Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT DALAM MEMINIMALISIR

KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT


(Studi pada Bank Jatim Cabang Mojokerto)

Oka Aviani Savitri


Zahroh Z.A.
Nila Firdausi Nuzula
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email: oka.aviani@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan manajemen risiko kredit dalam
meminimalisir kredit bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Jatim Cabang Mojokerto dan
untuk mengetahui penerapan manajemen risiko kredit yang efektif dalam meminimalisir kredit bermasalah
pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Jatim Cabang Mojokerto. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Bank Jatim Cabang
Mojokerto telah menerapkan dengan baik pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi, kebijakan,
prosedur dan penetapan limit, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi
manajemen risiko kredit, dan pengendalian risiko kredit. Penelitian ini menyarankan agar bank menjaga
independensi staf kredit dan meningkatkan proses pemantauan kredit.

Kata kunci: Manajemen Risiko Kredit, Kredit Bermasalah, Kredit Usaha Rakyat

ABSTRACT
This research is aimed to analyze the application of credit risk management to minimize non performing
loan of Kredit Usaha Rakyat (KUR) in Bank Jatim Cabang Mojokerto and to find out the implementation of
effective credit risk management to minimize non performing loan of Kredit Usaha Rakyat (KUR) in Bank
Jatim Cabang Mojokerto. The type of research which is used in this study is descriptive research. The
findings show that Bank Jatim Cabang Mojokerto has properly implemented active surveillance by
commissioners and directors, policies, procedures and credit limitation, the process of identification,
measurement, monitoring and credit risk management information systems, and a credit risk controlling.
This study suggests the bank to maintain the independency of the credit staffs and improve credit monitoring
process.

Keyword: Credit Risk Management, Non Performing Loan, Kredit Usaha Rakyat

PENDAHULUAN adalah risiko yang terjadi karena ketidakpastian


Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program atau kegagalan pasangan usaha (counterparty)
pemerintah untuk mendukung pemberdayaan memenuhi kewajibannya (Ghozali, 2007:121).
Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Risiko yang dihadapi dalam pemberian kredit
Koperasi. KUR disalurkan bank pelaksana kepada adalah adanya kredit bermasalah. Menurut
UMKM dan Koperasi (UMKMK) yang feasible ketentuan Bank Indonesia pada Surat Edaran Bank
namun belum bankable. Artinya, usaha tersebut Indonesia No. 12/11/DPNP, kredit bermasalah
layak dan memiliki kemampuan mengembalikan digolongkan ke dalam kolektibilitas kurang lancar,
pinjaman namun belum memenuhi persyaratan diragukan, dan macet.
kredit bank misalnya dalam hal agunan. Bank harus mengelola kredit bermasalah
KUR sebagai salah satu bentuk pemberian sehingga kredit bermasalah masih ada pada tingkat
kredit bagi UMKMK perlu diawasi yang wajar dan tidak menyebabkan kerugian pada
pelaksanaannya karena setiap penyaluran kredit bank tersebut karena kontribusi terbesar dalam
tidak terlepas dari risiko kredit. Risiko kredit pendapatan bank berasal dari penyaluran kredit.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Bank sebagai pemberi fasilitas kredit diwajibkan pada bulan Februari 2013 menjadi
untuk menerapkan manajemen risiko yang efektif. Rp890.647.752,25 pada Maret 2013. Namun, pada
Penerapan manajemen risiko meliputi pengawasan November 2013, kredit bermasalah KUR Bank
aktif dari seluruh pengurus bank, kebijakan, Jatim Cabang Mojokerto kembali meningkat
prosedur dan penetapan limit risiko, proses sebesar Rp24.450.364,34 dari Rp332.191.145,66
identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem pada Oktober 2013 menjadi Rp356.641.510,00.
informasi, dan pengendalian risiko, serta sistem Peningkatan kredit bermasalah berdampak
pengendalian intern yang menyeluruh. negatif bagi bank. Menurut Mahmoeddin
Bank Jatim Cabang Mojokerto merupakan (2002:111), kredit bermasalah berdampak pada
salah satu bank penyalur Kredit Usaha Rakyat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas bank serta
(KUR) di Mojokerto. Bank Jatim Cabang timbulnya biaya-biaya tambahan. Melihat track
Mojokerto berupaya mendorong pengembangan record Bank Jatim Cabang Mojokerto yang pernah
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan memiliki catatan kredit bermasalah KUR yang
meningkatkan kredit UMKM melalui program tinggi yaitu pada bulan November 2012 sampai
KUR. Melalui KUR, UMKM dapat dengan bulan Februari 2013, Bank Jatim Cabang
mengembangkan usahanya dengan plafond kredit Mojokerto perlu melakukan antisipasi dengan
sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta menerapkan manajemen risiko kredit yang lebih
rupiah). Namun, pada penyalurannya, KUR tidak baik agar kredit bermasalah tidak kembali
terlepas dari risiko kredit bermasalah. mengalami kenaikan.

