Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Visi Misi Sekolah


Visi

Membina akhlaq, meraih prestasi berwawasan global yang di landasi nilai

budaya luhur sesuai dengan ajaran agama

Visi di atas dapat diartikan bahwa tujuan sekolah kedepan yakni membina

akhlaq warga sekolah agar dapat meraih prestasi secara lebih global namun

tetap dilandasi oleh nilai budaya luhur yang sesuai dengan ajaran agama

Misi
1. Menanamkan keyakinan/akidah melalui pengalaman ajaran agama

Agar dapat mencapai visi pihak sekolah membuat misi yang pertama yakni

menanamkan keyakinan/akidah melalui pengalaman ajaran agama sebagai

pondasi pertama bagi siswa untuk mampu menghadapi perkembangan

zaman

2. Mengoptimalkan proes pembelajaran dan bimbingan

Misi yang kedua yakni mengoptimalkan proses pembelajaran dan

bimbingan sebagai langkah kebiasan menanamkan sikap pengetahuan

terhadap siswa

3. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga, dan

seni budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa

Misi yang ketiga dimaksudkan sebagai bekal siswa agar mampu meraih

prestasi secara global sesuai dengan bakat, minat dan potensi siwa

4. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga Sekolah dan Lingkungan

1
Misi yang terakhir yakni sebagai langkah membangun jiwa sosial terhadap

lingkungan sekitar

B. Profil Sekolah

1. Nama sekolah : SD NEGERI NO. 25 PANAIKANG

NIS : 40310842

NSS : 101191001025

Alamat sekolah : panaikang, Kel. Bonto Manai

Kecamatan : Bissappu

Kabupaten : Bantaeng

Propinsi : Sulawesi Selatan

Kode Pos : 92451

Telepon : 0413-21625

E-mail : Sd25panaikang@yahoo.co.id

2. Kualifikasi guru

REKAPITULASI GURU

PNS/GTY L P L+P

Guru Gol. IV/b 0 0 0

Tetap Gol. IV/a 1 2 3

berdasar- 1 2 3

kan Gol. III/d 0 1 1

Golongan Gol. III/c 1 1 2

Gol. III/b 0 2 2

Gol. III/a 0 4 4

2
1 8 9

Gol. II/d 0 0 0

Gol. II/c 0 4 4

Gol. II/b 0 0 0

Gol. II/a 0 0 0

0 4 4

GTY 0 0 0

Jumlah 2 14 16

REKAPITULASI GURU LULUS SERTIFIKASI

Status Thn Lulus L P L+P

2006 0 0 0

2007 1 1 2

2008 0 1 1

2009 0 0 0
PNS/GTY
2010 0 0 0

2011 1 3 4

2012 0 2 2

2013 0 2 2

Jumlah 2 9 11

Guru REKAPITULASI GURU

berdasar- PNS/GTY 2 14 16

3
kan GTT 0 0 0

status PNS2/CPNS2 0 0 0

kepeg. Jumlah 2 14 16

REKAP GURU LULUS SERTIFIKASI

Thn

Status Lulus L P L+P

2006 0 0 0

2007 0 0 0

2008 0 0 0

GBN/GBD/Honor/ 2009 0 0 0

PNS 2/ CPNS 2 2010 0 0 0

2011 0 0 0

2012 0 0 0

2013 0 0 0

Jumlah 0 0 0

REKAPITULASI GURU
Guru
PNS/GTY L P L+P
PNS/GTY
SMA sederajat 0 0 0
Berdasar
D1 0 0 0
Ijazah
D2 0 0 0
terakhir
D3 0 0 0

4
< S1 0 0 0

S1 2 14 16

S2 0 0 0

S3 0 0 0

>= S1 2 14 16

Jumlah 2 14 16

3. Laboratorium

Tidak tersedia untuk untuk proses belajar mengajar

4. Unit kegiatan siswa

Tersedia 2 Unit Kegiatan Siswa yaitu UKS (Usaha Kesehatan

Sekolah) dan Pramuka. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) SD Negeri No.

25 Panaikang sangat berprestasi ini di buktikan dengan beberapa

penghargaan yang berhasil diraihnya di tingkat kabupaten dan

penghargaan di tingkat nasional. Dalam UKS ini juga terdapat dokter kecil

sekitar 20 orang yang dipilih dari siswa kelas IV dan siswa kelas V serta

dibina setiap hari jumat. Unit Kegiata Siswa pramuka selalu ikut

perpartisipasi dalam kegiata berkemah setiap memperingati kemerdekaan

dan acara perpisahan untuk kelas 6 yang diadakan tingkat kecamatan.

5
BAB II
PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Jumlah Siswa, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang 1

1. Jumlah Siswa

KELAS L P JUMLAH

1 (Satu) 29 22 51

II (Dua) 21 29 50

III (Tiga) 27 17 44

IV (Empat) 35 20 55

V (Lima) 33 32 65

VI (Enam) 22 30 52

JUMLAH
167 150 317
TOTAL

2. Tempat

Tempat magang 1 : SD Negeri No. 25 Panaikang

Alamat : Panaikang

Desa/Kelurahan : Bonto Manai

Kecamatan : Bissappu

Kabupaten : Bantaeng

3. Waktu Pelaksanaan Magang

Magang 1 dilaksanakan pada saat libur semester 2 (dua),

Kegiatan magang 1 berlangsung selama tanggal 4 Agustus-30 Agustus

2014.

6
B. Langkah-langkah melakukan pengamatan

1. Memberikan informasi kepada pihak yang bersangkutan di sekolah

bahwa akan ada kegiatan magang 1 yang menuntut untuk melakukan

pengamatan di sekolah SD Negeri No. 25 Panaikang;

2. Membawa surat rekomendasi ke Dinas Pendidikan dan Olahraga

Bantaeng;

3. Membawa surat rekomendasi ke Sekolah SD Negeri No. 25 Panaikang;

4. Melakukan perjanjian kepada Kepala Sekolah dan pengenalan kepada

guru yang di Observasi;

5. Melakukan Pengamatan :

a. Visi Misi sekolah;

b. Profil Sekolah (kualifikasi guru, jumlah guru, laboratorium dan unit

kegiatan siswa (organisasi di sekolah);

c. Di kelas untuk Proses Pembelajaran;

d. Lingkungan sekolah dan fasilitas sekolah;

e. Dokumen Sekolah mengenai RKS dan RKAS;

f. Unit Kegiatan Siswa;

g. Laboratorium Sekolah;

6. Melakukan Wawancara :

a. Kepala Sekolah;

b. Guru;

c. Siswa;

7. Meminta Program Kerja Sekolah;

7
8. Pengamatan terhadap guru mengenai kompetensi Pedagogik,

Kepribadian, Sosial dan Profesional;

9. Mengumpulkan Data;

10. Kemudian, Menyusun laporan.

8
BAB III
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pelaksanaan

1. Deskripsi Hasil Pengamatan Langsung Kultur Sekolah

Kultur Sekolah merupakan budaya yang dimiliki setiap sekolah yang

membedakan antara sekolah yang satu dengan yang lain atau merupakan ciri

yang di miliki oleh sebuah sekolah. Begitu juga halnya dengan SD Negeri No

25 Panaikang yang memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan

sekolah lain apalagi SD Negeri No 25 Panaikang merupakan sekolah inti yang

menjadikannya pusat kegiatan di antara sekolah-sekolah di dalam gugus.

