Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kerja Praktik/Seminar pada Semester V
Disusun oleh:
NADZER TURKI SANDI SAPUTRA
NIM. 15171101
Proses pembuatan air baku dilakukan oleh peralatan Desalination Plant. Raw water yang
telah diproses menjadi air make up sangat dibutuhkan dalam membangkitkan energi listrik
terutama pada peralatan boiler untuk menghasilkan uap jenuh. Desalination plant
merupakan salah satu peralatan di Balance of Plant (BOP) yang mendukung dalam
membangkitkan energi listrik. PLTGU Muara Tawar dilengkapi dengan 2 unit Desalination
Plant untuk memenuhi kebutuhan air baku, dengan kapasitas produksi 40 ton/jam atau 100
ton/hari. Desalination plant yang ada menggunakan sistem destilasi Multi Stage Flash
Destillation dimana didesain secara spesifik dan diproduksi berdasarkan kebutuhan
Pembangkit Listrik Muara Tawar.
Kata kunci: Raw Water, Balance of Plant, Desalination Plant
ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh :
NADZER TURKI SANDI SAPUTRA
NIM. 151711018
Laporan Kerja Praktik ini telah diterima, disetujui, dan disahkan menjadi syarat
menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik.
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Bandung
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
anugrah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktik di PT PJB UNIT
PEMBANGKITAN MUARA TAWAR serta dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini
dengan baik.
Laporan ini dirumuskan dalam judul “ANALISIS SISTEM DESALINATION
PLANT UNIT 2 PT PJB UNIT PEMBANGKITAN MUARA TAWAR” sebagai salah
satu syarat kelulusan mata kuliah Kerja Praktik di Jurusan Teknik Konversi Energi. Adapun
tujuan dilaksanakannya kerja praktik ini, yaitu untuk menambah pengetahuan tentang dunia
kerja, membangun pengalaman nyata di dunia industri, dan membentuk kemampuan
berkomunikasi yang baik.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak keurangan dalam penyusunan
laporan Kerja Praktik ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan hasil yang lebih baik.
Akhir kata, semoga hasil penyusunan laporan Kerja Praktik ini dapat memberikan
manfaat dan berguna bagi para pembaca serta pihak-pihak yang membutuhkan dan
khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
v
18. Serta berbagai pihak yang membantu penulisan laporan kerja praktik ini yang
penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................ ii
vii
2.5.1 Flashing Stage ............................................................................................... 24
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 48
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan bakar dalam pembangkit merupakan unsur yang sangat penting dikarenakan
bahan bakar dijadikan sumber energi yang digunakan untuk memutar turbin dan
menghasilkan listrik. Bahan bakar yang di gunakan dalam pembangkit biasanya yaitu batu
bara, gas, minyak bumi, dan lain-lain. Bahan bakar yang digunakan di PT PJB Unit
Pembangkitan Muara Tawar yaitu HSD dan gas, tetapi untuk sekarang hanya gas saja yang
digunakan karena pasokan HSD dan lebih ekonomis dibandingkan dengan HSD. Berikut
grafik penggunaan bahan bakar semala kurun waku 3 bulan.
5650000
5600000 5572249.78
5550000
5500000
5450000
agustus september oktober nopember
Bulan (2016)
11
terlebih dahulu yang dibutuhkan adalah air tawar. Dikarenakan sulitnya mendapatkan air
tawar sebagai bahan baku produksi listrik, maka dari itu rata-rata banyak PLTU yang
terdapat di tepi pantai mengolah air laut menjadi air tawar di Desalination Plant.
Desalinasi atau Desal adalah Plant yang digunakan untuk menolah air laut untuk
dijadikan air tawa/air baku produksi. Air tawar tersebut diperoleh dengan cara evaporasi.
Untuk memperoleh air tawar yang maksimal, maka diperlukan system control yang
terkondisikan agar proses evaporasi berlangsung sempurna.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami kerja sistem pembangkitan PT PJP Unit Pembangkitan Muara Tawar
2. Memahami komponen, fungsi dan kinerja sistem Desalination Plant secara
menyeluruh.
3. Menganalisis performance Desalination Plant.
Mengingat banyaknya cakupan bahasan dalam laporan Kerja Praktik ini, penulis
membatasi pada mekanisme sistem pengolahan air laut menjadi air tawar, khusunya
Desalination Plant unit 2 blok 1 di PT PJB Unit Pembangkitan Muara Tawar.
12
1.5 Metode Penelitian
Dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, terdapat beberapa metoda yang
digunakan untuk mendapat informasi pada saat melakukan penyusunan dan analisis data.
Beberapa metoda tersebut, antara lain:
1. Studi Literatur
2. Studi Lapangan
Mencari informasi dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses
yang terjadi di lapangan. Kegiatan ini meliputi pengarahan, penjelasan, tanya jawab
dan konsultasi dengan pembimbing lapangan atau operator yang ada di lokasi.
3. Diskusi dan Analisis Pembahasan
Melakukan diskusi bersama-bersama dengan kelompok kerja praktik, teman kelas
dan pembimbing, sehingga didapat kesimpulan dan saran perbaikan yang sesuai
dengan disiplin ilmu.