Tabel 1. Kredit Bermasalah KUR Bank Jatim KAJIAN PUSTAKA


Cabang Mojokerto periode November Kredit
2012 s.d November 2013 UU Republik Indonesia nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan sebagaimana telah diubah
Jumlah Kredit Bermasalah dengan UU Nomor 10 tahun 1998 menyebutkan
s.d Bulan
(dalam rupiah) “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
November 2012 2.562.670.595,56 dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
Desember 2012 1.599.717.193,55 persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
Januari 2013 1.326.657.214,62 antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
Februari 2013 2.168.522.651,38 pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
Maret 2013 890.647.752,25
waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
April 2013 721.850.027,84
Mei 2013 102.127.060,92
Juni 2013 206.385.566,01
Penilaian Kredit
Juli 2013 158.316.197,95
Sebelum memberikan kredit, pihak bank harus
Agustus 2013 327.313.135,15 yakin bahwa debitur dapat dipercaya sehingga
September 2013 350.592.176,44 bank harus melakukan penilaian atau analisis
Oktober 2013 332.191.145,66 kredit. Penilaian untuk mendapatkan debitur yang
November 2013 356.641.510,00 layak dilakukan dengan prinsip 5C. Prinsip 5C
Sumber: Bank Jatim Cabang Mojokerto, 2013 menurut Firdaus dan Ariyanti (2011:84-86) yaitu:
a. Character (watak/kepribadian/karakter)
Selama periode November 2012 sampai dengan b. Capacity (kemampuan/kapasitas)
November 2013 kredit bermasalah KUR di Bank c. Capital (modal)
Jatim Cabang Mojokerto mengalami fluktuasi. d. Condition of economy (kondisi perekonomian)
Jumlah kredit bermasalah KUR paling tinggi e. Collateral (jaminan atau agunan)
adalah bulan November 2012 yaitu
Penggolongan Kualitas Kredit
Rp2.562.670.595,56. Kenaikan jumlah kredit
Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
bermasalah KUR paling tinggi terjadi pada bulan
15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 tentang
Februari, yaitu dari Rp1.326.657.214,62 di bulan
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, tingkat
Januari menjadi Rp2.168.522.651,38 di bulan
kualitas kredit dibagi menjadi kategori lancar,
Februari atau meningkat Rp841.865.436,76 dari
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan,
bulan Januari. Penurunan kredit bermasalah KUR
dan macet.
paling besar terjadi pada bulan Maret 2013. Kredit
bermasalah KUR menurun sebesar
Rp1.277.874.899,13 dari Rp 2.168.522.651,38

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) berkala mengenai strategi dan kebijakan
Arthesa dan Handiman (2006:181) risiko kredit pada bank.
menyebutkan bahwa kredit bermasalah secara b. Direksi mendukung standar pemberian
umum adalah semua kredit yang mengandung kredit yang sehat, memantau dan
risiko tinggi atau kredit bermasalah adalah kredit- mengendalikan risiko kredit, dan
kredit yang mengandung kelemahan atau tidak mengidentifikasi serta menangani kredit
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan bermasalah.
bank. Menurut ketentuan Bank Indonesia pada c. Bank mengidentifikasikan, mengelola, dan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP, memastikan risiko kredit yang melekat pada
kredit bermasalah digolongkan ke dalam seluruh produk dan aktivitas baru telah
kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. melalui proses pengendalian manajemen
Sesuai dengan pedoman perhitungan rasio risiko yang layak.
keuangan pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 2. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
12/11/DPNP, NPL dapat dihitung dengan rumus: a. Kriteria pemberian kredit yang sehat
Bank harus mempunyai informasi yang
cukup untuk membantu bank dalam menilai
( )
secara komprehensif terhadap profil risiko
nasabah.
Risiko Kredit b. Seleksi transaksi risiko kredit
Ghozali (2007:121) mengartikan risiko kredit 1) Seleksi terhadap transaksi kredit dan
sebagai risiko yang terjadi karena ketidakpastian komitmen dalam mengambil exposure
atau kegagalan pasangan usaha (counterparty) risiko harus mempertimbangkan tingkat
memenuhi kewajibannya. profitabilitas.
2) Harga fasilitas kredit ditetapkan dengan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum memperhitungkan tingkat risiko dari
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor transaksi yang bersangkutan.
11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan 3) Direksi harus memperoleh hasil analisis
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang kinerja profitabilitas dari transaksi kredit
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, yang diberikan.
“manajemen risiko adalah serangkaian metodologi c. Analisis, persetujuan serta pencatatan kredit
dan prosedur yang digunakan untuk 1) Prosedur pengambilan keputusan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan pinjaman harus diformalkan secara jelas
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh sesuai karakteristik bank.
kegiatan usaha bank.” 2) Pemisahan fungsi antara yang melakukan
Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Bank persetujuan, analisis dan admnistrasi
Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tentang kredit.
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3) Bank mempunyai satuan kerja yang
5/8/PBI/2003, penerapan manajemen risiko melakukan review untuk menetapkan
sekurang-kurangnya mencakup: kolektibilitas.
1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan 4) Bank memastikan efisiensi dan
Direksi efektivitas operasional administrasi
2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan kredit, akurasi dan ketepatan waktu
limit manajemen risiko informasi, pemisahan fungsi yang layak,
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, kelayakan pengendalian seluruh back
pemantauan, dan pengendalian risiko serta officer, dan kepatuhan terhadap kebijakan
sistem informasi manajemen risiko dan prosedur intern tertulis serta
4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh ketentuan yang berlaku.