SD Negeri No 25 Panaikang memiliki visi misi yang merupakan

acuan atau patokan yang akan mengarahkan agar dapat mencapai apa yang

diinginkan. Visi misi tersebut di susun bersama kepala sekolah, semua guru,

dan semua pengurus komite sekolah agar semua warga sekolah dapat berperan

aktif dalam merumuskan visi misi dan juga agar dapat di pahami dan di

mengerti oleh setiap warga sekolah. Visi misi yang ada di SD Negeri No 25

Panaikang mudah di akses karena selain dalam bentuk dokumen visi misi

tersebut juga dipajang di area sekolah yang diletakkan di tempat yang strategis

sehingga dalam penerapannya dapat terlaksana dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan visi misi yang telah dirumuskan SD

Negeri No 25 Panaikang hampir sepenuhnya sesuai dengan kondisi sekolah.

Dapat dilihat dari lingkungan sekolah yang sangat kondusif, selain itu

diterapkan juga system pembelajaran yang berbasis PAKEM (Pembelajaran

yang Aktif, Efektif, Kreatif dan Menyenangkan), tenaga kependidikannya

yang begitu mandukung, serta sarana dan prasarana yang memadai. Misalnya

9
tersedianya toilet/WC yang berfungsi dengan jumlah yang cukup untuk siswa,

perpustakaan yang menyediakan buku-buku pelajaran dengan jumlah yang

cukup, kantin yang disediakan oleh pihak sekolah serta kantin yang dimiliki

oleh masyarakat sekitar, lapangan bermaindan berolahraga di luar kelas, dan

tempat sampah tiap kelas serta bak sampah sebagai tempat akhir.

Berkaitan dengan program kerja, SD Negeri No 25 Panaikang juga

memiliki program yang semuanya dimuat dalam RKS (Rencana Kerja

Sekolah), selain itu terdapat pula RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran

Sekolah) yang kerangkanya sistematis dan diperbaharui setiap tahunnya tapi

pembaharuannya tidak di pajang dil ingkungan sekolah hanya dalam bentuk

dokumentasi. RKAS dan RKS yang terpajang hanya dating dari tahun lalu.

Walaupun demikian RKS ini memuat rencana pemeliharaan sekolah dengan

anggaran yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Salah satu rencana

pemeliharaan yang telah tercapai adalah tertambahnya fasilitas sekolah seperti

wc serta penambahan jumlah kelas. Jika dilihat dari program yang telah

berjalan, ketercapaian RKS ini sekitar 75%-100%. Mengenai RKAS,

dokumen ini memuat tentang dana pemasukan dan pengeluaran sekolah.

Rencana anggaran ini merupakan rencana dalam bentuk rupiah yang dijadikan

sumber dari setiap bagian kegiatan. Anggaran ini memiliki peran penting

dalam perencanaan, pengendalian dan evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh

sekolah. Oleh sebab itu, seorang penanggung jawab program keuangan di

sekolah dalam hal ini adalah Bendahara harus mencatat anggaran dan

melaporkan sehingga dapat dibandingkan antara anggaran dengan pelaksanaan

serta melakukan tindak lanjut untuk perbaikan.

10
Data inventaris yang ada di sekolah seperti meja, kursi, komputer,

selalu di perbaharui secara regular dan sistematis. Khusus untuk data

ketenagaan dan siswa, tidak selamanya diadakan pembaharuan. Pembaharuan

data dilakukan pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat ada guru yang di

mutasi ke tempat lain serta jika ada siswa pindah serta pindahan.

Mengenai kebersihan, SD Negeri No. 25 Panaikang tidak diragukan

lagi kebersihannya. Masing-masing kelas memiliki tempat sampah yang baik

dan terawat kebersihannya. ini dikarenakan warga sekolah sadar dan selalu

menerapkan hidup bersih. Jadi, tidak salah jika SD Negeri No. 25 Panaikang

terbilang sekolah yang bersih, lingkungan yang begitu nyaman dipandang

mata, terlihat begitu asri karena di pekarangan sekolah terdapat beberapa

pepohonan yang cukup rimbun serta taman kelas yang dipenuhi bunga dan

juga taman sekolah yang menyambut ketika masuk ke dalam lingkup sekolah.

Pekarangan inilah yang sekaligus dijadikan sebagai tempat olahraga serta

upacara yang rutin dilaksanakan setiap hari senin, untuk hari lainnya diadakan

apel pagi. Terkhusus untuk hari jumat, diadakan kegiatan jumat bersih yakni

semua warga sekolah wajib ikut serta dalam kegiatan kebersihan.

Ketersediaan air bersih pun sangat memadai karena sumber air di SD Negeri

No. 25 Panaikang berasal dari 2 sumber yakni air PAM serta air sungai

sehingga mampu memenuhi kebutuhan warga sekolah.

Dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya, kepala sekolah

secara rutin terlibat dalam kegiatan kelompok kerja. Kelompok kerja untuk

kepala sekolah dikenal dengan istilah KKKS (Kegiatan Kelompok Kerja

Kepala Sekolah), adapun pengalaman yang telah didapatkan selama KKKS

11
tidak disimpan begitu saja sebagai pengetahuan untuk diri sendiri, akan tetapi

kepala sekolah selalu membagikan pengalamannya di sekolah dalam rangka

pembinaan guru. Khusus untuk guru, kegiatan kerja yang dilaksanakan

dinamakan KKG (Kelompok Kerja Guru) atau MGMP (Musyawarah Guru

Mata Pelajaran). KKG dilaksanakan setiap bulan dan pelaksanaannya hampir

2-3 kali pertemuan. Adapun hasil yang diperoleh digunakan untuk

peningkatan PAKEM. Tak terlepas dari itu, guru yang professional harus

mengetahui tentang Permendiknas No. 16 tahun 2007 mengenai standar

kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Adapun macam-macam

kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi

pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui

pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja

guru. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan

guru, ternyata hampir semua tenaga pendidik mengetahui akan peraturan

tersebut.