13
Gambar I.2. PLTGU Muara Tawar
(Dokumen pribadi penulis)
Pada tahun 1997-1999 PLTGU Muara Tawar masih menjadi aset PT PLN,
pembangkit Jawa Bali (PJB) ditunjuk untuk mengoperasikan dan memelihara pembangkit
tersebut. Pada tahun 2000 PLTGU Muara Tawar resmi menjadi aset PT PJB dan berada
dibawah UP Muara Karang. Kemudian pada bulan Juni 2003 terbentuk Unit pembangkit
Muara Tawar yang sepenuhnya mengoperasikan dan memelihara pembangkit PT PJB.
Kegiatan UP Muara Tawar adalah memproduksi energi listrik dengan total daya
terpasang 2050 MW yang terdiri dari blok I (3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG), 3 unit Heat Recovery Steam Generator (HRSG), 1 unit PLTU), blok II (2 unit
PLTG), blok 3 (3 unit PLTG), blok 4 (3 unit PLTG), dan blok 5 (1 unit PLTG, 1 unit
HRSG, 1 unit PLTU)
Pada tahun 2004 triwulan III, UP Muara Tawar mampu memproduksi 2.167 GW
yang disalurkan ke jaringan 500KV ke system interkoneksi Jawa Bali. Organisasi Unit
Pembangkit (UP) Muara Tawar terpisah dengan Unit Pemelihara (UHAR) Muara Tawar
sehingga organisasi unit pembangkit yang terbentuk menjadi organisasi lean & clean dan
hanya mengoperasikan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik.
Karyawan adalah citra perusahaan sehingga UP Muara Tawar menaruh perhatian
khusus kepada pegawai dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan agar menjadi SDM
yang profesional disamping dapat meningkatkan kinerja juga memberikan citra perusahaan
yang sehat, terpercaya, dan mandiri.
14
Pembangkit berwawasan lingkungan sudah menjadi tujuan dalam mengoperasikan
PLTGU Muara Tawar. Gas Turbin (GT) 13E2 menggunakan Environment Burner (EV)
Low NOx, sehingga gas buang memenuhi standar baku mutu lingkungan.
UP Muara Tawar melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap
komponen:
a. Fisika/Kimia meliputi peralatam cair dan limbah padat melalui Waste Water
Treatment Plant (WWTP)
b. Kualitas air sesuai dengan parameter yang diperuntukan Water Treatment Plant
c. Kualitas emisi gas buang dari HRSG dengan parameter sesuai buku mutu yang
ditetapkan oleh Departemen Lingkungan Hidup.
d. Sosial ekonomi dan budaya yang meliputi pariwisata dan penghijauan disekitar
plant.
Disamping itu dalam mengendalikan polusi udara dan air disekitar UP Muara
Tawar dilengkapi dengan alat pemantau/pengendali emisi udara dan air yang meliputi:
a. Cerobong yang cukup tinggi pada semua unit, sehingga dispersi gas buang terjadi
pada wilayah yang luas dan akan mengurangi kadar polutannya.
b. Netralisasi limbah cair, menghilangkan kadar logam berat oleh, normalisasi ph air
sebelum dialirkan kembali ke laut agar tidak terlalu basa.
c. Oil separator untuk memisahkan minyak atau oli yang tercampur pada air buang yang
berasal dari bunker.
d. Air pendingin keluar dari kondensor dibuat panjang dan bertingkat untuk
menurunkan suhu air pendingin.
15
1.6.1 Tujuan Perusahaan
ketenagalistrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan
prinsip-prinsip Perseroan terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, PJB
- Penyedia tenaga listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang ekonomis,
- Usaha yang berkaitan dengan kegiatan dalam rangka memanfaatkan secara maksimal
PJB menetapkan visi sebagai pedoman dalam arah pengembangan, posisi bisnis
yang akan dicapai dan bagaimana harapan-harapan yang akan datang diraih. Sesuai
kebijakan manajemen 6 Oktober 2009 maka, PJB telah memperbaharui visi misinya
sebagai berikut:
Visi:
Misi:
16
- Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola
pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practice dan ramah
lingkungan.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
PLTGU adalah sebuah pembangkit listrik dimana prosesnya terdiri dari dua yaitu
proses dengan menggunakan Turbin Gas dan Turbin Uap. Biaya produksi dari PLTGU
apabila menggunakan bahan bakar yang sama akan lebih murah biayanya dibandingkan
hanya dengan Turbin Gas saja.
Komponen-komponen utama PLTGU adalah:
1. Turbin Gas; terdiri atas Compressor, Combustor Chamber, Turbin Gas dan Generator.
2. Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
3. Turbin Uap; terdiri atas High Tekanan dan Low Tekanan Turbine, Condensor, dan
Generator.
Adapun proses produksinya terdiri atas dua yaitu dengan menggunakan Turbin Gas saja
yang sering disebut dengan proses Open Cycle dan dengan menggunakan Turbin Gas dan
Turbin Uap yang sering disebut dengan Combined Cycle dan inilah prinsip PLTGU.
