Anda di halaman 1dari 18

Sex Liar

Sex Liar - Shinta istriku, mempunyai tinggi dan berat badan yang sedang-sedang saja.
Payudaranya tak bisa dikatakan besar tapi putingnya adalah sebuah puting susu terbesar
dari semua wanita yang pernah kukenal saat dia sedang bergairah. Shinta seorang wanita
yang pemalu, kecuali jika sedang berada di dalam kamar cinta kami.

Setelah lebih dari setahun dalam kehidupan seksual kami, aku sering berbisik di
telinganya ditengah percintaan kami sambil kumainkan kelentitnya, dan mengatakan
padanya tentang keinginanku untuk melihat seorang lelaki lain yang ‘bermain’ dengan
tubuhnya. Dan Tuhan, ternyata hal ini membuat nafsunya semakin liar. Dan untuk
beberapa bulan terakhir, aku mulai mengarang sebuah cerita dan menceritakan kisah
fantasiku tersebut kepadanya saat kami sedang bercinta.

Hingga sampailah pada saat yang paling membuat jantungku berdebar… untuk
menanyakan kepadanya apakah dia mau membuat semua fantasi itu menjadi nyata.
Tentu saja kutanyakan hal ini saat kami sedang bercinta, dan dia menjawab ya dalam
erangannya. Akhirnya minggu kemarin itu semua menjadi kenyataan. Setelah pencarian
dalam beberapa minggu dalam dunia maya, akhirnya kudapatkan seorang lelaki yang
kuanggap memenuhi semua persyaratanku, kubuat janji untuk bertemu langsung
dengannya di salah satu café di kotaku. Aku langsung merasa cocok dengan pilihanku
begitu pertama kali melihatnya, setelah sedikit basa-basi dengannya, kami langsung ke
pokok permasalahan, istriku.

Aku tawarkan tentang rencanaku untuk mengajak istriku keluar untuk dinner dan akan
membuatnya mabuk dulu… Rencananya adalah membuatnya mabuk, tapi tidak terlalu
mabuk. Sebab saat istriku mengkonsumsi alkohol, bisaanya libidonya jadi melonjak
tinggi. Kami mengatur dimana lelaki ini harus berada, namanya Yudi, bersembunyi di
dapur. Sepulangnya aku dan istriku dari dinner, kami berdua berendam dulu dengan air
hangat baru setelahnya naik ke atas ranjang.

Kemudian aku memakaikan penutup mata padanya agar dia tak dapat melihat. Dan lalu
kuikatkan kedua tangannya pada tiang tempat tidur. Tak usah dikatakan lagi, sebuah
lenguhan lirih langsung terdengar dari mulutnya. Tapi dia tak tahu apa yang akan
kulakukan terhadapnya. “Aku akan memijatmu dengan baby oil” Shinta selalu
menyukainya. “Aku akan mengambil baby oilnya dulu di kamar mandi”.

Aku keluar dari kamar tidur dan langsung pergi ke basement menghampiri Yudi. Yudi
dapat melihat kalau aku sudah sangat terangsang. Kami berdua kembali ke kamar setelah
sebelumnya mengambil baby oilnya dulu. Yudi terkejut saat dia melihat istriku terikat
pada ranjang dengan kedua matanya terrikat kain penutup. Aku dan Yudi sudah sepakat
kalau dia tidak akan bicara sebelum kuperintahkan. “Sayang, apa kamu juga mau
memakai pelicin?” tanyaku.

“Oh, ya. Boleh juga” bisiknya pelan. Dan aku membuat Yudi terkejut saat kusodorkan
pelicin itu kepadanya. Kuberi dia isyarat agar melumurkannya pada payudara Shinta.
Aku tak perlu memerintahkannya dua kali. Dituangkannya pelicin itu di seluruh
gundukan daging payudara istriku dengan kedua tangannya dengan penuh perasaan.
Segera saja puting payudara Shinta mengeras.

Dia mulai mengerang hebat “Sentuh vaginaku” perintahnya. Yudi menatapku dan aku
megisyaratkan padanya agar dia melakukan apa yang diinginkan oleh istriku.
Dituangkannya banyak pelicin pada vagina istriku. Saat Yudi melakukan hal itua, istriku
melenguh hebat. Yudi mulai menyentuh kelentitnya dan suara erangan istriku semakin
bertambah keras saja. Aku berdiri tepat di tepi ranjang dan dapat kusaksikan semua yang
dilakukan Yudi terhadap istriku. Dan kemudian hal itu terjadi. Yudi menusukkan jari
tengahnya masuk ke dalam vagina Shinta yang basah. Kulihat punggung Shinta terangkat
dari atas kasur dan erangannya semakin keras terdengar…

Setelah sepuluh menit, dia melenguh keras “Jilat vaginaku sayang”. Kembali Yudi
menatapku. Kuisyaratkan padanya agar dia mengerjakan apapun yang dikehendaki
istriku lagi… Yudi tak menyia-nyiakan waktu. Dia menurunkan wajahnya tepat ke
vaginanya. Pelicin itu dengan rasa

strawberry. Tentu saja dia jadi menjilati kelentit Shinyta seperti orang gila saja.