Rivai dan Veithzal (2007:814-823) 5) Mendokumentasikan seluruh informasi
menjelaskan lebih lanjut tentang proses penerapan dalam arsip.
manajemen risiko kredit, yaitu: 6) Bank harus melengkapi catatan pada
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan arsip setidaknya setiap tiga bulan.
Direksi
a. Komisaris bertanggung jawab dalam
melakukan persetujuan dan peninjauan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
d. Penetapan limit secara lengkap untuk pemantauan
1) Bank harus menggambarkan faktor yang oleh satuan kerja terkait.
dapat memengaruhi penetapan limit 2) Sistem pengukuran risiko kredit
risiko kredit. mempertimbangkan karakteristik
2) Bank menetapkan limit untuk seluruh setiap jenis transaksi risiko kredit,
nasabah sebelum bertransaksi. Limit bisa kondisi keuangan nasabah, jangka
berbeda satu sama lain. waktu kredit, aspek jaminan, potensi
3) Limit untuk risiko kredit sekurang- terjadinya kegagalan (default), dan
kurangnya mencakup exposure kepada kemampuan bank untuk menyerap
nasabah, exposure kepada pihak terkait, potensi kegagalan.
dan exposure terhadap sektor ekonomi 3) Bank yang menggunakan pendekatan
tertentu atau area geografis. internal risk rating, harus dilakukan
4) Limit untuk nasabah dapat didasarkan validasi data secara berkala
atas hasil analisis data kuantitatif dan 4) Parameter yang digunakan dalam
kualitatif. pengukuran risiko kredit yaitu NPL,
5) Penetapan limit risiko kredit harus konsentrasi kredit berdasarkan
didokumentasikan secara lengkap. pinjaman dan sektor ekonomi,
Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit kecukupan jaminan, pertumbuhan
risiko kredit, selain memenuhi pedoman kredit, non performing portfolio
tersebut, bank juga mengacu pada Pedoman treasury dan investasi, kecukupan
Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank cadangan transaksi treasury dan
(PPKPB) investasi, transaksi pembiayaan
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, perdagangan yang default, dan
Pemantauan, dan Sistem Informasi konsentrasi pemberian fasilitas
Manajemen Risiko Kredit pembiayaan perdagangan.
a. Identifikasi risiko kredit 5) Mark To Market pada Transaksi
Kredit kegiatan perkreditan dan jasa Risiko Kredit Terentu
pembiayaan perdagangan Untuk mengukur risiko kredit yang
memperhatikan keadaan keuangan disebabkan transaksi Over the
nasabah dan ketepatan waktu membayar. Counter (OTC) atau pada suatu pasar
Penilaian untuk risiko nasabah mencakup tertentu, khususnya pasar derivatif,
analisis terhadap lingkungan nasabah, bank menggunakan metode penilaian
karakteristik mitra usaha, kualitas mark to market. Exposure risiko
pemegang saham dan manajer, kondisi kredit harus diukur dan dikinikan
laporan keuangan terakhir, hasil proyeksi sekurangnya setiap bulan atau lebih
arus kas, kualitas rencana bisnis, dan intensif.
dokumen lainnya. Penilaian harus 6) Penggunaan credit scoring tools
memperhatikan keuangan counterparty, Bank dapat memakai sistem dan
rating, karakteristik instrumen, jenis metodologi statistik/probabilistik
transaksi, likuiditas pasar, dan faktor untuk mengukur risiko seperti credit
lainnya untuk kegiatan treasury dan scoring tools. Bank melakukan kaji
investasi. ulang secara berkala terhadap akurasi
b. Pengukuran risiko kredit model dan asumsi yang digunakan
1) Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk memproyeksikan kegagalan,
yang memungkinkan untuk serta menyesuaikan asumsi dengan
sentralisasi exposure on balance sheet perubahan yang terjadi pada kondisi
dan off balance sheet yang internal dan eksternal. Jika exposure
mengandung risiko kredit dari setiap risiko besar, proses pengambilan
nasabah, penilaian perbedaan kategori keputusan harus didukung sarana
tingkat risiko kredit dengan memakai pengukuran risiko lainnya. Bank
kombinasi aspek kualitatif dan harus mendokumentasikan kredit
kuantitatif data, dan distribusi seperti asumsi, data, informasi
informasi hasil pengukuran risiko termasuk perubahannya dan
mengirimkannya secara berkala.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Penetapan sistem harus mendukung informasi harus memungkinkan direksi
proses pengambilan keputusan dan mengidentifikasikan adanya konsentrasi
kepatuhan terhadap pendelegasian risiko dalam portofolio kredit. Sistem
wewenang. Penetapan sistem harus informasi manajemen menghasilkan
melalui prosedur pengamanan yang laporan dalam rangka pemantuan
layak dan dilakukan kaji ulang oleh exposure aktual terhadap limit yang
satuan kerja yang independen. ditetapkan.