Prinsip kerjanya yaitu dalam suatu proses pembakaran harus membutuhkan tiga hal
yaitu Bahan Bakar, Udara dan Api. Udara luar dimasukkan ke ke kompressor untuk
18
dikompressi sehingga tekanannya akan meningkat, udara yang telah dikopresi ini kemudian
dimasukkan ke combustion chamber (ruang bakar), didalam ruang bakar terdapat prinsip
segitiga api, dimana akan ada proses pembakaran udara oleh bahan bakar berupa Gas, setelah
dipicu oleh alat pemicu (igniter) sehingga akan menghasilkan gas yang bertekanan tinggi.
Gas hasil pembakaran ini kemudian dialirkan ke turbin untuk menggerakkan sudu-sudu dari
turbin. Karena turbin pada satu poros dengan generator mkan merubah energi mekanikaka
ketika turbin berputar dan akan merubah energi mekanik yang dihasilkan oleh turbin menjadi
energi listrik.
Gas buang dari sebuah operasi PLTG yang masih mempunyai temperatur tinggi
dimanfaatkan kembali untuk menguapkan air pada HRSG (heat recovery steam generator).
Air kondensat dari kondensor dialirkan ke pre heater sebagai proses pemanasan awal. Dari
pre heater air akan dialirkan ke dalam deareator, fungsi dari deareator ini adalah untuk
menghilangkan kandungan O2 dalam air dengan cara diinjeksi dengan hidrazin (N2H4). Air
yang keluar dari deareator dibagi menjadi dua aliran yaitu aliran low pressure (LP) dan high
pressure (HP). Untuk LP, air dari deareator dimasukkan ke dalam LP economizer untuk
dipanaskan lebih lanjut, kemudian air akan dialirkan ke LP drum untuk memisahkan antara
air dan uap yang telah terbentuk. Dari LP drum air akan akan dimasukkan ke dalam LP
evaporator untuk proses penguapan air. Air yang keluar dari evaporator telah menguap, uap
LP ini kemudian dialirkan ke LP steam turbin. Sedangkan untuk HP, air dari deareator akan
dialirkan kedalam HP economizer 1 dan HP economizer 2, dari HP economizer 2 air
kemudian dialirkan ke HP drum. Dari HP drum air diuapkan di dalam HP evaporator. Uap
yang telah terbentak di dalam evaporator kemudian dialirkan ke HP superheater 1 dan 2,
fungsinya adalah memanaskan kembali uap yang telah terbentu menjadi uap superheated
(uap kering). Uap superheated ini kemudian dialirkan ke HP turbin uap, untuk memutar
sudu-sudu turbin. Uap bekas dari HP turbin uap kemudian dialirkan ke LP turbin uap dan
bersama-sama dengan LP steam akan memutar LP turbin uap. Seperti pada GT, turbin pada
ST juga dikopel dengan generator sehingga ketika turbin berputar maka secara otomatis
generator juga akan berputar dan akan merubah energi mekanik dari turbin menjadi energi
listrik. Uap bekas dari LP turbin uap kemudian dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi
menjadi air dan akan dimasukkan kembali ke HRSG.
19
2.2 Kebutuhan air pembangkit
Air merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah pembangkit. Air yang
digunakan oleh pembangkit-pembangkit merupakan air demineralisasi yang diperoleh dari
air tawar. Hal dilakukan agar alat-alat pada siklus PLTGU tidak mengalami korosi
(berkarat). Dikarenakan sulitnya mendapatkan air tawar dalam jumlah banyak dan sebagai
upaya agar persediaan air tawar selalu mencukupi kebutuhan dalam pembangkit, maka air
laut diunakan sebagai sumber pembentuknya. Oleh karena itu sebuah pembangkit harus
memiliki sistem desalinasi yang baik dan terjaga kualitas air yang dihasilkan.
Pada proses distilasi, air laut dipanaskan untuk menguapkan air laut dan kemudian uap
air yang dihasilkan dikondensasi untuk memperoleh air tawar. Proses ini menghasilkan air
20
tawar yang sangat tinggi tingkat kemurniannya dibandingkan dengan proses lain. Air laut
mendidih pada suhu 100°C pada tekanan atmosfer, namun dapat mendidih di bawah 100°C
apabila tekanan diturunkan. Penguapan air memerlukan panas penguapan berupa panas
latent yang terkandung dalam uap yang dihasilkan. Sebaliknya pada saat uap menyembur
panas latentnya dilepaskan yang dapat memanasi air laut/baku umpan sebagai pemanasan
pendahuluan (preheating) atau menguapkannya.
Pada proses thermal terjadi distilasi (penyulingan), yang mendidihkan air masukan dan
kemudian mengkondensasikan uap yang terjadi. Proses ini menghasilkan air bersih (distilat)
dengan kadar garam sangat rendah, sekitar 10 ppm (Nugroho, 2004). Air laut digunakan
sebagai bahan baku air tawar dan sebagai air pendingin dalam hal ini jumlah air laut yang
diperlukan sebesar 8 sampai 10 kali dari air tawar yang dihasilkan. Steam dari boiler atau
sumber lainnya dapat digunakan sebagai media pemanas dan suatu rancangan akan
memerlukan jumlah steam 1/6 sampai 1/8 dari air yang dihasilkan (Nugroho, 2004).