Dan kemudian hal itu memukulku. Yudi tidak punya kumis seperti aku. Yang dapat
kuperbuat hanya mengharapkan agar Shinta tak menyadari hal tersebut. Erangan dan
lenguhan Shinta semakin bertambah keras dan keras. Tak dapat kupercaya betapa
terangsangnya dia. Punggung Shinta melengkung ke atas seakan dia berada di surga. Yudi
berhenti beberapa saat untuk mengambil nafas.
“Kamu menikmatinya sayang? Apa kamu ingin mendengar cerita yang lainnya lagi?”
tanyaku.

“Ya sayang”.

Yudi tahu apa rencanaku. Dimasukkannya dua jari besarnya itu ke dalam vaginanya yang
basah. Begitu dia melakukan hal itu, punggung Shinta melengkung ke atas lagi. Aku jadi
semakin berani. “Apa kamu ingin agar aku bermain dengan putingmu, sayang?” kembali
Shinta mengiyakan. Maka saat Yudi sedang memainkan vaginanya, kucengkeram
payudaranya dan menjepit putingnya dengan keras.

“Apa kamu ingin seseorang menjilati vaginamu, sayang” dia melenguh lagi.

Aku jadi semakin berani ” Jika ada seorang lelaki lain di sini, sekarang ini, apakah kamu
akan mengijinkan dia melakukannya padamu?”.

Erangannya semakin keras “Ya. Aku pasti akan suka itu…”. “Apa kamu akan membiarkan
jarinya bermain di vaginamu, sayang?”.

“Ya”. “Apa kamu akan menghisap penisnya?”.

“Ya. Pasti”.

“Maukah kamu mencobanya sekarang? Aku akan memakai sebuah dildo baru d vaginamu
dan kamu bisa menghisap penisku. Bayangkan saja kalau ini adalah batang penis lelaki
lain”. Ya, ya, ya” sebuah erangan keras terlepas dari bibirnya. Tak mau membuang
kesempatan itu, kuturunkan penisku ke mulutnya. Shinta membuka mulutnya lebar-
lebar dan langsung menelan selurh batang penisku ke dalam mulutnya. Kurasa aku pasti
akan langsung keluar. Ada seorang lelaki lain yang sedang bermain dengan vaginanya,
saat istriku menghisap batang penisku yang sangat keras.

“Aku akan melepaskan ikatanmu sekarang dan menarik tubuhmu ke tepi ranjang, tapi
kamu tidak boleh melepaskan penutup matamu dengan alas an apapun juga” aku tetap
berbicara dengannya. Dengan cepat kulepaskan ikatannya dan menariknya ke tepi
ranjang hingga pahanya menjuntai di lantai. Dia tetap memaki penutup matanya seperti
seorang istri yang baik. Kemudian aku rebah di atas ranjang dan mendekatkan penisku
ke wajah istriku lagi. Shinta menggenggamnya dan membawanya masuk ke dalam
mulutnya. Aku melihat ke arah Yudi. Dia sudah melucuti pakaiannya dan berdiri di tepi
ranjang.

“Sayang, apa kamu sudah siap dengan dildo yang baru?” tanyaku padanya. “Tuhan, ya.
Setubuhi aku dengan itu sayang” dia mengerang. Yudi semakin bergerak mendekat
padanya tanpa menyentuh atau naik ke atas ranjang. Aku dapat melihat semuanya.
Dengan perlahan digenggamnya batang penisnya sendiri dan menggerakkannya kedepan
mengarah ke vagina Shinta. Aku terhenti karena terkejut lagi. Ini adalah pertama kalinya
aku melihat batang penisnya. Jauh lebih besar dan panjang dariku…
Ini membuatku takut. Aku yakin kalau Shinta akan segera tahu. Tapi sebelum aku
merubah pikiranku, Yudi sudah mendorong masuk ke dalam tubuh Shinta. Baru
beberapa centi saja Shinta sudah mengerang sangat keras. Yudi mengambil hal itu sebagi
perintah dan segera melesakkan seluruh batang penisnya ke dalam vagina istriku. Shinta
menjadi tak terkendali… tapi kemudian dia menyadari apa yang tengah berlangsung… dia
berhenti menghisapku dan mulai bergerak untuk meraih penutup matanya. Aku
mengentikan tangannya tepat pada waktunya.