Mengenai sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah, Guru

menjelaskan materi pelajaran dengan model pembelajaran terpadu (tematik)

sesuai dengan pengembangan kurikulum 2013 yang sudah di terapkan selama

1 tahun lebih. Unsur pembelajaran seperti konsep pembelajaran, mata

pelajaran dan materi pelajaran yang dipadukan dalam satu tema. Dalam proses

pembelajaran ini, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. Peserta didik yang

menjadi pemeran utama dituntut aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Dengan istilah lain, peserta didik diarahkan untuk bisa bersikap kritis terhadap

materi pelajaran. Dengan sistem ini, peserta didik memperoleh pengetahuan

12
dan keterampilan secara utuh. Disamping itu, peserta didik akan lebih mudah

memahami apa yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas yang sudah

diterapkan kurikulum 2013 yakni kelas I, II, IV, dan V, perangkat

pembelajaran seperti silabus, RPP, program semester telah tersedia di dalam

kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan di kelas, seluruhnya sesuai dengan

RPP yang telah dibuat sebelumnya.

Mengenai peran serta masyarakat/ Komite Sekolah, Pemilihan

komite sekolah selalu melibatkan kepala sekolah, guru , serta orang tua siswa

secara demokratis. Pengurus komite sekolah memahami tugas pokok dan

fungsinya yang disusun secara bersama-sama oleh semua pemangku

kepentingan sekolah sebagai program kerja komite. Komite sekolah selalu

melakukan fungsinya sebagai pendukung, pemberi pertimbanagn, pengontrol,

serta mediator sekolah. Keterlaksanaan program komite sekolah sekitar 75%-

100% dan pengurus komite sekolah menyusun laporan secara tertulis kepada

sekolah terkait dengan kegiatan yang dilakukan pada setiap akhir semester.

2. Deskripsi Hasil Pengamatan Untuk Membangun Kompetensi Dasar

Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial

a. Kompotensi Pedagogik

Guru menjelaskan materi pelajaran secara terpadu, terperinci, jelas

dan cepat, sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang

optimal. Dengan adanya pembelajaran yang terpadu tersebut siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga

pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didiknya. Memberikan arti

13
bahwa pada pembelajaran yang terpadu, siswa akan memahami konsep-

konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata.

Hal ini sesuai dengan dengan panduan KBK Depdiknas 2003 yang

menyatakan pengalaman belajar peserta didik.

Guru memberikan penguatan kepada peserta didik agar dapat aktif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mampu mencapai

kriteria yang baik. Kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan

potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya yang dilakukan guru adalah

pada saat kegiatan pembelajaran di kelas guru tidak lagi menerapkan

pembelajaran yang konvesional, tetapi sudah berbasis PAKEM

(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Misalnya guru

mengajar dengan metode yang lebih inovatif seperti metode diskusi,

eksperimen, demonstrasi, ceramah, main peran serta penugasan.Tujuan

agar siswa tetap semangat dan kosentrasi dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran dikelas.

Kegiatan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

dilaksanakan adalah memberikan pertanyaan kepada siswa menyangkut

materi yang telah diajarkan sebelumnya dengan tujuan apakah siswa telah

memahami dan mengikuti serius kegiatan pembelajaran. Guru

menyimpulkan materi pelajaran dengan cara dituliskan dipapan tulis

secara singkat dan menjelaskannya secara terperinci supaya siswa lebih

mengerti. Kegiatan lain yang dilakukan guru adalah memberikan latihan

soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan dengan cara

mengoreksinya secara satu persatu.

14
b. Kompotensi Kepribadian

Perilaku peserta didik dilihat dari segi keyakinan yang dianut saling

menghargai, dan memiliki toleransi antar sesama serta tidak bersifat

fanatik. Dalam berkomunikasi secara lisan warga sekolah sering memakai

bahasa khas (bahasa daerah) mau itu disaat mengajar dalam kelas dan

diluar kelas. Dalam proses belajar mengajar guru menggunakan bahasa

daerah jika siswa belum memahami materi yang diajarkan dengan

menggunakan bahasa indonesia. Jika secara tulisan guru atau murid

menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Dalam

berkomunikasi lisan maupun tulisan warga sekolah selalu memakai

bahasa yang santun dan mudah dipahami.

Dalam memberikan pertanyaan atau tugas guru memberi pertanyaan

kepada siswa secara bergiliran agar semua siswa dapat berpartisipasi

dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.Saat siswa

menerima pertanyaan yang diberikan guru ada yang berpikirnya cepat dan

ada juga yang berpikirnya lambat. Tetapi siswa aktif dalam menjawab

pertanyaan atau memberikan pertanyaan kepada guru jika ada yang belum

mereka pahami.

c. Kompotensi Sosial

Jika ada siswa mengalami kesulitan atau masalah guru memanggil

orangtuanya untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi oleh siswa tersebut. Guru terhadap teman sejawat, jika

seorang guru mempunyai kesulitan maka guru yang lainnya selalu

memberikan masukan atau memberikan pikiran untuk mencari solusi dari

15
masalah tersebut.Guru sama-sama saling mengisi kekurangan yang ada

pada diri mereka masing-masing. Misalnya seorang guru mempunyai

kesulitan dalam pembelajaran dikelas, maka guru yang lain saling

mengisi dan memberikan masukan agar guru tersebut dapat menjalani

pembelajaran yang lebih baik lagi pada siswanya.

Untuk memajukan pendidikan guru mengadakan rapat yang dihadiri

oleh orangtua murid. Bagaimana partisipasi dan peran orangtua murid

terhadap pendidikan anaknya.Jika ada siswa yang mengalami masalah,

guru memanggil orang tuanya untuk bisa mencari solusi terhadap masalah

atau kesulitan siswa.

3. Deskripsi hasil pengamatan untuk memperkuat pemahaman peserta

didik

Setiap manusia di dunia ini tdk ada yang sama baik dalam hal fisik

maupun dari segi sikap dan sifat. Seperti halnya juga siswa siswi SD Negeri

No. 25 Panaikang yang masing-masing memiliki sikap sifat dan bentuk fisik

yang berbeda-beda. Dalam hal fisik peserta didik SD Negeri No. 25 Panaikang

mempunyai perbedaan yakni ada yang kurus, gemuk, sedang, ada yang tinggi

sedang dan ada juga yang pendek. Sedangkan dari segi sikap yakni ada yang

berbicara secara halus, kasar da berbicara sopan dan judga kurang sopan.

