I. PENDAHULUAN
Benda asing esofagus adalah benda tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit diesofagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Peristiwa tertelan dapat terjadi pada semua umur terutama
anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda kedalam mulutnya bahkan
sering bermain atau menangis pada waktu makan. Benda asing dalam esofagus
depat menybabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan
jalan nafas. Pada prinsipnya benda asing esofagus dan saluran nafas ditangani
dengan pengangkatan secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan
trauma yang minimal.1
Insiden tertelan benda asing yang dapat menutup lumen esofagus cukup
tinggi akibat antara lain cara makan menggunakan sumpit, potongan daging yang
keras dan liat langsung ditelan, tanpa dikunyah. Benda asig ini umumnya berhenti
ditempat yang secara anatomi relatif sempit, yaitu hipofaring, tempat setinggi
arkus aorta dan percabangan bronkus utama dan diatas esofagokardia. 2,3
Pasien dengan benda asing di esofagus memerlukan diagnosis dan terapi
yang tepat. Yang pertama harus dilakukan adalah menentukan jenis benda asing,
berapa lama, lokasinya dan kemungkinan komplikasi yang terjadi. Dengan
anamnesis yang jelas, diagnosis mudah ditegakkan. Keluhan yang menonjol
adalah nyeri didaerah leher atau retrosternal, terutama bila benda asing yang
tertelan cukup besar dan telah menimbulkan infeksi di sekitar esofagus (setelah 24
jam). Kebanyakan benda asing yang enyumbat lumen esofagus dan sempat
menimbulkan keluhan, akan lepas sendiri dan masuk ke lambung. Keadaan ini
sering terjadi pada anak-anak yang menelan benda seperti logam atau kelereng.
Bila benda asing tersebut tidak dapat lolos dengan sendirinya, harus dambil secara
endoskopi atau dengan bimbingan radiologis menggunakan kateter balon.3,4
II. INSIDEN
Insiden tertelan benda asing yang dapat menutup lumen esofagus cukup
tinggi, antara lain karena cara makan menggunakan sumpit, potongan daging yang
keras dan tanpa dikunyah dengan baik. Benda asing ini umumnya berhenti
ditempat yang secara anatomik relatif sempit, yaitu dihipofaring, tempat setinggi
arkus aorta dan percabangan bronkus utama serta diatas batas esofagokardia.3
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang
terjadi. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan
didaerah servikal, dibawah sfingter krikofaring, 12% didaerah hipofaring dan
7,7% diesofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut
didaerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. Pada
ornag dewasa, benda asing yang tersangkut dapat berupa biji buah-buahan, gigi
palsu, tulang ikan atau potongan daging yang melekat pada tulang. Insidens benda
asing berupa batu baterei 500-900 kasus tiap tahun di amerika serikat (1983).5
Pendidikan tentang kesadaran dan pencegahan seperti, respon cepat tim
paramedis dan pengenalan heimlich manuver telah menurunkan tingkat kematian
anak-anak dengan benda asing di amerika serikat dari 650 kematian pada 1968
menjadi 261 kematian pada tahun 1990.6
Tempat-tempat
penyempitan fisiologis esofagus
(dikutip dari kepustakaan 9)
III.II. Fisiologi
Dua fungsi utama esofagus adalah mengantarkan bolus makanan dari
mulut kelambung dan pencegahan aliran retrograd isi saluran makanan. Fungsi
transport dicapai dengan kontraksi peristaltik. Aliran retrograd dicegah dengan
dua sfingter esofageal, yang tetap tertutup diantara waktu menelan. Sfingter
esofageal bagian atas tetap tertutup oleh sifat elastik dindingnya dan dengan
kontraksi tonik otot krikofaringeus dan konstriktor faringeal inferior yang
disebabkan rangsangan saraef kontinu dari motor neuron bagian bawah yang
menginervasi otot ini melalui motor and plate. Membukanya sfingter bagian atas
disebabkan oleh inhibisi kontraksi dari krikofaringeus dan konstriksi faringeal
bawah dan pergeseran laring kedepan oleh otot suprahioid. Sebaliknya sfingter
esofagus bagian bawah dipersarafi oleh serat parasimpatik praganglion pada saraf
vagus dan neuron inhibitor serta perangssang pascaganglionik pada dinding
esofagus yang menyebabkan relaksasi dan kontraksi, secara berurutan.10
Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan atau
cairan berjalan melalui mulut kelambung. Menelan merupakan rangkaian gerakan
otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan volutar lidah dan
diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan esofagus. Walaupun
menelan merupakan fase kontinu namun terjadi dalam 3 fase yaitu, fase oral,
faringeal dan esofageal.11
Pada fase oral makanan yang telah dikunyah (bolus) didorong kebelakang
mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluter lidah. Akibat yang timbul
dari peristiwa ini adalah gerakan refleks menelan. Kontraksi otot m.levator
palatini mengakibatkn rongga pada lekukan lidah diperluas, palatum mole
terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Blolus
terdorong keposterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi
penutupan nasofaring akibat kontraksi m.levator palatini. Selanjutnya terjadi
kontraksi m.palatoglosus yang menyebaban ismus fausium tertutup, diikuti oleh
kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga
mulut.5,11
Pada fase faringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, laring terangkat dan menutu glotis,
mencegah makanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus
mendorong bolus melewati epiglotis menuju faring bagian bawah dan memasuki