Perbandingan jumlah produksi air tawar terhadap jumlah panas steam yang diperlukan
disebut Performance Ratio atau Gained Output Ratio (GOR).
Desalination Plant (Unit Desal) adalah unit sistem peralatan yang berfungsi untuk
menghilangkan kandungan garam (salt) atau memurnikan air laut (seawater) menjadi air
tawar (fresh water) dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi).
Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi kandungan garam
terlarut dari air garam hingga level tertentu, sehingga air menjadi air tawar. Proses desalinasi
melibatkan tiga aliran cairan, yaitu air umpan berupa air laut, produk bersalinitas rendah
berupa air distilat, dan konsentrat bersalinitas tinggi berupa brine. Produk proses desalinasi
umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/L, yang
dapat digunakan untuk keperluan domestik dan industri. Hasil sampingan dari proses
desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 34.000
mg/L garam terlarut).
Proses Desalinasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu Desalinasi Non Termal dan
Termal Desalinasi.
21
Gambar II.3 Klasifikasi Proses Desalinasi
(Sumber: El-Dessouky & Ettouney, 2002)
a. Desalinasi Non Termal
Desalinasi non termal ini juga biasa disebut desalinasi membran. Proses desalinasi
dengan menggunakan membran semipermeable dikenal dengan proses Reverse
Osmosis (RO). Dimana air tawar dipisahkan di bawah tekanan tinggi melalui
membran semipermeable lalu terpisah dari larutan air garam yang konsentrasinya
tinggi. Proses membran lainnya adalah Elektrodialisis (ED). Dalam proses ini ion
garam bermuatan listrik dipisahkan dari air bersalinitas rendah (air distilat) melalui
membran penukar ion. Dengan demikian, air garam berkonsentrasi tinggi terpisah di
sisi lain.
b. Desalinasi Termal
Pada desalinasi termal, air laut akan dipanaskan agar air tawar yang terkandung di
dalamnya mendidih dan menguap, kemudian uapnya diembunkan untuk memperoleh
air tawar. Proses desalinasi ini dapat menghasilkan air tawar berkualitas tinggi
dibandingkan dengan kualitas air tawar yang dihasilkan oleh proses lain. Pada
tekanan 1 atm air akan mendidih dan menguap pada suhu 100°C. Namun air di dalam
alat penguap, air akan mendidih dan menguap pada suhu kurang dari 100°C bila
tekanan di dalam evaporator dalam keadaan vakum atau di bawah 1 atm. Kemudian
akan dikondensasikan hingga terbentuk produk berupa air tawar atau air distilat.
22
Sedangkan sisa air yang tidak teruapkan adalah air dengan kandungan garam jenuh
atau brine dan akan dibuang kembali ke laut. Yang termasuk ke dalam desalinasi
secara termal yaitu Multi Stage Flashing (MSF), Multiple Effect Evaporation (MEE),
dan Single Effect Evaporation (SEE). Proses konvensional untuk Single Effect
Evaporation adalah Mechanical Vapour Compression (MVC). Untuk multiple effect
evaporation terdiri dari dua sistem utama. Yang pertama adalah Thermal Vapour
Compression (TVC) dan yang kedua adalah Mechanical Vapour Compression
(MVC).
Dalam proses MSF, air laut disalurkan ke dalam vessel yang dinamakan brine heater
untuk dipanaskan. Air laut yang sudah dipanaskan kemudian dialirkan ke stage. Di tempat
ini tekanan dikondisikan menjadi lebih rendah dari stage sebelumnya. Hal ini bertujuan
untuk menyebabkan air laut yang masuk menjadi mendidih secara mendadak (flashing) dan
menyebabkan terjadinya uap air. Dan uap air ini akan dikondensasi untuk menjadi air produk
distilat. Proses ini akan terus berlanjut pada stage berikutnya sampai air menjadi dingin dan
tidak menghasilkan uap air lagi. Biasanya stage ini berjumlah 10 sampai 25. Penambahan
jumlah stage akan menambah capital cost dan menambah rumit pengoperasian. Uap air yang
dihasilkan dari flashing ini dikondensasi pada tube-tube yang ada pada tiap stage. Tube
bundle ini juga berfungsi untuk mengalirkan air laut masukan ke dalam brine heater. Pada
proses kondensasi ini juga akan menghangatkan air laut masukan dan menaikan temperatur
air laut masukan, sehingga jumlah energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air laut
masukan di brine heater menjadi lebih kecil. Suhu maksimum (Top Brine Temperatur) dari
air laut yang keluar dari brine heater adalah 90-110°C.
