Penyusun:
Putra septiana
1710631010159
Hukum 1-C
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017 – 2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrahim.
Pertama saya ingin mengucap syukur atas kehadiran ALLAH SWT dengan kehendak-
NYA lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Banyak tantangan serta
hambatan dalam menyelesaikan makalah ini dari sekian tantangan ada satu tantangan yang
menurut saya sangat berat yaitu menjadikan makalah ini menjadi suatu yang tidak hanya enak
dibaca tapi harus juga bisa bermanfaat bagi orang banyak yang membacanya dan juga harus bisa
mengubah paradigma tentang islam menjadi lebih baik untuk khalayak ramai pada zaman
globalisasi saat ini.
Mengenai hambatan, berbicara mengenai pembuatan karya tidak bisa lepas dari yang
bernama hambatan yaitu mencari artikel atau materi yang relevan dengan judul makalah itulah
salah satu hambatan yang saya temui, tapi Alhamdulillah dengan seizin-NYA lah saya bisa melalui
hambatan tersebut dan dapat membuat makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini saya buat bermaksud untuk menguraikan tentang hadist yang menjadi
sumber kedua didalam ajaran agama islam, dari sudut pandang saya dan dari pengetahuan tentang
hadist yang saya miliki sampai saat ini.
Disadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana baik isinya maupun susunannya,
maka dari itu segala saran yang bersifat menyempurnakan makalah ini akan diterima dengan
senang hati demi menyempurnakan pengetahuan kedepannya, namun harapan penulis semoga
makalah ini dapat menambah kepustakaan dalam bidang agama islam, khususnya yang mengenai
hadist.
Putra septiana
2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. rumusan masalah 4
B. tujuan penulisan makalah 5
C. manfaat penulisan makalah 5
BAB 2 PEMBAHASAN
A. pengertian hadist 6
B. bentuk-bentuk hadist 7
C. unsure-unsure pokok hadist 9
D. perbandingan hadist dengan alquran 11
E. tokoh-tokoh ulama hadist 12
F. hadist dalam periode awal 12
G. Hadist dalam periode pertengahan 15
H. Hadist dalam periode masa kini 16
I. tanda-tanda hadist maudlu’ 17
J. kedudukan hadist sebagai sumber hukum islam 18
K. Islam dalam pengertian sebenarnya 21
BAB 3 PENUTUP
A. simpulan 23
DAFTAR PUSTAKA 24
3|Page
BAB 1 PENDAHULUAN
Kata hadist bisa berarti baru lawan kata lama, bisa juga berarti dekat dan juga bisa berarti
berita. Dalam terminology islam istilah hadist berarti melaporkan/mencatat sebuah pernyataan
dan tingkah laku dari nabi Muhammad. Namun pada saat ini kata hadist mengalami perluasan
makna, sehingga disinonimkan dengan sunnah, atsar dan taqrir, maka bisa berarti segala
perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan, maupun persetujuan dari nabi Muhammad yang
dijadikan ketetapan ataupun hukum.
Secara struktur hadist terdiri dari 2 komponen utama yakni sanad dan matan. Klasifikasi
hadist menurut dapat “diterima” atau “ditolaknya” hadist sebagai hujjah (dasar hukum) adalah
hadist shohih, hadist hasan dan hadist dhoif.
Hadist memiliki kedudukan yang tinggi dalam penetapan hukum islam, tentunya setelah
alquran yang merupakan sumber dari segala hukum islam. Demikian pentingnya posisi hadist
dalam agama islam, maka hadist senantiasa berkembang dalam arti penelitian terhadap keabsahan
materi hadist itu sendiri maupun dari keterpercayaan sanad-sanadnya. Hadist juga dikatakan
sebagai penjelas dari ayat-ayat alquran, terutama terhadap ayat-ayat mustasyabihat. Disamping
juga memberikan kelengkapan dasar hukum islam yang belum atau tidak termaktub dalam
alquran.
Karena keberadaannya sebagai sumber ajaran islam, alquran dan hadist telah menjadi
focus perhatian umat islam sejak zaman nabi sendiri sampai sekarang. Namun, berbeda dengan
alquran perkembangan hadist tidak semulus alquran. Berbagai keraguan bahkan penolakan
muncul seiring pertumbuhan study terhadap hadist itu sendiri.
