1000 HPK terkait Masa Postnatal. Pengetahuan 1000 HPK
terkait masa postnatal terbagi atas tiga komponen yaitu pengetahuan mengenai masa
bayi 0-6 bulan, masa anak 7-24 bulan serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan terdiri atas 20 pertanyaan pilihan berganda
atau pertanyaan tertutup yang memiliki 2 skor, yaitu skor 5 untuk jawaban benar dan
skor 0 untuk jawaban salah. Pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan berisi
pertanyaan seputar ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, imunisasi, pemantauan
pertumbuhan. Jumlah skor kemudian diakumulasi dan skor akhir merepresentasikan
nilai yang diperoleh dimana 100 merupakan nilai maksimum yang dapat diperoleh.
Secara umum tidak memiliki kesulitan remaja menjawab terkait mengenai masa bayi 0-6
bulan dalam menjawab tentang pengetahuan 1000 HOK posntal.

Pertanyaan ke-1 mengenai berat badan bayi minimal yang dinyatakan sehat tidak dapat
dijawab dengan benar oleh 89.1%. Memperoleh persentase jumlah jawaban salah yang
paling tinggi pada pertanyaan ini. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab
pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut
Tarigan et al. (2012)=> Tarigan RM, Widiasih R, Ermiati. 2012. Pengetahuan Ibu tentang
Penatalaksanaan Perawatan Bayi BBLR di RSKIA Kota Bandung. [diakses pada 2014
Maret 17]. [Tersedia pada http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/699/745],
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2 500 g tergolong dalam bayi berat
badan lahir rendah (BBLR).

Pertanyaaan ke-2 mengenai frekuensi ibu menyusui bayi dalam satu hari tidak dapat
dijawab dengan benar oleh 82.6%. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab
pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut
Susanti et al. (2012)=> Susanti M, Kartika M, Hadju V, Alharini S. 2012. Hubungan Pola
Pemberian ASI dan MP-ASI dengan Gizi Buruk pada Anak 6-24 Bulan di Kelurahan
Pannampu Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia 1(2) : 97-103.ibu sebaiknya
menyusui bayi sesuai dengan keinginan bayi. Apabila balita mendapatkan ASI dengan
frekuensi kurang (<8 kali/hari) berisiko menderita gizi buruk sebesar 3.75 kali lebih besar
dibandingkan balita yang mendapatkan dengan frekuensi cukup.

Pertanyaan ke-3 mengenai hal pertama yang pertama dilakukan ketika bayi lahir tidak
dapat dijawab dengan benar oleh 78.3%. Sebagian besar contoh yang salah dalam
menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini.
Menurut Astari dan Lisnawati (2011)=> Astari AM, Djuminah. 2012. Hubungan
Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Post Partum
Primipara , bayi yang baru lahir langsung diletakkan di dada ibunya tanpa perlu
dimandikan, ditimbang ataupun dibersihkan dan hanya perlu dikeringkan. Kegiatan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi.

Pertanyaan ke-4 mengenai waktu yang tepat untuk dilakukan IMD tidak dapat
dijawab dengan benar oleh 71.7%. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab
pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut
Astari dan Lisnawati (2011), IMD dilakukan langsung ketika bayi lahir dan berlangsung
skin to skin antara bayi dan ibu.

Pertanyaan ke-5 mengenai hal yang diberikan pada saat imunisasi tidak dapat dijawab
dengan benar oleh 67.4%. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab
pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut
Azizah et al. (2012)=> Azizah N, Suyati, Rahmawati VE. 2012. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Pentingnya Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan
Imunisasi di BPS Hj. Umi Salamah di Desa Kauman Peterongan Jombang. , imunisasi
adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh berupa bibit penyakit yang dilemahkan dan
menyebabkan tubuh memproduksi antibodi.