“Ada apa ini?” erangnya pelan.

“Kamu suka?” tanyaku tanpa mempedulikan pertanyaannya. Dia diam beberapa saat lalu
menjawab “Ya, tapi siapa yang berada di antara pahaku?” Yudi terus menyetubuhinya.
Dia tak pernah berhenti… “Sayang, apa kamu ingin kuhentikan ini semua?” tanyaku.

Lagi-lagi, setelah beberapa detik dia baru menjawab “Tidak. Jangan!”

“Apa kamu ingin dia menyetubuhimu dengan keras?” tanyaku lagi.

“Tuhan, ya. Tentu saja. Dan aku ingin menghisap batang penismu juga” jawabnya.

Yudi seakan disulut. Dia mengayun semakin keras dan keras. Seluruh batang penisnya
tenggelam dalam tubuh istriku. Paha Shinta mengait erat tubuh Yudi lebih merapat. Dia
menggenggam batang penisku dan mulai menghisapnya dengan rakus. Dia seperti
seorang wanita gila yang menjadi liar. Dapat kurasakan spermaku akan meledak dengan
hebat “Aku hampir keluar” kataku pada Shinta. Dia melenguh dan mulai menghisap lebih
cepat lagi. Tak beberapa lama kemudian kusemburkan spermaku dalam mulut Shinta dan
dia menelannya secepat yang dia bisa. Kemudian kulihat ke atas dan dapat kusaksikan
kalau Yudi juga sudah hampir keluar. Ini adalah saat mengambil keputusan bagiku.
Apakah aku akan membiarkan orang lain menumpahkan spermanya dalam vagina istriku
atau tidak.

Kupikir ini adalah hak Shinta untuk memilih “Shinta, apa kamu mau dia keluar di dalam
atau kamu mau dia keluar di atas perutmu?” Dikeluarkannya batang penisku dari dalam
hisapan mulutnya dan mengejutkanku dengan jawaban yang dia berikan “Aku mau dia
keluar di dalam” erangnya. Dan akibat ucapan itu, wajah Yudi jadi memerah dan dia
mengayun semakin keras. Kemudian tiba-tiba saja dia berhenti dan tak bergerak sama
sekali. Aku tahu kemudian kalau dia orgasme. Geraman hebat keluar dari mulutnya.
Shinta meraih tubuhnya dan menariknya jatuh menindih tubuhnya sendiri. Begitu bibir
Shinta menemukan bibir Yudi, dia langsung saja melumatnya dengan liar. Aku duduk
dan menyaksikan lidah Shinta merangsak masuk jauh ke dalam mulut Yudi. Shinta
sangat terbakar.

Lalu sebelah tangan Shinta bergerak ke atas dan melepaskan penutup matanya. Aku tak
dapat menebak apa yang akan dilakukannya kemudian. Apakah dia tak suka dengan
lelaki yang kubawa ini. Aku tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan jawabannya.
Shinta menatapnya dan menciumnya kembali. Saat dia sedang menciumnya, diraihnya
batang penisku dan membuatnya keras lagi. Shinta benar-benar sedang terbakar hebat.
Dia menghentikan ciumannya dan mencoba mengatur nafasnya yang tersengal.

“Aku ingin penisnya dalam mulutku dan aku mau kamu menyetubuhiku dari belakang
jauh lebih keras darinya” katanya.

Aku terkejut , tapi tanpa menunggu lagi, Yudi dan aku mengambil tempat. Shinta sangat
menginginkan batang penisnya. Dalam genggamannya, batang penis itu dia arahkan
masuk seluruhnya kedalam mulutnya yang mendambakan. Aku berada diantara pahanya
dan melesakkan penisku yang keras ke dalam lubang vaginanya yang terisi sperma.

Tak bisa kupercaya betapa panas dan basahnya vagina Shinta… Dalam setiap dorongan,
dapat kudengar sperma Yudi dipaksa keluar dari dalam vagina Shinta. Aku menyetubuhi
istriku sambil melihatnya menghisap batang penis Yudi. Dia terus mengerang bagaikan
seorang wanita gila. Dan kemudian tanpa memberi peringatan, dia menghentikan
hisapannya pada penis Yudi lalu menatapku.

“Aku mau penisnya dalam anusku” ucapnya tegas. Ini benar-benar membuatku sangat
terkejut. Aku hanya pernah melakukan anal seks dengan istriku tiga kali

dan selalu saja baru sebentar dia merasan kesakitan. Dan ukuran batang penisku lebih
kecil dari Yudi.