Keraguan tersebut lebih memuncak ketika munculnya golongan yang mengingkari hadist
(inkarussunnah), kelompok ini memiliki argumentasi sendiri atas sikap mereka itu (azami, 1994:
42)
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan secara umum dapat dirumuskan masalah
sebaagai berikut :
1. Apa pengertian dari hadist ?
2. Siapa saja tokoh-tokoh ulama hadist ?
3. Bagaimana saja sejarah & periode-periode penyebaran hadist ?
4. Bagaimana kedudukan hadist sebagai sumber hukum islam ?
4|Page
5. Bagaimana islam dalam pengertian sebenarnya ?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat memahami pengertian daripada hadist.
2. Mengetahui tokoh-tokoh ulama hadist.
3. mengetahui & dapat memahami sejarah dan periode-periode penyebaran hadist
4. memahami kedudukan hadist sebagai sumber hukum islam
5. memahami islam dalam pengertian sebenarnya.
C. MANFAAT PENULISAN
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, terutama bagi
mereka yang ingin menambah wawasan mengenai hadist dan ilmu yang berkaitan dengan nya dan
juga semoga makalah ini enak untuk dibaca dan dipahami oleh khalayak ramai.
5|Page
BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADIST
H
adist atau alhadits menurut bahasa aljadid yang artinya sesuatu yang baru.
Lawan dari alqadim, artinya yang berarti menunjukan kepada waktu yang
dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk
agama islam). Hadis juga sering disebut dengan alkhabar, yang berarti berita yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadits.
Hadits dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat dilihat pada beberapa
ayat alquran, seperti QS. Al-thur (52):34 – QS. Al-kahfii (18):6 – dan QS. Ad-dhuha (93):11.
سفًا َِ ك َعلَ َٰىَ۟ َءا َٰث َ ِر ِهمَ ِإن لَّمَ يُؤ ِمنُوا۟ ِب َٰ َهذَا ٱل َحدِي
َ َث أ ََ َّفَلَ َعل
َ ك َٰبَ ِخعَ نَّف
ََ س
(Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka
berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).) QS. Al-kahfii
(18):6
“hampir-hampir ada seseorang diantara kamu yang akan mengatakan ini kitab allah apa yang halal di
dalamnya kami halalkan dan apa yang haram didalamnya kami haramkan. Ketahuilah barang siapa yang
sampai kepadannya suatu hadist dariku kemudian ia mendustakannya, berarti ia telah mendustakan tiga
pihak, yakni ALLAH SWT, rasul, dan orang yang menyampaikan hadits tersebut”
6|Page
“segala perkataan nabi, perbuatan, dan hal ihwalnnya”
Yang dimaksud dengan hal ihwalnnya ialah segala yang diriwayatkan dari nabi. Yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaanya. Ada juga
yang memberikan pengertian lain:
“sesuatu yang disandarkan kepada nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau.”
“bahwasanya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’ yaitu sesuatu yang disandarkan kepada nabi;
melainkan bias juga untuk sesuatu yang mauquf’ yaitu yang disandarkan kepada sahabat dan yang maqtu’
yaitu yang disandarkan kepada tabi’in”
“segala perkataan nabi, perbuatan, dan taqrirnya yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya”
Berdasarkan pengertian hadits menurut ahli ushul ini jelas bahwa hadist adalah segala
sesuatu yang bersumber dari nabi, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan
dengan hukum atau ketentuan-ketentuan allah yang diisyaratkan kepada manusia. Selain itu tidak
bisa dikatakan hadist. Ini berarti bahwa ahli ushul membedakan diri Muhammad sebagai rasul
dan sebagai manusia biasa. Yang dikatakan hadist adalah sesuatu yang berkaitan dengan misi dan
ajaran ALLAH SWT yang diemban oleh Muhammad saw, sebagai rasulullah.
Inipun, menurut mereka harus berupa ucapan dan perbuatan beliau serta ketetapan-
ketetapannya. Sedangkan kebiasaan-kebiasaan, tata cara berpakaian, cara tidur dan sejenisnya
merupakan kebiasaan manusia dan sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai hadist
dengan demikianlah, pengertian hadist menurut ahli ushul lebih sempit dibanding dengan
pengertian hadist menurut ahli hadist.
7|Page
B. BENTUK-BENTUK HADIST
Sebagaimana seperti uraian diatas telah disebutkan bahwa hadist mencangkup segala
perkataan, perbuatan, dan taqrir nabi. Oleh karena itu pada bahasan ini akan saya uraikan tentang
bentuk-bentuk hadist.
