Anda di halaman 1dari 104

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan keadaan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya
kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu,
sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan
pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan. Salah satu sarana
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
tersebut adalah apotek.
PT. Kimia Farma sebagai salah satu perusahaan milik negara
yang bergerak di bidang kesehatan mempunyai peranan penting
dalam mewujudkan upaya kesehatan di Indonesia, yaitu dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk
memberikan pelayanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta
memberikan jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan.
Sebagai salah satu perusahaan, selain memberikan pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat, apotek Kimia Farma juga dituntun
untuk dapat mengembangkan perusahaan dan memberikan
keuntungan finansial bagi peningkatan nilai perusahaan. Untuk
melihat dan mengetahui potensi pemasaran apotek kimia Farma perlu
adanya peran apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian
di apotek Kimia Farma, maka Mahasiswa Apoteker yang merupakan
calon apoteker perlu dibekali keterampilan dan keahlian dalam
mengelola apotek melalui Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia
Farma. Khususnya dalam bidang potensi pasar agar dapat
memaksimalkan pemasaran dari apotek terhadap keadaan lingkungan
sekitar apotek.

1
2

PKPA ini memberikan pengetahuan kepada calon apoteker


tentang pengelolaan apotek sebagai suatu bisnis dan melihat aspek
pasar di apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin serta peran dan tugas
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam melaksanakan sistem
managerial dan pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma.
I.2 Tujuan PKPA di Apotek
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek yaitu :
1. Mampu melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai
2. Mampu menerapkan kegiatan pelayanan farmasi klinis
3. Mampu memahami penerapan sistem managerial di apotek
4. Mempelajari cara membuat studi kelayakan dalam perencanaan
pembuatan apotek baru
5. Mampu menganalisis potensi pasar yang ada di Kimia Farma 38
Hasanuddin
I.3 Manfaat PKPA di Apotek
Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek yaitu :
1. Memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai
2. Dapat menerapkan kegiatan pelayanan farmasi klinis di apotek
3. Mendapatkan pengetahuan mengenai managerial dan sistem
pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin
4. Dapat membuat studi kelayakan dalam perencanaan apotek baru
5. Mengetahui potensi pasar yang ada di apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin
I.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Perapotekan
dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin, pada tanggal 09
Januari – 03 Februari 2017.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Pustaka Umum
A. Pengertian Apotek
Menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker (Permenkes, 2014). Apotek merupakan salah satu
sarana pelayanan untuk masyarakat di bidang kesehatan. Untuk
mengelolah apotek, dibutuhkan seorang Apoteker sebagai tenaga
profesional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian, karena memiliki
pengetahuan tentang obat-obatan serta manajemen apotek (Umar,
2007).
B. Landasan Hukum Apotek
Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam :
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek.
3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1980 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang
Apotek
4. Peraturan Pemerintah No. 32 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990
Tentang Obat Wajib Apotek
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.
919/Menkes/Per/X/1993/Tentang Kriteria Obat yang dapat
Diserahkan Tanpa Resep
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993/
Tentang Obat Wajib Apotek

3
4

8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 925/Menkes/Per/X/1993


Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No.1
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997
Tentang Peredaran Psikotropik
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999
Tentang Obat Wajib Apotek No.3
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2010
Tentang Ketentua dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek
12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 187/Menkes/ Per/III/1991
Tentang Pelaksanaan Masa Bakti dan ijin Kerja Apoteker
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 397b/Menkes/SK/VII/1991
Tentang Larangan Peredaran Obat Tradisional yang Tidak
Terdaftar.
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian ijin Apotek
15. Peranturan Pemerintah No. 72 Tentang Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/IX/1993
Tentang Ketentuan dan Pembarian Ijin Apotek sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1322/Menkes/Per/IX/202 Tentang Ketentuan Pemberian Ijin
Apotek
17. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
18. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1027/Menkes/SK/IX/20014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
20. Undang-undang No. 5 Tahun1997 Tentang Psikotropika
21. Undang—undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

4
5

C. Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009,
tugas dan fungsi apotek adalah (Depkes RI, 2009) :
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan
mendistribusikan sediaan farmasi, antara lain obat, bahan
baku obat, obat tradisional, dan kosmetika
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
D. Persyaratan Apotek (Hartini, 2007)
Menurut KEPMENKES No. 1332 Tahun 2002 pasal 4
bahwa wewenang pemberian ijin apotek dilimpahkan oleh Menteri
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karenan
itu, tata cara permohonan ijin apotek tidak lagi didasarkan pada
PERMENKES No. 922 Tahun 1993, namun telah disesuaikan
menurut pasal 7 KEPMENKES No. 1332 Tahun 2002 tentang
perubahan atas PERMENKES No. 922 Tahun 1993, yaitu sebagai
berikut:
1. Permohonan ijin apotek diajukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kotamadya.
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya selambatn-
lambatnya 6 hari kerja setelah menerima surat permohonan
ijin tersebut, meminta bantuan teknis kepada Kepala Badan
POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap apotek untuk
melakukan kegiatan.

5
6

3. Kepala Badan POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah


permintaan bantuan teknis tersebut melaporkan hasil
pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya.
4. Apabilah pemeriksaaan tidak dilaksanakan sebagaimana
waktu yang ditentukan diatas, maka apoteker pemohon dapat
membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya setempat
dengan tembusan ke Kepala Dinas Provinsi.
5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, atau
surat pernyataan dimaksud ayat 4 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya setempat mengeluarkan Surat Ijin
Apotek.
6. Apabila hasil pemeriksaan apotek oleh Kepala Balai POM
masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan.
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaiman dimaksud diatas,
Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan
yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu
satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
Adapun persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam
mendirikan sebuah Apotek antara lain:
a. Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA)
Untuk memperolah SIPA sesuai denga PP RI No. 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang
Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA). STRA dapat diperoleh jika seorang apoteker
memiliki persyaratan sebagai berikut:/

6
7

1. Memiliki Ijazah Apoteker


2. Memiliki sertifikat kompetensi apoteker
3. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji
apoteker
4. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat ijin praktek
5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
b. Bangunan dan kelengkapannya (Depkes RI, 2004)
Berdasarkan surat SK MENKES RI No.287/Menkes/
SK/V/1981 tentang persyaratan luas apotek minimal 50 m 2,
terdiri dari ruang tunggu, tuang peracikan dan penyerahan
obat, ruang administrasi, ruang laboratorium pengujian
sederhana, ruang penyimpanan obat, tempat pencucian alat
dan jamban WC.
c. Papan nama apotek (Depkes RI, 2004)
KEPMENKES RI No. 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian menyebutkan bahwa
apotek berlokasi pada daerah yang dengan muda dikenali
oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk
yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat
dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Dalam
PERMENKES No. 1332 tahun 2002 dijelaskan bahwa papan
nama apotek memiliki ukuran dengan panjang minimal 60
cm, dan lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih,
tinggi huruf minimal 5cm, tebal 5 cm. Pada pasal 6 ayat 3
KEPMENKES No. 278 tahun 1981 tentang Persyaratan
apotek dijelaskan bahwa papan nama apotek harus memuat:
1. Nama apotek
2. Nama apoteker pengelola apotek
3. Nomor SIA

7
8

4. Alamat apotek dan


5. Nomor telepon apotek
d. Perlengkapan apotek
Dalam lampiran KEPMENKES No. 1332 tahun 2002,
tentang berita acara pemeriksaan apotek, dituliskan tentang
perincian hal yang diperiksa dan persyaratan yang harus
dipenuhi, yakni :
1. Alat pembuatan, pengolahan, peracikan:
Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah
ditera minimal satu set; Timbangan gram dengan anak
timbangan yang sudah ditera minimal satu set;
Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi:
Lemari dan rak untuk penyimpanan obat; Lemari
pendingin; Lemari untuk penyimpanan narkotik dan
psikotropik.
3. Wadah pengemas dan pembungkus:
4. Alat administrasi:
Blangko pesanan obat; Blangko kartu stok obat; Blangko
salinan resep; Blangko faktur dan nota penjualan; Buku
catatan narkotik; Buku pesanan obat narkotika; dan
Format laporan obat narkotik
5. Buku acuan:
Buku standar yang diwajibkan yakni Farmakope
Indonesia edisi terbaru 1 buah; Kumpulan peraturan
perundang - undangan yang berhubungan dengan
apotek.
E. Apoteker Pengelola Apotek (Depkes RI, 2014)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014,
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

8
9

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sesuai dengan


peraturan yang berlaku, maka apotek harus dikelolah oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek,
seorang apoteker harus mampu menyediakan dan memberikan
pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, dan menempatkan diri sebagai
pimpinan dalam situasi multidisipliner.
a. Kewenangan dan kewajiban apoteker di apotek
1. Kewenangan Apoteker
a) Berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
(Permenkes No. 922 tahun 1993)
b) Berwenang menjalankan peracikan obat (pembuatan
dan penyerahan obat-obatan untuk kesehatan) (UU
obat keras No. 419 tahun 1949 pasal 1)
c) Berwenang menyelenggarakan apotek di suatu
tempat setelah mendapat SIA dari Dinas Kesehatan
(Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 1)
d) Berwenang menerima dan menyalurkan obat keras
melalui pedagang besar farmasi atau apotek
(Permenkes No. 918 tahun 1993 pasal 16)
2. Kewajiban Apoteker
a) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya terjamin
b) Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi oleh kepentingan
masyarakat
c) Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat
yang lebih tepat
d) Memberikan informasi berkatan dengan penggunaan
obat yang disarankan kepada pasien dan penggunaan

9
10

oat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan


masyarakat.
e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh apoteker pendamping atau apoteker
pengganti dalam pengelolaan apotek.
f) Apabila apoteker menganggap bahwa terdapat
kekeliruan resep atau penulisan resep yang tidak
epat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter
penulis resep.
g) Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan
farmasi lain, kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika, serta berita acaranya jika menyerahkan
tanggung jawab pengelolaan kefarmasian.
h) Mengamankan perbekalan farmasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku jika SIA-
nya dicabut.
i) Menunjuk apoteker pendamping atau apoteker
pengganti jika berhalang melaksanakan tugasnya.
3. Syarat menjadi apoteker pengelola apotek
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi
apoteker pengelola apotek berdasarkan PERMENKES RI
No. 184/Menkes/Per/II/1995 adalah:
a) Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan
b) Telah mengucpkan sumpah atau janji sebagai
apoteker
c) Memiliki SIK dari MENKES
d) Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental
untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker
e) Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak
menjadi APA di apotek lain.

10
11

F. Operasional Apotek
Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan
apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan,
pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai
perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter,
tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat,
pengamatan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya
dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
2. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan
administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas
selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang
berhubungan dengan fungsi apotek.
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan
yaitu pelayanan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengontrolan, pemusnahan, pencatatan dan
pelaporan) dan pelayanan farmasi klinik yang meliputi pelayanan
resep,dan pemberian informasi obat dan atau sediaan farmasi
lainnya.
G. Pelayanan Farmasi Klinik (Depkes RI, 2014)
1. Pengkajian resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administratif,
kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kajian

11
12

administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis kelamin, berat,


badan, nama dokter, nomor Surat, Izin Praktek, alamat, nomor
telepon, paraf, tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian
farmasetik meliputi: bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas,
kompatibilitas. Kajian klinis meliputi: ketepatan indikasi dan
dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi
atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra
indikasi, interaksi. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari
hasil skrining maka apoteker harus menghubungi dokter penulis
resep untuk mengkonfirmasi.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan
pemberian informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep
maka dilakukan hal-hal seperti menyiapkan obat sesuai dengan
resep, melakukan peracikan jika perlu, memberikan etiket,
memasukkan obat dalam wadah. Setelah dilakukan penyiapan
obat, dilakukan cek kembali kesesuaian obat yang telah
disiapkan dengan yang tertulis pada resep.
3. Pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan
bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi obat
yang diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi, rute,
cara pemberian, farmakokinetik, farmakologi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, harga, dan lain-lain.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker
dengan pasien, atau keluarga pasien untuk meningkatkan

12
13

pengetahuan, pemahanman, kesadaran dan kepatuhan


sehingga terjadi perubahan perilaku dlam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
mengawali konseling, apoteker wajib mengawali denga three
prime question. Apoteker wajib melakukan verifikasi bahwa
pasien atau keluarga pasien benar-benar mengerti tentang obat
yang digunakan.
Kriteria pasien yang perlu diberikan konsumen adalah
pasien kondisi khusus (pediatrik, geriatri, gangguan fungsi hati
atau ginjal, ibu hamil dan ibu menyusui), pasien dengan terapi
obat jangka panjang (TB, DM, AIDS, epilepsi), pasien yang
menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid), pasien yang menggunakan obat dengan indeks
terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin), pasien dengan
polifarmasi, dan pasien denga tingkat kepatuhan rendah.
5. Pelayanan kefarmasian di rumah (home care)
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat
dilakukan oleh apoteker adalah penilaian masalah yang
berhubungan dengan pengobatan, mengidentifikasi kepatuhan
pasien, pendampingan pengelolaan obat atau alat kesehatan di
rumah, konsultasi masalah obat, monitoring pelaksanaan, dan
dokumentasi pelaksanaan.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
PTO merupakan proses yang memastikan bahwa pasien
mendapatkn terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
7. Monitoring efek samping
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap onbat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

13
14

H. Pengelolaan Psikotropika
Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997
merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi 4
beberapa golongan, yaitu:
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
menyebabkan ketergantungan.
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan
ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan ketergantungan.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan untuk terapi dan untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi :
1. Pemesanan narkotika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama
dengan pemesanan obat lainnya yakni dengan surat
pemesanan yang sudah ditanda tangani oleh APA yang dikirim
ke Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pemesanan psikotropik
memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan
apotek ke PBF atau pabrik obat. Penyaluran psikotropik diatur

14
15

dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2)


menyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan resep.
Satu lembar surat pesanan psikotropik memuat satu item obat
psikotropika.
2. Penyimpanan psikotropika
Obat golongan psikotropika merupakan salah satu
golongan obat yang cenderung disalahgunakan, sehingga
disarankan untuk menyimpan obat psikotropika dalam suatu rak
atau lemari khusus yang terpisah denga obat lain.
3. Penyerahan psikotropika
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan
kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan kepada pasien berdasarkan resep
dokter.
4. Pelaporan psikotropika
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997, pabrik
obat, PBF, sarana peyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan
lembaga penelitian dan atau kegiatan yang berhubungan
dengan psikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri
Kesehatan secara berkala, yaitu setiap bulan paling lambat
tanggal 10 kepada Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Kessehatan setempat dan BPOM.
5. Pemusnahan psikotropika
Berdasaran Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal
53 tentang psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan
bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa
memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku atau tidak
dapat digunakan lagi dalam proses psikotropika, kadaluarsa

15
16

atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan


kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari
setelah mendapat kepastian. Berita cara tersebut memuat:
1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
2) Nama pemengang ijin khusus atau apoteker pengelola
apotek
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain
dari apotek lain
4) Nama dan jumlah pskotropika yang dimusnahkan
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.
I. Pengelolaan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika, narkotika dideinisikan sebagai suatu zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun
semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan menjadi 3 golongan,
yatu:
1. Narkotika golongan 1 adalah narkotika yang hanya digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
menyebabkan ketergantungan
2. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi menyebabkan ketergantungan.