c. Pemantauan Risiko Kredit 4. Pengendalian Risiko Kredit
1) Bank mengembangkan dan a. Bank harus menetapkan sistem penilaian
menerapkan sistem informasi dan (internal credit review) yang independen
prosedur untuk memantau kondisi dan berkelanjutan terhadap efektivitas
setiap nasabah agar bank mengetahui penerapan proses manajemen risiko kredit.
kondisi keuangan terakhir nasabah, Kaji ulang memuat evaluasi proses
memantau kepatuhan terhadap administrasi perkreditan, penilaian terhadap
perjanjian kredit, menilai kecukupan akurasi penerapan internal risk rating, atau
jaminan dibandingkan dengan penggunaan alat pemantauan lainnya, dan
kewajiban nasabah atau counterparty, efektivitas pelaksanaan satuan kerja atau
dan mengidentifikasi ketidaktepatan petugas yang melakukan pemantauan
pembayaran dan mengklasifikasi kualitas kredit individual.
kredit bermasalah secara tepat waktu. b. Kaji ulang dilaksanakan oleh petugas yang
2) Bank melakukan pemantauan independen terhadap satuan kerja yang
exposure risiko kredit dibandingkan melakukan transaksi risiko kredit.
dengan limit risiko kredit yang telah c. Bank harus memastikan bahwa satuan kerja
ditetapkan antara lain dengan perkreditan dan transaksi risiko lainnya
menggunakan kolektibilitas atau telah dikelola secara memadai.
internal risk rating. d. Bank harus menetapkan dan menerapkan
3) Pemantauan exposure risiko kredit pengendalian intern untuk memastikan
dilakukan secara berkala dan satuan penyimpangan terhadap kebijakan, prosedur
kerja manajemen risiko harus dan limit dilaporkan tepat waktu kepada
menyusun laporan mengenai direksi atau pejabat terkait.
perkembangan risiko kredit secara e. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) pada saat
berkala. melakukan audit intern harus melakukan
4) Prosedur penggunaan sistem internal pengujian terhadap efektivitas pengendalian
risk rating harus didokumentasikan. intern untuk memastikan bahwa sistem
Sistem harus dapat mengidentifikasi pengendalian telah efektif, aman, dan sesuai
secara dini perubahan pofil risiko dan dengan ketentuan.
harus dievaluasi secara berkala oleh f. Bank memiliki prosedur pengelolaan
pihak yang independen. Jika bank penanganan kredit bermasalah termasuk
menerapkan internal risk rating untuk sistem deteksi kredit bermasalah secara
menentukan kualitas aset dan tertulis dan menerapkannya secara efektif.
besarnya provisi, maka harus terdapat Jika bank memiliki kredit bermasalah yang
prosedur formal untuk memastikan cukup signifikan, bank harus memisahkan
penetapan kualitas aset dan provisi fungsi penyelesaian kredit bermasalah
sama dengan ketentuan terkait. tersebut dengan fungsi yang memutuskan
d. Sistem Informasi Manajemen Risiko penyaluran kredit. Strategi dan hasil
Kredit penanganan kredit bermasalah
Bank harus memiliki sistem informasi ditatausahakan dalam suatu dokumentasi
manajemen yang menyediakan laporan data.
dan data secara akurat dan tepat waktu
untuk mendukung pengambilan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
keputusan direksi dan pejabat lainnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan kredit
serta menyediakan data mengenai jumlah atau pembiayaan yang diberikan bank kepada
seluruh exposure kredit peminjam Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
individual dan counterparties. Sistem Koperasi yang feasible namun belum bankable.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Artinya, usaha tersebut layak dan memiliki NPL KUR di Bank Jatim Cabang Mojokerto
kemampuan mengembalikan pinjaman namun periode November 2012 sampai dengan November
belum memenuhi persyaratan kredit bank misalnya 2013 mengalami fluktuasi. Peningkatan perubahan
dalam hal agunan. KUR dijamin oleh perusahaan NPL paling tinggi adalah pada bulan Februari 2013
penjamin yang memberikan sebagian penjaminan yaitu dari 6,88% di bulan Januari menjadi 11,91%
kredit secara otomatis bersyarat kepada bank di bulan Februari atau meningkat sebesar 5,03%
pelaksana KUR. (www.komite-kur.com). dari bulan Januari. Sedangkan penurunan
perubahan NPL paling besar terjadi pada bulan
METODE Maret 2013. NPL menurun sebesar 6,06%, dari
Data yang diperoleh dalam penelitian disajikan 11,91% pada bulan Februari 2013 menjadi 5,86%
secara deskriptif. Menurut Indriantoro dan Supomo pada Maret 2013. Namun, pada November 2013,
(2002:26), “penelitian deskriptif merupakan NPL Bank Jatim Cabang Mojokerto kembali
penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta- meningkat sebesar 0,24% dari 1,89% pada Oktober
fakta saat ini dari suatu populasi”. 2013 menjadi 2,13%.