1. hadist qauli
“semoga allah memberikan kebaikan kepada orang yang mendengarkan perkataan dariku kemudian
menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, karena banyak orang berbicara mengenai fiqh
padahal ia bukan ahlinnya. Ada 3 sifat yang karenanya tidak timbul rasa dengki dihati seorang
muslim, yaitu ikhlas beramal semata-mata kepada ALLAH SWT menasehati, taat dan patuh
kepada pihak penguasa; dan setia terhadap jama’ah. Karena sesungguhnya doa mereka akan
memberikan motivasi dari belakang” (HR AHMAD)
Contoh lain hadist tentang bacaan alfatihah dalam shalat yang berbunyi:
“tidak sah shalat seseorangyang tidak membaca fatihah alkitab” (HR MUSLIM)
2. hadist fi’li
Dimaksudkan dengan hadist fi’li adalah segala yang di sandarkan kepada nabi
berupa perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat dan haji.
Contoh hadist fi’li tentang shalat adalah sabda nabi yang berbunyi:
8|Page
“nabi shalat diatas tunggangannya, kemana saja tunggangannya itu menghadap” (HR
ALTIRMIDZI)
3. hadist hammi
Yang dimaksud dengan hadist hammi adalah hadist yang berupa hasrat nabi yang
belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 ‘asyura. Dalam riwayat ibn
abbas, disebutkan sebagai berikut:
“ketika nabi berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka
berkata: ya nabi! Hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang yahudi dan nasrani, nabi
bersabda: tuhan yang akan datang insya ALLAH aku kan berpuasa pada hari kesembilan” (HR
MUSLIM)
Nabi belum sempat merealisasikan hasratnya ini, karena wafat sebelum sampai bulan
‘asyura. Menurut imam syafi’i dan para pengikutnya, bahwa menjalankan hadist hammi
ini disunnahkan sebagaimana sunnnah-sunnah yang lainnya.
4. hadist ahwali
Yang dimaksud dengan hadist ahwali ialah hadist yang berupa hal ihwal nabi,
yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan keperibadiannya. Tentang keadaan fisik
nabi dalam beberapa hadist disebutkan, bahwa fisiknya tidak terlalu tinggi dan tidak
pendek, sebagaimana yang dikatakan oleh albarra dalam sebuah hadist riwayat bukhari
sebagai berikut:
“rasul adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak
pendek” (HR BUKHARI)
“berkata anas bin malik: aku belum pernah memegang sutra murni dan sutra berwarna (yang halus)
sehalus telapak tangan rasul juga belum pernah mencium wewangian seharum rasul” (HR
BUKHARI)
1. sanad
Kata sanad menurut bahasa adalah “sandaran” atau sesuatu yang kita jadikan
sandaran. Dikatakan demikian, karena hadist bersandar kepadanya. Menurut istilah,
9|Page
terdapat perbedaan rumusan pengertian, albadru bin jama’ah dan althiby mengatakan
bahwa sanad adalah:
“berita tentang jalan matan”
“silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadist), yang menyampaikan nya kepada matan hadist”
“silsilah para perawi yang menukilkan hadist dari sumbernya yang pertama”
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti al-isnad, almusnid, dan
almusnad. Kata-kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas,
sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama.
Kata almusnad mempunyai beberapa arti bisa berarti hadist yang disandarkan atau
diisnadkan oleh seseorang; bisa berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadist hadist
dengan system penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat para perawi hadist,
seperti kitab musnad ahmad; bisa juga berarti nama bagi hadist yang marfu’ dan
muttashil.
2. matan
Kata matan atau almatan menurut bahasa berarti “tanah yang meninggi” sedang
menurut istilah: “sesuatu kalimat tempat berakhirnya sanad” Ada juga redaksi yang lebih
simple lagi yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad ( gayah assanad) dari
semua pengertian diatas menunjukan bahwa yang dimaksud dengan matan adalah materi
atau lafaz hadist itu sendiri.
3. rawi
Kata rawi atau alrawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadist.
Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan 2 istilah yang tidak dapat dipisahkan.
10 | P a g e
Sanad-sanad hadist pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi jika yang dimaksud
dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadist. Akan tetapi yang
membedakan antara rawi dan sanad, adalah terletak pada pembukuan atau pentandwinan
hadist. Orang yang memerima hadist kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab
tadwin disebut dengan perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin
(orang yang membukukan dan menghimpun hadist)
Untuk lebih jelas dapat membedakan antara sanad, rawi, dan matan, sebagaimana
yang diuraikan diatas, ada baiknya melihat contoh hadist dibawah ini:
“telah menceritakan kepadaku Muhammad bin ma’mur bin rabi’I alqaisi, katanya: telah
menceritakan kepadaku abu hisyam almahzumi dari abu alwalid yaitu ibn ziyad katanya: telah
menceritakan kepada Muhammad bin al-munzakir dari amran dari usman bin affan ra ia berkata:
barang siapa yang berwudlu dengan sempurna (sebaik-baiknya wudhu) keluarlah dosa-dosa nya dari
seluruh badannya bahkan dari bawah kukunya” (HR MUSLIM)
Dari nama Muhammad bin ma’mur bin rabi’I alqaisi sampai dengan usman bin
affan ra adalah sanad dari hadist tersebut, mulai kata man tawaddha’a sampai dengan kata
tahta azhfarih adalah matannya. Sedang imam muslim yang dicatat di ujung hadist adalah
perawinnya yang juga disebut mudawwin.