16
17

3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan


dan banyak digunaan dalam terapi atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan
menyebabkan ketergantungan.
Narkotik sangat bermanfaat untuk pengobatan dan ilmu
pengetahuan, namun dapat menimulkan ketergantungan yang
merugikan dan sering disalahgunakan, oleh karena itu dalam
rangka mempermudah penggunaan Narkotik di Indonesia maka
Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya
perusahaan yang diijinkan untuk memproduksi, mengimpor, dan
mendistribusikan narkotika. Pengelolaan narkotika meliputi:
a. Pemesanan narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh PBF
Kimia Farma. Pemesanan narkotik bagi apotek harus ditanda
tangani oleh APA dengan menggunkan surat pesanan 4
rangkap dimana tiap jenis pemesanan narkotik menggunakan
satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK
apoteker dan stempel apotek.
b. Penyimpanan narkotika
Narkotik yang ada di apotek wajib disimpan secara
khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
MENKES dalam UU No. 35 tahun 2009 pasa 14 ayat (1).
Syarat tempat penyimpanan narkotik:
1) Seluruhnya terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat
2) Mempunyai kunci ganda yang kuat
3) Dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian dengan
kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk
menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan
untuk menyimpan narkotika lain yang dipakai sehari-hari.

17
18

4) Apabilah tempat tersebut berukran 40 x 80 x 100 cm, maka


lemari tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.
c. Pelayanan resep narkotik
Apotek hanya melayani pembelian narkotik berdasarkan
resep dokter. Dengan ketentuan yang dimuat dalam surat
edaran BPOM No. 336/EE/SE/1977 yang menyatakan bahwa:
1) Apoteker dilarang melayani resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian
atau belum dilayani sama sekali
2) Untuk resep narkotika yang beru dilayani sebagian atau
belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan
resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani
oleh apotek yang menyimpan resep aslinya
3) Salinan resep dari resep narkotik dengan tulisan iter tidak
boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak
boleh menambahkan tulisan iter pada resep yang
mengandung narkotik
d. Pelaporan narkotika
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2)
dinyatakan bahwa industri farmasi, PBF, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter dan lembaga
ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan
pengeluaran narkotik. Laporan harus ditandatangani oleh
apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan SIK, SIA,
nama jelas, stempel apotek, kemudian dikirim kepada Kepala
DINKES Provinsi setempat dengan tembusan kepada:
1) Kepala DINKES Kabupaten/Kota
2) BPOM setempat
3) Penanggungjawab narkotik PT. Kimia Farma

18
19

4) Arsip
Laporan yang ditandantangani oleh APA meliputi:
1) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotik
2) Laporan penggunaan bahan baku narkotik
3) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin
Laporan narkotik dibuat setiap sebulan sekali selambat-
lambatnya setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
e. Pemusnahan narkotika
Menurut PERMENKES No. 28/Menkes/Per/I/1978 Pasal
9 menyatakan bahwa pemegang khusus dan atau APA dapat
memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi
syarat.
Pemusnahan narkotika dilakukan apabila:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan tidak dapat digunakan dalam proses produksi
2) Kadaluarsa
3) Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan atau untuk pengembangan ilmu
pengetahuan
4) Berkaitan dengan tindak pidana.
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 pasal
61, pemusnahan narkotik dilaksanakan oleh pemerintah, orang
atau badan usaha yang bertanggungjawab atas produksi atau
peredaran narkotika, saranan kesehatan tertentu serta lembaga
ilmu pengetahuan dengan disaksikan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh MENKES. Pelaksanaan pemusnahan narkotik
yang rusak atau tidak memenuhi persyaratan pada apotek
adalah:
1) Bagi apotek di tingkat provinsi, pelaksanaan pemusnahan
disaksikan oleh petugas dari BPOM

19
20

2) Bagi apotek di tingkat Kabupaten/Kota pemusnahan


disaksikan Kepala DINKES Tingkat II.
Pemusnahan narkotik yang telah dilakukan harus
dibuatka berita acara pemushnahan paling sedikit 3 rangkap,
yang memuat:
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
2) Nama pemegang ijin khusus atau apoteker pengelola
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi
dari apotek tersebut
4) Nama dan jumlah narkotik yang dimusnahkan
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi
J. Pengelolaan Obat Prekursor Farmasi
Menurut Permenkes RI No. 3 tahun 2015, Prekursor
Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,
pseudoephedrine, norephedrine / phenyl - propanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat.
1. Peredaran Prekursor Farmasi
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat
diedarkan setelah mendapat izin edar dari menteri. Untuk
mendapatkan surat izin edar harus melalui pendaftaran pada
Badan Pengawas Obat dan Makanan dan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Penyaluran Prekursor Farmasi
Penyaluran hanya dapat dilakukan berdasarkan surat
pesanan atau Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) untuk pesanan dari Puskesmas. Surat pesanan

20
21

hanya berlaku untuk masing-masing Prekursor Farmasi dan


harus terpisah dari pesanan barang lain.
Penyaluran Prekursor Farmasi berupa zat/bahan
pemula/bahan kimia atau produk antara/produk ruahan hanya
dapat dilakukan oleh PBF yang memiliki izin untuk Prekursor
Farmasi kepada Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu
Pengetahuan. Penyaluran Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
Penanggungjawab produksi dan/atau Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan.
Penyerahan Prekursor dalam bentuk obat jadi hanya
dapat dilakukan oleh :
a. Industri farmasi kepada PBF dan instalasi farmasi
pemerintah
b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi
Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
c. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi
Farmasi Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian, dan
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi
Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas.
Selain kepada PBF lainnya, Apotek, Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Pemerintah, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan, PBF dapat menyerahkan prekursor farmasi
golongan obat bebas terbatas kepada Toko Obat.
3. Penyerahan Prekursor Farmasi
Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
oleh Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

21
22

Instalasi Farmasi Klinik, Dokter dan Toko Obat. Apotek hanya


dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras
kepada Apotek lainnya, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Dokter dan pasien. Apotek,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi
Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi
golongan obat keras kepada pasien berdasarkan resep
dokter. Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat keras
hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah
Prekursor Farmasi golongan obat keras berdasarkan resep
yang telah diterima.
Penyerahan harus berdasarkan surat permintaan
tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian penanggung jawab atau dokter yang menangani
pasien. Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas
terbatas kepada pasien harus memperhatikan kerasionalan
jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan terapi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penyimpanan Prekursor Farmasi
Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus. Tempat penyimpanan
Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan baku. Gudang khusus tempat
penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu
yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua)
buah kunci yang berbeda;
b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji
besi;

22
23

c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi


dengan jeruji besi;
d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin
Apoteker penanggung jawab; dan
e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab
dan pegawai lain yang dikuasakan.
5. Pemusnahan Prekursor Farmasi
Pemusnahan hanya dilakukan dalam hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali;
b. telah kadaluarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. dibatalkan izin edarnya; atau
e. berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan dilaksanakan oleh Industri Farmasi,
PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, Dokter atau Toko Obat. Instalasi Farmasi
Pemerintah yang melaksanakan pemusnahan harus
melakukan penghapusan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Pemusnahan Prekursor Farmasi harus dilakukan
dengan tidak mencemari lingkungan dan tidak
membahayakan kesehatan masyarakat. Pemusnahan
Prekursor Farmasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas
distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan

23
24

lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan surat


pemberitahuan dan permohonan saksi kepada:
1) Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat
dan Makanan, bagi Instalasi Farmasi Pemerintah
Pusat;
2) Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi
Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah
Provinsi; atau
3) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat,
bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah
Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan
surat permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah
ditetapkan.
d. Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk
antara, dan produk ruahan harus dilakukan sampling
untuk kepentingan pengujian oleh petugas yang
berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
e. Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi
sebelum dilakukan pemusnahan.

24
25

Berita Acara Pemusnahan paling sedikit memuat:


a. hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
b. tempat pemusnahan;
c. nama penanggung jawab fasilitas produksi/ fasilitas
distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/ pimpinan
lembaga/ dokter praktik perorangan;
d. nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi
lain badan/sarana tersebut;
e. nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi yang dimusnahkan;
f. cara pemusnahan; dan
g. tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas
distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/ pimpinan
lembaga/ dokter praktik perorangan dan saksi.
K. Pelanggaran terhadap Ketentuan Pengelolaan Apotek
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotik, dijelaskan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan
mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenakan
sanksi administratif oleh MENKES, yang berupa teguran,
peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan,
atau pencabutan ijin.
II.2 Tinjauan Pustaka Kimia Farma
A. Sejarah Kimia Farma (www.kimiafarma.co.id)
Kimia Farma merupakan pioneer dalam industri farmasi
Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun
1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.,
perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan Sejalan
dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan
belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah
perusahaan farmasi menjadi PNF Bhineka Kimia Farma.

25
26

Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk


hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT. Kimia
Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tersebut
tercatat sebagai perusahaan publik di Busa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 91
tahun dan nama baik yang identic dengan mutu, hari ini Kimia
Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan
kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan
penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan
masyarakat.
B. Visi Kimia Farma Apotek (www.kimiafarma.co.id)
Menjadi perusahaan healthcare pilihan utama yang
terintegrasi dan menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
C. Misi Kimia Farma Apotek (www.kimiafarma.co.id)
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan
farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmasi dan
layanan kesehatan serta optimalisasi aset
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance
dan Operational Excellence didukung oleh SDM professional
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh
stakeholder
D. Struktur Organisasi (www.kimiafarma.co.id)
Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek adalah sebagai
berikut (kimiafarmaapotek.co.id) :
1. Dewn Komisaris
2. Direktur Utama
3. Direktur Operasional, terdiri dari :
a. Manajer Operasional
b. Manajer Bisnis
c. Manajer Merchandiser dan Logistik

26
27

4. Direktur Keuangan, SDM, dan Umum, terdiri dari :


a. Manajer umum dan SDM
b. Manajer Keuangan dan Akuntansi
c. Manajer Teknologi Informatika
5. Direktur Pengembangan, membawai Manajer Pengembangan
Usaha
E. Budaya Perusahaan (www.kimiafarma.co.id)
Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang
merupakan nilai-nilai inti Perseroan yaitu I CARE yang menjadi
acuan/pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya,
untuk berkarya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat. Berikut adalah budaya perusahaan (corporate
culture) perseroan:
 Innovative : Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif
untuk membangun produk unggulan
 Customer First : Mengutamakan pelanggan sebagai mitra
kerja
 Accountable : Dengan senantiasa bertanggung jawab atas
amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan
memegang teguh profesialisme, integritas dan kerja sama
 Responsible : Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja
tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan, serta
senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah
 Eco-Friendly : Menciptakan dan menyediakan baik produk
maupun jasa layanan yang ramah lingkungan
F. Kegiatan di Kimia Farma (www.kimiafarma.co.id)
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk memiliki beberapa bidang
kegiatan antara lain bidang industri yang dilakukan oleh PT. Kimia
Farma holding dan bidang pemasaran dilakukan oleh dua anak

27
28

perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia


Farma Trading and Distribution (PT. Kimia Farma PBF).
1. Bidang industri
a. Riset dan teknologi
PT. Kimia Farma memiliki fasilitas laboratorium riset
yang berlokasi di Jl. Cihampelas no. 5 Bandung yang
berfungsi antara lain melakukan kegiatan pengembangan
dan riset dalam rangka meningkatkan kemampuan
perusahaan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fasilitas tersebut diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI
pada tanggal 19 Juli 1991. Kegiatan pengembangan dan
penelitian yang dilakukan selain pengembangan obat asli
Indonesia juga berupa pengembangan formula produk baru
maupun reformulasi produk lama untuk meningkatkan
efektivitas obat dan efisiensi produksi. Kegiatan
pengembangan dan penelitian ini didukung oleh orang ahli.
Dalam kegiatan pengembangan formula produk baru, unit
kerja ini mendapatkan masukan terutama dari divisi
pemasaran.
b. Produksi
Kegiatan produksi PT. Kimia Farma difokuskan pada
komitmen terhadap mutu dan ketersediaan produk sesuai
dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam
melaksanakan kegiatannya PT. Kimia Farma didukung oleh
unit-unit usaha di bidang bahan baku (manufaktur), unit
produksi obat jadi (formulasi) dan unit usaha pelayanan
distribusi farmasi (baik Pedagang Besar Farmasi maupun
Apotek) di seluruh Indonesia.
2. Bidang pemasaran
Kegiatan pemasaran ditangani oleh divisi pemasaran.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., membagi kegiatan

28
29

pemasarannya masing-masing untuk produk obat generik,


OTC, Ethical dan Obat Lisensi. Divisi pemasaran secara
konsisten melakukan penelitian pasar baik berdasarkan data
primer dan data sekunder sehingga mampu menghasilkan
strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan. Divisi ini juga
membuat rencana pemasaran secara terpadu yang
dikoordinasikan dengan unit terkait seperti produksi dan
distribusi.
Pada tanggal 4 Januari 2003 PT. Kimia Farma
membentuk 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek
dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution.
G. Kimia Farma Bisnis Manager Makassar
Apotek Kimia Farma Makassar memiliki 28 apotek yang
tersebar di beberap wilayah yaitu :
1. Apotek Kimia Farma 33, Jl. Ahmad Yani No.17-19, Makassar,
Telp. 0411-3816722
2. Apotek Kimia Farma 38, Jl. St. Hasanuddin No.46, Makassar,
Telp. 0411-3617110
3. Apotek Kimia Farma 250, Jl. Dr. Ratulangi No.59, Makassar,
Telp. 0411-873789
4. Apotek Kimia Farma 462, Jl. Hertasning, Makassar, Telp. 0411-
442945
5. Apotek Kimia Farma 501, Jl. Dg. Tata Raya No.69A, Makassar,
Telp. 0411-880685
6. Apotek Kimia Farma 502, Jl. A. P. Pettarani No.18, Makassar,
Telp. 0411-857287
7. Apotek Kimia Farma 548, Jl. Cendrawasih No.233, Makassar,
Telp. 0411-875940
8. Apotek Kimia Farma 199 Erlina, Jl. Urip Sumoharjo No.32,
Makassar, Telp. 0411-449836