MSF Desalination Plant dibagi menjadi dua model yaitu desain MSF Once-through
(MSF-OT) dan desain MSF Brine circulations (MSF-BC). Studi untuk perbandingan
keduanya sudah dilakukan (Helal, 2004) yang meliputi desain, pemodelan steady state dan
optimasi dari kedua desain. MSF-OT terdiri dari bagian evaporasi (heat recovery) dan brine
heater dan juga susunan condeser tubes. MSF Brine recirculation terdiri dari brine heater,
heat recovery section dan heat rejection section. Peran dari rejection section adalah untuk
membuang surplus energi termal dari plant, sehingga pendinginan produk distilat dan
concentrated air garam dapat diturunkan ke suhu serendah mungkin. Juga susunan condenser
23
tubes akan memungkinkan proses untuk menggunakan konfigurasi Long Tube (LT)-brine
circulation atau Cross Tube (CT)-brine circulation.
Multi Stage Flash tersusun dari beberapa stage/tahap yang disebut Flashing Stage.
Pada prosesnya MSF beroperasi pada temperatur 30-90 ᵒC. Ini mengindikasikan bahwa
proses yang terjadi pada flashing stage beroperasi pada suhu di bawah 100 ᵒC atau kondisi
vakum. Oleh karena itu, semua tahap dirancang untuk menahan vakum penuh. Dinding,
langit-langit, dan partisi serta casing dari flashing stage terbuat dari baja karbon dengan
stainless steel atau epoxy cadding. Stainless steel digunakan pada lokasi dimana erosi atau
korosi terbentuk. Setiap tahap diperkuat dengan struktur baja stainless dan sangat terisolasi
untuk meminimalkan losses panas. Gambar II.5 menunjukkan bagian-bagian yang terdapat
pada Flashing Stage.
24
a. Gain output ratio (GOR)
Gain output ratio adalah salah satu parameter performa yang digunakan untuk
mengevaluasi proses desalinasi termal. Gain output ratio merupakan perbandingan
total uap yang dikonsumsi terhadap distilat air yang dihasilkan dan dapat dihitung
menggunakan persamaan (1).
𝑚̇𝑑
𝐺𝑂𝑅 = ……(1)
𝑚̇𝑠
25
BAB III
DESKRIPSI OBJEK
Sistem Balanced of Plant merupakan sebuah unit (plant) yang mendukung kerja dari
sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap. BOP bukan merupakan bagian utama dari
sistem PLTGU, tetapi BOP memastikan sistem PLTGU berjalan dengan baik tanpa ada
gangguan.
Fungsi dari BOP antara lain :
1. Sebagai sistem pengambilan dan penyaringan air laut yang akan dipakai dalam sistem
PLTGU
2. Sebagai sumber service water dan make up water
3. Sebagai penghasil zat-zat kimia yang akan dibutuhkan didalam sistem PLTGU
4. Sebagi pengolah limbah yang akan dibuang kembali ke laut
Desalination Plant merupakan salah satu sistem peralatan di Balance of Plant yang
berfungsi merubah air laut menjadi air tawar (air destilasi) untuk menyediakan kebutuhan
air untuk operasional PLTGU Muara Tawar. PLTGU Muara Tawar memiliki 2 unit
Desalination Plant untuk keandalan operasional sistem pembangkit listrik. Pola operasi unit
desalination palnt yaitu 1 unit beroperasi dan 1 unit standby. Desalination Plant dapat
menyediakan kebutuhan air destilasi sebesar 990 ton perhari.
26
Desalination Plant adalah suatu plant yang berfungsi merubah air laut menjadi air tawar
melalui proses pertukaran panas yaitu evaporasi. Air dari proses produksi Desalination Plant
ditampung di Raw Water Tank dengan syarat air tersebut konduktivitasnya dibawah 20
µs/Cm. Kapasitas Raw Water Tank adalah 1.500 KL. Air dari hasil produksi desalination
digunakan untuk :
Cooling & sealing pompa – pompa di BOP disupplai oleh Service Water Pump.
Air penambah injeksi kimia di Desalination dan Aux. Boiler disuplai oleh Service
Water Pump
Untuk keperluan WTP disuply oleh Destilate Pump.
Untuk pemadam kebakaran dipompa oleh Diesel Fire Engine & Electric Fire
Pump.
Dalam proses Desalination Plant media pemanasnya didapat dari uap (Steam), uap tersebut
disupply dari HP Aux. Steam Header atau melalui Aux. Boiler yang akan masuk ke Brine
Heater. Temperatur uap untuk Desalinatiaon Plant adalah 1700 C dengan Tekanan 6,5 Bar.
27
1. DSWP (Desalination Supply Water Pump)
Suatu pompa mensupply air laut dari water Intake menuju tube–tube condensor
evaporator dengan tekanan 5 –6 Bar. Terdapat 2 pompa DSWP, 1 operasi dan 1
standby dengan flow aliran sekitar ±250-358m3/h tergantung load setnya.
2. Strainer
28
3. Brine Heater.
29
4. Flash Chamber
5. Chemical Tank
30
Chemical tank berfungsi sebagai tempat penampung larutan chemical yaitu Kc 550
dan Belite m.18. Kc 550 untuk anti scale/mencegah pengerakan dan pembentukan
garam, dan belite M.18 untuk anti foam/mengurangi gelembung – gelembung air laut
yang dapat menyebabkan carry over. Level tanki dijaga >250 mm. Terdapat
chemical agitator yang berfungsi untuk mengaduk larutan chemical. Kc 550 dan
belite m8 dicampur air dengan takaran yang sesuai agar chemical dpat berfungsi,
kapasitas tangki sekitar1,2 m3.