1. persamaannya
hadist dan alquran sama-sama sumber ajaran islam, bahkan pada hakikatnya
kedua-duanya sama-sama wahyu dari ALLAH SWT
2. perbedaannya
alquran adalah kalamullah yang diwahyukan ALLAH SWT lewat malaikat jibril
secara lengkap berupa lafadh dan sanadnya sedangkan hadist berasal dari rosulullah
sendiri. Membaca alquran hukumnya ibadah dan syah membaca ayat-ayatnya didalam
shalat sementara tidak demikian dengan hadist. Keseluruhan ayat alquran diriwayatkan
11 | P a g e
oleh rosulullah secara mutawatir, yaitu periwayatan yang menghasilkan ilmu yang pasti
dan yakin keotentikannya pada setiap generasi dan waktu maka nash-nash alquran
bersifat pasti wujud atau qoth’I assubut.
Hadist sebagian besar bersifat ahad dan zhanni alwurud yaitu tidak diriwayatkan
secara mutawatir kalaupun ada hanya sedikit sekali yang mutawatir lafadh dan maknanya.
Memiliki hukum dasar yang isinya pada umumnya bersifat mujmal dan mutlak sedangkan
hadist sebagai ketentuan-ketentuan pelaksanaannya (praktisnya).
Ilmu rijalul hadist adalah suatu cabang dari pada ilmu-ilmu hadist tidaklah sempurna ilmu
seseorang dalam bidang hadist, apabila dia tidak mendalami ilmu ini dari ilmu inilah berpokoknya
ilmu jarh wat ta’dil
Untuk melengkapi kuliyah hadist, disamping mempelajari secara mendalam ilmu mushthalah ahli
hadist, hendaklah pula didalami ilmu rijalnya karena melengkapi diri dengan ilmu-ilmu ini adalah
syarat mutlak dalam usaha membangun pemahaman yang mendalam mengenai hadist yang
menjadi sumber ajaran islam
Maka didalam mempelajari sejarah ulama hadist hendaklah diperhatikan:
1. namanya, kun-yahnya, laqabnya, tempat kelahiran dan tempat wafatnya.
2. guru-gurunya yang memberikan hadist kepadanya
3. murud-murid atau ulama-ulama yang menerima hadist daripadanya.
4. kedudukan dalam ilmu hadist serta hasil karyanya.
Berikut adalah tokoh-tokoh rijalul hadist dari kalangan sahabat
1. abu hurairah
2. Abdullah ibnu umar
3. anas ibn malik
4. aisyah ashshiddiqiah
5. Abdullah ibnu abbas
6. jabir ibn abdillah
7. abu said alkhudry
8. Abdullah ibn masud
9. abuth thufail
12 | P a g e
1. Masa pertumbuhan hadist dan jalan-jalan para sahabat memperolehnya
Rosul hidup di tengah-tengah masyarakat sahabatnya. Mereka dapat bertemu dan bergaul
dengaan beliau secara bebas. Tak ada ketentuan yang menghalangi mereka bergaul dengan beliau
yang tidak dibenarkan hanyalah mereka langsung masuk kerumah nabi, dikala beliau tak ada
dirumah, dan berbicara dengan para istri nabi, tanpa hijab.
Seluruh perbuatan nabi, demikian juga seluruh ucapan dan tutur kata beliau menjadi
tumpuan perhatian para sahabat, segala gerak-gerik beliau mereka jadikan pedoman hidup.
Berdasarkan kepada kesungguhan meniru dan meneladani beliau, berganti-gantilah para sahabat
yang jauh rumah dari masjid, mendatangi majlis-majlis nabi.
“ aku dan seorang temanku (tetanggaku) dari golongan anshar bertempat dikampung umaiyah ibn yazid,
sebuah kampong jauh dari kota madinah kami berganti-gantian dating kepada rosul. Kalau hari ini aku yang
turun esok tetanggaku yang pergi. Kalau aku turun, aku beritakan kepada tetanggaku apa yang aku dapati
dari rosulallah kalau dia yang pergi, demikian juga, pada suatu hari, pada hari gilirannya, sahabatku pergi.