Selain dari perbedan di atas perbedaan siswa juga berasal dari keluarga dan

lingkungan yang berbeda, baik dari keadaan keluarga dari segi perekonomian

maupun keharmonisan keluarga. Hal ini jugalah yang dapat menjadi faktor

yang menyebabkan siswa memiliki sifat dan sikap yang berbeda dalam

lingkungannya untuk bergaul juga untuk menyerap pelajaran di sekolah. Oleh

16
sebab itu pendidik di SD Negeri No. 25 Panaikang memiliki metode yang

beragam untuk melakukan proses belajar mengajar. Guru di SD Negeri No. 25

Panaikang menerapkan metode yang berbeda yang di sesuaikan bahan ajar

juga kondisi siswa di kelas tersebut.

Pada tingkat rendah (Kelas I,II) guru lebih sering memberikan contoh

yang lebih konkrit karena pada usia itu siswa atau peserta didik akan lebih

cepat menyerap jika itu bersifat nyata dan juga siswa pada usia itu belum

mampu menyartikan secara pasti sesuatu yang bersifat abstrak.

Pada tingkat tinggi (kelas IV, V) cara guru memberiksn pengajaran

lebih banyak menggunakan metode yang dapat merangsang cara berfikr siswa

secara kritis dan cepat tanggap dengan apa yang di berikan dalam

pembelajaran tersebut. Salah satu cara guru agar merangsang cara berfikir

siswa dengan memberikan sebuah masalah dan siswa di arahkan untuk

mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Sebelum guru mengakhiri pelajaran guru selalu merefleksi pelajaran

sebelumnya dengan meminta pendapat siswa tentang pelajaran yang sudah

dipelajarinya. Tapi dalam hal ini sebagian kecil siswa tidak menyammbut

dengan antusias tapi sebagian besar lainnya berlomba untuk tampil di depan

kelas menyeluarkan pendapat. Ketika guru memberi kesempatan siswa untuk

mengeluarkan pendapatnya atau berdiri di depan guru selalu memberikan

penghargaan bagi siswa tersebut seperti halnya pujian ataupun tepuk tangan

sebagai motivasi dan penghargaan bagi siswa.

17
4. Deskripsi hasil Pengamatan langsung Proses Pembelajaran di kelas

Menurut pengamatan langsung pada proses pembelajaran di kelas

guru membagi tahap pembelajaran menjadi 3 yakni:

a. Kegiatan guru pada awal pembelajaran

1) Guru melakukan pendekatan terhadap siswa secara psikologis

Pada saat guru baru tiba di dalam kelas, guru terlebih dahulu

menanyakan kabar kepada siswa sebagai langkah mengetahui

kesiapan siswa dalam melakukan proses pembelajaran juga sebagai

langkah membangun komunikasi guru dengan siswa sehingga dalam

proses belajar nanti tidak mengalami kecanggungan.

2) Berdoa sebelum memulai pelajaran

Untuk kegiatan berdoa biasanya akan di pimpin oleh siswa

secara bergantian di setiap kesempatan sehingga dalam kegiatan ini

juga dapat membangun keberanian dalam diri siswa untuk tampil di

depan kelas memimpin teman yang lain. Kegiatan ini juga di lakukan

sebagai langkah untuk membangun jiwa keagamaan dalam diri setiap

siswa agar selalu mengingat Sang Penguasa dalam setiap kegiatan.

3) Mengecek kehadiran siswa

Untuk mengetahui keadaan kelas guru melakukan

pengecekan terhadap kehadiran siswa. Pengecekan ini di lakukan

dengan berbagai macam tekhnik seperti hanya memperhatikan

bangku yang kosong (guru sudah tahu posisi duduk para peserta

didik), melakukan absensi dengan memanggil siswa satu persatu.

4) Teknik melakukan apersepsi

18
Dari hasil pengamatan di kelas I, sebelum memulai pelajaran

guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu secara bersama sama

yang ada kaitannya dengan tema yang akan di pelajari siswa.

Sedangkan kelas IV menyanyikan lagu sesuai dengan lagu yang ada

di buku siswa yang dimuliki tiap siswa.

5) Menyampaikan tema pembelajaran

Sebelum memulai pelajaran guru terlebih dahulu

menyampaikan tema dan sub tema yang akan di pelajari kepada

siswa serta mengingatkan kembali kepada siswa tentang

pembelajaran sebelum yang telah di pelajari. Hal ini dilakukan juga

sebagai evaluasi terhadap daya tangkap siswa terhadap pelajaran

sebelumnya.

b. Kegiatan inti yang dilaksanakan guru

1) Teknik menyampaikan materi yang akan dipelajari

Guru menyampaikan materi dengan cara menggunakan

media, yakni buku siswa. Pada saat guru memulai pembelajaran

metode yang digunakan disesuaikan dengan materi yang akan di

ajarkan. Biasanya menggunakan metode diskusi, tanya jawab, serta

diskusi. Selain bahan ajar metode yang digunakan guru kelas rendah

berbeda dengan metode yang digunakan oleh kelas tinggi. Dengan

kata lain disesuaikan dengan tingkat kelas dan juga daya tangkap

peserta didik.

2) Teknik bertanya guru

19
Pada saat guru menggunakan metode tanya jawab pada

proses pembelajaran teknik bertanya bertanya yang digunakan yakni

teknik secara klasikal atau bersama-sama dan teknik bertanya secara

individu. Dari teknik bertanya secara individu dilakukan dengan guru

memberikan pertanyaan dan siswa diberi kesempatan untuk

menjawab, baik secara sukarela ataupun di tunjuk langsung oleh

guru. Selain pertanyaan dari guru biasanya siswa di beri tugas

membuat pertanyaan dan dijawab oleh siswa yang lain dan guru

hanya sebagai penjelas jawaban.

3) Pengelolaan kelas

Dalam pengelolaan kelas disesuaikan dengan tingkat kelas,

pengelolaan kelas I berbeda dengan pengelolaan kelas II, kelas IV,

dan kelas V. Ini di sebabkan karena keadaan siswa yang berbeda.

Pengelolaan kelas yang baik yakni ketika semua siswa aktif di

dalamnya dan mampu memahami pelajaran, tapi pada saat

pengamatan berlagsung masih banyak siswa yang kurang

memperhatikan pembelajaran dan malah mengganggu temannya

yang lain. Hal seperti ini pula yang dapat mengganggu proses

pembelajaran.

4) Teknik membimbing diskusi

Metode diskusi disesuaikan dengan bahan ajar sehingga

metode diskusi ini tidak selalu diterapkan dalam kelas. Tapi ketika

menggunakan metode diskusi ini guru akan membagi menjadi

beberapa kelompok. Dalam metode ini diharapkan semua siswa

20
dapat aktif dan guru hanya sebagai fasilitator dan penengah

pendapat. Tapi kadang semua rencana tidak berjalan lancar, tidak

semua siswa aktif dalam pembelajaran dan kadang juga mengganggu

temannya yang lain.