29
30

9. Apotek Kimia Farma Pel 8 RSUP Wahidin, Jl. Peintis


Kemerdekaan Km.11, Makassar, Telp. 0411-585904
10. Apotek Kimia Farma Pel RS UNHAS, Jl. Perintis Kemerdekaan
Km.17, Makassar.
11. Apotek Kimia Farma 577 Daya, Jl. Perintis Kemerdekaan
Km.14 No.195A, Makassar, Telp.0411-518921
12. Apotek Kimia Farma 602 Alauddin, Jl. Sultan Alauddin No.222,
Makassar, Telp. 0411-865538
13. Apotek Kimia Farma Sudiang, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.19
No.5, Makassar, Telp. 0411-4813815
14. Apotek Kimia Farma Boulevard, Jl. Boulevard Komp. Ruby 1
No.17, Makassar, Telp.0411-442098
15. Apotek Kimia Farma Kima, Jl. Kima Raya I, Makassar,
Telp.0411-515965
16. Apotek Kimia Farma 601 Gowa, Jl. Sultan Hasanuddin No.8,
Gowa, Telp. 0411-869842
17. Apotek Kimia Farma Pengayoman, Jl. Pengayoman No.C2 16,
Makassar, Telp. 0411-438432
18. Apotek Kimia Farma Lacasino, Jl. Adhyaksa Baru No.45,
Makassar.
19. Apotek Kimia Farma BTP, Bumi Tamalanrea Permai M/39,
Makassar
20. Apotek Kimia Farma Urip S, Jl. Urip SUmoharjo No.36,
Makassar
21. Apotek Kimia Farma Perintis, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11,
Makassar
22. Apotek Kimia Farma 600, Jl, Poros Maccopa, Maros, Telp.
0411-372020
23. Apotek Kimia Farma Pel Ambon, Jl. dr. Kayadoe, Ambon,
Telp.0911-351677

30
31

24. Apotek Kimia Farma Urimeseng, Jl. Diponegoro No.86, Ambon,


Telp.0911-3822693
25. Apotek Kimia Farma 31 Pare-pare, Jl. Nurussamawati No.30,
Pare-pare, Telp.0421-22237
26. Apotek Kimia Farma 248 Gelora, Jl. Bau Masepe No.484, Pare-
pare, Telp.0421-21892
27. Apotek Kimia Farma Bulukumba, Jl. Lanto Dg. Pasewang
No.80, Bulukumba, Telp.0413-2510117
28. Apotek Kimia Farma 201 Toraja, Jl. Pongtiku Raya, Toraja,
Telp.0423-24141
II.3 Tinjauan Pustaka Khusus (Rofiya, 2008)
A. Prinsip dan Dasar Manajemen Pemasaran
1. Arti dan kegunaan manajemen pemasaran
Kata pemasaran mengandung suatu pengertian bahwa
bila suatu perusahaan tidak berhasil memperoleh pembeli,
maka perusahaan tidak mampu hidup.
Secara umum pemasaran adalah suatu system
keseluruhan yang meliputi kegiatan-kegiatan bisnis yang
saling mempengaruhi yang ditujukan untuk merencanakanm,
menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
produk agar dapat memuaskan kebutuhan untuk mencapai
pasar sasaran sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
Aktivitas pemasaran merupakan hasil kerja dan
interaksi beberapa hal yang terkoordinasi dalam proses yang
integratif, menyeluruh dalam aktifitas penjualan,
merencanakan serta mengembangkan yang tepat untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Supaya
semua aktifitas pemasaran terkoordinasi diperlukan
menajemen pemasaran yang terpadu, menyeluruh dan
menyangkut semua pihak dalam perusahaan dari tingkat atas
sampai tingkat bawah.

31
32

2. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran meruapakan suatu filosofi bisnis
berorientasi pada konsumen yang menekankan pada
pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Secara intern
keputusan yang menguntungkan, sekarang beralih tidak
hanya kepada taksiran produksi atau penjualan, tapi juga
termasuk bagian kepegawaian, keuangan, manajemen dan
accounting. Tiap bagian perusahaan mempunyai aspek
pemasaran, sebaliknya pemasaran mengandung fungsi dari
semua bagian yang lain.
Konsep dasar pemasaran ialah :
a. Kebutuhan konsumen
b. Keinginan konsumen
c. Kemampuan membeli
d. Adanya produk
e. Transaksi (Ukuran dan pemasaran)
f. Pasar (kumpulan pembeli)
Konsep dasar pemikiran manajemen pemasaran :
a. Memperbaikik produksi dan distribusi supaya sedapat
mungkin yang efisien
b. Meningkatkan mutu dan penampilan produk
c. Melakukan promosi penjualan
d. Memasarkan kebutuhan pelanggan
e. Memikirkan kepentingan konsumen, perusahaan dan
masyarakat
B. Segmentasi Pasar
Pasar biasanya masuk ke dalam grup alamiah, atau segmen,
yang berisi pelanggan yang menunjukkan karakteristik umum
yang sama. Segmen ini membentuk pasar terpisah dalam diri
mereka sendiri dan sering dalam ukuran yang cukup besar. Setiap
individu konsumen adalah suatu segmen pasar yang unik karena

32
33

semua orang berbeda dalam keinginannya. Akan tetapi, jelas tidak


ekonomis untuk membuat berbagai macam produk unik untuk
memuaskan setiap kebutuhan individu. Produk dibuat untuk
menarik perhatian grup pelanggan yang memiliki kebutuhan yang
diperkirakan sama.
C. Pemetaan Pasar
Salah satu cara menghadapi isu rumit segmentasi pasar
adalah dengan memulainya dengan penggambaran suatu peta
pasar sebagai langkah awal untuk penelitian yang lebih mendalam
tentang siapa pembeli. Suatu peta pasar (market map)
mendefinisikan rantai nilai antara pemasok dan pengguna akhir,
yang mempertimbangkan berbagai mekanisme pembelian yang
dijumpai dalam suatu pasar, termasuk bagian yang diperankan
oleh factor-faktor yang mempengaruhi. Secara umum, jika produk
atau jasa suatu organisasi bergerak melalui saluran distribusi yang
sama menuju pengguna akhir yang sama, suatu peta pasar
komposit dapat dibuat. Jika beberapa produk atau jasa bergerak
melalui saluran distribusi yang sangat berbeda atau manuju pasar
yang sangat berbeda, dibutuhkan lebih dari satu peta pasar.
D. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang
digunakan pemasar untuk mengejar/mencapai sasaran
pemasaran dalam pasar sasarannya. Tantangan dari
perencanaan pemasaran adalah pengoptimalan bauran dengan
menyesuaikan setiap variabel serta anggaran untuk
memaksimalkan nilai bagi konsumen dan kontribusi bagi
perusahaan yang diukur dalam penjualan dan laba atau sasaran
organisasi lainnya.
Bauran pemasaran terdiri dari dari 4 variabel yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk 4P yaitu :

33
34

1. Product (produk)
Kebijakan umum untuk penghapusan, pemodifikasian,
penambahan desain, pengepakan produk dan sebagainya
2. Price (harga)
Kebijakan harga umum yang harus diikuti grup produk
dalam segmen pasar.
3. Place (distribusi)
Kebijakan umum untuk tingkatan distribusi dan layanan
konsumen.
4. Promotion (promosi)
Kebijakan umum dalam berkomunikasi dengan
konsumen melalui ikla, penjualan personal, promosi
penjualan,hubungan masyarakat, hubungan masyarakat
pemasaran, pemasaran langsung melalui pos, telepon,
internet dan pameran.
E. Sasaran dan Strategi Pemasaran
1. Sasaran pemasaran
Sasaran pemasaran adalah seleksi komitmen
kuantitatif dan kualitatif pemasaran, biasanya dinyatakan baik
dalam bentuk standar kinerja untuk suatu periode operasi atau
kondisi tertentu untuk dicapai dalam tenggang waktu yang
diberikan.
Ada empat alternative tindakan yang mungkin bagi
perusahaan untuk menetapkan sasaran pemasarannya yaitu:
 Menjual produk yang ada ke pasar yang ada
 Memperpanjang (memperluas) produk yang ada ke pasar
baru
 Mengembangkan produk baru untuk pasar yang ada
 Mengembangkan produk baru untuk pasar baru

34
35

2. Strategi pemasaran
Strategi pemasaran merupakan seperangkat tindakan
yang berintegrasi dalam upaya memberikan nilai bagi
konsumen dan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Strategi pemasaran adalah cara untuk mencapai sasaran
pemasaran dan biasanya berkaitan dengan empat elemen
utama bauran pemasaran. Daftar strategi pemasaran berikut
mencakup sebagian besar pilihan terbuka dibawah 4P yaitu :
a. Produk
- Ubah kinerja, kualitas, atau ciri/kelengkapan
- Standarisasi desain
b. Price (harga)
- Ubah harga, aturan atau kondisi redit
c. Promosi
- Ubah iklan atau promosi dan ubah penjualan
d. Place (distribusi)
- Ubah pengiriman atau distribusi dan layanan

35
36

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil dan Kegiatan Umum
Apotek Kimia Farma 38 terletak di jalan St. Hasanuddin
No.46, Maloku, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan dengan nomor telepon 0411-3617110. Apotek Kimia Farma
38 saat ini berfungsi sebagai apotek pelayanan
Apotek Kimia Farma 38 melayani setiap hari mulai hari Ahad
sampai Senin. Apotek ini melayani selama 24 jam dengan
pembagian jam kerja 3 shift. Shift I pukul 08.00-15.00; shift II pukul
15.00-22.00, shift III pukul 22.00-08.00.
Apotek Kimia Farma unit Makassar memiliki beberapa poin
pembahasan yang diberikan kepada mahsiswa PKPA sebagai tugas
khusus yang menjadi tanggung jawab dan harus diselesaikan pada
masa periode PKPA yaitu :
A. Good Pharmacy Practice (GPP)
PT. Kimia Farma Apotek, untuk selanjutnya disingkat KFA,
adalah anak perusahaan PT. Kimia Farma (persero) Tbk, yang
khusus bergerak di bidang ritel farmasi dan jasa layanan
kesehatan lainnya. Dalam menjalankan roda bisnisnya, KFA
selalu membuat improvement untuk menjaga eksistensi dan
pertumbuhan kinerja dari tahun ke tahun. Salah satu program
yang dirintis mulai tahun 2009 adalah program pencapaian
akreditasi Good Pharmacy Practice (GPP) yang berarti Cara
Pelayanan Farmasi yang Baik.
PT. KFA telah membuat Buku Standar GPP. GPP akan
berjalan dengan baik apabila didukung oleh:
1. Regulasi berupa pengawasan, pembinaan dan penegakan
hukum, yang menjamin bahwa Pelayanan Kefarmasian di
apotek dilaksanakan secara konsisten oleh Apoteker yang

36
37

memiliki Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA), dan Surat Tanda


Registrasi Apoteker (STRA) yang masih berlaku.
2. Pendidikan Profesional Berkelanjutan (CPD = Continuing
Professional Development) untuk menghasilkan Apoteker
yang mempunyai kompetensi sejalan dengan perkembangan
penyakit dan pengobatan.
3. Terpenuhinya 5 standar GPP yaitu :
- Fasilitas, Peralatan dan Layanan Penunjang,
- Manajemen Mutu (SDM, proses, produk),
- Mutu Pelayanan,
- Hukum, Regulasi dan Kode Etik, serta
- Partisipasi Sosial dan Kemasyarakatan, yang merupakan
indikator kualitas pelaksanaan GPP.
Klasifikasi pemenuhan standar GPP dibagi menjadi 5
rating. Rating yang paling rendah adalah belum mendapat
bintang, yaitu untuk apotek yang belum melaksanakan GPP dan
belum diaudit. Selanjutnya rating 1 bintang (*) hingga yang
tertinggi adalah rating bintang 5 (*****) yaitu klasifikasi untuk
apotek yang telah memenuhi semua standar, terdokumentasi dan
terlaksana secara konsisten, serta sudah diaudit oleh auditor
internal dan auditor eksternal. Yang menjadi target PT. KFA
adalah pencapaian rating tertinggi 5 bintang (*****) untuk apotek-
apotek pelayanannya.
B. Analisis Penolakan
Analisa penolakan obat merupakan kegiatan untuk
mengkaji tentang obat-obat yang sering ditolak atau kosong stok
di apotek. Adapun maksud dan tujuan dari analisa penolakan
yaitu untuk mengevaluasi kekosongan obat yang terjadi di apotek
sehingga dapat dijadikan acuan untuk perencanaan pengadaan
obat di apotek, dan mengetahui berapa kisaran omset yang
hilang akibat penolakan, meminimalkan terjadinya penolakan

37
38

resep, untuk menjaga dan menjamin ketersediaan barang di


apotek.
Penolakan obat yang terjadi di Apotek Kimia Farma
Sudiang meliputi jenis transaksi resep, HV (Hand Verkoop) dan
UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Penolakan obat di
apotek disebabkan karena berbagai alasan diantaranya karena
tidak adanya persediaan/ stock kosong baik di gudang maupun di
kimia farma lain, kosong di distributor, resep tidak lengkap,
ataupun barang yang diminta tidak pernah ada di master.
Untuk kemajuan apotek maka diperlukan tindak lanjut atas
penolakan obat/resep. Tindak lanjut untuk meminimalkan
terjadinya penolakan dapat dilakukan dengan mengganti obat
dengan obat lain yang kandungannya sama dengan persetujuan
pasien, meminjam pada outlet lain, atau melakukan Bon
Permintaan Apotek (BPBA) ke BM untuk barang yang sifatnya
mendesak (cito) yang sering dicari oleh konsumen.
C. Potensi pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,
prosedur, hubungansosial dan infrastruktur dimana usaha
menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Potensi pasar adalah ungkapan mengenai
peluang penjualan maksimum untuk produk jasa tertentu selama
periode waktu yang ditentukan, misalnya satu tahun. Analisis
potensi pasar adalah suatu kegiata analisis yang bertujuan untuk
mengetahui potensi pasar dan memanfaatkan potensi tersebut
untuk menjadi suatu keuntungan bagi seseorang atau
perusahaan tertentu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis
potensi pasar adalah faktor internal, faktor eksternal dan analisis
SWOT. Faktor internal meliputi doter praktek internal, penjualan
obat dan daftar kunjungan pasien serta analisis penolakan.