Sekembalinnya, dia mengetuk pintu rumahku dengan keras serta berkata: adakah umar didalam? Aku
terkejut lalu keluar mendapatinya, ia menerangkan bahwa telah terjadi suatu keadaan penting. Rosul telah
mentalak isteri-isterinya. Aku berkata: memang sudah kuduga terjadi peristiwa ini, sesuadah saya
bersembahyang subuh, saya pun berkemas lalu pergi. Sesampai dikota, saya masuk kerumah hafshah. Saya
dapati dia sedang menangis, maka saya bertanya: apakah engkau telah ditalak oleh rosul? Hafshah menjawab:
saya tak tahu. Sejurus kemudian saya masuk ke bilik nabi, sambil berdiri saya berkata: apakah anda telah
mentalak isteri-isteri anda? Nabi menjawab: tidak. Dikala saya pun mengucapkan Allahu Akbar!
Riwayat ini menerangkan, bahwa para sahabat sangat benar memperhatikan gerak-gerik
nabi dan sangat benar memerlukan untuk mengetahui segala apa yang disabdakan nabi, mereka
meyakini, bahwa mereka diperintahkan mengikuti dan mentaati nabi.
Kabilah-kabilah yang tinggal jauh dari kota madinah selalu mengutus salah seorang
anggota nya pergi mendatangi nabi untuk mempelajari hukum-hukum agama. Dan sepulang
mereka dari kampungnya, mereka segera mengajar kawan-kawannya sekampung.
Diberitakan albukhari dalam shahihnya dari uqbah ibn la-harits, bahwa seorang wanita
menerangkan kepadanya (‘uqbah) bahwa dia telah menyusui uqbah dan isterinya, mendengar itu
uqbah yang dikala itu berada dimekah terus berangkat menuju ke madinah.
13 | P a g e
Sesampai kepada nabi, uqbah pun bertanya tentang hukum ALLAH mengenai seseorang
yang memperistrikan saudara susunya, tanpa mengetahuinya, kemudian baru diterangkan oleh
yang menyusui mereka. Maka nabi menjawab kaifa wa qad qila yang artinya betapa, padahal telah
diterangkan orang.
Diriwayatkan oleh malik dari atha ibn yassar bahwa seorang lelaki dari sahabat
mengirimkan istrinya untuk bertanya kepada rosul tentang hukum mencium isteri dikala
berpuasa, maka ummu salamah memberitahukan kepada wanita yang bertanya itu, bahwa nabi
pernah menciumnya dikala beliau sedang berpuasa. Wanita tersebut menerangkan hal itu kepada
suaminya. Maka suaminya itu berkata: “aku bukan seperti rosulallah, ALLAH menghalalkan bagi
rosulnya apa yang dikehendaki.”
Para sahabat menerima hadist (syariat) dari rosul. Adakala langsung dari beliau sendiri,
yakni mereka langsung mendengar sendiri dari nabi, baik karena ada sesuatu soal yang dimajukan
oleh seseorang lalu nabi menjawabnya, ataupun karena nabi sendiri yang memulai pembicaraan,
adakala tidak langsung yaitu menerima dari sesama sahabat yang telah menerima dari nabi, atau
mereka menyuruh seseorang bertanya kepada nabi, jika mereka sendiri malu bertanya.
14 | P a g e
b). karena orang arab, disebabkan mereka tak pandai menulis dan membaca tulisan
kuat berpegang kepada kekuatan hafalan dalam segala apa yang mereka ingin menghafalnya.
c). karena dikhawatirkan akan bercampur dalam catatan sebagian sabda nabi dengan
alquran dengan tidak sengaja.
Sudah dapat difahamkan bahwa dalam abad pertama hijrah, mulai dari zaman
rasul, masa khalifah rasyidin dan sebagian besar zaman amawiyah, yakni hingga akhir
abad pertama hijriah, hadist-hadist itu berpindah mulut dari mulut ke mulut. Masing-
masing perawi meriwayatkan berdasarkan kepada kekuatan hafalannya.
Pada masa itu mereka belum terdorong untuk membukukannya. Hafalan mereka
terkenal kuat, diakui sejarah kekuatan hafalan para sahabat dan tabi’in itu. Dikala kendali
khalifah di pegang oleh umar ibn abdil aziz yang dinobatkan dalam tahun 99 hijriah
seorang khalifah dari dinasti amawiyah yang terkenal adil dan wara’. Sehingga beliau
dipandang sebagai khalifah rasyidin yang kelima, tergeraklah hatinya untuk membukukan
hadits. Beliau sadar bahwa para perawi yang membendaharakan hadist dalam kepalanya,
kian lama kian banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak segera dibukukan
dan dikumpulkan dalam buku-buku hadist dari para perawinya, mungkinlah hadist-hadist
itu akan lenyap dari permukaan bumi dibawa bersama oleh para penghafalnya ke alam
barzah.