esofagus. Gerakan retroversi epiglotis diatas orifisium laring akan melindungi
saluran pernafasan, tetepi terutama untuk menutupi glotis sehingga mencegah
makanan memasuki trakea. Pernafasan secara tersentak dihambat untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara
voluntar menarik nafas dan menelan dalam waktu yang sama.11
Fase esofageal dimulai saat otot konstriktor faringeus relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat ini,
gelombang peristaltik primer yang dimulai dari faring dihantar keotot
krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang peristaltik teru
berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian
distal. Adanya bolus merelaksasikan sfingter distal ini sejenak sehingga
memungkinkan bolus memasuki lambung. Gelombang peristaltik primer bergerak
dengan kecepatan 2-4cm/detik, sehingga makanan yang tertelan mencapai
lambung dalam waktu 5-15 detik. Mulai setinggi arkus aorta timbul gelombang
peristaltik sekunder bila gelombang primer gagal mengosongkan esofagus.
Timbulnya gelombang ini dipicu peregangan esofagus oleh sisa-sisa partikel
makanan. Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan
minum melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus bagian
bawah. Posisi berdiri tegak dan gravitasi adalah faktor-faktor penting yang
mempermnudah transport dalam esofagus bagian bawah, tetapi adanya gerakan
peristaltik memungkinkan seseorang meminum air sambil berdiri terbalik dengan
kepala dibawah.11
IV. ETIOLOGI
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing dalam esofagus
dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa.
1. Penyebab pada anak antara lain, anomali kongenital termasuk stenosis
kongenital esofagus dan fistel trakeoesofagus. Selain itu, anak-anak lebih
banyak yang tertelan benda asing karena mereka cenderung memasukkan apa
saja kedalam mulut mereka dan bermain sambil makan merupakan faktor lain
yang bisa menyebabkan tertelannya benda asing.
2. Pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun disebabkan antara lain karena
belum terbentuknya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi
proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna.
3. Retardasi mental dan penderita yang keterbelakangan perkembangan
mentalnya akibat ketidaktahuannya.
4. Pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari
palatum.
5. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh penderita
gangguan jiwa pemabuk atau kurangnya kesadaran diri.
6. Faktor predisposisi lain adalh lumen esofagus yang sempit dapat juga
menyebabkan tersangkutnya makanan, misalnya pada kasus striktur esofagus
dan karsinoma.3,5,12
Orang dewasa dengan benda asing di esofagus datang dengan keluhan
susah makan dan menelan, seperti odynophagia, disfagia dan sensasi benda asing.
Pada anak-anak gejalanya tidak jelas, dan gejala pernapasan yang dialami lebih
dominan dibandingkan gejala gastrointestinalnya. Pada anak-anak air liur
berlebih, bunyi pernapasan stridor, tidak mau menyusui atau batuk yang
diperparah dengan makanan mungkin dapat membantu diagnosis adanya benda
asing di esofagus.13
V. PATOGENESIS
Benda asing yang lama diesofagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterei alkali mempunyai toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama
bila terjadi pada anak-anak.5
Kerusakan esofagus dapat terjadi dalam periode yang relatif singkat,
nekrosis dapat terjadi karena dengan tindakan korosif langsung, luka bakar
tegangan rendah dan tekanan necrosis. Lokasi yang paling umum dari pengajuan
benda asing adalah 3 tempat penyempitan esofagus yang normal fisiologis. Lokasi
pertama dan paling umum adalah esofagus proksimal pada tingkat persimpangan
antara leher dan dada, lokasi kedua adalah esofagus menengah di tingkat carina
dan arkus aorta, lokasi ketiga adalah esofagus distal, sedikit proksimal
gastroesophageal junction.13
Batu baterei (disc baterei) mengandung elektrolit, baik natrium atau
kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat. Pada penelitian dengan binatang in
vitro dan in vivo, bila baterei berada dalam lingkungan yang lembab dan basah,
maka pengeluaran elektrolit terjadi cepat, sehingga terjadi kerusakan jaringan
dengan ulserasi lokal, perforasi, atau pembentukan striktur. Abrsorbsi bahan metal
dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu
baterei harus dikeluarkan.5
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis benda asing diesofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dengangejala dan tanda, pemeriksaan radiologik dan endoskopik.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnosis dan terapi.5
VI.II. Radiologik
VI.II.I. X-Ray
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral
harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radioopak (uang logam) mudah diketahui lokasinya dan harus difoto ulang sesaat
dan sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda asing
berpindah ke distal. Letak uang logam umumnya korornal, maka hasil foto
rongten servikal/torakal pada posisi PA akan dijumpai bayangan bentuk bundar,
sedangkan pada posisi lateral berupa garis radioopak sejajar dengan kolumnar
vertebralis. Benda asing lain seperti tulang, kulit telur dan lain-lain cenderung
berada pada posisi lateral.2,5
foto polos lateral, terlihat benda asing esofagus (koin). Perhatikan penyempitan sekunder dari
trakea karena edema membran trakeo.