Sesuai dengan judul penelitian tentang analisis
manajemen risiko kredit dalam meminimalisir Tabel 2. Persentase Non Performing Loan (NPL)
kredit bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat KUR Bank Jatim Cabang Mojokerto
(KUR), fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: periode November 2012 s.d November
1. Penerapan manajemen risiko kredit dalam 2013
meminimalisir kredit bermasalah pada Kredit Saldo Kredit yang Jumlah Kredit
Usaha Rakyat (KUR) di Bank Jatim Cabang s.d Bulan Disalurkan Bermasalah NPL
(dalam rupiah) (dalam rupiah)
Mojokerto meliputi:
November 2012 23.643.681.540,70 2.562.670.595,56 10,84%
a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Desember 2012 21.625.030.292,00 1.599.717.193,55 7,40%
Direksi. Januari 2013 19.273.007.054,93 1.326.657.214,62 6,88%
b. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit. Februari 2013 18.205.560.178,26 2.168.522.651,38 11,91%
c. Proses identifikasi, pengukuran, Maret 2013 15.209.265.477,53 890.647.752,25 5,86%
pemantauan, dan sistem informasi April 2013 14.952.196.790,15 721.850.027,84 4,83%
manajemen risiko kredit. Mei 2013 15.230.854.222,87 102.127.060,92 0,67%
d. Pengendalian risiko kredit. Juni 2013 15.499.176.440,13 206.385.566,01 1,33%
2. Kredit bermasalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Juli 2013 16.957.883.655,05 158.316.197,95 0,93%
di Bank Jatim Cabang Mojokerto periode Agustus 2013 16.725.190.033,88 327.313.135,15 1,96%
November 2012-November 2013 September 2013 17.270.477.996,68 350.592.176,44 2,03%
a. Nilai kredit bermasalah Kredit Usaha Rakyat Oktober 2013 17.586.840.958,34 332.191.145,66 1,89%
di Bank Jatim Cabang Mojokerto dalam November 2013 16.736.630.106,00 356.641.510,00 2,13%
rupiah. Sumber: Data diolah, 2013
b. Non Performing Loan (NPL) Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Bank Jatim Cabang Secara keseluruhan, NPL KUR Bank Jatim
Mojokerto. Cabang Mojokerto masih dalam batas yang dapat
ditoleransi, yaitu tidak melebihi batas maksimum
HASIL DAN PEMBAHASAN NPL sebesar 5% yang ditetapkan Bank Indonesia
dan ketentuan batas maksimum NPL Bank Jatim
Analisis Kredit Bermasalah Kredit Usaha
sebesar 2%. Namun, melihat track record Bank
Rakyat (KUR) Bank Jatim Cabang Mojokerto Jatim Cabang Mojokerto yang pernah memiliki
Berdasarkan tabel 2, saldo kredit yang catatan NPL yang tinggi yaitu pada bulan
disalurkan mengalami penurunan. Penurunan ini November 2012 sampai dengan bulan Maret 2013,
disebabkan adanya pembayaran tunggakan oleh Bank Jatim Cabang Mojokerto perlu melakukan
sebagian debitur sehingga kolektibilitas debitur antisipasi agar NPL KUR tidak kembali
mengalami perubahan. Selain karena pembayaran mengalami kenaikan melalui manajemen risiko
tunggakan, adanya kebijakan di Bank Jatim kredit yang lebih baik sehingga tidak merugikan
Cabang Mojokerto yang menghentikan sementara bank.
penyaluran KUR apabila Non Performing Loan
(NPL) KUR terlalu tinggi juga menyebabkan saldo
kredit yang disalurkan menurun.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Penerapan Manajemen Risiko Kredit pada Namun, Bank Jatim Cabang Mojokerto perlu
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Jatim lebih berhati-hati dalam memberikan fasilitas KUR
Cabang Mojokerto kepada calon debitur. Sesuai dengan SE Direksi
Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan 048/ 025/DIR/KRD.RTL tanggal 15 Oktober 2010,
Direksi saat pengajuan fasilitas KUR debitur tidak boleh
Pengawasan penerapan manajemen risiko sedang mempunyai fasilitas kredit dari bank lain
dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan eksternal yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi
dan internal. Pengawasan eksternal dilakukan oleh Debitur (SID) Bank Indonesia pada saat
Dewan Komisaris dan Direksi. Sedangkan permohonan kredit/pembiayaan diajukan, tetapi
pengawasan internal dilakukan oleh Pemimpin dapat sedang menerima kredit konsumtif.
Cabang. Pemberian fasilitas KUR kepada calon debitur
1. Pengawasan eksternal yang sedang mempunyai fasilitas pinjaman dari
Direksi dan Dewan Komisaris telah melakukan bank lain dapat meningkatkan potensi risiko kredit
pengawasan dengan baik melalui peninjauan bermasalah terkait dengan kemampuan debitur
berkala mengenai strategi dan kebijakan risiko, dalam membayar angsuran.
evaluasi pelaksanaan kebijakan, pengawasan 2. Seleksi Transaksi Risiko Kredit
terhadap tingkat Non Performing Loan (NPL), dan Seleksi transaksi risiko kredit Bank Jatim
adanya Buku Pedoman Perusahaan (BPP) Cabang Mojokerto telah mempertimbangkan
Perkreditan. tingkat profitabilitas transaksi yang didasarkan
2. Pengawasan internal pada hasil analisis kredit. Penetapan harga
Pengawasan internal dilakukan oleh Pemimpin (pricing) atau plafond fasilitas kredit telah
Cabang di lingkup Bank Jatim Cabang Mojokerto. dilakukan dengan memperhitungkan tingkat risiko
Pemimpin Cabang telah melakukan pengawasan dari transaksi, yaitu kondisi debitur dan tingkat
saat sebelum realisasi kredit dan setelah realisasi kemudahan pencairan jaminan yang didasarkan
kredit sesuai dengan BPP Perkreditan. Sebelum pada analisis kredit. Hal tersebut telah sesuai
realisasi kredit, Pemimpin Cabang memastikan dengan uraian Rivai dan Veithzal (2007:815-816)
kelayakan kredit dan memastikan bahwa kredit tentang seleksi transaksi risiko kredit.