15 | P a g e
j). di mesir, al laits ibn saad (175 hijriah)
a). altarghib, susunan alhafidh albdul adhim ibn abdil qawy ibn Abdullah
almundziry (656 H).kitab ini salah sebuah kitab yang paling baik caranya dalam
mengumpulkan hadist dan menerangkan derajatnya. Alangkah baiknya sekirannya
semua kitab hadist disusun menurut tarikah ini.
b). muntaqal akbar fil ahkami, susunan majduddin abul barakat abdis salam
ibn abdillah ibn abil qasim alharrany (652 H)
a). jami’ul masanid was sunan alhadi ila aqwani sanan susunan alhafidh ibnu
katsir (774 H)
b). alilman fi ahaditsil ahkam, susunan al imam ibnu daqiqil ied (707 H), kitab
ini telah disyarahkan oleh pengarangnya dalam kitab al imam.
a). ith haful khiyar bi zawaidil masanidil asyrah, susunan Muhammad ibn abu
bakr albaghawy (804 H) dalam kitab ini diterangkan zawaid yang tak terdapat
dalam kitab 6, yang diambil dari musnad ath thayalisy, al humaidy, musnad
musaddad ibn musarhad, musnad muhammad ibn yahya ibn amer aladany,
musnad ibn rahaweh, musnad ibn abi syaibah, ahmad ibn mani’, musnad ahmad
ibnu humaid, musnad alharits ibn Muhammad ibn abi salamah dan musnad abu
ya’la almushily
16 | P a g e
b). bulughul haram, susunan alhafidh alasqalany, didalamnya dikumpulkan
sejumlah 1.400 hadist
c). majma’uzzawaid wa mamba’ul fawaid, susunan alhafidh abil hasan ali ibn
abi bakr ibn sulaiman asy syafi’y alhaitamy (1303 H)
17 | P a g e
Ma’mun menjawab: “ pada tahun 250 H. “ mendengarkan itu ibnu hibban berkata “
hisyam meninggal dunia tahun 245 H”
Di ketika Abdullah ibn ishaq al kirmany, menerangkan bahwa ia ada mendengar hadist
dari Muhammad ibn yacub, ditolak dakwaannya dengan alas an bahwa Muhammad ibn
yacub itu meninggal dunia 9 tahun sebelum Abdullah ibn ishaq lahir.
Pokok pegangan kita dalam menghadapi soal ini tarikh rijal, seperti: kitab mizanul I’ tidal
karangan adz dzahaby.
4. keadaan perawi-perawi sendiri serta dorongan membuat hadist, dapat diketahui,
bahwa hadist maudlu dengan memperhatikan keadaan-keadaan karinah yang mengelilingi
perawi kala ia meriwayatkan hadist tersebut.
Diriwayatkan oleh hakim dalam kitab nya dari saif ibn amer ath thayiby ujarnnya: “ pada
suatu hari kami berada di tempat sa’ad ibn tharif maka datanglah anaknya terengah-engah sambil
menangis. Saad bertanya mengapa engkau? Anaknya menjawab saya dipukul oleh guru dikala itu
saad mengeluarkan sebuah hadist, seraya berkata, saya akan menjelekan pekerjaan itu”
diriwayatkan kepadaku oleh ikrimah dari abbas dari nabi:
“guru anak-anak itu adalah orang-orang yang paling buruk pekerjaannya dari kami. Mereka paling kurang
merahmati anak-anak yatim dan paling kesat hatinya terhadap orang-orang miskin”
18 | P a g e
g). menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan yang
sangat kecil, atau siksa yang sangat besar, terhadap suatu perbuatan yang kecil.
19 | P a g e
Banyak ayat alquran dan hadist yang memberikan pengertian bahwa hadist itu merupakan
sumber hukum islam selain alquran yang wajib diikuti baik dalam bentuk perintah maupun
larangannya. Berikut adalah uraian kedudukan hadist sebagai sumber hukum islam dari melihat
beberapa dalil, naqli maupun aqli.