(Dikutip dari kepustakaan 6)
VI.II.II. Esofagogram
Foto polos seringkali tidak menunjukkan gambaran benda asing seperti
daging dan tulang ikan sehingga memerlukan pemeriksaan dengan kontras
(esofagogram). Esofagogram akan memperlihatkan “filling defect persisten”.
Pemeriksaan esofagus kontras sebaiknya dilakukan pada benda asing radioopak
karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras.5
VI.II.IV. MRI
MRI dapat menunjukan semua keadaan patologis esofagus. Namun MRI
bukan metode pencitraan pilihan untuk pemeriksaan awal benda asing esofagus.
MRI dapat dengan mudah menunjukkan tingkat inflamasi abses mediastinum atau
pembentukan granuloma. 15
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi jarang terjadi dan melihat pada kasus-kasus benda asing,
berkepanjangan dapat terjadi perforasi esofagus, mediastinitis, fistula trakeo,
fistula vaskular, ekstra-luminal migrasi benda asing dan pembentukan
divertikulum. Mungkin ada juga kasus iatrogenia, seperti perforasi selama
esophagoscopy. Jika didiagnosis lebih awal sebelum berkembang menjadi
mediastinitis, mereka memiliki prognosis yang baik setelah prosedur pembedahan.
Dalam kasus mediastinitis, prognosis lebih reserved. Kelainan kongenital
kerongkongan juga dapat menyebabkan rentan terhadap komplikasi.16
Laserasi mukosa, pendarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal dan fistel
esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat perforasi, sebagai akibat sekunder
dari inflamasi kronik dan erosi. Gejala dan tanda perforasi esofagus, antara lain
emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit didaerah leher atau dada,
pembengkakan leher, kaku leher, demam, menggigil, gelisah, takikardi, takipnea,
nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Perjalan kepleura
menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila lama di esofagus dapat
menimbulkan jaringan granulasi dan radang periesofagus. Benda asing seperti
baterei alakali menimbulkan toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reksi
edema dan inflamasi lokal.5,12
VIII. PENATALAKSANAAN
Umumnya benda asing pada esofagus memerlukan penanganan segera
daripada yang terjadi pada percabangan trakeobronkial karena bahaya
perforasidinding esofagus tipis dan mengakibatkan mediastinitis. Oleh karena itu,
tertelannya benda asing dengan tepi atau ujung yang tajam sebaiknya sikeluarkan
pada keadaan daruratt. Benda asing tumpul pada esofagus, seperti uang logam,
mungkin terperangkap secara awal oleh spasme esofagus. Pada anak umumnya
terperangkap pada tingkat otot krikofaringeus. Dosis glukagon atau subhipnotik
suatu obat analgesia atau sedative dapat merelaksasikan spasme, memungkinkan
uang logam melewati kedalam gaster.2
Kebanyakan benda asing yang menyumbat lumen esofagus dan sempat
menimbulkan keluhan akan lepad sendiri dan masuk lambung. Keadaan ini sering
terjadi pada anak-anak yang menelan benda seperti uang logam atau kelereng.