38
39

Faktor eksternal meliputi rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter


prakter dan saingan apotek di wilayah dekat apotek. Analisis
SWOT meliputi kekuatan apotek, kelemahan apotek, peluang
apotek, dan ancaman untuk apotek.
Setelah melakukan analisis pasar, kita dapat mencari
langkah untuk meningkatkan omset pemasukan apotek, meliputi :
1. Peningkatan kerjasama dengan rumah sakit, klinik ,
puskesmas dan fasilitas kesehatan yang lain.
2. Pengusulan kerja sama dengan perusahaan – perusahaan
dekat apotek untuk melayani permintaan pengobatan dari
karyawan – karyawan perusahaan.
3. Perbaikan neon boks yang masih belum terlihat jelas oleh
pelanggan sehingga dapat terlihat dari kejauhan
4. Pelaksanaan Home care salah satu bentuk pelayanan prima
pharmaceutical care.
5. Mengoptimalkan program telefarma.
6. Mengoptimalkan program delivery service untuk kebutuhan
obat pasien.
D. PIO dan home care
PIO (Pelayanan Informasi Obat) merupakan kegiatan
penyediaan informasi tentang obat untuk tenaga kesehatan,
pasien, dan keluarga pasien serta masyarakat. Kegiatan PIO
berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat
aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker
pelayanan informasi obat memberika informasi obat dengan tidak
menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan
informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet,
seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila
apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat
sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima

39
40

Menjawab pertanyaan mengenai obat dan


penggunaannya merupakan kegiatan rutin suatu pelayanan
informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan
secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat
melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan mengenai obat
dapat bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen
dan kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta
evaluai secara seksama.
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah
pendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau
keluarganya. Pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk
pasien yang tidak atau belum dapat menggunakan obat dan atau
alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki
kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat misalnya
komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan obat dan atau alat kesehatan
agar tercapai efek yang terbaik .
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah tidak dapat
diberikan pada semua pasien mengingat waktu pelayanan yang
cukup lama dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan
seleksi pasien dengan menentukan prioritas pasien yang
dianggap perlu mendapatkan pelayanan kefarmasian di rumah.
Pasien yang perlu mendapat pelayanan kefarmasian di rumah
antara lain :
1. Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan
perhatian khusus tentang penggunaan obat, interaksi obat dan
efek samping obat

40
41

2. Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien HT,TB,


HIV/AIDS, DM dll
3. Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun
atau lebih dengan salah satu kriteria atau lebih regimen obat
sebagai berikut:
- Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari.
- Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari
- Pasien minum salah satu dari 20 macam obat yang telah
diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien geriatri
- Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih
Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah
meliputi:
1. Penilaian sebelum dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah
(Pre- admission Assessment ) Apoteker harus memastikan
bahwa untuk setiap pasien yang dirujuk mendapatkan
pelayanan kefarmasian di rumah, telah dilakukan penilaian
kelayakan untuk pelayanan tersebut, yang meliputi:
2. Pasien, keluarga atau pendamping pasien setuju dan
mendukung keputusan pemberian pelayanan kefarmasian di
rumah oleh apoteker
3. Pasien, keluarga atau pendamping pasien adalah orang yang
akan diberikan pendidikan tentang cara pemberian
pengobatan yang benar
4. Apoteker pemberi layanan memiliki akses ke rumah pasien
5. Adanya keterlibatan dokter dalam penilaian dan pengobatan
pasien secara terus menerus
6. Obat yang diberikan tepat indikasi, dosis, rute dan cara
pemberian obat
7. Adanya uji laboratorium yang sesuai untuk dilakukan
monitoring selama pelayanan kefarmasian di rumah

41
42

8. Adanya dukungan finansial dari keluarga untuk pelaksanaan


pelayanan kefarmasian di rumah
E. Merchandising
Merchandise merupakan produk – produk yang dijual
digerai. Sedangkan mercandising adalah kegiatan pengadaan
barang – barang sesuai dengan bisnis yang dijalani digerai.
Selain pengadaan marcandising juga meliputi strategi – strategi
yang digunakan untuk memajang dan menjual barang hingga
sampai kepada pelanggan.
Pada kimia farma apotek beberapa hal yang menjadi
strategi merchandising yakni penggunaan rak-rak atau dalam
istilah dikenal sebagai gondola, beberapa jenis gondola yang
digunakan adalah :
1. Wall gondola / gondola dinding adalah rak yang menempel
pada dinding
2. Island gondola merupakan rak-rak yang berada di tengah –
tengah ruangan yang menghadap kekiri atau kekanan
3. End gondola merupakan gondola yang dilengkatkan pada
islan gondola yang menghadap edepan dan kebelakang pintu
masuk.
4. Box gondola bukan merupakan rak tempat obat tetapi boks
yang terletak diatas gondola dinding digunakan sebagai space
untuk promosi produk – produk Kimia Farma maupun produk
pihak ketiga , dan merupakan salah satu sumber pemasukan
untuk apotek
5. Selain penggunaan gondola, merchandising juga meliputi
segala hal yang dapat menarik minat pengunjung atau pasien
yang datang ke apotek.

42
43

III.1.1 Pengelolaan sediaan farmasi


Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran,
pemusnahan, pengendalian dan pencatatan. Pengelolaan
perbekalan farmasi ini dilakukan untuk menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi yang bermutu serta jumlah, jenis dan
waktu yang tepat. Pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin
meliputi :
A. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan seleksi sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan
jumlah, jenis dan waktu yang tepat, yang akan dipesan
kepada distributor atau PBF untuk kebutuhan jangka waktu
tertentu.
Perencanaan di Apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin dilakukan berdasarkan data penjualan
sebelumnya atau sistem P4. Sistem pareto dilakukan
berdasarkan pada prioritas barang-barang yang laku atau
memiliki perputaran yang cepat (fast moving, sering
diresepkan dokter dan sering dibeli pasien).
B. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi untuk menjamin
tersedianya perbekalan farmasi di apotek yang aman,
bermutu dan tepat waktu dan agar tidak terjadi penolakan
resep. Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin, terdiri dari 4 jenis yaitu :
1. Pembelian rutin
Apotek Kimia Farma 38 melakukan pembelian
rutin seminggu sekali. Setiap minggunya pembelian
rutin dilakukan dengan membuat surat pesanan, pada

43
44

akhir minggu BPBA di validasi, selanjutnya pada hari


senin BPBA dikirim ke Business Manager (BM) secara
online. BM akan merekap permintaan tesebut dan
mengecek apakah barang ada atau tidak di BM. Jika
stok barang ada maka barang langsung dikirimkan ke
Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin disertai bukti
fraktur. Tetapi, jika stok barang tidak ada, maka BM
akan membuat Surat Pesanan (SP) ke Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang telah dipilih. PBF akan
mengirim barang-barang yang di pesan disertai
dengan faktur pembelian.
2. Dropping antar apotek
Dropping antar apotek Kimia Farma dilakukan
dengan menggunakan sistem BPBA dropping.
Pengadaan ini dilakukan bila pasien memerlukan obat
yang kurang atau tidak tersedia di apotek Kimia
Farma 38 dan melakukan permintaan ke apotek kimia
farma lain, dengan tujuan untuk menghindari
penolakan resep.
3. Pembelian mendesak
Pembelian dilakukan kepada apotek lain selain
Kimia Farma. Pembelian dilakukan apabila ada resep
dengan obat yang kurang atau tidak tesedia di apotek
Kimia Farma. Pembelian mendesak menunjukan
bahwa manajemen pengadaan barang apotek
berjalan kurang baik. Selain itu kerugian dari
pembelian mendesak ini yaitu harga jual yang tinggi.
4. Konsinyasi
Bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma
38 Hasanuddin dengan distributor yang ingin
menitipkan barang atau produknya diapotek. Setiap

44
45

bulan dilakukan pengecekan dari pihak distributor


untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Apotek
Kimia Farma 38 Hasanuddin menerima barang
konsinyasi untuk produk obat baru dan suplemen
makanan. Pembayaran kepada distributor dilakukan
setelah produk titipan terjual.
C. Penerimaan
Barang yang datang ke Apotek Kimia Farma 38
dilakukan pengecekan terhadap kesesuaian barang
dengan faktur yang diserahkan oleh BM ke apotek.
Pengecekan dilakukan terhadap kesesuaian nama apotek,
nama barang, jumlah barang, nomor batch, tanggal
kadaluarsa serta kondisi fisik barang. Jika barang sesuai
dengan pesanan dan dalam kondisi baik maka daftar
fraktur diparaf oleh petugas penerima, tanggal, bulan,
tahun barang diterima serta nomor urut penerimaan. Jika
barang tidak sesuai dengan fraktur atau adanya cacat
pada barang maka bagian pembelian akan membuat berita
pengembalian barang atau retur dan mengembalikan
barang tersebut ke BM untuk ditukar dengan barang yang
sesuai. Dua lembar salinan dropping digunakan untuk
keperluan administrasi yaitu satu lembar untuk arsip
apotek dan satu lembar sisanya diserahkan kepada BM.
D. Penyimpanan
Sistem penyimpanan di Apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin yaitu :
1. Penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi dan
disusun secara alfabetis
2. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaannya

45
46

3. Obat-obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan


berdasarkan kegunaannya di tempat penjualan
(swalayan farmasi).
4. Golongan obat narkotika dan psikotropika disimpan
dalam lemari khusus dengan bahan dari kayu yang
kuat. Lemari ditanam di dinding dan dalam keadaan
terkunci. Khusus untuk narkotika dengan lemari 2
pintu dengan ukuran 40x80x100 cm.
5. Untuk obat termolabil disimpan dalam lemari es
dengan suhu tertentu.
6. Alat kesehatan disimpan dalam lemari alat kesehatan
dan area swalayan farmasi.
E. Pemusnahan
1. Pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa
Pemusnahan di Apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin untuk barang-barang yang mendekati
masa kadaluwarsa atau telah kadaluwarsa di data
lalu di laporkan ke Business Manajer dan kemudian
akan di retur kembali ke PBF-nya. PBF yang
bersangkutan akan mengurangi biaya penangihan ke
Apotek Kimia Farma atau mengganti dengan barang
baru tergantung perjanjian yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Sehingga jarang dan hampir tidak
pernah dilakukan proses pemusnahan untuk obat
yang kadaluwarsa.
2. Pemusnahan resep
Untuk pemusnahan resep di Apotek Kimia
Farma, dilakukan setiap 5 tahun sekali. Pemusnahan
ini dilakukan oleh apoteker dan di saksikan sekurang-
kurangnya petugas lain dari apotek tersebut. Cara
untuk memusnahkan resep dapat dengan dibakar.

46
47

F. Pengendalian
Pengendalian dalam penanggulangan terjadinya
obat kadaluwarsa dapat dilakukan dengan melihat data
penjualan sebelumnya dari stok yang ada di komputer atau
berdasarkan sistem pareto dan buku defekta. Untuk
penyimpanan obat harus menggunakan sistem FIFO dan
FEFO. Untuk obat yang akan mendekati kadaluwarsa
tetapi persediaannya masih banyak dapat dilakukan
substitusi atau jika telah ada perjanjian antara BM dengan
PBF, maka dapat dilakukan pengiriman obat tersebut ke
BM, oleh BM obat akan dikirim ke PBF terkait untuk diganti
dengan barang yang sama dengan kadaluwarsa lebih
panjang.
Pengendalian agar tidak terjadi kehilangan atau
kerusakan barang dapat dilakukan dengan cara stock
opname. Kegiatan stock opname dilakukan setiap akhir
bulan. Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa
ketersediaan barang secara fisik dan dibandingkan dengan
ketersediaan di dalam komputer. Dengan adanya
pemeriksaan langsung kepada barang kita dapat
meminimalisir barang-barang yang rusak dan mengecek
jika ada kehilangan barang.
G. Pencatatan dan pelaporan
1. Buku penolakan resep
Buku penolakan resep berisi nama obat-obat
yang banyak dicari pasien naum obat tersebut sedang
tidak tersedia atau dalam keadaan kosong di apotek.
Defekta berisikan keperluan barang yang stoknya
berkurang atau habis.

47
48

2. Pencatatan penerimaan barang


Pencatatan dilakukan terhadap setiap barang
yang datang dari BM. Seluruh bukti penerimaan barang
di Apotek di laporkan ke BM setiap bulannya sebagai
bukti bahwa Apotek KIMIA FARMA 38 Hasanuddin
telah menerima barang sesuai BPBA yang telah
diajukan.
3. Pencatatan rekap resep
Rekapitulasi resep di Apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin dilakukan setiap hari dimana resep asli
dikumpulkan, di susun berdasarkan nomor urut dan
tanggal pada struk obat. Untuk resep yang
mengandung obat-obat golongan narkotika dan
psikotropika direkap terpisah dan diberi tanda.
Pencatatan rekap resep narkotika dilakukan pada buku
laporan harian penggunaan narkotika dan psikotropika.
Data yang diisi berupa nomor urut resep, tanggal
penyerahan obat, nama obat, jumlah, nama pasien,
alamat pasien, nama dokter dan alamat dokter.
4. Laporan pemusanahan obat
Setiap pemusnahan obat baik yang rusak atau
pun kadaluwarsa harus dibuat laporan dan berita
acaranya. Berita acara pemusnahan obat ini berisikan
waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan, nama
dan jumlah obat, nama apoteker pelaksana, nama saksi
dalam pelaksanaan, tanda tangan apoteker dan saksi.
5. Laporan pemusnahan resep
Laporan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep yang selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Laporan
pemusnahan resep berisikan tanggal pemusnahan,

48
49

identitas APA dan identitas apotek, saksi, resep yang


dimusnahkan (dari dan sampai tanggal berapa), berat
(kg), jumlah resep narkotika (lembar) tempat
pemusnahan dan tanda tangan saksi dan APA. Berita
acara dibuat rangkap 4 yaitu untuk Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota, Kepala Balai POM, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Arsip apotek

49
50

III.1.2 Pelayanan Farmasi Klinis


A. Pengkajian resep
1. Racikan puyer

Telaah administratif
Tidak
No. Persyaratan Administratif Ada Keterangan
Ada
1 Nama pasien V - Graviela
2 Jenis kelamin - V Diketahui pasien perempuan
3 Usia/tanggal lahir V - 8 tahun
4 Berat badan - V
5 Nama dokter V - dr. H
6 Pasien baru atau lama V -
7 Paraf dokter - V
8 Tanggal resep V - 30 / 01 / 2017
9 Alamat praktek V - Klinik Kimia Farma 38