َب َّ ََمن
ِ َٱلط ِي ِ يث َ َعلَ َٰىَ َماَ۟أَنتُم
َ ِعلَي ِهَ َحت َّ َٰىَيَ ِميزَ َٱل َخب َ َ ََٱَّللَُ ِليَذَ َرَٱل ُمؤ ِمنِين
َّ ََ َّماَ َكان
ََ۟س ِل َِهۦَ َمن
ُ نَر ِ َِٱَّللََيَجتَب
ُّ ىَم َّ َو َٰلَ ِك َّن
َ بِ علَىَٱلغَي َ ََٱَّللَُ ِليُط ِل َع ُكم
َّ ََو َماَ َكان
َ َس ِل َِهۦَ َو ِإنَتُؤ ِمنُواَ۟ َوتَتَّقُواَ۟فَلَ ُكمَأَجر
َع ِظيم ُ َو ُر َّ امنُواَ۟ ِب
َ ِٱَّلل ِ ََٔيشَا۟ ُءََ۟فَـ
(Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah
memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang
besar.) QS. Ali imran (3): 179
Dalam QS. ALI IMRAN diatas, ALLAH SWT memisahkan antara orang-orang mukmin
dengan orang-orang yang munafik, dan akan memperbaiki keadaan orang-orang mukmin dan
memperkuat iman mereka. Oleh karena itulah orang mukmin dituntut agar tetap beriman kepada
ALLAH SWT dan rasulnya. Sedang pada QS. ANNISA, ALLAH SWT menyeru kaum muslimin
agar mereka tetap beriman kepada ALLAH SWT dan rasulnya, alquran dan kitab yang
diturunkan sebelumnya, kemudian pada akhir ayat ALLAH SWT mengancam orang-orang yang
mengingkari seruannya.
Selain ALLAH memerintahkan umat islam agar percaya kepada rasul juga menyerukan
agar menaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya baik berupa
20 | P a g e
perintah maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh kepada ALLAH SWT. Banyak ayat alquran
yang berkenaan dengan masalah ini:
“katakanlah! Taatlah kalian ALLAH dan rasulnya; jika kamu berpaling maka sesungguhnya ALLAH
tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. ALI IMRAN:3 (32))
Dari beberapa ayat alquran diatas tergambar bahwa setiap ada perintah taat kepada
ALLAH SWT. Dalam alquran selalu diiringi dengan perintah taat kepada rasul nya. Demikian
pula mengenai peringatan karena durhaka kepada ALLAH SWT. sering disejajarkan dengan
ancaman karena durhaka kapada rasul. Bentuk bentuk ayat ini menunjukan betapa pentingnya
kedudukan penetapan kewajiban taat terhadap semua yang disampaikan oleh rasul. Cara cara
penyajian ALLAH SWT seperti ini hanya diketahui oleh orang yang menguasai bahasa arab dan
memahami ungkapan ungkapan serta pemikiran pemikiran yang terkandung didalam memahami
maksud tersebut.
Dari sinilah sebetulnya dapat dinyatakan bahwa ungkapan wajib taat kepada rasul dan
larangan mendurhakainya merupakan suatu kesepakatan yang tidak diperselisihkan oleh umat
islam.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al Quran. Dalam perkembangan
dunia yang serba global ini, berbagai ketidakpastian selalu menerpa kehidupan umat manusia
sehingga banyak orang yang bingung dan menemui kesesatan.
Barangsiapa yang memegang teguh kedua pusakan tersebut, dia akan selamat di dunia
dan di akhirat. Manusia yang berpedoman kepada hadis akan selamat. Maksudnya, ia senantiasa
menjalankan kehidupan ini sesuai dengan Al Quran dan hadis Rasulullah SAW
Hadist sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran islam, mengandung sunnah (tradisi) nabi
Muhammad SAW sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan atau persetujuan secara
diam dari nabi.
21 | P a g e
Berlainan hal dengan alquran, hadist tidak dikenal dicatat tidak dihafal dizaman nabi.
Alasan yang selalu dikemukakan ialah bahwa pencatatan dan penghafalan hadist dilarang nabi,
karena dikhawatirkan bahwa dengan demikian akan terjadi pencampurbauran antara alquran
sebagai sabda tuhan dengan hadist sebagai ucapan-ucapan nabi. Ada disebut bahwa umar ibn
alkhatab khalifah kedua berniat untuk membukukan hadist nabi tetapi karena takut akan terjadi
kekacauan antara alquran dan hadist, niat itu tidak jadi dilaksanakan.
Karena hadist tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah dapat diketahui
dengan pasti mana hadist yang betul-betul berasal dari nabi dan mana hadist yang dibuat-buat.
Abu bakar dan umar sendiri, walaupun mereka sezaman dengan nabi, bahkan 2 sahabat yang
terdekat dengan nabi, tidak begitu saja menerima hadist yang disampaikan kepada mereka. Abu
bakar meminta supaya dibawah saksi yang memperkuat hadist itu berasal dari nabi, dan ali bin abi
thalib meminta supaya pembawa hadist bersumpah atas kebenarannya.