Sambil memeluk istriku, aku berguling ke samping dengan penisku masih terbenam
dalam tubuhnya. Yudi

mengambil pelicin dan mengoleskannya ke pantatnya. Dengan jari tengahnya dia mulai
memasuki lubang anus

istriku. Aku sangat yakin kalau istriku akan menjerit. Tapi kupikir Shintaa pengaruh
alkohol yang

diminumnya, Shintaa dapat kurasakan dia malah mendorong pantatnya ke belakang


berlawanan arah dengan

gerak laju jari Yudi agar jarinya semakin masuk lebih ke dalam.

Setelah kurang lebih 3 menitan, Yudi mengeluarkan jarinya dan merebahkan diri di
belakang istriku.

Istriku menggenggam batang penisnya dan menuntunnya tepat menuju ke lubang


anusnya. Sedikit demi sedikit

mulai masuk. Istriku meraih kepalaku dan menempelkan bibirku dengan bibirnya, dia
menciumku seakan dia
belum pernah melakukannya denganku. Yudi dan aku menyelaraskan ayunan kami.
Shinta mengerang seakan

gila. Pengaruh dari sebuah batang penis milik lelaki lain pernah memasuki vagina istriku
dan sekarang

berada di dalam lubang anusnya, sudah lebih dari cukup buatku. Aku mulai
menyemburkan spermaku jauh di

dalam vagina Shinta Dia tahu aku sudah keluar dan dihentikannya ciumannya
terhadapku.

Yudi juga sudah berada di batas akhirnya…

“Kamu mau aku keluar di dalam?” teriaknya keras.

“Ya, ya, lakukan, keluarlah di dalam anusku”

Sekali lagi aku dikejutkan, Shintaa istriku tak pernah mengijinkanku keluar dalam lubang
anusnya.

Beberapa detik kemudian aku menyaksikan Yudi berejakulasi di dalam lubang anusnya.
Aku sudah merasa

kelelahan. Kuraih selimut dan menariknya menutupi tubuh kami semua. Shinta
berbaring dan memandangku ”

Oh Tuhan, aku tak pernah membayangkan kalau kamu akan melakukan ini padaku”.

Dia menghabiskan malam bersama kami. Batang penisku masih tenggelam di dalam
vaginanya dan penis Yudi

berada dalam lubang anusnya. Kukatakan pada Yudi kalau sudah cukup untuk malam ini,
dia tersenyum dan

menyarankan agar beristirahat untuk beberapa menit. Setelah beberapa menit


kukeluarkan penisku dari

dalam vagina istriku dan Yudi juga mengeluarkan penisnya dari lubang anusnya. Shinta
berbalik dan

mengucapakan terimakasih padanya. Beberapa waktu kemudian akhirnya kami semua


jatuh tertidur.

*****
Seusai sesi dari seks yang dahsyat, aku langsung jatuh terlelap. Shinta berada diantara
aku dan Yudi.

Pastinya ini sudah beberap jam ketika kupikir aku sedang bermimpi. Mataku tetap
terpejam, tapi aku yakin

kalau aku merasakan ranjang bergerak.

Aku terjaga sekarang, kucermati suara yang terdengar. Dapat kudengar suara bibir yang
saling melumat dan

lenguhan pelan dari Shinta. Lalu dapat kurasakan berguling dan pantatnya menekan
salah satu pahaku. Aku

pura-pura tak merasakannya, tapi dengan hati-hati kutengokkan kepalaku sedikit dan
mengintip apa yang

tengah terjadi.

Pastilah sudah kalau Shinta sudah beraksi kembali. Dengan bantuan sinar lampu yang
redup, dapat

kusaksikan kepala Shinta bergerak naik turun pada batang penis Yudi yang keras. Tuhan,
dia sangat

menyukai benda tersebut. Ditelannya keseluruhan batang itu dan terus melenguh seakan
tidak akan ada lagi

hari esok. Yudi hanya terbaring di sana dengan mata terpejam. Dapat kulihat kalau dia
sangat menikmati

apa yang dilakukan istriku terhadapnya.

Keduanya tak tahu kalau aku menyaksikan mereka. Aku hanya berbaring dan melihat.
Setelah beberapa saat

lamanya, lalu Yudi memegang kepala Shinta, menjauhkannya dari batang penisnya dan
mendekatkannya ke arah

mulutnya. Aku belum pernah merasakan ciuman seperti cara istriku mencium Yudi.
Kedua lidah mereka saling

masuk sedalamnya dalam rongga mulut yang lainnya. Dengan sebuah gerakan cepat,
istriku telah berada di

atas tubuh Yudi.