Chemical Injection Pump adalah pompa jenis torak/piston yang menyuplai larutan
Chemical dengan tekanan ±5-6 bar menuju sisi masuk air laut pada Desalination
Plant. Terdapat 2 pompa chemical injection yaitu 1 operasi dan 1 standby.
31
7. Demister
32
9. Destilate Tank
Gambar III.910.
Destilate Tank
(Sumber: Dokumen pribadi)
Sebagai tempat untuk menampung air kondensasi yang dihasilkan oleh tiap-tiap
stage (stage 1-20) untuk kemudian dipompa oleh Destilate Pump dengan tekanan 4,5
Bar ke Raw Water Tank. Level tanki dijaga 50%, distilate tank terletak di sebelah
stage 20.
33
Destilate pump adalah pompa sentrifugal untuk memompa/suplai air dari destillate
tank menuju ke raw water tank dengan tekanan ± 4,5 bar dan temperatur air destillate
dijaga <39°C.
34
13. Condensate Tank
Uap yang telah terkondensasi didalam brine heater jatuh ke dalam condensate tank
yang terletak dibawah brine heaer. Berufngsi sebagai tempat untuk menampung air
condensate dari uap yang terkondensasi di brine heater.
\
Gambar III.13 Condensate Pump
(Sumber: Dokumen pribadi)
Untuk memompa air kondensasi dari Condesate Tank menuju ST. 14 atau Aux.
Boiler dengan terlebih dahulu melewati Drain Cooler.
35
15. Drain Cooler
Air condensate masih memiliki suhu yang tinggi oleh karena itu perlu didinginkan
terlebih dahulu. Drain cooler berfungsi sebagai tempat untuk mendinginkan air
condensate dengan media air laut dari line ejector kondensor.
36
17. Ejector
Desalination yang digunakan oleh PLTGU Muara Tawa blok 1 adalah tipe Multi
Stage Flash Distilation yang terdiri dari 20 stage. Air laut dari Water Intake dipompa oleh
DSWP dengan tekanan 5-6 Bar, disaring oleh Strainer dari kotoran-kotoran yang yang ada
kemudian menuju Desalination Plant. Air laut sebelum masuk kedalam Flash Chamber
melalui Tube-tube Condensor Evaporator disaring terlebih dahulu oleh Pre Filter (2 buah),
diinjeksi larutan kimia Anti Scale dan Anti Foam. Sebagian air laut digunakan untuk
pendingin pada Ejector Condensor dan Drain Cooler.
Air laut masuk melalui Tube-tube Condensor Evaporator stage 20 menuju Tube-tube
Evaporator stage 1 lalu ke Brine Heater untuk dipanaskan dengan uap laten (uap kering).
Air laut kemudian masuk ke ruang penguapan pertama/ First Stage Evaporator sampai
Last stage Evaporator. Sebagian air laut akan menguap jadi uap dan uap tersebut disaring
oleh Demister. Uap yang mengandung banyak garam akan jatuh ke Brine Chamber. Uap
yang bagus akan terkondensasi oleh Tube-tube Kondensor Evaporator menjadi air. Air
tersebut ditampung di Destilate Chamber/Tray Condensasi lalu mengalir ke Desilate Tank
untuk di pompa ke Raw Water Tank dengan pompa Destilate Pump dengan tekanan 4,5
Bar dengan ketentuan Conductivity <20 µs/ cm. Bila air tersbut Conductivity lebih dari 20
µs/cm maka akan di Dump ke Sea Water Discharge/ laut oleh katup Destilate Level online
Dump Valve. Air laut yang tinggi konsentrasinya/ banyak mengandung garam di Brine
Chamber mengalir ke Brine Blodown Tank dan kemudian dipompa Brine Blodown Pump
dibuang ke Sea Water Discharge/ laut.
Uap panas yang telah memanaskan air laut di Brine Heater terkondensasi menjadi
air dan di tampung di Condensate Tank. Air tersebut akan dipompa oleh Condensate Pump
dengan Tekanan 4 bar melewati Drain Cooler untuk didinginkan dan selanjutnya kembali
ke ST 14/ Aux.Boiler.
System Vacum terdiri atas Ejector dan Ejector Condensor. Fungsi Vakum adalah
mempercepat proses penguapan di Modul/Flash Chamber agar tetap stabil. Besar tekanan
uap untuk Ejector adalah 4,5 bar untuk membuat Vacum – 0,94 Bar Gauge.