Dalam pada itu jumlah hadist yang dikatakan berasal dari nabi bertambah banyak,
sehingga keadaannya bertambah sulit membedakan mana hadist yang orisinal dan mana hadist
yang dibuat-buat. Diriwayatkan bahwa bukhari mengumpulkan 600.000 hadist, tetapi setelah
mengadakan seleksi, yang dianggapnya hadist orisinal hanya 3.000 dari yang 600.000 hadist tadi.
Tidak ada kesepakatan kita antara umat islam tentang keorisinalan semua hadist dari nabi,
jadi berlainan dengan ayat-ayat alquran yang semuannya diakui oleh seluruh umat islam adalah
wahyu yang diterima nabi dan kemudian beliau teruskan kepada umatnya, dalam keorisinalan
hadist terdapat perbedaan antara umat islam oleh karena itu kekuatan hadist sebagai sumber
ajaran-ajaran islam tidak sama dengan kekuatan alquran. Inilah dua sumber asli dari ajaran-ajaran
islam dalam segala aspeknya.
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
22 | P a g e
Banyak yang dapat kita petik dari apa yang nabi Muhammad SAW sabda kan yang pada
zaman ini para umat sering menyebutnya dengan sebutan sunnah atau hadist. Karena pada dasar
nya nabi Muhammad SAW adalah wujud kesempurnaan, meskipun beliau adalah manusia tapi ia
diberikan kesempurnaan baik itu dari segi perbuatan, tutur bahasa, maupun akhlak terpuji yang
beliau miliki. Oleh karena itu sudah sepantasnya lah kita sebagai pengikut ajaran beliau (umat)
harus mengikutin apa-apa yang telah nabi Muhammad katakan dan apa-apa yang telah nabi
Muhammad ajarkan melalui sabda beliau maupun melalui perbuatan beliau semasa hidupnya.
Hadist mengajarkan kita banyak hal, seperti halnya alquran nulkarim hadist pun
mengajarkan kita untuk senantiasa berbuat baik. Baik itu terhadap keluarga maupun terhadap
masyarakat sekitar bahkan terhadap diri kita sendiri Ini lah keistimewaan hadist.
Oleh karena itu sudah sepatutnya lah hadist yang di sampaikan oleh nabi Muhammad ini
kita jadikan pedoman hidup (pegangan hidup) agar kita menjadi orang yang selalu beriman dan
beramal soleh setiap waktu dan setiap saat. Karena hanya dari alquran dan hadist nabi
Muhammad saja lah kita berpedoman karena kedua nya merupakan ruh atau jatidiri dari ajaran
islam dari dulu sampai detik ini. Diharamkan bagi seorang muslim untuk berpedoman selain dari
2 pedoman hidup yang telah disebutkan diatas. Ini lah islam begitu sempurnanya islam ajaran
yang rahmatan lil alamin, tiada ajaran yang sesempurna ajaran yang diwahyukan oleh ALLAH
SWT yaitu islam.
Tugas kita saat ini sebagai pengikut (umat) beliau adalah tidak lain tidak bukan menjaga
ke-shahih-an hadist dan alquran yang telah diwahyukan ALLAH SWT agar terhindar dari campur
tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang dapat membelokkan arti maupun makna
dari hadist dan alquran itu sendiri dan juga harus menerapkan apa yang telah diajarkan oleh
hadist dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
maupun bernegara. Agar kita senantiasa menjadi muslim yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
juga bagi orang banyak umumnya.
- Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
23 | P a g e
ASH SHIDDIEQY Tengku Muhammad Hasbi, Sejarah dan pengantar ilmu hadist – cet. 11,
Jakarta: Bulan Bintang, 1993
SAHRANI Sohari, Ulumul hadist – cet. 2, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015
SUPARTA Munzier, Ilmu hadist – ed. Revisi. Cet. 4, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
SYAFE’I Rachmat, Alhadist (aqidah, akhlak, social, dan hukum) – ed. Revisi. Cet. 2, Bandung:
Pustaka Setia, 2003
HAMBAL Imam Ahmad Ibn, Hadist-hadist imam ahmad, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009
Laman internet:
http://bicarathtl.forumms.net/t2256-memahami-hadits-solatlah-kamu-sebagaimana-kalian-melihat-aku-solat-
menurut-perspektif-mazhab
https://inspiring.id/sumber-hukum-islam/
http://www.ebdulhamed.com/2013/07/fungsi-hadist-sebagai-sumber-hukum-islam.html
24 | P a g e