Shinta menggenggam batang penis Yudi dan menuntunnya masuk ke dalam tubuhnya.
Dalam setiap dorongan yang

teramat pelan, batang penis Yudi semakin masuk ke dalam dan lebih ke dalam lagi sampai
akhirnya Shinta

mendapatkan keseluruhan batang penis itu dalam tubuhnya. Sekarang pelan-pelan


Shinta bergerak naik turun

pada batang itu dan Yudi menjepit kedua putting payudara Shinta semakin keras dalam
setiap ayunan tubuh

Shinta. Shinta sangat senang jika putingnya di beri perhatian…

Tak dapat kupercaya istriku menyetubuhi lelaki ini lagi. Dan kali ini Shinta pikir kalau
aku masih

tertidur. Awalnya aku ingin menyentuhnya agar dia tahu kalau aku menyaksikan mereka.
Tapi aku tak

melakukannya. Aku tetap diam tak bersuara dan melihat. Sekarang Shinta menunggangi
penisnya dengan keras

dan cepat. Dia benar-benar sedang terbakar. Dengan sebelah tangannya istriku mulai
memainkan kelentitnya

sendiri. Hal ini memberitahukanku kalau dia ingin meraih orgasmenya, orgasme dengan
segera. Jari

lentiknya bergerak dengan gila di kelentitnya. Dan hal ini kelihatannya membuat Yudi
semakin terangsang.

Dia mulai bergerak mendorong keatas untuk menjemput setiap hentakan kebawah yang
dilakukan Shinta.

Seakan berjam-jam rasanya Shinta menunggangi batang penis Yudi yang keras. Paling
tidak sedikitnya dia

mendapatkan orgasme lebih dari tiga kali. Dan kemudian kudengar suara erangan Yudi.

“Aku hampir keluar Shinta” katanya dengan suara yang bergetar.

“Keluarkan Yud, keluarlkan dalam vaginaku, berikan padaku sekarang” sekarang Shinta
memohon padanya.

Dan tiba-tiba Yudi mendorong ke atas dengan sangat keras dan menahan tubuhnya
dalam posisi tersebut
untuk beberapa menit. Aku tahu kalau dia sedang orgasme dengan hebat sekarang. Shinta
juga menahan

gerakannya dan sebuah senyuman lebar terkembang di wajahnya. Kembali dia


mendekatkan wajahnya dan

mencium Yudi dengan liar dan penuh gairah.

Ketika meraka berhenti berciuman, Shinta berkata pada Yudi dengan suara pelan “Kita
harus berhati-hati

agar tak membangunkan suamiku”. Yudi hanya tersenyum saja dan menganggukkan
kepalanya.

Perlahan Shinta bangkit dari batang penis Yudi dan sperma lelaki itu meleleh keluar dari
vaginanya yang

basah. Yudi memberinya sebuah ciuman singkat dan turun dari ranjang. Dia mengenakan
pakaiannya dan

kenudia dia keluar dari kamar. Kupikir dia pergi meninggalkan rumahku. Shinta
memelukku dan aku masih

tetap diam, berharap kalau dia tak merasakan ereksiku.

Pagi harinya aku dibangunkan oleh ciuman shinta di pipiku. Shinta sudah bangun
terlebih dulu dan

menyiapkan sebuah sarapan untukku. Dia rebah di sisiku dalam keadaan telanjang saat
aku menyantap

sarapan pagi ini dia atas ranjang bagaikan seorang raja saja. Kupandang dia dan
tersenyum.
Cerita Sex Indonesia -
“Ada yang salah?” tanyanya.

“Tidak ada. Tak ada yang salah sedikitpun. Tapi jika aku tahu jauh lebih awal caranya
untuk mendapatkan

layanan sarapan pagi di atas ranjang seperti ini, adalah dengan mengatur agar istriku
disetubuhi sampai

gila, pasti aku sudah melakukannya dari dulu” dia hanya tertawa saja sambil melihatku
menyantap sarapan

yang dihidangkannya

Setelah aku selesaikan sarapanku, dia bertanya “Tentang semalam, bagaimana


menurutmu? Kamu suka?”.
“Semalam sangat hebat. Kulakukan semua itu hanya untukmu, sayang. Semua wanita
bermimpi untuk bercinta

dengan dua orang lelaki sekaligus” jawabku.

Shinta memotongku dengan cepat ” Jadi sama juga dengan lelaki, semua lelaki
mempunyai mimpi untuk

menyetubuhi dua orang wanita dalam waktu yang sama”.

“Tentu. Lelaki mana yang tak akan suka bercinta dengan dua orang wanita diatas ranjang
dan waktu yang

sama”.

Lalu dia mengajukan sebuah pertanyaan besar padaku “Kalau kamu disuruh memilih
seorang wanita untuk

bergabung dengan kita di atas ranjang, siapa yang akan kamu pilih?” tanyanya.

