Polusi Udara
Polusi Udara
Sumber pencemar alamiah adalah sumber pencemar yang berasal dari alam, bukan
berasal dari aktivitas manusia. Pencemaran udara secara alami dapat terjadi akibat
masuknya zat zat pencemar ke atmosfer akibat proses-proses alam seperti debu abu
vulkaik, aktivitas fermentasi, asap kebakaran hutan, dan sebagainya.
Indonesia merupakan negara yang dilalui rangkaian gunung berapi (skeitar 137 gunung
berapi dan 30% dnyatakan masih aktif). Oleh karena itu, wilayah Indonesia rawan akan
pencemaran udara akibat aktivitas vulkanik gunung berapi.
Debu yang dihasilkaan aktvitas vulkanik memiliki ukuran yang bervariasi, yang sebesar
0,001 mm hingga 2 mm atau bahkan lebih kecil. Ukuran partikel yang terlampau kecil
dan ringan sehingga akan tertiup angin dengan jarak beberapa kilomter dari sumber
letusan, tergantung pada kekuatan ,letusan gunung tersebut. Sebgai contoh, letusan
gunung krakatau pada tahun 1883 yang menyebabkan abu vulkanik mengitari bumi
berhari-hari atau letusan Gunung Galunggung tahun 1982 yang menyebabkan abu
vulkanik terbawa angin hingga mencapai Australia.
Selain abu vulkanik, letusan gunung juga menghasilkan gas-gas vulkanik. Gas-gas
vulkanik yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi bersifat toksik, yaitu berupa
H2O, CO2, CO, NO2, H2S, SO2, HF. Di tempat-tempat terdekat, gas SO2 dapat
menyebabkan hujan asam. Letusan gunung berapi dapat menghasilkan polusi gas dan abu
yang sangat banyak sehingga sinar matahari dapat terhalang, dan berakibat turunnya
temperatur pada daerah yang terkena efek letusan.
Gas-gas vulkanik yang menimbulkan potensi bahaya besar untuk manusia, hewan,
pertanian, dan material adalah belerang dioksida, karbon dioksida, dan hidrogen fluorida.
Secara lokal, gas belerang dioksida dapat mengakibatkan hujan asam dan polusi udara di
daerah sekitar gunung berapi. Secara global, letusan gunung berapi yang besar dapat
menyuntikkan volume sulfur ke stratosfer yang dapat mengakibatkan suhu permukaan
yang lebih rendah dan menimbulkan penipisan lapisan ozon bumi.
Proses fermentasi anorganik juga dijumpai pada lahan-lahan yang tergenang air
seperti lahan sawah dan rawa-rawa. Genangan air yang menutupi tanah dalam waktu lama
membuat daerah tersebut kekurangan oksigen. Proses peruraian bahan organik di
lingkungan miskin oksigen akan menghasilkan gas metana. Gas metana ini apabila terlepas
ke udara akan menyebabkan efek rumah kaca, sama seperti karbondioksida.
Kebakaran Hutan
Transportasi
Di Indonesia sekarang ini kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan emisi
kendaraan bermotor kendaraan bermotor mengeluarkan. zat-zat berbahaya yang dapat
menimbulkan dampak negative, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap
lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb). Kendaraan bermotor menyumbang hampir
100% timbal.
Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya
sektor transportasi memegang peranan yang sangat besar dibandingkan dengan sector
lainnya. Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran
udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karasteristik yang demikian,
penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan
mempunyai suatu pola penyebaran special yang meluas.
Penggunaan bahan bakar minyak secara intensif pada sector ini menjadi penyebab utama
timbulya dampak terhadap lingkungan udara, terutaman di daerah perkotaan. Proses
pembakaran bahan bakar minyak seperti diketahui akan mengeluarkan unsure dan
senyawa-senyawa pencemar ke udara. Seperti padatan total tersuspensi (debu), karbon
monoksida, total, oksida-oksida nitrogen, oksida-oksida sulfur, partikel timbal dan oksidan
fotokimia. Unsure fotooksidan (terutama Ozon) merupakan produk sekuler yang terbentuk
di atmosfir dari reaksi fotolisis total hidrokarbon dengan nitrogen dioksida. Transportasi
yang berwawasan lingkungan perlu mempertimbangkan implikasi dampak terhadap
lingkungan yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Serta
penggunaan sumber daya energi yang seefektif dan seefisien mungkin.