50
51

Beberapa persyaratan administrasi yang tidak lengkap yaitu :


a. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu variabel yang dapat
digunakan untuk meghitung dosis obat yang dapat diberikan
kepada pasien terutama jika pasien tersebut pasien pediatri atau
geriatri. Dalam kasus ini pasien Graviela merupakan pasien
padiatri, kemungkinan penyusuaian dosis dapat dilakukan, tetapi
dalam resep tidak tercantumkan.
b. Paraf dokter
Paraf dokter merupakan persyaratan suatu sahnya resep
tersebut ditulis oleh dokter yang tercantum namanya. Paraf juga
menandakan bahwa dokter yakin bahwa segala hal yang
tercantum dalam resep sesuai untuk pasien tersebut.
Dari skrining administratif resep tidak dapat dilayani karena
tidak sah secara hukum yakni tidak adanya paraf dari dokter penulis
resep, sehingga sebaiknya pasien dianjurkan untuk kembali kedokter
untuk meminta paraf dokter tersebut agar resep dapat dilayani.
Telaah Farmasetik
Tidak
No. Persyaratan Farmasetik Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Nama obat V -
Tidak dicantumkan tetapi
2 Bentuk sediaan - V
maksud diketahui
3 Kekuatan sediaan V -
4 Jumlah obat V -
5 Rute pemberian V -
Obat disimpan di tempat sejuk
dan kering, terlindung dari
6 Stabilitas obat V - cahaya, karena sediaan dalam
bentuk puyer yang cepat rusak di
daerah lembab.
GG dan Interhistin tidak tersedia
7 Ketersediaan - V
di apotek
8 Cara penggunaan V -

51
52

Persyaratan farmasetik yang tidak dicantumkan yakni bantuk


sediaan. Bentuk sediaan merupakan bentuk obat yang tersedia
dipasaran. Penulisan bentuk sediaan dilakukan untuk menghindari
kesalahan pemberian obat karena satu jenis obat dapat terdiri dari
beberapa bentuk sediaan (seperti tablet, sirup dan salep).
Tidak ada permasalahan serius yang diperoleh dari skrining
farmasetiknya karena bentuk sediaan bisa diketahui dari cara
penggunaan atau signaturanya.
Telaah Klinis
Tidak
No. Persyaratan Klinis Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Tepat indikasi V -

2 Tepat dosis V -
4 Tepat frekuensi V -
Tepat waktu
5 V -
penggunaan obat
Tidak ada
6 V -
duplikasi/polifarmasi
7 Alergi dan efek samping V -
8 Tidak ada interaksi V -

Perhitungan untuk racikan :


dosis resep x jumlah diminta
Jumlah obat = kekuatan obat
100mg x 10
1. GG 100 mg = = 10
100 mg

2. Interhistin ½ tab = ½ x 10 = 5
400 mg x 10
3. Amoxicillin 400 mg = =8
500 mg
2 mg x 10
4. Methyl pred (4 mg) 2 mg = =5
4 mg
25 𝑚𝑔 𝑥 10
5. Vit. C 25 mg = 50 mg
=5

52
53

Uraian Obat
a. Paracetamol syrup
Komposisi
Setiap 5 ml mengandung Paracetamol 125 mg
Indikasi
Meringankan rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan demam.
Farmakologi
Parasetamol bekerja sebagai analgesic, bekerja dengan
meningkatkan ambang rangsang rasa sakit dan sebagai antipiretik,
diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di
hipotalamus
Dosis
Anak usia 0-1 tahun : ½ sendok takar (5 ml), 3-4 x sehari
Anak usia 1-2 tahun : 1 sdk takar 3-4 x sehari
Anak usia 2-6 tahun : 1-2 sdk takar, 3-4 x sehari
Anak usia 6-9 tahun : 2-3 sdk takar, 3-4 x sehari
Anak usia 9-12 tahun : 3-4 sdk takar, 3-4 x sehari
Kontraindikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat; penderita yang
hipersensitif terhadap obat ini
Perhatian
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita ginjal. Bila
setelah 2 hari demam tidak turun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi unit pelayanan kesehatan.
Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alcohol,
dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.
Interaksi obat
Penggunaan obat lain yang mengandung paracetamol.

53
54

Efek samping
Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati
b. GG (Glyceryl guaiacolat)
Komposisi
Tiap tablet mengandung Glyceryl Guaiacolat 100 mg.
Indikasi
Meredakan batuk berdahak
Farmakologi
Mengencerkan dahak pada saluran nafas sehingga
mempermudah pengeluaran dahak.
Dosis
- Dewasa : 2-4 tablet setiap 4 jam, maksimum 24 tablet sehari
- Anak 6-12 tahun : 1-2 tablet setiap 4 jam, maksimum 12 tablet
sehari
- Anak 2-6 tahun : ½ - 1 tablet setiap 4 jam, maksimum 6 tablet
sehari
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap Glyceryl guaiacolat.
Perhatian
Jika digunakan oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan
anak di bawah usia 2 tahun harus di bawah pengawasan dokter.
Interaksi obat
-
Efek samping
Jarang terjadi yaitu mual, mengantuk.
Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30oC

54
55

c. Interhistin® (Mebhydroline)
Komposisi
Tiap tablet mengandung Mebhydroline napadisylate setara
dengan Mebhydroline 50 mg
Indikasi
Berbagai macam alergi seperti rhinitis, urtikaria
Farmakologi
Sebagai antihistamin yang umum digunakan untuk
pengobatan reaksi-reaksi alergi.
Dosis
- Dewasa : sehari 2-6 tablet dalam dosis bagi
- Anak umur 2-5 tahun : sehari 1-3 tablet dalam dosis bagi
- Anak umur 5-10 tahun : sehari 2-4 tablet dalam dosis bagi
- Anak diatas umur 10 tahun : sehari 2-6 tablet dalam dosis
terbagi
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen
obat ini.
Perhatian/ peringatan
Penderita yang menerima obat ini dilarang mengendarai
kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Interaksi obat
Jangan diminum bersama MAO inhibitors

Efek samping
Mual, muntah, mulut terasa kering, penglihatan kabur.
Penyimpanan
Simpan di bawah 30oC.

55
56

d. Amoxicillin
Komposisi
Tiap kaptab mengandung Amokxicillin trihidrat setara
dengan amoxicillin anhidrat 500 mg.

Indikasi
Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut, infeksi saluran
cerna, infeksi saluran kemih
Farmakologi
Amoxicillin merupakan antibiotic golongan penicillin yang
bekerja dengan merusak sintesis dinding sel bakteri.
Dosis
Dosis amoxicillin disesuaikan dengan jenis dan beratnya
infeksi.
- Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mm/kg
berat badan sehari, terbagi dalam 3 dosis
- Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg : 250-
500 mg sehari, sebelum makan
Kontraindikasi
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilin
Perhatian/ peringatan
Pasien yang alergi terhadap sefalosporin mengakibatkan
terjadinya alergi silang. Penggunaan dosis tinggi atau jangka
waktu lama dapat menimbulkan superinfeksi. Terutama pada
saluran GI.
Interaksi obat
Probenesid memperlambat ekskresi amoxicillin
Efek samping
Pada pasien hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti
urtikaria, ruam kulit, pruritis, angioedema dan gangguan saluran
cerna seperti diare, mual, muntah, glositis, dan stomatitis.

56
57

e. Metilprednisolone 4 mg
Komposisi
Tiap tablet mengandung Metilprednisolon 4 mg
Indikasi
Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen,
keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran pernafasan
tertentu, penyakit hematologic, hiperkalemia sehubungan dengan
kanker
Farmakologi
Metilprednisolon adalah glukokortikoid turunan prednisolone
yang mempunyai efek kerja dan penggunaan yang sama seperti
senyawa induknya. Metilprednisolon tidak mempunyai aktivitas
retensi natrium seperti glukokortikoid yang lain.
Dosis
- Dewasa
Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari
4 mg-48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung
keadaan penyakit.
Dalam sclerosis multiple : oral 160 mg sehari selama 1 minggu,
kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1 bulan
- Anak-anak
Insufisiensi adrenokortikal : oral 0,117 mg/kg BB atau 3,33 mg
per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga.
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik dan pasien yang hippersensitif.
Pemberian kortikosteroid yang lama merupakan kontraindikasi
pada ulkus duodenum dan peptikum, osteosporosis berat,
penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes. Dan pasien yang
sedang diimunisasi.

57
58

Perhatian/ peringatan
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali
memang benar-baner dibutuhkan dan bayi yang lahir dari ibu yang
ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa.
Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism.
Interaksi obat
Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-
steroid atau antirematik lain dapat mengakibatkan resiko
pendarahan GI. Penggunaan bersama antidiabetes harus
dilakukan penyesuaian dosis.
Efek samping
Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka
panjang atau pemberian dalam dosis besar misalnya gangguan
elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, resistensi terhadap
infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka
Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (25-30)oC, terlindung dari cahaya..
f. Vitamin C
Komposisi
Tiap tablet mengandung asam ascorbat 50 mg
Indikasi
Untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin C,
sariawan, menyamarkan kerutan, mencerahkan dan
menghaluskan kulit, mencegah penuaan dini.
Dosis
- < 6 bulan : 30 mg /hari
- 6-12 bulan : 35 mg/hari
- 1-3 tahun : 15 mg, max 400 mg/hari
- 4-8 tahun : 25 mg, max 650 mg/hari
- 9-13 tahun : 45 mg, max 1200 mg/hari

58
59

- 14-18 tahun : max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg, untuk


wanita 65 mg
- Dewasa : max 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk wanita 75
mg.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen dalam sediaan.
Perhatian/ peringatan
Gunakan sesuai dosis yang dianjurkan
Interaksi obat
-
Efek samping
Hyperoxaluria, pusing, faintness, fatique, flank pain, sakit
kepala
Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (25-30)oC, terlindung dari cahaya.
g. Betamethasone
Komposisi
Tiap gram krim mengandung Betametason valerat setara
dengan betametason 1 mg
Indikasi
Untuk meringankan inflamasi dari dermatosis yang
responsive terhadap kortikosteroid.
Farmakologi
Betametason valerat merupakan suatu kortikosteroid topical
yang mempunyai sifat antiinflamasi, anti pruritic dan vasokontriktif.
Dosis
Dioleskan secara tipis dan merata pada bagian kulit yang
meradang/sakit, dilakukan 2 atau 3 kali sehari atau sesuai
petunjuk dokter.

59
60

Kontraindikasi
TBC kulit; tidak untuk penyakit kulit yang disebabkan virus;
tidak untuk infeksi jamur.
Perhatian/ peringatan
Hanya untuk penggunaan luar, tidak untuk mata.
Interaksi obat
-
Efek samping
Penggunaan kortikosteroid topical dapat menyebabkan efek
samping local seperti kulit kering, gatal, rasa terbakar, iritasi,
folikulitis, erupsi menyerupai acne.
Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya.

60
61

2. Penggunaan khusus

Telaah administratif
Tidak
No. Persyaratan Administratif Ada Keterangan
Ada
1 Nama pasien V - Tn. HA
Tidak dicantumkan (diketahui
2 Jenis kelamin - V
pasien laki-laki)
3 Usia/tanggal lahir V - 58 tahun
4 Berat badan - V
5 Nama dokter V -
6 Pasien baru atau lama V -
7 Paraf dokter V -
8 Tanggal resep V - 18 / 01 / 2017
9 Alamat praktek V - Jl. G. Latimojong

Dari skrining administratif resep dapat dilayani karena resep


tersebut telah sesuai dengan aturan perundangan-undangan yang
berlaku.

61
62

Telaah Farmasetik
Tidak
No. Persyaratan Farmasetik Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Nama obat V -
Tidak dicantumkan tetapi
2 Bentuk sediaan - V
maksud diketahui
3 Kekuatan sediaan V -
4 Jumlah obat V -
5 Aturan pakai V -
6 Rute pemberian V -
7 Stabilitas obat - V Tidak dicantumkan
8 Ketersediaan V -

Dari skrining farmasetik tidak didapatkan permasalahan serius


hanya perlu memperhatikan stabilitas obat terutama dalam
penyimpanan, sehingga pada saat penyerahan dapat diberikan
edukasi kepada pasien untuk menyimpan obat dalam lemari es
sehingga obat tidak rusak.

Telaah Klinis
Tidak
No. Persyaratan Klinis Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Tepat indikasi V -

2 Tepat dosis V -
4 Tepat frekuensi V -
Tepat waktu
5 V -
penggunaan obat
Tidak ada
6 V -
duplikasi/polifarmasi
7 Alergi dan efek samping V -
8 Tidak ada interaksi - V Meningkatkan efek hipoglikemik

62
63

Uraian Obat
a. NovoRapid®
Komposisi
Insulin aspart
Indikasi
Pengobatan diabetes melitus
Dosis
0,5-1 UI/kg BB/hari
Kontraindikasi
Hipoglikemia; Hipersensitif terhadap insulin aspart atau
komponen lain dari obat.
Perhatian
Dosis yang tidak adekuat atau penghentian terapi dapat
mengakibatkan hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum.
Pangurangan jadwal makan atau latihan fisik yang berat dan tak
direncanakan dapat mengakibatkan hipoglikemia.
Interaksi obat
Obat hipoglikemik oral, MAO inhibitor, ACE inhibitor, alcohol,
dan sulfonamid dapat meningkatkan kebutuhan insulin.
Efek samping
Terkait dengan efek pada metabolisme karbohidrat, kulit
pucat, tremor, gelisah, kelelahan yang tidak biasa, pusing, sakit
kepala, mual, takikardia.
b. Levemir®
Komposisi
Insulin detemir
Indikasi
Pengobatan diabetes melitus
Dosis
0,2-1 UI/kg BB/hari, diberikan secara subcutan 1-2 x/hari

63
64

Kontraindikasi
Hipoglikemia; Hipersensitif terhadap insulin detemir atau
komponen lain dari obat.
Perhatian
Kondisi infeksi dan demam. Hipoalbuminemia berat. Dapat
mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.
Hamil dan laktasi.
Interaksi obat
Obat hipoglikemik oral, MAO inhibitor, ACE inhibitor, alcohol,
dan sulfonamid dapat meningkatkan kebutuhan insulin.
Efek samping
Hipoglikemmia. Reaksi pada tempat injeksi

64
65

3. Narkotika/psikotropika

Telaah administratif
Tidak
No. Persyaratan Administratif Ada Keterangan
Ada
1 Nama pasien V - Y
2 Jenis kelamin - V
3 Usia/tanggal lahir V - 26 tahun
4 Berat badan - V
5 Nama dokter V -
6 Pasien baru atau lama - V
7 Paraf dokter - V
8 Tanggal resep V - 26 / 01 / 2017
9 Alamat praktek V - Jl. S.Saddang Baru

Dari skrining administratif, resep tidak dapat dilayani karena tidak


sah secara hukum yakni tidak adanya paraf dari dokter penulis resep,
sehingga sebaiknya pasien dianjurkan untuk kembali kedokter untuk
meminta paraf dokter tersebut agar resep dapat dilayani.