Ini adalah sebuah pertanyaan yang menjebak, pikirku dan aku harus sangat berhati-hati
dengan jawaban

pilihanku. Aku hanya tersenyum dan berkata padanya ” Siapa yang akan kamu pilihkan
untukku…”.

“Tidak adil. Semalam kamu sudah memilihkan untukku dan aku menyukainya. Nah,
katakan padaku siapa yang

kamu pilih dan mungkin aku dapat memberikannya untuk kamu setubuhi malam ini”.

Kutunggu beberapa detik. Aku sangat ingin melakukannya, jadi aku harus berpikir keras.
Tapi aku sudah

tahu siapa yang aku inginkan. Dia adalah adik kandung Shinta sendiri, Rully. Dia punya
penampilan yang

dapat membuat semua lelaki akan berlutut dan memohon agar dapat bercinta
dengannya. Tapi yang paling

membuatku tergila-gila padanya adalah saat dia memakai rok. Rully memilki sepasang
paha yang mematikan…

Tapi Rully selalu terkesan dingin padaku setiap keluarga besar kami berkumpul. Tapi
setiap kali aku

memandangnya, hasrat untuk menyetubuhinya selalu membakar benakku.


Cukup sudah, kupikir kenapa aku tidak memberitahu istriku. Ku tatap langsung di
matanya “Jika aku

disuruh memilih seorang wanita yang akan ikut bergabung di ranjang kita, dia adalah
Rully, adikmu”

jawabku. Aku yakin kalau dia akan marah dengan jawaban yang kuberikan.

Tapi dia malah hanya tersenyum dan mulai tertawa “Aku tahu itu. Bisa kulihat kalau
kamu suka padanya

karena kamu selalu memandangnya saat keluarga kita berkumpul. Kamu suka padanya”.

“Tentu saja aku suka padanya” sekarang adalah waktu untuk menentukan. “Apa yang
membuatku tertarik

dengan adikmu adalah pahanya. Kamu tahu kan, kalau aku sangat suka dengan paha yang
indah” kataku padanya.

“Dan kamu ingin agar aku membawa dia ke ranjang kita agar kamu dapat
menyetubuhinya, benar kan?”

tanyanya.

“Kamu kan bertanya padaku siapa yang aku inginkan” belaku.

Dia kembali tertawa “Apa kamu menginginkan Rully nanti malam?’

“Ya…” jawabku. Dia kembali tersenyum.

Kami berdua turun dari ranjang dan mandi. Setelah itu dia menyuruhku untuk pergi
keluar dan jangan

kembali hingga nanti malam “Aku akan mempersiapkan kejutan untukmu…”

Aku menuruti permintaannya. Kunyalakan mobilku dan pergi ke pusat kota. Pertanyaan
besar menghantuiku,

apakah dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu…

Akhirnya setelah melewati waktu yang seakan berabad-abad lamanya aku kembali ke
rumah. Kubuka pintu

depan dengan jantung yang berdetak keras dan masuk ke dalam rumah. Tak kujumpai
seorangpun di ruang
depan. Begitu aku memasuki ruang keluarga, suara musik dari stereo set terdengar
lembut, Rully dan

Shinta duduk di Sofa dan aku duduk di kursi di depannya. Mereka berdua beristirahat di
atas sofa sambil

mendengarkan suara musik yang mengalun pelan. Kuperhatikan mata Rully terpejam
dan dia hanya diam saja.

“Selamat datang sayang. Kejutan untukmu sudah siap” sambut istriku

Shinta memegang paha Rully dan bertanya padanya “Rully, kamu mau tidur di mana?”
tak ada jawaban dari

Rully.

“Kamu mau tidur di kamar yang mana malam ini?” Shinta kembali bertanya dan lagi-lagi
tak ada jawaban

dari adiknya.

“Kukira dia pingsan” Shinta meberitahuku. Aku hanya tertawa.

“Nah, kurasa lebih baik dia tidur di kamar kita”. Sambungnya lagi.

Aku tersenyum lagi “Kita tidak bisa melakukannya pada adikmu, sayang”.

“Percaya padaku saja. Rully tak akan cepat bangun. Aku sudah memberinya enam butir
obat tidur dosis

tinggi” kata Shinta meyakinkanku.

“Kamu tak seharusnya melakukan itu, sayang” kataku padanya.

“Oh, diamlah dan bantu aku mengangkatnya ke kamar”. Jawabnya memotong.