Penggunaan pestisida dan zat kimia lain dalam mengelola lahan pertanian merupakan hal
yang lumrah. Namun penggunaan zat kimi tanpa batas aman juga berdampak buruk pada
lingkungan. selain menimbulkan efek samping resistensi terhadap hama target, penggunaan
zat kimia yang berlebihan juga berdampak buruk pada kesehatan manusia. Zat kimia
tersebut umumya digunakan dengan cara disemprotkan pada tanaman. Butiran-butiran zat
kimia akan terbawa angin dan berpotensi mencemari sumber air maupun makanan bagi
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Disamping itu, sektor pertanian juga menyumbang gas rumah kaca yang cukup besar. Pada
proses penanaman padi misalnya, harus dilakukan pada lahan berair yang sedikit
megandung oksigen. Proses peruraian yang terjadi pada zat organik dalam tanah tersebut
akan melepaskan gas metana dalam jumlah yang cukup besar. Sisa jerami padi setela masa
panen yang dibiarkan membusuk juga turut berperan dalam emisi gas metana.
Rumah Tangga
Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung
terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut maupun secara menahun
atau kronis serta gejala-gejala lain yang yang samar. Gangguan kesehatan tersebut
umumnya berupa iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, dan alergi kulit sampai
timbulnya kanker paru-paru. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran
udara dapat mempengaruhi kinerja seseorang yang berakibat pada menurunnya nilai
produktivitas serta mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan
timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat.
Masuknya bahan pencemar udara kedalam tubuh manusia dapat terjadi melalui tiga cara,
yaitu inhalansi, ingestasi, dan penetrasi kulit. Inhalansi merupakan masuknya bahan
pencemar udara melalui sistem pernapasan. Bahan pencemar dapat menyebabkan
gangguan pada paru-paru dan saluran pernapasan. Selain itu, bahan penemar ini
kemudian masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan gangguan pada bagian tubuh
lain.
Pada bahan pencemar dengan dameter yang cukup besar seringkali masuk ke saluran
pernapasan (ingestasi) ketika makan atau minum, seperti halnya yang terjadi pada paru-
paru. Bahan pencemar yang masuk ke dalam saluran pencernaan dapat menimbulkan efek
lokal dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah. Permukaan kulit
jugamenjadi pintu masuk bahan pencemar dari udara.
Rusaknya vegetasi
Mengurangi biodiversitas
Merusak komposisi tanah
Hujan asam
Dampak Global
Jadi secara garis besar, pencemaran udara dapat ditanggulangi denagn cara
sebagai berikut :
Untuk mengurangi pencemaran udara dari gas CO, para ahli motor dan industri
merancang katalis yang disebut Catalytik Converter yang digunakan pada cerobong
asap (knalpot), yang berfungsi mengubah CO dan NO menjadi gas yang tidak beracun.
Mengurangi Konsentrasi CO2 diatmosfer, berdasarkan siklus CO2 dan O2, maka
diperlukan pelaksanaan pengelolahan hutan dengan system tebang tanam, memperluas
hutan konservasi, penghijauan pegunungan gundul, gerakan menanam pohon belakang
rumah dan memperbanyak taman kota.
Menggunakan bahan bakar anti polusi, misalnya kendaraan dengan tenaga lstrik dari
surya atau bahan bakar dari jenis alkohol.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp3/2016/03/04/sumber-sumber-pencemar-udara/ [17
Desember 2017]
http://www.mahasiswakesling.ga/2017/03/makalah-pencemaran-udara-akibat-
bahan_49.html?m=0 [30 Desember 2017]
Suryani, A.S. 2014. Dampak Negatif Abu Vulkanik terhadap Lingkungan dan Kesehatan.
Info Singkat Kesejahteraan Sosial Vol. IV No. 04/II/P3DI/Februari/2014
Wahyuni, E., T., Suherman. 2012. Penentuan Komposisi Kimia Abu Vulkani dari Erupsi
Gunung Merapi. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol 19, No. 2, : 150-159.
Pohan, N. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Medan : Universitas Sumatera
Utara
Samiaji, T. 2012. Karakteristik Gas NO2 (Nitrogen Oksida) di Atmosfer Indonesia. Berita
Dirgantara Vol 13 No. 14 : 147-154.