yang akan disalurkan tidak menyimpang dari 3. Analisis, Persetujuan serta Pencatatan
ketentuan Bank Indonesia. Kredit
Setelah kredit dicairkan, Pemimpin Cabang Pengambilan keputusan atas pinjaman
melakukan monitoring terhadap debitur serta didasarkan atas persetujuan Analis Kredit, Penyelia
melakukan pengawasan dalam penanganan kredit Operasional Kredit, dan Pemimpin Cabang.
bermasalah sesuai dengan BPP Perkreditan. Persetujuan kredit ditentukan dari hasil analisis
Gambaran tersebut mencerminkan Pemimpin kredit. Kredit yang disetujui adalah kredit yang
Cabang telah melaksanakan pengawasan dan layak, telah sesuai dengan kebijakan dengan
mendukung standar pemberian kredit yang sehat prosedur pemberian kredit, tidak menyimpang dari
untuk meminimalisir risiko kredit bermasalah. ketentuan-ketentuan limit kredit dan ketentuan
pemerintah, telah dipertimbangkan mengenai
Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit keamanan kreditnya, dan diputus sesuai dengan
1. Kriteria Pemberian Kredit yang Sehat kewenangan memutus kredit. Gambaran bahwa
Bank Jatim Cabang Mojokerto memerlukan bank melakukan seleksi terhadap kredit yang layak
informasi untuk menilai profil risiko calon debitur. dan yang tidak layak merupakan bentuk
Informasi tersebut diperoleh dengan melakukan pengendalian risiko sehingga kredit bermasalah
analisis kredit. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dapat diminimalisir.
dalam analisis kredit antara lain karakter debitur, Bank Jatim Cabang Mojokerto telah
laporan keuangan debitur, keadaan usaha debitur, menerapkan pemisahan fungsi antara yang
jaminan debitur, dan keadaan perekonomian saat melakukan persetujuan, analisis, dan administrasi
itu. Hal tersebut sesuai dengan prinsip 5C dalam kredit. Namun, Bank Jatim Cabang Mojokerto
melakukan penilaian kredit yang dikemukakan belum menerapkan pemisahan fungsi pada tahap
oleh Firdaus dan Ariyanti (2011:84-86), yaitu penerimaan pengajuan kredit calon debitur. Tahap
character (watak/kepribadian/karakter), capacity ini dilakukan oleh semua bagian kredit, baik
(kemampuan/ kapasitas), capital (modal), Admin Kredit, Analis Kredit, maupun Staf
condition of economy (kondisi perekonomian), dan Pemasaran. Tidak adanya pemisahan fungsi
collateral (jaminan atau agunan).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
penerimaan pengajuan kredit berpeluang Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan,
mengurangi independensi Analis Kredit. dan Sistem Informasi Manajemen Risiko Kredit
Bank belum menerapkan pemisahan tugas dan 1. Identifikasi Risiko Kredit
wewenang antara bagian analis kredit, staf Bank Jatim Cabang Mojokerto
pemasaran dan supervisi kredit. Analis kredit dan mengidentifikasi risiko kredit dengan
staf pemasaran masih merangkap sebagai supervisi memperhatikan reputasi debitur, kinerja laporan
kredit. Analis Kredit masih bertugas mengelola keuangan, aspek hukum dan agunan, aspek
kredit dengan kolektibilitas kredit 1 dan 2 dan Staf manajemen, aspek pemasaran, aspek
Pemasaran mengelola penyelamatan kolektibilitas teknik/operasional, dan aspek keuangan. Bank
3, 4 dan 5. Oleh sebab itu, Bank Jatim Cabang telah melakukan identifikasi dengan menganalisis
Mojokerto memerlukan adanya bagian Supervisi data masing-masing debitur KUR.
Kredit agar tidak ada perangkapan jabatan 2. Pengukuran Risiko Kredit
sehingga debitur dapat dipantau secara aktif dan Bank Jatim mempunyai prosedur tertulis yaitu
kredit bermasalah dapat diatasi secara maksimal. BPP Kredit yang memungkinkan untuk melakukan
Pengarsipan dokumen debitur Bank Jatim penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit
Cabang Mojokerto dilakukan oleh Admin Kredit. dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif
Bank Jatim Cabang Mojokerto perlu lebih dan kuantitatif data.
memperhatikan kelengkapan administrasi kredit Melalui kombinasi aspek kualitatif dan
dan penulisan data sehingga tidak menimbulkan kuantitatif tersebut, Bank Jatim dapat mengukur
masalah di kemudian hari. Ketika kredit debitur rating risiko kredit yang terangkum dalam credit
macet, bank kesulitan dalam melakukan klaim rating tools. Aspek-aspek tersebut antara lain
asuransi karena berkas seperti Sistem Informasi aspek keuangan, aspek manajemen, aspek
Debitur (SID), fotokopi sertifikat agunan, KTP, pemasaran, aspek produksi, aspek lamanya
ataupun Kartu Keluarga tidak lengkap. berusaha, risiko industri, dan aspek jaminan.