65
66

Telaah Farmasetik
Tidak
No. Persyaratan Farmasetik Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Nama obat V -
Tidak dicantumkan tapi maksud
2 Bentuk sediaan - V
diketahui
3 Kekuatan sediaan V -
4 Jumlah obat V -
5 Aturan pakai V -
6 Rute pemberian V - Oral
7 Stabilitas obat - V
8 Ketersediaan V -

Dari skrining farmasetik tidak didapatkan permasalahan serius


karena bentuk sediaan tanpa dituliskan dalam resep dapat diketahui
dari cara penggunaan atau signaturnya. Dan untuk stabilitasnya dapat
diberikan edukasi kepada pasien tentang penyimpanan obat yang
benar agar tidak rusak.
Telaah Klinis
Tidak
No. Persyaratan Klinis Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Tepat indikasi V -

2 Tepat dosis V -
4 Tepat frekuensi V -
Tepat waktu
5 V -
penggunaan obat
Tidak ada
6 V -
duplikasi/polifarmasi
7 Alergi dan efek samping V -
8 Tidak ada interaksi V -

66
67

Uraian Obat
a. Codein
Komposisi
Setiap tablet mengandung kodein fosfat hemihidrat setara
dengan kodein 10 mg
Indikasi
Antitusif dan analgesik
Farmakologi
Kodein merupakan analgesic agonis opioid. Efek kodein
terjadi apabbila kodein berikatan dengan reseptor opioid di
berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesic kodein
tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut.
Kodein dapat meningkatkan ambang rasa nyeri dan mengubah
reaksi yang tibul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri
diterima dari thalamus.
Dosis
Sebagai analgesic
- Dewasa : 30-60 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan
- Anak-anak : 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari
Sebagai antitusif
- Dewasa : 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan, maksimum
60 mg perhari
- Anak 6-12 tahun : 5-10 mg, tiap 4-6 jam, maksimum 60 mg
perhari
- Anak 2-6 tahun : 1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi,
maksimum 30 mg perhari
Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2
tahun.

67
68

Kontraindikasi
Asma bronkial, emfisema paru, trauma kepala, tekanan
intracranial yang meninggi, alkoholisme akut setelah operasi
saluran empedu.
Perhatian
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial
dan penderita asma; Hindari minuman beralkohol; Tidak boleh
melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati; Hati-hati pada pemberian jangka panjang.
Interaksi obat
Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi apabila digunakan
bersama-sama dengan obat-obat depresan lain, anestetik,
tranquilizer, sedative, hipnotik, dan alcohol.
Efek samping
Dapat meimbulkan ketergantungan, mual, muntah, pusing,
sembelit, depresi pernafasan terutama pada penderita asma,
depresi jantung dan syok.
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk
dan kering, serta terlindung dari cahaya.
b. Cortidex®
Komposisi
Setiap tablet mengandung Dexametason 0,5 mg
Indikasi
Semua panyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid
secara sistemik. Sebagai obat anti peradangan misalnya atritis.
Untuk penyakit alergi seperti penyakit serum dan asma, untuk
penyakit gangguan pada darah, misalnya leukimia akut, dan
penyakit-penyakit lain yang biasa menggunakan glukokortikoid.

68
69

Farmakologi
Cortidex® mengandung Dexametason, suatu glukokortikoid
sintesis yang dalam dosis kecil sudah cukup kuat bekerja sebagai
anti-inflamasi dan anti-alergi.
Dosis
Dewasa:
0,5-9 mg dalam dosis terbagi
Anak-anak :
Sampai 1 tahun : 0,1-0,25 mg, 2 kali sehari
1-5 tahun : 0,25-1 mg, 2 kali sehari
6-12 tahun : 0,25-2 mg, 2 kali sehari
Kontraindikasi
Pada penderita dengan ulkus peptikum osteoporosis,
psikosis.
Perhatian
Hati-hati bila digunakan pada penderita penyakit jantung,
diabetes mellitus, ginjal dan hati; penyakit infeksi terutama pada
mata; dan infeksi lain yang disebabkan oleh virus.
Interaksi obat
-
Efek samping
Efek sampongnya terjadi karena pemakaian dosis besar dan
terus menerus misalnya ulkus peptikum, osteoporosis dan faktur
vertebrata.
Penyimpanan
Simpan di tempat yang sejuk dan kering, serta terlindung
dari cahaya.
c. Cefixime
Komposisi
Setiap kapsul cefixime 100 mengandung cefixime 100 mg

69
70

Indikasi
Pengobatan infeksi saluran kemih, otitis media, faringitis dan
tonsillitis, bronchitis kronik dan akut.
Farmakologi
Cefixime menghambat sintesis dinding sel. Cefixime memiliki
afinitas tinggi terhadap “penicillin binding protein” (PBP) 1 dan 3,
dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis
organismenya.
Dosis
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan 30 kg : dosis
harian yang direkomendasikan adalah 50-100 mg cefixime
diberikan peroral dua kali sehari. Untuk infeksi yang berat dosis
dapat ditingkatkan sampai 200 mg diberikan 2 kali sehari.
Kontraindikasi
Penderita dengan riwayat shock atau hipersensitif akibat
beberapa bahan dari sediaan ini.
Perhatian
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial
dan penderita asma; Hindari minuman beralkohol; Tidak boleh
melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati; Hati-hati pada pemberian jangka panjang.
Interaksi obat
Penggunaan bersama carbamazepine dapat meningkatkan
konsentrasi carbamazepine, nifedipine dapat meningkatkan
konsentrasi plasma dan AUC dari cefixime.
Efek samping
Efek GI (diare, mencret, sakit perut, mual, dyspepsia, perut
kembung).

70
71

4. Resep dengan polifarmasi

Telaah administratif
Tidak
No. Persyaratan Administratif Ada Keterangan
Ada
1 Nama pasien V - Andi P
2 Jenis kelamin - V
3 Usia/tanggal lahir V - Lahir 3 Juni 1952
4 Berat badan - V
5 Nama dokter V - dr. TKH
6 Pasien baru atau lama V - No. RM 00 80 70
7 Paraf dokter V -
8 Tanggal resep V - 10 / 01 / 2017
9 Alamat praktek V - RSP Unhas

Dari skrining administratif, resep dapat dilayani karena telah


memnuhi persyaratan berdasarkan peraturan yang berlaku.

71
72

Telaah Farmasetik
Tidak
No. Persyaratan Farmasetik Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Nama obat V -
Tidak dicantumkan tapi maksud
2 Bentuk sediaan - V
diketahui
3 Kekuatan sediaan V -
4 Jumlah obat V -
5 Cara penggunaan V -
6 Rute pemberian V -
Disimpan pada suhu kamar 25-
7 Stabilitas obat - V
30oC
8 Ketersediaan V -

Dari skrining farmasetik tidak didapatkan permasalahan serius


karena bentuk sediaan tanpa dituliskan dalam resep dapat diketahui
dari cara penggunaan atau signaturnya. Dan untuk stabilitasnya dapat
diberikan edukasi kepada pasien tentang penyimpanan obat yang
benar agar tidak rusak.

Telaah Klinis
Tidak
No. Persyaratan Klinis Sesuai Keterangan
Sesuai
1 Tepat indikasi V -

2 Tepat dosis V -
4 Tepat frekuensi V -
Tepat waktu
5 V -
penggunaan obat
Tidak ada
6 - V Lebih dari 3 R/
duplikasi/polifarmasi
7 Alergi dan efek samping V -
Moderate antara Concor dengan
8 Tidak ada interaksi - V Candesartan; Meloxicam
dengan Clopidogrel

72
73

Dari tinjauan klinis ditemukan beberapa hal yang harus menjadi


pertimbangan yakni :
1. Polifarmasi
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalm bentuk
kombinasi. Batasan kombinasi obat yang disarankan oleh WHO
maksimal terdiri dari 3 R/. Sedangkan pada resep terdapat 6 obat
yang digunakan dalam satu hari pengobatan. Sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi antara obat yang satu dengan
obat yang lainnya.
2. Interaksi obat
Interaksi obat adalah keadaan yang timbul akibat
penggunaan obat secara bersama, biasanya merupakan efek
yang merugikan tetapi terkadang juga sengaja dilakukan untuk
mendapatkan efek terapeutik yang lebih baik. Dalam resep
tersebut terdapat 3 interaksi obat yang berada pada range
moderate, sehingga perlu diatur waktu minum obat atau
mengkonfirmasi ke dokter agar dapat meninjau kembali
peresepan obatnya. Interaksi yang dimaksud adalah antara obat
Candesartan dan Concor yang berinteraksi dengan Meloksikam
sehingga daya hipotensi yang dapat ditimbulkan oleh obat
candesartan dan concor akan menurun. Interkasi yang kedua
antara clopidogrel dan meloxicam dapat menyebabkan
pendarahan karena efek antiplatelet dari clopidogrel menigkat.

73
74

Uraian Obat
a. Clopidogrel
Komposisi
Setiap tablet mengandung clopidogrel bisulfat 97,9 mg
setara dengan clopidogrel basa 75 mg
Indikasi
Anti paltelet, Menurunkan trombosis yang meyertai serangan
invark, serangan stroke, penyakit pembuluh darah perifer dan
sindrome koroner akut.
Farmakologi
Secara efektif menghambat ikatan adhenosin difosfat (ADP)
pada reseptor ADP diplatelet dengan demikian menghambat
aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi ADP,
yang menimbulkan penghambtan terhadap agregasi platelet.
Clopidogrel tidak menghambat aktivitas fosfodiesterase
Dosis
Sehari 1 x 75 mg
Kontraindikasi
Gangguan hati berat, tukak peptik, atau pendarahan
intrakarnial, hamil dan laktasi
Perhatian
pasien yang mengalami peningkatan resiko pendarahan
akibat trouma, pembedahan dan kondisi patologis lain
Interaksi obat
penggunaan bersama meloksikam dapat menyebabkan
pendarahan dan lemah, penglihatan kabur.
Efek samping
Purpura, memar, hematoma, epistaksis, hematuria,
pendarahan okular.

74
75

Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering, serta terlindung dari cahaya.
b. Candesartan
Komposisi
Setiap tablet mengandung Caldesartan sileksetil 8 mg
Indikasi
Hipertensi
Farmakologi
menghambat reseptor angiotensin II
Dosis
Dosis awal sehari 4 mg maksimum 16 mg Kontraindikasi
Hipersensitif, hamil, menyusui, ganngguan ginjal berat,
gangguan hati berat atau kolestatis, hipokalemia refraktori,
hiperkalsemia, gout.
Perhatian
tidak boleh digunakan bersama dengan diuretik hemat
kalium
Interaksi obat
penggunaan bersama meloksikam dapat menurunkan kerja
candesartan
Efek samping
batuk, sakit tenggorokan, pusing, sakit kepala, dan vertigo.
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering, serta terlindung dari cahaya
c. Concor®
Komposisi
Setiap tablet mengandung Bisoprolol fumarat 2,5 mg.

75
76

Indikasi
Gagal jantung kronik stabil sedang hingga parah dengan
kondisis ventrikulus sistolik terkurangkan, hipertensi dan angina.
Farmakologi
Menyekat / memblock adrenoreseptor beta -1 selektif
(kardioselectif).
Dosis
Sehari 5 mg pagi hari
Kontraindikasi
Hipersensitifitas, Asma dan Diabetes
Perhatian
Hati – hati dalam hal brongkospasmus, terapi bersamaan
bersama anastetik inhalasi, diabete militus dengan fluktuasi lebar
kadar gula ketat, terapi disensilitasi berlanjut.
Interaksi obat
penggunaan bersama dengan meloksikam menurunkan efek
bisoprolol.
Efek samping
Rasa dingin atau baal, lesu, lelah, pusing dan sakit kepala
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering, serta terlindung dari cahaya
d. Simvastatin
Komposisi
Setiap tablet mengandung Simvastatin 20 mg
Indikasi
Menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL pada
penderitahiperkolesterolemia primer.
Farmakologi
menghambat kerja enzim HMG-Coa reduktase yang
berfungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol

76
77

Dosis
Sehari 1 tablet malam hari
Kontraindikasi
penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum
yang menetap dan tidak jelas penyebabnya, hamil dan laktasi
Perhatian
-
Interaksi obat
Imunosupresan, memperpanjang waktu propanolol dan
dogoksin.
Efek samping
nyeri abdomen, sakit kepala, konstipasi, kembung, nyeri otot,
vertigo
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering, serta terlindung dari cahaya
e. Meloxicam
Komposisi
Setiap tablet mengandung Meloxicam 15 mg
Indikasi
Pengobatan jangka pendek pada akut ekserbasi
osteoartritis
Farmakologi
Bekerja secara selektif menghambat enzim cyclooksigenase
(COX 2)
Dosis
Sehari 1 tablet 15 mg
Kontraindikasi
Gangguan ginjal, gastric ulcer, pendarahan gastro intestinal

77
78

Perhatian
Riwayat penyait GI, penurunan fungsi ginjal, penyakit liver,
dehidrasi, HTN, asma, retensi cairan, gngguan jantung dan
gariatri.
Interaksi obat
Penggunaan bersama dengan Bisoprolol dan candesartan
dapat menurunkan efek hipotensi. Penggunaan bersama dengan
clopidogrel dapat menyebabkan pendarahan, lemah, dan
penglihatan kabur
Efek samping
Jarang terjadi abnormal fungsi liver, nausea, vomiting,
gangguan GI, flusing, edema, insomnia.
Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan
kering, serta terlindung dari cahaya
III.1.3 Managerial
A. Pengaturan beban kerja
Pengaturan beban kerja dilakukan secara proporsional,
baik itu apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping, dan
asisten apoteker masing-masing mempunyai tugas
perorangan. Dan setiap pegawai diwajibkan dengan jam kerja
selama 7 jam.
B. Pengaturan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang
1. Apoteker bertugas mengawasi semua kegiatan yang
dilakukan di apotek (fungsi managerial dan pelayanan,
konseling, pelaporan dan control).
2. Apoteker pendamping bertugas untuk membantu APA
dalam pelaksanaan tugas dan mengawasi semua kegiatan
jika apotekernya tidak ada.
3. Asisten Apoteker melaukan uji petik tiap hari minimal 20
item tiap hari, membersihkan dan mengatur barang sesuai