Bila benda asing tersebut tidak dapat lolos dengan sendirinya, harus segera
diambil secara esofagoskopi atau dengan bimbingan balon kateter. 3
Benda asing tajam yang telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan
esofagoskopi ulang untuk menemukan adanya kelainan esofagus yang telah ada
sebelumnya. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan
esofagiskopi harus dikeluarkan dengan cara pembedahan, yaitu servikotomi,
torakotomi atau esofagotomi, tergantung posisi benda asing tersebut. 5
VII.I Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan metode yang paling langsung untuk memeriksa
lumen esofagus. Esofagoskopi merupakan indikasi setelah anamnesis cermat,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan radiografi lengkap. 2
Ada dua tipe dasar esofagoskpoi. Tipe satu adalah tuba logam kaku dengan
lumen berbentuk oval yang mengandung pembawa ringan serta saluran aspirasi
sekresi. Tipe dari esofagoskopi ini membolehkan gambaran langsung tidak
tersumbanya mukosa esofagus serta manipulasi berbagai alat untuk biopsi dan
pengeluaran benda asing. Tipe kedua adalah esofagoskopi fleksibel dengan
iluminasi serat optik serta gambaran seratoptik. Adanya saluran kecil untuk
aspirasi sekresi dan memasukkan forceps kecil untuk biopsi dan pengeluaran
benda asing. Tipe ini menyediakan pandangan yang lebih besar dari mukosa
namun tidak memungkinkan untuk penggunaan alat yang beraneka ragam,
terutama benda asing. 2,5
metode pengangkatan benda asing (kiri) dan radiologi distal benda asing (kanan)
(dikutip dari kepustakaan 20)
VIII. PROGNOSIS
Hampir semua benda asing esofagus dapat diekstraksi peroral dengan
esofagoskopi.21
DAFTAR PUSTAKA
1. Asroel HA. Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus. Fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara. Departemen Ilmu Penyakit THT-
KL.Medan
2. Siegel LG. Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan
mediastinum. Dalam: Adams GL, Boeis LR, Higler PA, editors. BOEIS Buku
Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997. hal.455-62
3. Sjamsuhidajat R, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah: Esofagus dan
Diafragma. Edisi Kedua.Jakarta:EGC; 2005. hal.499-513
4. Rahardjo H, Syam AF, Simadibrata M, editors. Management Esophageal
Foreign Body. Jakarta:FKUI.2011
5. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala, Leher : Benda Asing Esophagus. Edisi kelima. Jakarta :
Balai Penerbit FK-UI, 2001; p.248-251
6. Water TR, Staecker H, editors. Otolaryngology: Basic Science and
Clinical Review. Newyork.2005
7. Jane S. What The Oesophagus Is. [online]. 2010 [citied 2010 july 30]:
available from: cancerhelp.cancerresearchuk.org
8. Liew L. The Oesophagus Anatomy. [online]. 2011 [citied 2011 dec 3]:
available from: http://www.painneck.com/about
9. Stacey E, Mills, editors. Histology for Pathologist, 3 rd edition. [online].
2007 [citied 2007 dec 7]: available from:
http://www.flylib.com/books/en/2.953.1.28/1/
10. Asdie AH, editors. Harison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
13. Jakarta: EGC.2000
11. Price S, Wilson LM, editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006
12. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R et al. Kapita Selekta Kedokteran : Benda
Asing di Esofagus. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius, 2000;p.135-136
13. Wendy, editors. Pediatric Foreign Body Ingestion. [online]. 2011 [citied
2011 oct 9]: available from: http://thehealthscience.com/showthread.php?
166574-Pediatric-Foreign-Body-Ingestion
14. Campbel JB, Foley LC, Foley catheter removal of blunt esophageal
foreign bodies. Experience with 100 consecutive children. USA: Denver
Hospital.1983
15. Rooks V. Esophageal Foreign Body Imaging. [online]. 2011 [citied 2011
oct 5]: available from URL: http//emedicine.medscape.com
16. Figueiredo RR, Costa C,Azevedo A. Removal Of Strange Foreign Bodies
(coins) From Oesophagus With Folley Chateter. [online]. 2011 [citied 2011
dec 9]: available from URL:http://otosul.com
17. Elsevier. Ingested Coin, Foreign Body Pediatric. [online]. 2011 [citied
2011 oct 9]: available from URL:http://imaging.consult.com
18. Blount PL, Cowan DS. What is EGD (upper endoscopy) With Biopsi?.
[online]. 2008 [citied 2008 jan 1]: available from
URL:http://www.barretsinfo.com
19. Kelsey PB, Esophagus-Foreign Body (sponge) removal. [online]. 2004
[citied 2004 may 4]: available from URL:http://daveproject.org
20. Nixon GW. Foley Catheter method Of Esophageal Foreign Body
Removal: Extension Of Aplications. USA: Utah Medical Centre.1978
21. Sedjawidada R, Editors. Diktat Kuliah THT: Larynx, Pharynologi,otologi.
Makassar:UNHAS.