5) Melakukan penilaian

Proses penilaian yang dilakukan dalam guru yakni penilaian

dalam proses pembelajaran. Hal yang dinilai ini yakni keadaan siswa

menerima pembelajaran mulai dari sikap, kesiapan, dan lain-lain.

Selain penilaian dalam proses hal yang dinilai selanjutnya yakni

penilaian dalam evaluasi. Dalam hal evaluasi ini guru akan

memberikan beberapa pertanyaan dan siswa akan diberi waktu untuk

menjawab.

c. Kegiatan penutup yang dilakukan guru

1) Kegiatan menyimpulkan materi

Dalam kegiatan menyimpulkan materi biasanya dilakukan

oleh siswa yang maju ke depan kelas atau dilakukan guru bersama

siswa. Hal ini disesuaika dengan waktu yang tersedia.

2) Memberikan tindak lanjut

Bentuk tindak lanjut yang dilakukan guru untuk mengakhiri

pembelajaran berupa pemberian pekerjaan rumah (PR) hal ini

dilakukan agar siswa dapat mempelajari pelajarannya kembali seteah

kembali dari rumah karena biasa siswa jarang mengulangi

pelajarannya kembali jika tidak ada tugas yang diberikan guru.

3) Membaca doa

21
Sebagai bentuk berakhirnya pelajaran ditutup dengan

membaca doa yang dilakukan secara bersama.

5. Refleksi hasil pengamatan proses pembelajaran

Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan

yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja

tenaga pengajar pada pertemuan selanjutnya.

Salah satu tugas guru dalam melakukan aktivitas belajar mengajar

adalah melakukan evaluasi hasil belajar atau bias juga disebut refleksi hasil

pembelajaran. Aktivitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang

sebelumnya. Untuk itu, dalam melakukan evaluasi hasil belajar, seorang guru

dituntut memiliki kemampuan dalam menantukan cara-cara evaluasi, mulai

dari pendekatannya, penyusunan alat evaluasi dan cara pengolahannya, serta

mempergunakan hasil evaluasi belajar tersebut. Sebagaimana diketahui

bersama, proses pembelajaran merupakan sebuah sistem yang memiliki

komponen saling bertautan dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam setiap pembelajaran, seorang guru harus memiliki gambaran tentang

tingkat keberhasilan aktivitas belajar mengajar yang dilakukan. Salah satu cara

untuk mengetahui tingkat keberhasilan itu adalah dengan melakukan evaluasi

hasil belajar yang meliputi evaluasi proses dan evaluasi produk pembelajaran.

Yang kemudian sering dipertanyakan guru adalah apakah evaluasi

sama halnya dengan penilaian? Sekilas memang tampak sama. Namun,

evaluasi memiliki arti dan cakupan yang lebih luas dibanding penilaian.

Karena penilaian merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam evaluasi.

22
Dalam melakukan aktivitas belajar mengajar, akan menjadi sangat penting

bagi guru untuk mengetahui hasil dari pekerjaannya. Guru tentu ingin

mengetahui sejauh mana peserta didik menyerap dan memahami materi yang

disampaikan. Demikian pula sebaliknya, peserta didik pun tentu ingin

mengetahui sejauh mana penguasaan dan pemahaman atas materi yang telah

diajarkan.

Keingintahuan guru dan peserta didik tersebut hanya mungkin

diketahui jika seorang guru telah melakukan evaluasi hasil belajar. Sebelum

memulai evaluasi, guru diharuskan melakukan penilaian dengan cara

mengukur hasil belajar. Pengukuran ini dilakukan dengan pengumpulan

informasi yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk skor atau angka.

Setelah hasil pengukuran dan penilaian diperoleh, barulah guru bisa

melakukan evaluasi hasil belajar dan membuat keputusan yang tepat.

Sebagaimana diulas di atas, banyak guru yang menganggap penilaian dan

evaluasi ini adalah sama. Padahal, evaluasi memiliki peranan yang lebih

penting dibanding dengan penilaian. Dengan adanya evaluasi hasil belajar,

seorang guru dapat membuat keputusan tentang banyak hal. Misalnya

keputusan untuk menentukan kelulusan peserta didik, penjurusan peserta

didik, ataupun keputusan untuk memperbaiki program belajar yang dirasa

masih kurang.

Dengan demikian, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa evaluasi hasil

belajar merupakan rangkaian proses yang dilakukan guru guna mendapatkan

data tentang proses belajar yang dilakukan secara kontinyu. Data yang

diperoleh tersebut kemudian akan dianalisis sehingga menjadi sebuah

23
informasi yang berarti dalam pengambilan sebuah keputusan. Dengan begitu,

dalam evaluasi sudah tercakup pula penilaian dan pengukuran, meskipun alat

untuk evaluasi itu sendiri seringkali disebut dengan alat penilaian.

B. Pembahasan

Dari hasil observasi yang kami lakukan yang mengenai program

kerja, system pengelolaan keuangan, system pembelajaran dan partisipasi

masyarkat terhadap sekolah (komite sekolah) semua kompenen yang telah

disebutkan termasuk kedalam bagian manajemen berbasis sekolah (MBS).

Model MBS yang pertama diterapkan di lebih dikenal dengan

pendelegasian keuangan (financial delegation). Gerakan kearah MBS dimulai

di Edmonton Public School District, Alberta, dimana pendekatan yang

digunakan dikenal sebagai “School-site decision-making”, yang telah

menghasilkan desentralisasi alokasi sumber daya, baik tenaga pendidik dan

kependidikan, perlengkapan, barang-barang keperluan sekolah. Maupun

layanan pendidikan.

Ciri model ini adalah tidak adanyadewan sekolah atau komite

sekolah. Di tahun 1986, sekolah rintisan yang melibatkan 14 sekolah,

memperluas pendekatan dengan melibatkan layanan konsultan pusat. Ciri

penting di sini adalah model formula-alokasi-sumber daya. Sekolah menerima

alokasi secara “lumpsum” ditambah suplemen yang menggambarkan biaya

layanan konsultan yang secara historis pernah dilakukan, sesuai dengan tipe

sekolah dan tingkat kebutuhan siswa. Alokasi tersebut kemudian dimasukkan

ke dalam anggaran yang berbasis sekolah (school based budget). Standar biaya

untuk berbagai tipe layanan (service) kemudian ditentukan. Tagihan

24
pembayaran kepada sekolah pun sesuai dengan layanan yang dimintanya.