38
3.3 Perhitungan Sistem Desalination Plant
𝐺𝑂𝑅 = 5,80
𝑘𝐽
𝑞 = 441,06
𝑘𝑔
c. Menghitung Effektifitas Pemanasan Steam
Effektifitas pemanasan steam merupakan jumlah steam yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg distilat air. Dan dapat dihitung menggunakan persamaan (3)
𝑘𝑔 𝑘𝐽
1,88 𝑥 2559,72
𝑠 𝑘𝑔
𝐶= 𝑘𝑔
11,58
𝑠
𝑘𝐽
𝐶 = 415,87
𝑠
39
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perbedaan antara air laut dan air tawar darat adalah pada segi kuantitas dan kualitas
garamnya. Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), narium
(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari
1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Air laut mempunyai
berbagai macam kandungan elemen yang berbentuk ion-ion, dan air laut mempunyai pH
berkisar 7,5 – 8,4. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kandungan yang dimiliki air laut.
40
Air yang digunaka siklus PLTGU ini disebut air demin, yakni air yang mempunyai
kadar conductivity (Kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0,2μ (mikro siemen).
Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai kadar
conductivity sekitas 100-200 μs.
pH
Konduktivitas
Kinerja dari sistem Desalination Plant dapat dianalisis melalui intensitas konsumsi
energi spesifik yang merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya
pemakaian energi yang diperlukan untuk memproduksi air distilat. Untuk menghitung
konsumsi energi spesifik didapat dari perbandingan antara kalor spesifik dibagi dengan
jumlah distilat yang terbentuk (Global Industrial Energy Efficiency Benchmarking, 2010).
Jika didapat nilai GOR yang besar maka sistem menghasilkan distillate water dengan
jumlah yang banyak begitu pula sebaliknya jika nilai GOR kecil maka akan menghasilkan
41
distillate water dengan jumlah yang sedikit. Hal ini terlihat dari tabel IV.2 bahwa data
operasi lebih kecil daripada data commisioning maka terlihat penurunan performansi
Desalination Plant.
Dari tabel IV.2 terlihat bawha didapat nilai panas spesifik data commisioning lebih
rendah dibandingkan dengan data operasi. Hal ini menjelaskan bahwa dari data
commisioning lebih besar menghasilkan produk dibandingkan dengan data operasi. Nilai
energi spesifik ini dipengaruhi oleh kebutuhan steam, dan besar kecilnya Distillate yang
dihasilkan. Diketahui dari perhitungan bahwa kebutuhan steam untuk pemanasan air pada
data operasi lebih kecil dari data sistem yaitu data sistem sebesar 1,99 kg/s sedangkan data
operasi sebesar 1,53 kg/s. Semakin kecil steam yang digunakan untuk pemanasan per liter
air maka nilai panas spesifiknya akan semakin rendah [𝑞 = (𝑀𝑠 × (ℎ𝑔 − ℎ𝑓)/𝑀𝑑 ].
Jika nilai effektivitas pemanasan steam besar maka sistem tidak effektif dikarenakan
semakin besar nilai effektivitas pemanasan steam maka akan menghasilkan sedikit produk.
Begitupula sebaliknya jika nilai effektivitas pemanasan steam kecil maka sistem effektif
dikarenakan semakin kecil nilai effektivitas pemanasan steam maka akan menghasilkan
produk yang banyak. Terlihat bahwa pada tabel IV.2 mengalami kenaikan nilai effektivitas
pemanasan pada data operasi dibandingkan dengan data commisioning hal ini maka
menyebabkan sistem menghasilkan sedikit produk. Hal ini menyebabkan penurunan
performance Desalination Plant.
Sistem Stage pada Desalination Plant harus dalam keadaan vacum. Hal ini dipengaruhi
oleh kerja ejector. Karna jika stage tidak dalam keadaan vacum maka akan mempengaruhi
proses evaporasi yang menyebabkan temperatur akan semakin tinggi dan akan menghasilkan
sedikit distillate water.
43
Dehydrate (CaSO42H2O) kelarutannya relatif lebih baik dibandingkan
lainnya. CaCO3 dipertahankan dalam bentuk suspense, sehingga dengan
demikian mencegah terbentuknya endapan yang mengerak.
Komponen pembentuk kerak lainnya adalah
Mg6Fe(CO3)3.x4H2O,SO2,CaSiO3 atau MgSiO3
Tahapan pembentukan kerak adalah pertama pembentukan CO3 dan OH, kemudian
akan mencapai titik jenuhnya apada temperatur yang tinggi. Kedua, pembentukan inti Kristal
(nucleation). Dan ketiga, pertumbuhan Kristal. Pada tahap ketiga ini anion dan kation
bergerak secara diffuse menuju inti Kristal dan bergabung ke dalam Iattice atau terjadi
pertumbuhan Kristal.
Untuk mencegah terjadinya pergerakan (scale inhibition) dengan cara menambahkan
scale inhibitor (antiscale agent) ke dalam air laut. Selama ini dikenalkan beberapa scale
inhibitor yang biasanya digunakan, yaitu H2SO4 dan inhibitor ambang batas (threshold
inhibitor).
Ada tiga jenis threshold inhibitor, yaitu polyphosphate, phosphate, dan
polycarboxylic. Cara kerjanya dengan berfungsi sebagai growth inhibitor (pembatasan
pertumbuhan), dengan menghambat dan menghentikan pertumbuhan yang terjadi pada
Kristal. Hasilnya pertumbuhan pertumbuhan Kristal di luar kebiasaanya, sehingga
dihasilkan Kristal yang bulat dan tidak mudah menempel sebagai kerak. Selain itu berfungsi
pula sebagai dispersant, yaitu partikel padat seperti lumpur, debu dan Kristal CaCO3
dipertahankan dalam bentuk suspense, sehingga dengan demikian mencegah terbentuknya
endapan yang mengerak.