Dengan berhati-hati kuangkat tubuh Rully yang ramping ke kamar kami. Dia masih tetap
terlelap saat

kurebahkan dia ke atas ranjang. Shinta mendudukkannya lagi dan melepaskan kaos yang
dikenakannya tepat

di depanku. Tak ada bra di sana. Ini pertama kalinya kulihat payudaranya yang kencang
secara langsung

dan begitu dekat. Bukit daging itu sangat sempurna, putingnya mencuat keras menghiasi
puncaknya.
“Bantu aku melepaskan roknya” kata Shinta pelan sambil merebahkan kembali tubuh
Rully. Begitu Shinta

sudah melepaskan rok itu dari kaki adiknya, kembali aku mendapatkan sebuah kejutan
lain. Rully kecil, di

usianya yang tiga puluh dua, dia membuat vaginanya tercukur bersih tanpa rambut.

Istriku melihatku memandangi vagina adiknya “Aku tahu kalau kamu akan
menyukainya” katanya dengan nada

menggoda

Setelah kami selesai menelanjangi Rully dan merebahkannya dengan baik, istriku
melucuti semua pakaiannya

dan rebah disamping tubuh telanjang adiknya lalu menatapku. “Nah, apa kamu mau naik
ke atas ranjang

sekarang?” tanyanya makin menggoda.

Layaknya orang gila saja, kutelanjangi diriku dengan cepat dan segera meloncat naik ke
samping tubuh

Rully yang sebelahnya. Kuberi sebuah pandangan penuh Tanya pada istriku “Sekarang
apa?”.

“Lakukanlah, sentuh dia” jawab istriku.

“Mana mungkin? Nanti dia akan terbangun” kataku ragu.

Shinta tertawa keras “Lihat. Rully mulai kedinginan dan dia tak akan terbangun sampai
besok”.

“Tentu” .

Shinta membuatku terkejut dan menaruh tangannya tepat di vagina adiknya yang
dicukur bersih “Iya kan.

Jika dia bangun, apa bisa aku melakukan ini?”

“Terserahlah” jawabku.

Dan kembali aku dibuatnya terkejut ketika dibentangkannya lebar-lebar paha Rully
dengan tangannya lalu
menusukkan dua jarinya ke dalam lubang vagina adiknya. Rully hanya berbaring dan tak
bergerak sama

sekali. Shinta mengeluarkan kedua jarinya lalu menyodorkannya ke mulutku.

“Ini kesempatanmu untuk mencicipi bagaimana rasanya vagina adikku. Bagaimana, mau
mencobanya?” dengan

cepat kutarik kedua jari istriku dan memasukkannya ke dalam mulutku dan
menghisapnya dengan rakus.

“Mau menjilat yang nyata?” tanya Shinta

Dia tak perlu bertanya padaku dua kali. Dengan cepat aku bangkit dan mengatur posisi
diantara paha Rully

dan menyelam ke vaginanya serta mulai memberinya jilatan lidahku. Begitu aku menjilati
vaginanya,

tanganku bekerja pada payudaranya. Tuhanku, payudaranya terasa sangat kencang dan
lembut. Putingnya

smekin bertambah keras dan panjang. Rully kedinginan tapi tubuhnya kelihatannya
mulai terangsang. Shinta

mulai bergerak ke selangkanganku dan mengocok batang penisku yang keras.

“Wah, kamu senang ya menjilat adikku? Aku mau menghisap penismu saat kamu
menjilat vaginanya” katanya

menggoda. Aku berputar dan memberikan batang penisku pada mulutnya. Dia
menghisapnya dengan hebat.

Lalu aku mulai perhatikan kalau pinggul Rully bergerak sedikit. Aku pikir kalau Rully
mengira jika ini

adalah mimpi. Tapi kemudian kurasakan tangannya berada di atas kepalaku,


mendorongkan wajahku dengan

kuat ke vagina tak berambutnya. Aku jadi semakin cepat menjilati. Kupandang ke atas
pada wajah Rully dan

sekarang kedua matanya sudah terbuka lebar.

“Oh Tuhan, kamu bilang jilatannya hebat” kata Rully dengan suara keras. Ini sangat
mengejutkanku. Shinta
menghentikan hisapannya dan tertawa dengan keras.

“Apakah dia pasangan bercinta yang hebat?” tanya Rully pada kakaknya.

“Oh, ya. Tentu saja… Apa kamu mau mencobanya sekarang?” balas istriku.

“Ya. Itu pasti” pinta Rully sambil mendorongku menjauh dari vagina tak berambutnya
yang basah dan

menarikku menaiki tubuh seksi rampingnya.

Sepertinya penisku tahu kemana harus pergi dengan tepat. Tepat ke vaginanya yang
basah. Dengan dua-tiga

kali dorongan, aku sudah berada jauh di dalam vaginanya. Sekarang Shinta berbaring di
sebelah Rully

menyaksikanku menyetubuhi adiknya dengan liar “Pelan sedikit, sayang. Ingat kalau
Rully menginap dan

kamu punya kita berdua untuk dipuaskan malam ini”.