Sekolah dapat memilih jenis layanan selain yang disediakan oleh daerah.

Pada tahun 1999 Indonesia dengan bekerjasama serta bantuan dari

UNESCO dan UNICEF, program MBS telah dirintis di 124 SD/MI, yang

tersebar di 7 kabupaten pada propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang,

Banyumas, dan Wonosobo), Jawa Timur (Kabupaten Probolinggo), Sulawesi

Selatan (Kabupaten Bontang), dan Nusa Tenggara Timur (Kota Kupang).

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari

“school-based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan,

yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat)

dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Menurut Edmond yang

dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan

yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis

mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif

sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum,

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan

sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada

sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan,

orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Lebih lanjut istilah manajemen

sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan

dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda;

25
1. Mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen

merupakan inti dari administrasi);

2. Melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi

merupakan inti dari manajemen);

3. Menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.

Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah

administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk

mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara

efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah

secara optimal. Pengertian manajemen menurut Hasibuan merupakan ilmu dan

seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi

manajemen tersebut menjelaskan pada kita bahwa untuk mencapai tujuan

tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain

untuk bekerja sama dengan baik.

Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi

mempunyai fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning),

mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing),

mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan

mengevaluasi (evaluation).

Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen

pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik,

sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

26
1. Tujuan MBS

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam megelola dan memberdayakan sumber daya yang

tersedia;

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,

dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS

yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa

keuntungan berikut:

a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung

kepada peserta didik, orang tua, dan guru.

b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.

c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil

belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim

sekolah.

d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan

guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan

perencanaan.

2. Manfaat MBS

27
a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan

guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;

b. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan

masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala

sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin

sekolah;

c. Guru didorong untuk berinovasi;

d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan

menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat

sekolah dan peserta didik

3. Motif

Secara politis, MBS sebagaimana bentuk reformasi desentralisasi

lainnya digunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan

kestabilan politik, di mana pemerintah pusat memberikan kesempatan

mendesentralisasikan beberapa aspek pengambilan keputusan di bidang

pendikan untuk mendorong keleluasaan yang lebih besar kepada daerah.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gamage, D (2003:2) yang

menyatakan bahwa reformasi pendidikan, termasuk MBS pada dasarnya

karena faktor politik, di mana terjadi proses restrukturisasi birokrasi dalam

sistem pendidikan di sekolah. Kepala sekolah berbagi kekuasaan dan

kewenangan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan

dalam pengambilan keputusan.

Ada beberapa motif dalam penerapan MBS, seperti :

a) Motif Profesional

28
Motif profesional menggambarkan bahwa para profesional

sekolah mempunyai pengalaman dan keahlian untuk membuat

keputusan pendidikan yang paling tepat untuk sekolah dan siswanya.

Para profesional juga dapat memberikan sumbangan pengetahuan

pendidikan yang dimiliki berkenaan dengan kurikulum, pedagogik,

pembelajaran dan proses manajemen sekolah.

b) Motif Efisiensi

Motif efisiensi administrasi menunjukkan bahwa penerapan MBS

sebagai alat efisiensi administrasi di sekolah, menempatkan sekolah

pada posisi terbaik untuk mengalokasikan sumber daya secara efeketif

dalam menemukan kebutuhan para siswa.

c) Motif Financial

Motif Financial menjelaskan Manajemen Berbasis Sekolah dapat

juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan

sekolah secara lokal.

Meningkatkan prestasi siswa merupakan motif utama untuk

memperkenalkan MBS. Hal itu didasari oleh pemikiran bahwa jika

orang tua dan para guru diberi otoritas untuk membuat keputusan atas

namasekolah mereka, iklim di sekolah akan berubah untuk mendukung

pencapaian prestasi siswa.

4. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

a. Perbedaan pola manajemen lama dengan pola manajemen baru

Perbedaan pola manajemen lama dengan pola manajemen baru

yaitu Pada pola lama, tugas dan fungsi sekolah lebih pada

29
melaksanakan program dari pada mengambil inisiatif merumuskan

dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri

oleh sekolah. Sedangkan pada pola baru, lebih menekankan kepada

kemandirian sekolah dalam mengelola sistem pendidikan di sekolah

berdasarkan pada resources yang dimiliki, baik sumber daya

manusia, sarana dan prasarana, keuangan dan sebagainya. Pola baru

manajemen pendidikan dalam pelaksanaannya lebih dikenal dengan

sebutan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

b. Prinsip-prinsip MBS

Terdapat beberapa prinsip acuan bagi sekolah dalam

menerapkan MBS, yaitu: Otonomi sekolah, Fleksibilitas, Partisipasi

untuk mencapai sasaran mutu sekolah.

c. Karakteristik MBS

Penerapan MBS di sekolah juga hendaknya memperhatikan

karakteristik dari MBS, baik dilihat dari aspek input, proses dan

output. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh

proses pembelajaran dan manajemen sekolah.

5. Fungsi-fungsi Manajemen Berbasis Sekolah

Fungsi-fungsinya yaitu sebagai berikut :

a. Perencanaan dan Evaluasi, Sekolah diberi kewenangan untuk

melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang

dimaksud, misalnya, kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah.

Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu,

yang hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam membuat rencana

30
peningkatan mutu sekolah. Sekolah diberi wewenang untuk melakukan

evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal.

b. Pengembangan kurikulum, pengembangan kurikulum sepenuhnya

diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan, dengan mengacu

pada standar kompetensi lulusan, standar isi, kerangka dan struktur

kurikulum, serta panduan penyusunan kurikulum yang telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat.

c. Pengelolaan proses pembelajaran, proses belajar mengajar merupakan

kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi,

metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling

efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,

karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di

sekolah.

d. Pengelolaan ketenagaan , kita perhatikan fungsi-fungsi ketenagaan

(personnel function) berkaitan dengan: perencanaan kebutuhan,

seleksi, pengangkatan, penempatan, pengembangan, dan

pemberhentian, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru,

tenaga administrasi, laboran dan sebagainya.

6. Strategi Implementasi MBS

Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu sebagai

berikut :

a. Mensosialiasikan konsep MBS. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh

warga sekolah, yaitu guru,siswa, wakil-wakil kepala sekolah, konselor,

karyawan dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtua murid, pengawas,

31
dan sebagainya) melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media

masa dengan memperhatikan sistem, budaya, dan sumber daya

sekolah.

b. Melakukan analisis situasi. Analisis sistuasi akan menghasilkan

tantangan nyata, yang harus dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah

kesenjangan antara keadaan sekarang dan keadaan yang diharapkan.

c. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai melalui pelaksanaan

MBS, berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi.

d. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai

tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.

e. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya

melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and

Threat). Analisis SWOT dilakukan dengan maksud mengenali tingkat

kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk

mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan.

f. Memilih langkah-langkah pemecahan masalah atau tantangan, yakni

tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap

menjadi fungsi yang siap.

g. Membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang,

berikut program-program untuk merealisasikan rencana tersebut.

h. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka

pendek manajemen berbasis sekolah.

i. Melakukan pemantauan serta evaluasi proses hasil MBS.