Kriteria pemilihan bahan kimia sabagai antiscale adalah :
a. Bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk mendistorsi
Kristal.Mekanismenya dengan meningkatkan daya kelarutan dari Kristal
tersebut, dan mengubah bentuk struktur pertumbuhan Kristal. Proses tersebut
terjadi karena adanya bahan polimer yang mempunyai bentuk tidak teratur
dan masuk kedalam kisi-kisi Kristal, yang dapat menahan terjadinya endapan
yang mempunyai sifat struktur kimia yang getas dan keras.
b. Bahan kimia harus mempunyai sifat dispersant. Mekanismenya dapat
mengabsorbsi atau menyerap pada permukaan Kristal dan memberikan
muatan-muatan sejenis terhadap kristal tersebut, akibatnya pertikel tetap
tinggal diam sebagai suspense.
44
c. Bahan kimia harus mempunyai sifat sequestren. Mekanismenya dengan
mencegah ion dari keadaan normal dengan membentuk senyawa ion
komplek.
Bahan anti scale yang digunakan di PLTU/PLTG adalah bahan kimia yang
mengandung polyphosphate dan polycarboxylic. Selain berfungsi sebagai anti scale, bahan
kimia tersebut juga berfungsi threshold inhibitor. Sehingga dapat berfungsi mencegah
terjadinya kerak dan dapat memecahkan kerak yang sudah terbentuk.
Air destilasi yang diperoleh dari proses Desalination Plant yang ditampung dengan
raw water tank belum memenuhi syarat untuk pengisian boiler. Sehingga perlu diolah
kembali melalui peralatan water Treatment.
Dari raw water tank, air dipompa ke water Treatment. Selanjutnya air tersebut
melalui pre-filter air dan juga diberi mix bed polisher yang terdapat bahan kimia anion resin
yang dapat mengikat ion negatif dan kation resin yang dapat mengikat ion positif. Ion-ion
yang terdapat pada water tank adalah ion positif Na+ dan ion negatif Cl-.
Dengan banyaknya ion yang menempel pada mix bed polisher, maka kemungkinan
besar air menjadi jenuh sehingga mempengaruhi proses penyaringan. Untuk itu perlu
dihilangkan dengan menggunakan hydrolic acid, cautic sods dan dibantu panas uap dari
boiler. Air yang telah dihilangkan mineralnya (demineralized water) ditampung dalam
tangki penambah (make up water tank) yang selanjutnya akan digunakan dalam proses
berikutnya untuk air penambah atau pengisi di boiler.
45
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari Analisis Sistem Desalination Plant pada Laporan Kerja Praktik ini adalah
sebagai berikut:
1. Sistem pembangkitan PLTGU Muara Tawar dibagi menjadi dua yaitu open cycle
dan combine cycle. Dimana combine cycle memanfaatkan gas buang dari gas
turbin utnutk memanaskan air di HRSG. Dan open cycle gas buang langsung
dibuang ke lingkungan melalui stack.
5.2 Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Alhazmy, M. M. (2011). Multi Stage Flash Desalination plant with brine - feed mixing and
cooling.
Al-Hengari, S., El-Boussifi, M., & El-Mudir, w. (2005). Performance analysis of a MSF
desalination unit. Desalination, 73-85.
Al-Mutaz, I. S., & I., W. (2014). Comparative Performance Evaluation of Conventional
Multi-Effect. Applied Thermal Engineering.
El-Dessouky, H., & Ettouney, H. (2002). Fundamentals of Salt Water Desalination. New
York: Elsevier.
Khan, A. H. (1986). Desalination Processes and Multistage Flash Distillation Practice.
New York: ELSEVIER.
Martinez, H. (2010). Design of Desalination Plant. University of Gavle.
Mooran, Saphiro, M. J., & Howard N. (2006). Fundamental of engineering thermodynamic
5 th edition. Chicester England: John Wiley andSons. Retrieved from artikel-
teknologi.com: https://artikel-teknologi.com/siklus-rankine/
PT PLN. Sea Water Desalination Plant. Pusat Pebdidikan dan Pelatihan
PT PLN. Buku Panduan BOP. Pusat Pebdidikan dan Pelatihan
Said, S. A., Emtir, M., & Mujtaben, I. M. (2013). Flexible Design and Operation of Multi-
Stage Flash (MSF).
47
LAMPIRAN
48
LAMPIRAN A TABEL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR
49
LAMPIRAN B TABEL DATA COMMISIONING DAN DATA OPERASI yang
DIGUNAKAN UNTUK PERHITUNGAN
50
LAMPIRAN C DAILY REPPORT
51
LAMPIRAN D DATA COMMISIONING
52
LAMPIRAN E TABEL ANALISIS AIR LAUT
53
LAMPIRAN F LAYOUT DESALINATION PLANT
54