Pertanyaan ke-6 mengenai perawatan bayi tidak dapat dijawab dengan benar oleh
65.2%. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak
mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Perawatan tali pusat merupakan usaha
untuk mencegah terjadinya infeksi dan dilakukan pada saat kelahiran dan setelah
kelahiran (Zuniyati et al. 2011)=> Zuniyati S, Suryandari AE, Anasari T. 2011. Rerata
Waktu Pelepasan Tali Pusat Berdasarkan Jenis Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru
Lahir di Kecamatan Patikraja. Jurnal Ilmiah Kebidanan 2(1) : 1-11. Pertanyaan ke-7
mengenai makanan yang diberikan kepada bayi yang baru lahir tidak dapat dijawab
dengan benar oleh 63.0%. yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak
mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Purnawati dan Muwakhidah
(2013), ASI adalah makanan pertama bagi bayi yang baru lahir dan ASI pertama yang
diberikan kepada bayi disebut kolostrum.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan


positif yang signifikan antara usia (r=0.760, p<0.05) dengan pengetahuan masa bayi 0-6
bulan contoh. Usia berhubungan tidak langsung dengan pengetahuan karena pada
penelitian ini usia hanya menggambarkan perbedaan antarkelompok. Kedua kelompok
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda karena perbedaan akses dan pemaparan
informasi yang diterima.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara daerah asal (r=0.275, p<0.05) dengan pengetahuan contoh.
Daerah asal menentukan kebudayaan dan lingkungan seseorang. Penelitian di Garut
menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan/kebiasaan di masyarakat mengenai
kolostrum basi dan sebanyak 48.3% masyarakat menganut kepercayaan itu (Solihah
2010)=> Solihah I, Lindawati, Miradwiyana B, Taufiqurrachman, Suryani SB, Windagdo
W, Nurhaeni H. 2010. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI dalam
Satu Jam Pertama Setelah Lahir Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Media Litbang
Kesehatan 20(2) : 79-90.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara uang saku (r=0.300, p<0.05) dengan pengetahuan contoh. Hal ini
dapat berarti bahwa semakin tinggi uang saku, tingkat pengetahuan gizi semakin
meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan masa postnatal adalah
dengan meningkatkan membaca dan mencari informasi terkait dengan masa postnatal.
Meningkatnya uang saku akan memberikan kesempatan untuk dapat menggunakan
uang dalam keperluan selain non pangan seperti membeli buku, mengakses internet,
dan mengakses sumber- sumber informasi lainnya. Semakin baik akses informasi maka
akan semakin meningkat pengetahuan.

Referensi
Giri MKW, Suryani N, Murdani PK. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
tentang Pemberian ASI serta Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia
6-24 Bulan (Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng). Jurnal Magister
Kedokteran Keluarga 1(1) : 24-3.

[Kemenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. 1000 Hari


Pertumbuhan yang Menentukan. [diakses 2013 Maret 05]. [Tersedia pada:
www.depkes.go.id]

Laraeni Y, Mastalina H, Aini HF. 2013. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita tentang
Pemberian MP-ASI dan Status Gizi Balita ( 6-24 Bulan) di Desa Nice dan Non Nice
Wilayah Puskesmas Kotaraja Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur. Media
Bina Ilmiah 7(6): 39-43.

Safitri MR, Briawan D. 2013. Hubungan antara Suplementasi Vitamin A pada Ibu
Nifas da Morbiditas Bayi Umur 0-6 Bulan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Jurnal Gizi dan Pangan 8(2) : 89-94.

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan


Sadar Gizi dalam Rangka 1000 HPK Republik Indonesia. Jakarta : Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Tersedia dari: http://kgm.bappenas.go.id (22
Februari 2013)

Zuniyati S, Suryandari AE, Anasari T. 2011. Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat
Berdasarkan Jenis Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Patikraja.
Jurnal Ilmiah Kebidanan 2(1) : 1-11.

Astari AM, Djuminah. 2012. Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan
Kecepatan Sekresi ASI Post Partum Primipara. [diakses pada 2014 Mei 10]. [Tersedia
pada http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/1054/1137_u
mm_scientific_journal.pdf.].

Anda mungkin juga menyukai