Kudorong batang penisku sedalam-dalamnya. Rully mengerang keras. Aku bisa


memastikan kalau dia sudah

dekat dengan orgasmenya.

“Apa ini yang kamu inginkan, sayang?” tanya istriku.

“Ya”.

“Ada yang lainnya agar aku dapat mewujudkan fantasimu, sayang?” tanyanya lagi.

“Ya. Hisap putting Rully saat aku menyetubuhinya, sayang… kumohon” Shinta
memegang salah satu payudara

Rully dan mulai menghisapnya dengan liar.

Rully mengerang semakin keras sekarang. Istriku menghentikan hisapannya sejenak


untuk mengambil nafas.

Saat dia melakukan hal ini, sebuah cairan putih bening menetes keluar dari mulut Shinta.
Itu adalah air

susu… Tuhan, tak mungkin pikirku. Rully habis melahirkan bayinya tiga tahun yang lalu
dan kupikir
mungkin suaminya telah menyuruhnya agar dia tetap menjaga agar air susu itu tersimpan
dalam payudaranya.

Kudekatkan mulutku pada putting yang satunya dan mulai menyusu seperti seorang bayi
yang baru lahir. Ini

adalah pertama kalinya aku merasakan air susu ibu dan Tuhanku, rasanya sangat manis.

Aku tahu kalau aku tak akan mampu bertahan lebih lama lagi sekarang. Dan beberapa
menit kemudian,

spermaku menyembur jauh di dalam vagina adiknya yang panas. Rully juga
mendapatkannya, punggungnya

melengkung terangkat dari atas kasur dan mendorongkan pinggulnya ke penisku dengan
kerasnya.

Pelan-pelan orgasme kami mereda. Shinta masih menghisap putting payudara Rully. Aku
bergerak turun dari

atas tubuh Rully agar dia dapat bernafas dengan lega. Rully mencengkeram rambut
Shinta.

“Ada apa?” tanya Shinta dengan suara keras.

“Kamu bilang kalau kamu akan membersihkan vaginaku sehabis dia keluar di dalamku”.
jawab Rully. Shinta

turun diantara paha Rully dan mulai menjilat dan menghisapi spermaku di vagina
adiknya. Andaikan

sekarang aku memegang kamera…

Cukup sudah, pemandangan dari Shinta yang menjilati vagina adiknya sendiri membuat
penisku mengeras

kembali. Aku bangkit dan bergerak ke belakang Shinta. Hanya dengan satu dorongan
saja, seluruh batang

penisku sudah terbenam dalam cengkeraman vagina Shinta yang panas. Semakin keras
aku mengocok vaginanya,

semakin bertambah cepat pula jilatannya pada vagina Rully. Setelah kurang lebih selama
sepuluh menitan

menyodok vaginanya dengan keras, kusemburkan lagi spermaku untuk yang kedua
kalinya kurang dalam tiga
puluh menit ini. Astaga, kuraskan vagina Shinta mencengkeram batang penisku dengan
sangat erat dan dia

mengerang keras tapi tak pernah menghentikan kegiatan menjilatnya. Aku tahu kalau dia
mendapatkan sebuah

orgasme yang hebat juga. Dan Rully juga meraih orgasmenya tak lama berselang. Kami
bertiga dalam waktu

yang bersamaan. Ini adalah sebuah mimpi yang jadi nyata bagiku…

Aku rebah ke ranjang diantara Rully dan istriku. Mereka berdua memelukku. Sekarang
sudah jam 3 pagi.

Kami semua libur keesokan harinya, tapi Rully harus tidur dulu sebelum dia pulang.
Maka kami memutuskan

beristirahat saja sekarang.

Istriku berbisik di telinga Rully, “Mungkin lain kali kalau kamu menginap, Bob dapat
menelpon Yudi,

temannya dan memintanya untuk menginap agar kita dapat melakukannya berempat”
itu membuatku berkhayal.

Aku tahu Shinta tak begitu menginginkan Yudi. Tapi sekarang dia sangat ingin membagi
adiknya dengan

lelaki itu.

Ya tentu saja kukabulkan keinginannya, “Minggu depan kita akan melakukannya jika
Rully dapat kabur dari

suaminya” kataku.

“Kamu yang atur dan aku tak akan pergi kemanapun selama akhir pekan”..-

ML di Tempat Umum, Cerita Sex Bergairah, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Terpanas,
Cerita Sex Indonesia, Kisah Sex Indonesia, Cerita Sex Bergambar, Cerita Seks Bergairah,
Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Pemerkosaan, Cerita Sex, Cerita Skandal, Ngentod
Dengan Polwan, Percintaan Bos Dengan Karyawan, Sex Liar

Anda mungkin juga menyukai