7. Perencana Pengembangan Sekolah

32
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber

daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan

dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam

mencapai tujuan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, perencanaan

menempati fungsi pertama dan utama di antara fungsi-fungsi manajemen

lainnya.

Rencana pengembangan sekolah harus komprehensif. Sebab jika tidak,

akan menyebabkan rencana kegiatan tahunan sekolah tidak

berkesinambungan dari tahun ke tahun. Setiap saat arah pengembangan

sekolah dapat bergeser atau berubah diwarnai oleh isu yang

menarik/hangat pada saat itu dan kepemimpinan sekolah. Dengan adanya

rencana pengembangan, sekolah tidak mudah terombang-ambingkan,

karena sekolah sudah memiliki arah yang jelas tentang tujuan yang ingin

diraihnya.

Oleh karenanya, rencana pengembangan sekolah harus memuat secara

jelas hal-hal sebagai berikut.

a. Visi sekolah, yang menggambarkan sekolah yang bagaimana yang

diinginkan dimasa mendatang (jangka panjang).

b. Misi sekolah, yang berisi tindakan/upaya untuk mewujudkan visi

sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Tujuan pengembangan sekolah, yang menjelaskan apa yang ingin

dicapai dalam upaya pengembangan sekolah pada kurun waktu

menengah, misalnya untuk 3-5 tahun.

33
d. Tantangan nyata yang harus diatasi sekolah, yaitu gambaran

kesenjangan (gap) dari tujuan yang diinginkan dan kondisi sekolah

saat ini.

e. Sasaran pengembangan sekolah, yaitu apa yang diinginkan sekolah

untuk jangka pendek, misalnya untuk satu tahun.

f. Identifikasi fungsi-fungsi yang berperan penting dalam pencapai

sasaran tersebut.

g. Analisis SWOT terhadap fungsi-fungsi tersebut, sehingga

ditemukan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(oportunity) dan ancaman (threat) dari setiap fungsi yang telah

diidentifikasi sebelumnya.

h. Identifikasi alternatif langkah untuk mengatasi kelemahan dan

acaman dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki

sekolah.

i. Rencana dan program sekolah yang dikembangkan dari alternatif

yang terpilih, guna mencapai sasaran yang ditetapkan.

8. Konsep Dasar Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan, dan

keikutsertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu

pendidikan. Pada masa sekarang tentunya Anda juga setuju, bahwa

perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan melibatkan peran

serta masyarakat.

Yang termasuk komponen masyarakat ialah orang tua siswa, tokoh

masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, dan lembaga

34
sosial budaya. Peran serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan

pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan penilaian.

9. Peran Serta Orangtua

Sebagaimana kita ketahui, terdapat tiga komponen penting dalam

pendidikan (trilogi pendidikan). Ketiganya meliputi keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Keluarga, dalam hal ini orang tua siswa, merupakan sumber

pendidikan yang pertama dan utama. Dalam sehari semalam terdapat 24

jam, sedangkan pendidikan di sekolah hanya berlangsung sekitar 8 jam.

Sisanya adalah pendidikan di luar sekolah yang menjadi tanggung jawab

orang tua.

Orang tua dapat berperan serta dalam meyediakan dana, prasarana dan

sarana sekolah sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang

telah disusun bersama. Orang tua yang memiliki pendidikan, pengetahuan,

dan keterampilan khusus dapat berperan serta dalam membantu sekolah

seperti pada bidang proses pembelajaran, pengelolaan persekolahan, dan

pengelolaan keuangan sekolah. Orang tua dapat pula dilibatkan dalam

program pembelajaran dan mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

10. Komite Sekolah

Menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang

beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta

tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Dari pengertian tersebut, Anda

dapat simpulkan bahwa komite sekolah terdiri atas unsur: orang tua siswa,

wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan, budayawan, pemuka adat,

35
pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi masyarakat, wakil

dunia usaha dan industri, bahkan kalau perlu juga wakil siswa, wakil guru-

guru, dan kepala sekolah.

Tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan

pendidikan di sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan,

pendukung program, pengontrol, dan bahkan mediator. Untuk memajukan

pendidikan di sekolah, komite sekolah membantu sekolah dalam

penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah,

kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan

pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan

masyarakat.

11. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik

Menurut Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003, Tenaga Pendidik

adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan

sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi

pendidik pada perguruan tinggi.

Sebagai seorang profesional, pendidik memiliki ciri-ciri seperti yang

dikembangkan oleh Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (1991).

a. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial.

b. Memiliki keahlian dan keterampilan tingkat tertentu.

c. Memperoleh keahlian dan keterampilan melalui metode ilmiah.

36
d. Memiliki disiplin ilmu.

e. Memiliki latar pendidikan perguruan tinggi.

f. Memiliki etika profesi yang dikontrol organisasi profesi.

g. Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan pekerjaannya.

h. Mempunyai nilai sosial di masyarakat.

i. Berhak mendapatkan imbalan yang layak.

Untuk memperkuat keprofesionalitasannya, seorang pendidik

(Pidarta, 1997) perlu: memiliki sikap suka belajar, mengetahui cara

belajar, memiliki rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, memiliki etos

kerja produktif dan kreatif, serta puas terhadap kesuksesan yang dicapai

dan berusaha meningkatkannya.

Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik sangat berkaitan erat

dengan empat kriteria kinerja, yaitu karakteristik tenaga pendidik, proses-

proses peningkatan profesionalisme, hasil dan kombinasi di antara

ketiganya. Kualitas kerja perlu tenaga pendidik, kemampuan komunikasi,

insiatif, dan motivasi kerja, termasuk hal yang perlu diperhatikan.

Dalam upaya pembinaan dan peningkatan profesionalisme tenaga

pendidik, perlu pula dilakukan melalui pengembangkan konsep

kesejawatan yang harmonis dan objektif. Untuk itu, diperlukan adanya

sinergi dengan sebuah wadah organisasi (kelembagaan) para pendidik,

dengan bentuk dan mekanisme kegiatan yang jelas, serta standar profesi

yang dapat diterapkan secara praktis.

12. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan

37
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan

diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

Tugasnya ialah melaksanakan pengawasan dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan pada suatu satuan pendidikan. Seperti

halnya tenaga pendidik, tenaga kependidikan juga berkewajiban untuk

membantu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Ia pun harus harus dapat

menjadi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan,

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Secara konstitusional pasal 41 UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas

menyebutkan bahwa tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas

daerah. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran tenaga kependidikan

diatur oleh lembaga yang mengangkat berdasarkan kebutuhan satuan

pendidikan formal. Promosi dan penghargaan bagi tenaga kependidikan

dilakukan berdasarkan: latar belakang pendidikan, pengalaman,

kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan. Secara internal,

untuk menunjang pelaksanaan MBS, terdapat hal yang perlu dipantau dari

tenaga kependidikan yaitu pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan,

kualitas kerja mereka, produktivitas kerja, adaptasi dan fleksibilitasnya,

inisiatif dan pemecahan masalah, koorperasi dan kerjasama, kendala yang

mampu diatasi dan tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi dan

interaksinya.

13. PAKEM (Penilaian, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)

a. Konsep Dasar PAKEM

38
Pembelajaran adalah salah satu unsur penentu baik tidaknya

lulusan yang dihasilkan suatu sistem pendidikan.

Implementasi MBS di Indonesia telah mulai dilaksanakan pada

Tahun 1999. Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah

rintisan adalah pendekatan PAKEM. PAKEM adalah sebuah istilah

untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini

dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan

kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana

menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses

pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa

sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan

mengemukakan gagasan. Aktif di sini bersifat fisik maupun mental.

Artinya, aktif dalam mengemukakan penalaran (alasan), menemukan

kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan,

mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan

semua itu untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan

belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat

kemampuan peserta didik, juga siswa dapat menjadi kreatif dalam

proses pembelajarannya.

39
Pembelajaran menyenangkan adalah suatu pembelajaran yang

mempunyai suasana yang mengasyikkan sehingga perhatian peserta

didik terpusat secara penuh pada belajar sehingga waktu curah

perhatiannya (“time on task”) tinggi.

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses

pembelajaran tidak efektif. Maksudnya, tidak menghasilkan apa yang

harus dikuasai peserta didik (kompetensi) setelah proses pembelajaran

berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan

pembelajaran yang harus dicapai.

Pada pendekatan PAKEM, peran guru sangat penting. Guru dapat

berfungsi sebagai fasilitator, motivator, dan pencipta suasana yang

aktif, kreatif, efektif dan juga menyenangkan. Guru aktif memantau

kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan

yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa. Jika kondisi ini

terjadi, maka siswa akan bisa menjadi aktif.

Di samping itu, guru harus kreatif, artinya guru dapat

mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat

bantu belajar, memanfaatkan lingkungan, mengelola kelas dan sumber

belajar untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata

pembelajaran yang menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak,

melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi

yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang sama

sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologis.

40
PAKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:

a) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang

mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan

penekanan pada belajar melalui berbuat.

b) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara untuk

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan

sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,

menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.

c) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan

belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.

d) Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan

interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

e) Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri

dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan

gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan

lingkungan sekolahnya.

Salah satu ciri PAKEM adalah terjadinya suatu proses

pembelajaran yang efektif. Makna efektif sangat luas, tetapi suatu

proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dengan

suasana yang menyenangkan tanpa dicapai suatu pembelajaran yang

efekti, maka pembelajaran tersebut akan sia-sia. Langkah-langkah

yang harus dilakukan guru agar pembelajaran efektif adalah

merencanakan pembelajaran, membangun komunikasi yang efektif,

41
memilih dan menetapkan strategi pembelajaran, mengelola kelas, dan

melakukan evaluasi.

b. KomponenPendukung PAKEM

Keberhasilan PAKEM dipengaruhi oleh beberapa komponen.

Diantaranya adalah guru dan kepala sekolah, orang tua siswa, komite

sekolah, masyarakat, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah kami melakukan kegiatan magang di SD Negeri No. 25

Panaikang kami dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan

kurikulum 2013 mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yakni

dengan menggunakan kurikulum 2013 siswa lebih ditekankan dengan sikap

dan perilakunya. Sedangkan kelemahannya yakni para guru masih bingung

dengan penggunaan kurikulum 2013 serta pembagian jadwal mengajar

dengan guru olahraga.

B. Saran

1. Mahasiswa

Untuk mahasiswa magang 1 khususnya anak PGSD agar dengan

adanya magang 1 ini dapat menjadi pengalaman yang berharga dan

menjadi bekal ketika menjadi tenaga pendidik nantinya.

2. Pendidik

Untuk para pendidik agar lebih mempelajari lagi kurikulum 2013

sebagai pengetahuan dasar mendidik peserta didik. Agar lebih

memudahkan lagi untuk mentransfer ilmu.

3. Pemerintah

Untuk para pemerintah agar lebih mengsosialisasikan lagi

kurikulum 2013 agar para guru mempunyai pengetahuan dasar

kurikulum 2013. Dan sosialisasinya lebih merata lagi baik itu untuk

pelosok desa mau pun kabupaten.

43
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah. (online) http://www.m-


edukasi.web.id/2013/02/pengertian-manajemen-berbasisekolah.html
diakses pada tanggal 22 Agustus 2014 pukul 08:03 WITA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah (MPMBS) : Jakarta.

Dunia Pendidikan.2014. Contoh Laporan Magang SD. (Online)


http://duniapendidikanobeth.blogspot.com/2014/05/contoh-laporan-
magang-sd.html diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 pukul 12:03
WITA

Panduan Guru. 2013. Evaluasi Hasil Belajar Refleksi Keberhasilan Proses


Belajar Mengajar.(Online) http://panduanguru.com/evaluasi-hasil-
belajar-refleksi-keberhasilan-proses-belajar-mengajar/ diakses pada
tanggal 15 Agustus 2014 pukul 10:03 WITA

Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan


Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : Prenada
Media.a

Universitas Muhammadiyah Makassar. 2013. Buku Panduan Magang 1. Makassar


:FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

LAMPIRAN

(Gerbang utama) (Taman depan)

44
(Visi Misi) (Sudut baca)

(Toilet/WC) (Bak sampah)

(Lapangan Upacara/lapangan olahraga) (Keadaan kelas)

45
(Lorong kelas) (Lembar Kerja Siswa)

Wawancara dengan kepala sekolah (Suasana upacara bendera)

(Proses belajar mengajar)

46
(Proses belajar mengajar)

(Gotong Royong) (Olahraga)

(Pemeriksaan kebersihan) (Pramuka)

47

Anda mungkin juga menyukai