78
79

dengan bagian gondola masing-masing, serta melakukan


penjualan.
C. Pengawasan (Supervisi)
Pengawasan (supervisi) dilakukan oleh apoteker
penanggungjawab.
D. Promosi dan Strategi Penjualan
Apoteker Pengelola Apotek melaukan promosi dengan
cara sosialisasi ke instansi seperti puskesmas, rumah sakit dan
praktek dokter eksternal.
III.1.4 Studi Kelayakan
Jenis Apotek Perseorangan
Rencana Nama Apotek Apotek Baliba Farma
Apotek Di sekitar Nama Apotek Jarak (m)
Lokasi Perencanaan 1. Apotek Ida Medika 1500 m
2. Apotek Diniarti Farma 800 m
3. Apotek Berkat Anugrah 900 m
Rumah sakit / klimik / 1. RSUD KH. Hayyung 700 m
dokter praktek 2. Klinik Poskes 1200 m
disekitar lokasi 3. Klinik gigi Diana 900 m
perencanaan 4. Dr. H. Husaini 500 m
Jumlah penduduk Sekitar 10.000 jiwa
dikelurahan lokasi
Tingkat pendidikan SMA dan sarjana
tertinggi penduduk
dilokasi
3 pekerjaan terbanyak Pekerjaan Jumlah Penduduk
penduduk di lokasi Pegawai Sekitar 5500 jiwa
Pedagang Sekitar 3000 jiwa
Petani dan Nelayan Sekitar 1500 jiwa

79
80

Analisis SWOT
Kekuatan (Strenght) - Apotek dengan pelayanan prima
- Program telefarma
- Program delivery service
- Program Residensial
Kelemahan - Apotek baru kemungkinan membutuhkan
(Weakness) waktu untuk bisa stabil karena masih
membutuhkan banyak promosi dan belum
dikenal
Peluang (Opportunity) - Dapat menghadirkan klinik pratama untuk
pasien di wilayah sekitar dengan bekerja
sama dengan BPJS
- Bekerja sama dengan asuransi kesehatan
terutama yang digunakan oleh
masyarakat yang berprofesi sebagai
pegawai diwilayah sekitar apotek
Ancaman (Threat) - Kemungkinan munculnya apotek baru
yang melihat peluang yang sama
- Kemungkinan banyaknya dokter yang
melakukan dispensing sendiri

Pengelolaan Apotek
1. Sarana dan prasarana
a. Bangunan apotek
Luas bangunan apotek yaitu 12 x 8 m 2. Bangunan apotek
terdiri dari ruang pelayanan, ruang tunggu, ruang peracikan yang
dilengkapi dengan tempat pencucian alat-alat, ruang penyimpanan
obat, ruang kerja apoteker, gudang, kamar mandi, musholla, dan
tempat parkir.

80
81

Bangunan apotek dilengkapi penerangan, sumber air,


ventilasi, dan sanitasi yang baik, tempat sampah dan alat pemadam
kebakaran.
Papan nama terdiri dari nama apotek, dan papan nama
Apoteker Pengelola Apotek, dan nomor SIA terpasang dengan
jelas.
b. Perlengkapan
1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan
2) Perbekalan farmasi
3) Wadah pengemas dan pembungkus
4) Alat administrasi yaitu blanko surat pesanan; blanko faktur
penjualan; blanko nota penjualan; blanko salinan resep; blanko
laporan narkotika dan psikotropika; buku catatan pembelian;
buku catatan penjualan; buku catatan keuangan; buku catatan
narkotika dan psikotropika; dan kartu stok obat.
c. Perbekalan farmasi meliputi obat wajib apotek, obat bebas, obat
resep generik, dan obat resep paten.
d. Kelengkapan buku pedoman
Buku standard apotek yang wajib yaitu Farmakope Indonesia edisi
terakhir; kumpulan peraturan / UU
Buku lainnya yaitu MIMS, ISO edisi terbaru, Farmakologi dan
Terapi.
2. Pengelolaan sumber daya manusia
Untuk dapat mengelola sebuah apotek diperlukan tenaga kerja
yang sesuai bidangnya, oleh karena itu diperlukan pengelolaan SDM
yang efektif dan efisien sehingga tujuan apotek dapat tercapai. Apotek
BALIBA FARMA merekrut karyawan sebagai berikut :
Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang
Apoteker pendamping : 3 orang
Asisten apoteker : 5 orang
Bagian administrasi : 3 orang

81
82

Bagian pelayanan : 3 orang


Pembagian tugas karyawan dibagi dlam 3 shift pelayanan yaitu :
Pagi : 07.00 – 12.00 wita
Siang : 12.00 – 17.00 wita
Malam : 17.00 – 22.00 wita
Perhitungan Modal Usaha Pendirian Apotek
1. Aspek modal dan biaya
Dialokasikan total modal yang akan digunakan yaitu Rp. 500.000.000,-
dengan rincian sebagai berikut :
a. Sewa bangunan (pertahun) Rp. 50.000.000,-
b. Perlengkapan apotek Rp. 98.725.000,-
c. Biaya perizinan Rp. 7.000.000,-
d. Modal operasional (obat) Rp. 120.000.000,-
Total modal Rp. 275.725.000,-
Cadanggan modal (sisa) Rp. 224.275.000,-
2. Rencana anggaran dan pendapatan apotek tahun ke-1
a. Biaya rutin bulanan
Tenaga kerja
APA (1 orang) Rp. 5.000.000,-
Apoteker pendamping (3 orang) Rp. 9.000.000,-
Asisten apoteker (5 orang) Rp. 10.000.000,-
Bagian administrasi (3 orang) Rp. 4.500.000,-
Bagian pelayanan (3 orang) Rp. 4.500.000,-
TOTAL Rp. 33.000.000,-
Biaya lain-lain
Biaya listrik, air dan telepon Rp. 500.000,-
Biaya operasional Rp. 500.000,-
TOTAL Rp. 1.000.000,-
Jumlah total biaya bulanan Rp. 34.000.000,-
b. Biaya rutin tahun ke-1
Biaya bulanan (Rp. 34.000.000,-) x 12 Rp. 408.000.000,-

82
83

Tunjangan hari raya @ Rp. 1.000.000,- Rp. 15.000.000,-


Biaya reklame Rp. 250.000,-
TOTAL Rp. 425.500.000,-
3. Proyeksi pendapatan apotek
a. Pendapatan tahun ke-1
Resep masuk 30 lembar/hari dengan harga rata-rata Rp. 150.000,-;
dengan demikian akan diperoleh pendapatan sebagai berikut :
1) Pendapatan
Pendapatan/bulan
Penjualan obat resep/bulan = 30 hari x 30 x Rp 150.000,-
= Rp. 135.000.000,-
Penjualan obat bebas + OWA = 30 hari x Rp. 1.500.000,-
= Rp. 45.000.000,-
TOTAL = Rp. 180.000.000,-
Pendapatan/tahun
Penjualan obat resep/tahun = 12 x Rp. 135.000.000,-
= Rp. 1.620.000.000,-
Penjualan obat bebas + OWA = 12 x Rp. 45.000.000,-
= Rp. 540.000.000,-
TOTAL = Rp. 2.160.000.000,-
2) Pengeluaran
Pengeluaran/bulan
Pembelian obat resep Rp. 81.000.000,-
Pembelian obat bebas/OWA Rp. 27.000.000,-
Pengeluaran rutin Rp. 34.000.000,-
TOTAL Rp. 142.000.000,-
Pengeluaran/tahun
Pembelian obat resep Rp. 972.000.000,-
Pembelian obat bebas + OWA Rp. 324.000.000,-
Pengeluaran rutin Rp. 425.500.000,-
TOTAL Rp. 1.721.500.000,-

83
84

4. Perkiraan laba rugi tahun ke-1


Pendapatan tahun ke-1 Rp. 2.160.000.000,-
Pengeluaran tahun ke-1 Rp. 1.721.500.000,-
Laba sebelum pajak Rp. 438.500.000,-
Pajak pendapatan (10%) Rp. 43.850.000,-
Laba bersih Rp. 394.650.000,-
5. Perhitungan PBP (Pay back periode) dan BEP (Break even point)
apotek tahun ke-1
Pay back periode = total investasi / laba bersih
= 500.000.000 / 394.650.000 = 1,3
Jadi dalam jangka waktu ± 1 tahun, pengembalian modal sudah bisa
dicapai, sehingga dapat dikatakan bisnis ini layak untuk dimulai dan
dikembangkan.
BEP = biaya tetap / 1 – (biaya variable/total investasi)
= 425.500.000 / 1 – (180.000.000/500.000.000)
= 425.500.000 / 1 - 0,36
= 664.843.750
Jadi BEP apotek adalah Rp. 644.843.750,- /tahun
% BEP = (biaya tetap / (pendapatan – biaya variable)) x 100%
= (425.500.000 / (2.160.000.000 – 180.000.000)) x 100%
= (425.500.000 / 1.980.000.000) x 100%
= 21,49%
Jadi persentase BEP apotek adalah 21,49%
6. Perhitungan ROI (Rest on investment)
ROI (Rest on investment) yaitu mengukur besarnya tingkat return (%)
yang akan diperoleh selama periode investasi.
ROI = (laba bersih / total investasi) x 100%
= (394.650.000 / 500.000.000) x 100%
= 78,93%
Jadi besarnya tingkat return (pengembalian) selama periode investasi
adalah 78,93%.

84
85

Denah ruangan apotek BALIBA FARMA

85
86

III.2 Hasil Kegiatan Khusus


Tabel 1. Hasil survei praktek dokter eksternal
Resep masuk
No. Praktek Dokter Alamat
(Januari)
1 drg. Handojo W.T Jl. St. Hasanuddin 20
drg. Arifuddin Djuanna,
2 Jl. Sungai Saddang 10
SpOG (K)
3 dr. Ahmad Kadir, SpA 3
4 dr. Amelia Rifai, SpPD Jl. Daeng Tompo 15
5 dr. Nani Iriani Djufri Jl. Tupai 6
6 dr. Hasyim Kasim 2
7 dr. Juliana Ch Abadi, SpS Jl. Slamet Riyadi 3
8 dr. R. Boy Afandy 1
9 dr. David Kurnia, SpPd Jl. Lamaddukelleng 2
10 drg. Johny Angki Jl. Alimalaka -
11 dr. Harry Thungady Jl. Alimalaka -
12 drg. Ramlah Ronrong Jl. Muchtar Luthfie -
13 dr. Elya Jl. Daeng Tompo -
14 drg. Bilyanti Horas Jl. Hasanuddin -
15 drg. Jeanyta Jl. Hasanuddin -
16 dr. Djohan Kurnia Jl. Lamddukelleng -
dr. Azmi Mi'rah Zakiyah,
17 Jl. Arief Rate -
SpTHT
18 dr. Prof Peter Karo Jl. Muchtar Luthfie -
dr. Muhammad Dali
19 Jl. RA Kartini -
Amiruddin, SpKK
20 dr. Tjahjadi B, SpKK Jl. Lamaddukelleng -
21 dr. G. Kunar Abadi Jl. Slamet Riyadi -
22 dr. Vanni Ali, SpS Jl. St. Hasanuddin -
23 dr. Zainanl Arifin, SpM Jl. Lamaddukelleng -
TOTAL 73

86
87

Tabel 2. Hasil survei rumah sakit


Tempat Jumlah Kunjungan
No Rumah sakit Alamat BOR
tidur dokter /hari
1 RS Stella Maris Jl. Somba Opu 170 64.90% 127 153
Jl. Metro
2 RS Siloam 145 68.00% 92 118
Tanjung Bunga
RSIA Siti
3 Jl. R.A. Kartini 53 53.00% 31 19
Khadijah
RSIA Catherine
4 Jl. Arief Rate 58 72.16% 42 81
Booth
Jl. Jend.
5 RSIA Pertiwi 79 88.99% 16 53
Sudirman
Jl. Jend.
6 RS Pelamonia 306 56.00% 58 441
Sudirman
Jl. Gunung
7 RS Mitra Husada 50 56.00% 27 15
Merapi
Jl. Gunung
8 RSIA Siti Fatimah 56 81.00% 10 92
Merapi
Jl. Yosef
9 RSU Hikmah 58 52.00% 60 25
Latumahina

Tabel 3. Persentase Pemasukan Apotek Kimia Farma 38 dari


Rumah Sakit
Resep
Resep masuk
No. Rumah Sakit Alamat per ke apotek Serapan
bulan KF 38 /
bulan
1 RS Stella Maris Jl. Somba Opu No.273 4200 19 0.79%
Jl. Metro Tanjung
2 RS Siloam 3000 6 0.20%
Bunga
3 RSIA Siti Khadijah Jl. R.A. Kartini No.15 600 2 0.33%
RSIA Catherine
4 Jl. Arief Rate 1650 1 0.06%
Booth
Jl. Jend. Sudirman
5 RSIA Pertiwi 1560 2 0.13%
No.14
Jl. Jend. Sudirman
6 RS Pelamonia 7500 1 0.01%
No.27
7 RS Mitra Husada Jl. Gunung Merapi 220 450 1 0.22%
Jl. Gunung Merapi
8 RSIA Siti Fatimah 1650 1 0.40%
No.75
9 RSU Hikmah Jl. Yosef Latumahina 750 3 0.06%
TOTAL 36 2.21%

87
88

Tabel 4. Hasil survei apotek pesaing


No. Apotek Alamat
1 Anugrah Husada II Jl. Arief Rate
2 Baji Gau Apotek Jl. H. Bau, Losari
3 Mitra Farma Jl. S Pareman
4 Sella Farma Jl. Lamaddukelleng
5 Sana Farma Jl. Tinggi Mae
6 Apotek Obat Sehat.com Jl. Gunung Merapi
7 New Jaya Abadi Jl. Gunung Merapi
8 Raja Farma Jl. Nuri, Sawerigading
9 Aldo Apotek Jl. Datu Museng, Losari
10 Kurnia Jl. Lamaddukelleng
11 Apotek Lompo Battang Jl. Lompo Battang
12 Jaya Abadi Jl. Tinggi Mae
13 KF Ahmad Yani Jl. Jend. A. Yani
14 Semen Tonasa Farma Jl. S. Saddang
15 J. Farma Jl. Datu Museng, Losari
16 Istana Farma Jl. Muchtar Luthfi
17 Stella Farma Jl. Khairul Anwar
18 Monas Farma Jl. St Hasanuddin
19 Makassar Jaya Lestari Jl. Karunrung
20 Mitra Farma Jl. Jend Sudirman

Tabel 5. Hasil survei praktek dokter internal


Resep
No Praktek dokter Kunjungan/hari masuk/hari Persentase
1 dr. Hendra 25 23 92%
2 dr. Winnie 22 19 86%
3 dr. Misbah 25 20 80%
4 dr. Firman 20 17 85%
5 dr. Nurhayati 15 13 87%
6 dr. Sumantri 27 20 74%
RATA-RATA 84%

88
89

III.3 Pembahasan
Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin bertempat di Jalan St.
Hasanuddin No.46, Makassar. Daerah ini merupakan daerah yang
cukup strategis karena mudah dijangkau kendaraan, terletak di
pinggir jalan, dekat dengan banyak tempat penginapan, juga tidak
jauh dari tempat wisata. Di sekitar kawasan Apotek Kimia Farma 38
cukup banyak terdapat apotek kompetitor lainnya sehingga
persaingan cukup ketat. Dimana di sekitar apotek Kimia Farma 38,
dalam radius ± 1 km terdapat 23 praktek dokter spesialis dan umum,
9 rumah sakit, dan 20 apotek pesaing.
Dari pengamatan yang dilakukan, pada praktek dokter diketahui
bahwa hanya 9 dokter yang resepnya masuk ke Apotek dari 23
dokter praktek dengan total hanya 73 resep per bulan. Resep yang
masuk ke Apotek Kimia Farma 38 pada bulan Januari cukup sedikit.
Adapun dokter praktek yang resepnya banyak masuk ke apotek
karena jaraknya yang dekat dengan lokasi apotek. Penyebab lain
kurangnya resep praktek dokter yang masuk karena sebagian besar
dokter praktek di area sekitar Apotek Kimia Farma 38 telah
bekerjasama dengan apotek pesaing lainnya.
Selain itu diamati juga jumlah resep rumah sakit yang masuk ke
apotek. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase resep
dari rumah sakit yang masuk ke apotek Kimia Farma 38 hanya
sebesar 2.21% dari 9 rumah sakit. Ini disebabkan karena rumah sakit
tersebut memiliki apotek sendiri, dan pasien menebus resepnya di
luar apotek rumah sakit hanya jika obatnya tidak tersedia.
Adapun untuk praktek dokter internal, potensi pasarnya sudah
bagus yaitu mencapai 84%. Namun masih bisa ditingkatkan dengan
cara melengkapi persediaan obat-obat di Apotek Kimia Farma 38.
Karena terkadang dalam resep yang ditulis dokter, ada obat yang
tidak tersedia di apotek, yang menyebabkan pasien menebus
resepnya ke apotek lain.

89
90

Sedikitnya jumlah resep yang masuk disebabkan karena


seringnya terjadi penolakan resep atau tidak tersedianya obat yang
ditulis dokter dalam resep dan juga karena banyaknya apotek
pesaing yang berada di sekitar area Apotek Kimia Farma 38. Dari
pengamatan dapat diketahui bahwa resep dari dokter praktek yang
masuk ke apotek Kimia Farma 38 dikuasai oleh apotek pesaing yang
ada di sekitar apotek. Dapat diambil kesimpulan bahwa peraihan
potensi pasar Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin masih tergolong
kecil.
Salah satu cara untuk meningkatkan potensi pemasaran dari
Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin adalah dengan menjalin
kerjasama dengan dokter praktek di sekitar area apotek. Karena dari
hasil pengamatan, masih sedikit dokter praktek yang resepnya
masuk ke Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin. Dan juga menjalin
hubungan kerjasama dengan apotek rumah sakit. Jika obat tidak
tersedia maka pasien bisa disarankan untuk ke apotek Kimia Farma
38 dan hal ini juga dapat meningkatkan omset dari apotek.
Mewaspadai dan mengenali pesaing sangatlah penting, jika
suatu perusahaan ingin berhasil, maka perlu bekerja keras untuk
mengembangkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan melalui
penciptaan suatu nilai yang unik bagi konsumen dan pelanggan.
Pemasaran mengutamakan kepuasan pelanggan sehingga
perusahaan perlu terus menciptakan, menjaga, dan memperkuat
hubungan dengan pelanggan. Perusahaan dapat mengawalinya
dengan mencari tahu kebutuhaan dan keinginan konsumen. Hal ini
dilakukan dengan riset pasar untuk memperoleh informasi pasar,
khususnya konsumen, yaitu tentang kebiasaan, keinginan, dan gaya
hidup yang mempengaruhi pola belanja mereka. Kemudian
menyediakan produk yang dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka tersebut.

90
91

Pelaksanaan fungsi pelayanan di Apotek Kimia Farma 38


Hasanuddin telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Harga barang dihitung dengan mneggunakan sistem computer.
Pelayanan yang diberikan oleh karyawan bersahabat,
menyenangkan, sopan, dan sigap melayani konsumen dalam
memberikan informasi dan solusi mengenai obat yang dibeli. Pada
keadaan tertentu, apotek Kimia Farma 38 menyediakan pelayanan
home care pharmacy terhadap pasien. Apoteker mendatangi
kediaman pasien untuk memeriksa kondisi kesehatan pasien. Dan ini
membuat pasien lebih yakin bahwa apotek Kimia Farma 38 peduli
terhadap kesehatan pasien.
Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin sudah memiliki citra
tersendiri di mata masyarakat, yaitu sebagai apotek pemerintah,
pelayanan yang baik, mutu dan kualitas barang yang terjamin karena
di pesan dari PBF resmi, suasana apotek yang menarik dan
mendorong konsumen untuk kembali membeli di Apotek Kimia
Farma 38 Hasanuddin. Akan tetapi perlu dilakukan perbaikan-
perbaikan manajemen seperti mengidentifikasi kebutuhan pasar,
peningkatan mutu pelayanan, meningkatkan kerja sama dengan
dokter serta instansi atau perusahaan-perusahaan dalam rangka
lebih meningkatkan potensi pasar Apotek Kimia Farma 38
Hasanuddin.

91
92

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan PKPA di Apotek Kimia Farma
38 Hasanuddin dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis
pakai dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yaitu :
a. Perencanaan dilaksanakan berdasarkan metode kombinasi
antara Metode komsumsi dan pola penyakit
b. Pengadaan produk menggunakan metode sentralisasi pada
Bisnis Manager (BM) unit makassar yang menggabungkan
semua permintaan dari APP kimia farma unit Makassar
c. Penerimaan produk / barang dilakukan sesuai dengan SOP
yang berlaku dengan memperhatikan faktur dengan fisik
barang
d. Penyimpanan dilaksanakan berdasarkan efek farmaskologi
produk dan bentuk sediaan dengan mengkombinasikan
dengan alfabetis, FIFO dan FEFO.
e. Pemusnahan produk dilaksanakan di BM makassar dengan
periode tertentu
f. Pengendalian dilaksanakn dengan menggunkan sistem uji
petik dan stock opname tiap bulannya.
g. Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan untuk untuk
beberapa program seperti penolakan resep dan uji petik
yang dilaporkan tiap minggu sedangkan pelaporan narkotik,
Psikotropik dan Prekursor narkotik dilaksanakan tiap bulan
secara online tiap tanggal 5.
2. Pelayanan farmasi klinis meliputi :
a. Pengkajian resep dilaksanakan dengan melihat secara
administratif, Farmasetik dan aspek klinis

92
93

b. Dispensing dilaksanakan sesuai dengan permintaan yang


tertera pada resep.
c. Pelayanan informasi obat (PIO) dilaksanakan dengan
pemberian KIE kepada ppasien yang meliputi indikasi, cara
pakai dan efek samping obat.
d. Konseling dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan terutama
untuk pasien – pasien kronis, geriatri dan penggunaan
khusus.
e. Pelaksanaan Home care dilaksanakan kepada pasien –
pasien dengan penyakit kronis.
f. Pemantauan Terapi obat dilaksanakan melalui program
telefarma maupun pada kegiatan home care.
g. Monitoring efek samping obat dilakukan dengan mencatat
keluhan dari pasien yang datang keapotek melaporkan
kejadian yang tidak diharapkan yang terjadi akibat
penggunaan obat.
3. Sistem managerial di apotek meliputi :
a. Pengaturan beban kerja untuk setiap pegawai apotek
diwajibkan 7 jam kerja selama 6 hari kerja dalam satu
minggu.
b. Tugas pokok tergantung sesuai dengan kebutuhan apotek
seperti Koordinator tekhnik yang diberi tanggung jawab untuk
membantu Pharmacy manajer dalam melaksanakan
perencanaan dan perbendaharaan apotek.
c. Pengawasan dilkasanakan oleh pharmacy manajer dengan
melihat kehadiran pegawai dan kemampuan pegawai dalam
menyelesaikan tugas yng diberikan sesuai target.
d. Promosi dan strategi penjualan dilaksanakan dengan
membagikan brosur – brosur dan pelaksanaan telefarma
dengan memperhatikan target yang diberikan tiap bulannya.

93
94

4. Pelaksanaan studi kelayakan perencanaan pembuatan apotek


baru dilaksanakan dengan menggunakan Analisis SWOT dan
potensi pasar yang ada di sekitar lokasi perencanaan apotek
baru
5. Setelah menelaah potensi pasar di Kimia Farma 38 dapat
disimpulkan bahwa Kimia Farma 38 Hasanuddin masih
berpotensi dalam meningkatkan omsetnya dengan melakukan
hubungan kerjasama dengan rumah sakit dan dokter praktek
eksternal di sekitar area Kimia Farma 38.
IV.2 Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melanjutkan survey
terhadap apotek-apotek pesaing di sekitar apotek agar dapat
diketahui pangsa pasar dari apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin.
2. Perlu pembuatan program kerja untuk peningkatan omset di
sektor rumah sakit dan dokter praktek eksternal, dan untuk
dokter internal diperlukan kelengkapan obat supaya menghindari
penolakan resep dari dokter internal.

94
95

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tentang


Psikotropik, Jakarta

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tentang


Narkotik. Jakarta

DEPKES RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Apotek. Jakarta

Depkes RI, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1332/Menkes/SK/X/2002 Ketentuan Pemberian Ijin Apotek, Jakarta

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51


tentang Pekerjaan Kefarmasian, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, 2014, Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek, Menteri


Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tentang


Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta.

Hartini, S. Yustin., Sulasmono. 2007. Apotek Edisi Revisi. Universitas


Sanata Darma. Yogyakarta.

Nugroho, G,A., 2014, Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek


Keselamatan Manggarai, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rofiya, N., 2008, Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas,


Unniversitas Sumatera Utara, Medan.

Umar, M., 2007, Manajemen Apotek Praktis, cetakan ke-2, Nyohoka


Brother’s, Jakarta.

http://www.kimiafarmaapotek.co.id, diakses pada tanggal 23 Januari 2017.

http://www.mims.com, diakses pada tanggal 7 Februari 2017

95
96

LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek

Dewan Komisaris

Direktur Utama PT. KFA

Direktur Direktur
Operasional Pengembangan

Manager Manager Manager Manager Manager Manager


Operasional Merchandise Pengembangan Teknologi Umum & Keuangan &
& Logistik Usaha Informatika SDM Akuntansi

Manager
Bisnis

2. Struktur Organisasi Kimia Farma Unit Makassar

Manager
Bisnis

Supervisor Supervisor Supervisor


Pengadaan Keu. & Akt. Teknologi
Informasi

Pelaksana Adm. Pelaksana Adm. Pelaksana Pelaksana Adm. Pelaksana Adm.


Hutang Dagang Piutang Dagang Pemegang Kas Kas/Bank Umum SDM &
Pajak
96
97

3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin

Pharmacy Manager

Apoteker Pendamping

Supervisor Layanan Perawat Klinik


Farmasi

PJ Swalayan Farmasi

SPG
Asisten Apoteker Kasir / Juru Racik

97
98

4. Denah Kimia Farma 38 Hasanuddin

98
99

5. Skema Pengadaan Perbekalan Farmasi

Bagian Pengadaan
(Gudang)
SPB
3
Barang 2
4/5 + Faktur
1

Barang/dropping BPBA Pemasok / PBF

BPBA 6 8 Copy R/
APP KF lain APP KF 38 Apotek III
Hasanuddin
7 9
Barang/dropping Barang + Kwitansi
Mendesak

Keterangan :

APP : Apotek Pelayanan


BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek
PBF : Pedagang Besar Farmasi
SPB : Surat Permintaan Barang

6. Skema Pengadaan Narkotika

BM
BPBA (PENGADAAN)
SP Khusus
Narkotika Narkotika
1
Faktur 2
4

3
APP DISTRIBUTOR
Faktur + Barang

99
100

7. Contoh Form Surat Pesanan Narkotika

8. Skema Pengadaan Psikotropika

BM
BPBA (PENGADAAN)
SP Khusus
Psikotropika Psikotropika
1
Faktur 2
4

3 DISTRIBUTOR
APP
Faktur + Barang
100
101

9. Contoh Form Surat Pesanan Psikotropika

101
102

10. Contoh Form Surat Pesanan Obat Jadi Prekursor Farmasi

102
103

11. Contoh Form Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika

LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN JADI NARKOTIKA

NAMA APOTEK :…………… BULAN :……….


NO. IZIN APOTEK :…………… TAHUN :……….
ALAMAT :……………
TELEPON :……………

Pengeluaran Perse
Nama Persediaa Pemasukan Jumlah
Untuk diaan
No sediaa Satuan n awal keseluru Ket.
Dar Pembuata Lain- Jml akhir
n bulan Tgl Jml han
i n lain bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Makassar,……………..20…..

(…………………………….)
No. SIPA

103
104

12. Contoh form laporan penggunaan morphin, pethidin, dan derivatnya


LAPORAN PENGGUNAAN MORPHIN, PETHIDIN, DAN DERIVATNYA

NAMA APOTEK :…………… BULAN :……….


NO. IZIN APOTEK :…………… TAHUN :……….
ALAMAT :……………
TELEPON :……………

Pemasukan
Pasien Dokter
Nama Tanggal
No Satuan Ket.
narkotika Penyerah Jml Nama/ Spesiali
Nomor Nama Almt
an Almt s
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Makassar,……………..20…..

(…………………………….)
No. SIPA

104

Anda mungkin juga menyukai