4. Penetapan Limit Semakin tinggi hasil scoring yang diperoleh, maka
Penetapan limit dipengaruhi oleh hasil analisis akan semakin baik tingkat rating kreditnya.
masing-masing debitur. Bank menetapkan limit Selain credit rating tools, parameter lain yang
untuk seluruh nasabah sebelum melakukan digunakan Bank Jatim untuk Kredit Usaha Rakyat
transaksi, dimana limit tersebut dapat berbeda satu adalah tingkat Non Performing Loan (NPL).
sama lain sesuai dengan hasil analisis data secara Melalui NPL tersebut dapat diukur seberapa tinggi
kualitatif dan kuantitatif masing-masing debitur. risiko Kredit Usaha Rakyat di Bank Jatim Cabang
Setelah kredit dianalisis, maka ditetapkan Mojokerto.
plafond KUR. Penetapan limit KUR 3. Pemantauan Risiko Kredit
memperhatikan ketentuan Batas Maksimum Pemantauan risiko dilakukan oleh staf
Pemberian Kredit (BMPK). Bank Jatim dalam operasional kredit dan staf pemasaran yang
Buku Pedoman Pelaksanaan (BPP) Kredit bertugas menangani kredit debitur. Pemantauan
menetapkan BMPK Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilakukan terhadap usaha debitur apakah sesuai
sebesar Rp500.000.000. Bank Jatim Cabang ketentuan dan tujuan diberikannya kredit tersebut.
Mojokerto dalam memberikan kredit tidak Pemantauan atas kredit di Bank Jatim Cabang
diperkenankan melebihi BMPK tersebut. Mojokerto belum dilakukan sesuai dengan
Ketentuan plafond KUR Mikro untuk modal kerja ketentuan Surat Nomor 048/014/KMK perihal
dan/atau investasi maksimal sebesar Rp Supervisi Kredit. Bank sebaiknya melakukan
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Sedangkan pemantauan kepada debitur dan melaporkan hasil
KUR Ritel untuk modal kerja dan/atau investasi dari kunjungan tersebut di dalam call report sesuai
diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan yang berlaku. Pemantauan
sampai dengan Rp 500.000.000,- (Lima ratus juta tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi
rupiah). Plafond kredit kepada Lembaga Linkage keuangan debitur, kepatuhan debitur terhadap
pola executing maksimal Rp 2 miliar rupiah perjanjian kredit, kecukupan jaminan debitur,
sedangkan dari Lembaga Linkage kepada UMKM identifikasi keterlambatan pembayaran angsuran,
maksimal Rp 100 juta rupiah. Plafond kredit yang klasifikasi terhadap kredit bermasalah secara tepat
penyalurannya melalui pola Channeling mengikuti waktu, dan membantu bank dalam melakukan
ketentuan plafond KUR Mikro dan KUR Ritel. langkah preventif.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
4. Sistem Informasi Manajemen Risiko Kredit penerapannya masih terdapat kekurangan, yaitu
Rivai dan Veithzal (2007:822) menguraikan antara lain:
bahwa bank harus memiliki sistem informasi a. Belum ada staf khusus yang menerima
manajemen yang menyediakan laporan dan data permohonan kredit dari calon debitur.
secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung b. Bank Jatim Cabang Mojokerto belum
pengambilan keputusan direksi dan pejabat memiliki bagian khusus Supervisi Kredit.
lainnya. Sistem informasi yang dimiliki bank harus c. Analis Kredit kurang berhati-hati sehingga
memungkinkan direksi untuk mengidentifikasikan memberikan fasilitas KUR kepada debitur
adanya konsentrasi risiko dalam portfolio yang sedang mempunyai fasilitas pinjaman
kreditnya. Hal tersebut telah diterapkan oleh Bank selain pinjaman konsumtif dari bank lain.
Jatim. Bank Jatim telah memiliki sistem informasi d. Pemantauan terhadap debitur dan pelaporan
yaitu Management Information System (MIS). hasil kunjungan dalam call report belum
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
Pengendalian Risiko Kredit berlaku.
Bank Jatim Cabang Mojokerto melaksanakan 2. Non Performing Loan (NPL) pada Bank Jatim
kaji ulang atau evaluasi terhadap proses pemberian Cabang Mojokerto periode November 2012
kredit serta proses administrasi kredit. Semua sampai dengan November 2013 mengalami
proses pemberian kredit tersebut dievaluasi dengan fluktuasi. Secara keseluruhan, NPL Bank Jatim
menggunakan standar kualitas dan pedoman yang Cabang Mojokerto masih dalam batas yang
telah ditetapkan Bank Jatim. Pengendalian intern dapat ditoleransi, yaitu tidak melebihi batas
di Bank Jatim Cabang Mojokerto dilakukan oleh maksimum NPL sebesar 5% yang ditetapkan
Auditor Cabang. Aspek pengendalian intern Bank Indonesia dan ketentuan batas maksimum
terhadap pinjaman yang diberikan dibagi dalam NPL Bank Jatim sebesar 2%. Namun,
beberapa tahap proses kredit yaitu tahap proses berdasarkan track record Bank Jatim Cabang
permohonan kredit, proses analisis kredit, proses Mojokerto yang pernah memiliki catatan NPL
penarikan kredit dan proses umpan balik KUR yang tinggi pada bulan November 2012
pelaksanaan kredit. sampai dengan bulan Maret 2013, bank perlu
Bank Jatim telah memiliki prosedur melakukan antisipasi melalui manajemen risiko
penanganan kredit bermasalah yang dibagi menjadi yang lebih baik agar NPL tidak kembali
dua tahap yaitu penyelamatan kredit dan tahap mengalami kenaikan.
penyelesaian kredit. Penyelamatan kredit
dilakukan untuk mencegah kemungkinan Saran
timbulnya kerugian lebih lanjut atas suatu kredit 1. Bank Jatim Cabang Mojokerto sebaiknya
yang tidak lancar melalui pengelolaan hubungan melakukan pemisahan fungsi pada tahap
dengan debitur. Sedangkan penyelesaian kredit penerimaan pengajuan kredit calon debitur.
bermasalah ditempuh dengan cara melakukan 2. Bank Jatim Cabang Mojokerto memerlukan
klaim asuransi, penghapusbukuan, dan lelang adanya bagian Supervisi Kredit agar tidak ada
agunan. Dengan demikian, Bank Jatim telah perangkapan jabatan sehingga debitur dapat
melaksanakan pengendalian risiko sesuai dengan dipantau secara aktif dan kredit bermasalah
uraian Rivai dan Veithzal (2007:823) yang dapat diatasi secara maksimal.
menyebutkan bahwa Bank harus memiliki 3. Analis Kredit perlu lebih berhati-hati dalam
prosedur pengelolaan penanganan kredit menganalisis kredit calon debitur dan tetap
bermasalah. berpedoman sesuai ketentuan agar tidak terjadi
kesalahan sehingga risiko kredit dapat
KESIMPULAN DAN SARAN diminimalisir.
Kesimpulan 4. Pemantauan terhadap debitur dan laporan hasil
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari kunjungan tersebut dalam bentuk call
mengenai manajemen risiko kredit dalam report sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan
meminimalisir kredit bermasalah pada Kredit ketentuan yang berlaku.
Usaha Rakyat (KUR) Bank Jatim Cabang
Mojokerto, dapat disimpulkan bahwa: DAFTAR PUSTAKA
1. Manajemen risiko pada Kredit Usaha Rakyat Arthesa, Ade dan Edia Handiman. 2006. Bank dan
Bank Jatim Cabang Mojokerto telah Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta:
dilaksanakan dengan baik. Namun dalam PT. INDEKS Kelompok Gramedia.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Bank Indonesia. 2013. “Surat Edaran Bank Komite Kredit Usaha Rakyat. “Maksud dan
Indonesia Nomor 15/28/DPNP Tanggal 31 Tujuan”, diakses 19 Mei 2014 dari
Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset http://komite-kur.com/maksud_tujuan.asp
Bank Umum”, diakses pada tanggal 11
Komite Kredit Usaha Rakyat. “Perusahaan
November 2013 dari http://www.bi.go.id/id/
Penjamin dan Kementerian”, diakses 19 Mei
peraturan/perbankan/Pages/Surat%20Edaran 2014 dari http://komite-kur.com/index.
%20Bank%20Indonesia%20Nomor%2015_2 php?pilih=hal&id=16
8DPNP%20tanggal%2031%20Juli%202013
%20perihal%20Penilaian%20Kualitas%20A Mahmoeddin, As. 2002. Melacak Kredit
set%20Ba.aspx Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bank Indonesia. 2013. “Surat Edaran Bank Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal.
Indonesia No. 12/11/DPNP”, diakses 10 2007. Credit Management Handbook: Teori,
Desember 2013 dari http://www.bi.go.id/ Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan
web/id/Peraturan/Perbankan/ se_121110.htm Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah.
Bank Indonesia. 2009. “Peraturan Bank Indonesia Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
No.11/25/PBI/2009 - Perubahan atas PBI
No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum”,
diakses 16 November 2013 dari
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perban
kan /pbi_112509.htm.
Bank Indonesia. 1998. “Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan Sebagaimana Telah Diubah
Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998”, diakses 8 November 2013 dari
www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A0 3
0-454A.../uu_bi_1099.pdf.
Bank Jatim. 2010. SE Direksi
No.048/025/DIR/KRD/RTL Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kredit Program.
Bank Jatim. 2010. Surat Nomor 048/014/KMK
Perihal Supervisi Kredit.
Bank Jatim. 2003. Revisi: 0-XII/2003 Tentang
Pedoman Kerja Kredit.
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti.2011.
Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori,
Masalah Kebijakan dan Aplikasinya.
Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Risko
Perbankan: Pendekatan Kuantitatif Value at
Risk (VaR). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002.
Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: BPFE.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai