Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, dunia tengah menghadapi tantangan serius berupa perubahan lingkungan
yang secara tidak langsung menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia. Hal ini salah
satunya diakibatkan karena tingginya pertumbuhan penduduk di dunia yang berakibat ada
tereksploitasinya lingkungan demi memenuhi kebutuhan hidup baik untuk kebutuhan
pangan, sandang, dan papan. Aktivitas inilah yang baik disadari atau tidak disadari akan
menimbulkan perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan tidak hanya berdampak serius untuk lingkungan manusia di
bumi namun juga terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan
tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul
diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan,
perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan
ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru. Gangguan
kesehatan yang muncul diantaranya yang berkaitan dengan penyakit asma, kanker,
penyakit jantung dan pembuluh darah serta mengenai makanan. Juga mengenai kematian
akibat suhu panas, gangguan mental, penyakit-penyakit syaraf, penyakit infeksi seperti
demam berdarah dengue, penyakit yang ditularkan melalui air dan juga penyakit-penyakit
serta kasus kematian yang berkaitan dengan cuaca (Setiawan, 2010).
Di Indonesia sendiri, dampak dari perubahan lingkungan ini sudah dirasakan di
berbagai bidang tidak hanya di bidang pertanian dan perikanan namun juga di bidang
kesehatan. Meningkatnya beban penyakit di Indonesia yakni penyakit tidak menular
meningkat seperti jantung koroner, diabetes, stroke, dll serta penyakit yang menular juga
terus meningkat. Permasalahan kesehatan yang timbul saat ini tidak hanya disebabkan
oleh perubahan lingkungan yang semakin kehilangan daya dukung dan daya tampungnya
akibat perbuatan manusia namun juga akibat dari perilaku hidup yang tidak sehat. Upaya
yang dapat dilakukan untuk menghadapi perubahan lingkungan ini dapat dilakukan dengan
adaptasi dan mitigasi. Upaya mitigasi dapat dilakukan salah satunya melalui konservasi
lingkungan sedangkan untuk adaptasi dapat dilakukan pada berbagai sektor seperti sektor
pembangunan, pertanian, dan kesehatan. Salah satu bentuk upaya adaptasi untuk
menghadapi risiko perubahan lingkungan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia
adalah program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS akan lebih

1
berfokus pada upaya preventif-promotif tanpa mengesampingkan upaya kuratif-
rehabilitatif. Dimana diantara beberapa aktivitas yang dicanangkan dalam program
GERMAS terdapat aktivitas peningkatan kualitas lingkungan untuk mencegah dan
mengurangi perubahan lingkungan yang saat ini masih berlangsung dan juga aktivitas
lainnya yang berfokus pada perilaku masyarakat untuk dapat meningkatkan dan
mempertahankan status kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai program Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Perubahan lingkungan serta optimalisasi
program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dalam rangka mencegah risiko
perubahan lingkungan.

1.2. Tujuan
1. Diketahuinya definisi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
2. Diketahuinya program preventif-promotif Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS)
3. Diketahuinya sektor-sektor yang terlibat dalam pelaksanaan GERMAS
4. Diketahuinya realisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
5. Diketahuinya definisi perubahan lingkungan global
6. Diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup
7. Diketahuinya proses terjadinya perubahan lingkungan
8. Diketahuinya upaya realisasi gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) dalam
mewujudkan aspek preventif terhadap risiko perubahan lingkungan global

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi Masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi untuk menambah wawasan yang
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan sikap yang mendukung program
GERMAS dan juga mengurangi perilaku yang dapat memperburuk kerusakan
lingkungan.
1.3.2. Manfaat bagi Mahasiswa
Dapat melatih cara berpikir kritis,logis, dan ilmiah dalam mengkaji dan
menghadapi suatu permasalahan, melatih untuk memahami permasalahan
secara ilmiah, kritis, dan komprehensif melalui pendekatan Problem Based
Leaning (PBL) dengan menelusuri latar belakang
2
munculnya permasalahan,menentukan teori-teori yang relevan unuk mengkaji
permasalahan secara ilmiah,mengkaitkan permasalahan dengan teori yang telah
diketahui, kemudian merumuskan penyelesaian permasalahan yang logis.

3
BAB II
ISI

2.1. Definisi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)


GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang
mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-
rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan
paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran
sektor kesehatan saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut
menentukan, dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu,
keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan
anggotanya untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaannya.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen
bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk
meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena
keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
Tujuan umum dari GERMAS ialah Meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas
hidup. Sedangkan tujuan khususnya ialah, meningkatkan partisipasi dan peran serta
masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, mengurangi
beban biaya kesehatan.

2.2. Program Preventif-Promotif Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)


Program Preventif-Promotif GERMAS yang dicanangkan oleh Pemerintah meliputi
kegiatan:
a. Peningkatan Aktivitas Fisik
b. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan sehat
c. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
d. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
e. Peningkatan kualitas lingkungan; dan

4
f. Peningkatan edukasi hidup sehat
g. Penggunaan Jamban

Pada tahap awal (2016-2017), GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus
pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2)
Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6
bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
a. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang teratur dan menjadi satu kebiasaan akan meningkatkan
ketahanan fisik. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan menjadi latihan fisik bila
dilakukan secara baik, benar, teratur dan terukur. Latihan fisik dapat meningkatkan
ketahanan fisik, kesehatan dan kebugaran. Sasarannya ialah seluruh masyarakat
terutama anak, sekolah, ibu hamil, pekerja dan lansia.
Aktivitas fisik dapat dilakukan dimana saja & kapan saja seperti saat di
sekolah, tempat kerja,rumah, dalam perjalanan maupun di tempat umum.
Lalukanlah paling sedikit 30 menit setiap hari. Batasilah kegiatan banyak duduk,
seperti menonton TV, main game dan komputer, apalagi ditambah dengan makan
makanan kudapan yang manis, asin & berminyak.

b. Konsumsi buah dan sayur


Tujuan kegiatan ini ialah meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat
memalui konsumsi buah dan sayur bagi seluruh lapisan masyarakat. Sasarannya
ialah seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan yang dilakukan ialah
o Kampanye makan buah dan sayur
o Makan buah bersama (misal : di Sekolah atau institusi lainnya).
o Membudayakan makan buah pada kudapan rapat
o Lomba menyusun menu sayuran
o Bazar buah dan sayuran
o Pemanfaatan pekarangan (untuk sayuran dan buah)
Setiap orang dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram
perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram perorang
perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran
konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

5
c. Memeriksa kesehatan secara rutin
Kegiatan Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya
pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun keatas untuk
mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit Jantung, Kanker, Diabetes dan penyakit paru kronis, ganguan
indera serta gangguan mental. Sasaran dari kegiatan ini ialah seiap inividu/penduduk
usia > 15 tahun di seluru desa/kelurahan di setiap kabupaten/kota.
Pemeriksaan/skrining yang dilakukan secara rutin yaitu tekanan darah, cek
kadar gula darah, cek kolesterol darah, tes darah lengkap di laboratorium, dan ukur
lingkar perut. Untuk perempuan, lakukan deteksi dini kanker leher rahim.
Pemeriksaan ini dapat di lakukan di Puskesmas, Posyandu, Posbindu, secara gratis
dengan menggunakan BPJS.
Tujuan kegiatannya ialah sebagai berikut ;
o Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor risiko
bersama yang menjadi penyebab terjadinya Penyakit Tidak Menular terutama
Jantung, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru kronis yaitu Diet tidak sehat
(kurang mengkonsumsi sayur dan buah, mengkonsumsi makanan tinggi garam,
gula, lemak dan diet gizi tidak seimbang), kurang beraktifitas fisik 30 menit
setiap hari, menggunakan tembakau/rokok serta mengkonsumsi alkohol
o Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan modifikasi
perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup sehat mulai dari
individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya pencegahan PTM
o Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes mellitus
serta mendorong rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk
ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar.
o Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur akibat
penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan untuk mendeteksi
PTM utamanya Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada tahap dini.
o Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk
memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker payudara
dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.
Pembudayaan Perilaku Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin merupakan
penerapan upaya promotif preventif yang efektif dan menjadi Pilar utama dalam
Peningkatan derajat kesehatan, meningkatkan kualitas SDM bangsa, pencapaian
6
target SDGs (pembangunan berkesinambungan). Investasi dalam upaya promotif
preventif dalam pencegahan penyakit tidak menular akan menghindarkan Indonesia
dari beban pembiayaan kesehatan dan beban ekonomi dikarenakan peningkatan
PTM.

2.3. Sektor-sektor yang Terlibat dalam Pelaksanaan GERMAS


Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat terdapat banyak sektor yang harus saling berkoordinasi
sehingga gerakan masyarakat ini dapat terlaksana sesuai tujuananya, Pemerintah
mengintruksikan dari berbagai bidang sektor untuk melakukan kegiatan :

No Penanggung Kegiatan
Jawab
1 Kementrian Mengkoordinasikan dan memfasilitasi Pemerintah Daerah
Dalam Negeri dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

2 Kementrian a) Melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


Kesehatan serta meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam
pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)0741
b) Meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, serta aktivitas fisik
c) Meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di
Puskesmas dan menyusun panduan pelaksanaan deteksi dini
penyakit di instansi pemerintah dan swasta
3 Kementerian Meningkatkan kampanye gemar berolahraga, memfasilitasi
Pemuda dan penyelenggaraan olahraga masyarakat, dan meningkatkan
Olahraga penyediaan fasilitas sarana olahraga masyarakat.

4 Kementerian a) Meningkatkan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),


Pendidikan dan mendorong sekolah sebagai KTR, dan mendorong Sekolah
Kebudayaan Ramah Anak
b) Meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di sekolah
dan satuan pendidikan secara eksternal dan ekstrakurikuler
serta penyediaan sarana sanitasi sekolah

7
c) Meningkatkan pendidikan keluarga untuk hidup sehat

5 Kementerian a) Mengawasi keamanan dan mutu pangan segar yang tidak


Pertanian memiliki kandungan pestisida berbahaya
b) Meningkatkan produksi buah dan sayur dalam negeri dan
mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam
sayur dan buah
6 Kementrian a) Melaksanakan bimbingan kesehatan pranikah untuk
Agama mendorong perilaku hidup sehat dan peningkatan status gizi
calon pengantin serta mendorong pelaksanaan kegiatan
rumah ibadah bersih dan sehat
b) Memperkuat fungsi Pos Kesehatan Pesantren dan Upaya
Kesehatan Madrasah dan mendorong madrasah sebagai KTR
dan Madrasah Ramah Anak
c) Meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di madrasah
dan penyediaan sarana sanitasi madrasah
7 Kementerian a) Meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan
Kelautan dan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) pada
Perikanan masyarakat
b) Mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan
8 Kementerian a) Memfasilitasi penyediaan sarana aktivitas fisik pada
Pekerjaan Umum kawasan permukiman dan sarana fasilitas umum
dan Perumahan b) Mendorong dan memfasilitasi pemerintah daerah untuk
Rakyat menyediakan ruang terbuka hijau publik yang memadai di
wilayahnya
c) Memfasilitasi penyediaan air bersih dan sanitasi dasar pada
fasilitas umum
9 Kementerian a) Mendorong penataan sarana dan fasilitas perhubungan yang
Perhubungan aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pesepeda
b) Mendorong konektivitas antarmoda transportasi massal
termasuk penyediaan “park and ride” untuk meningkatkan
aktivitas fisik masyarakat

8
10 Kementerian a) Mengendalikan pencemaran badan air
Lingkungan b) Mendorong penghapusan penggunaan bahan bekas tambang
Hidup dan dan bahan berbahaya di lokasi pertambangan yang
Kehutanan berdampak pada kesehatan
c) Mendorong masyarakat untuk membangun dan
memanfaatkan bank sampah untuk mengurangi timbulan
sampah
d) Mendorong kemitraan lingkungan dan peran serta
masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan Jumlah
komunitas penyelamat sumber daya alam (SDA) dan
lingkungan pada kawasan DAS, danau/mata air, karst, rawa,
gambut

11 Kementerian a) Meningkatkan pengawasan terhadap peredaran dan


Perdagangan penjualan produk tembakau, minuman beralkohol, dan bahan
berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan
b) Meningkatkan promosi makanan dan minuman sehat
termasuk sayur dan buah produksi dalam negeri
12 Kementerian a) Melakukan kajian peningkatan cukai dan pajak produk
Keuangan tembakau dan minuman beralkohol
b) Melakukan kajian kemungkinan adanya skema insentif bagi
daerah yang melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
13 Kementerian a) Mendorong dan memfasilitasi perusahaan untuk
Ketenagakerjaan melaksanakan pemeriksaan kesehatan/deteksi dini penyakit
pada pekerja
b) Mendorong dan memfasilitasi perusahaan untuk
menyediakan sarana ruang menyusui, melaksanakan
kegiatan olahraga di tempat kerja, dan menerapkan KTR
14 Kementerian a) Mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk
Pendayagunaan menyediakan sarana aktivitas fisik dan melaksanakan
Aparatur Negara olahraga serta deteksi dini penyakit secara rutin

9
dan Reformasi b) Mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk
Birokrasi menyediakan sarana ruang ASI, menerapkan kawasan tanpa
rokok (KTR), serta konsumsi sayur dan buah dalam
pertemuan di dalam atau luar kantor
15 Kementerian a) Melakukan diseminasi informasi layanan masyarakat terkait
Komunikasi dan pola hidup bersih dan sehat
Informatika b) Melakukan kerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) untuk pengawasan terhadap iklan/tayangan yang tidak
mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
16 Kementerian a) Melakukan promosi untuk menggerakkan partisipasi kaum
Pemberdayaan perempuan dalam upaya deteksi dini faktor risiko penyakit
Perempuan dan tidak menular (PTM)
Perlindungan b) Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Anak Gerakan Masyarakat Hidup Sehat bagi keluarga, perempuan,
dan anak
17 Badan Pengawas a) Menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar
Obat dan di masyarakat
Makanan b) Memperkuat dan memperluas pengawasan dan intervensi
keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
18 Badan Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif untuk peserta
Penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional termasuk upaya
Jaminan Sosial pencegahan sekunder dan deteksi dini penyakit
Kesehatan
19 Gubernur a) Menyusun dan menetapkan kebijakan daerah yang
diperlukan untuk pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat di wilayahnya
b) Melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi
pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di
kabupaten/kota di wilayahnya
c) Melaporkan pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
kepada Menteri Dalam Negeri
20 Bupati/Walikota a) Menyediakan dan mengembangkan sarana aktivitas fisik,
ruang terbuka hijau publik, kawasan bebas kendaraan

10
bermotor, jalur sepeda, dan jalur pejalan kaki yang
representatif dan aman
b) Melaksanakan kegiatan pemanfaatan pekarangan rumah
untuk menanam sayur dan buah
c) Melaksanakan kebijakan KTR

2.4. Realisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Indonesia

Saat ini sedikitnya sudah ada 10 daerah yang mencanangkan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) adalah :
1. Kabupaten Bantul, DIY
2. Bogor, Jawabarat
3. Pandeglang, Banten
4. Batam, Kep. Riau
5. Jambi, Jambi
6. Surabaya, Jawa Timur
7. Madiun, Jawa Timur
8. Pare-pare, Sulawesi Selatan
9. Purbalingga, Jawa Tengah
10. Padang Pariaman, Sumatera Barat
Data yang didapatkan dari kementerian kesehatan bahwa baru beberapa daerah
diatas yang mencanangkan secara khusus mensosialisasikan GERMAS di daerahnya
sehingga GERMAS dilaksanakan baru merupakan kebijakan pada tingkat pusat.
Sedangkan pada tingkat daerah belum menyeluruh.
Dalam beberapa sumber terbaru 2017 dikatakan bahwa beberapa daerah lainnya
menyusul bahkan sudah melakukan aksi nyata dalam mendukung GERMAS bukan hanya
sebatas sosialisasi pencanangan GERMAS di daerahnya. Hal ini juga berkaitan dengan
dikeluarkannya INPRES No. 1 Tahun 2017 yang berisinya Presiden menginstruksikan
supaya para Menteri Kabinet Kerja, Kepala Lembaga Pemerintah dan non Pemerintah,
Direktur Utama BPJS Kesehatan serta Para Gubernur dan Bupati/Walikota untuk
menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing untuk mewujudkan program Germas. Daerah tersebut
diantaranya yaitu Semarang, semarang telah melakukan car free day pada pukul 05.00 dan
09.00 dan penataan trotoar untuk membantu focus utama germas yaitu aktifitas fisik,

11
diharapkan dengan begitu masyarakat memilih berjalan kaki atau menggunakan sepeda
yang leih mengandalkan aktifitas fisik. Semarang juga memiliki taman aktif sebanyak 33
jenis buah yang dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat agar makan buah dan sayur.
Daerah lain yang telah mencanangkan germas semakin bersusulan seperti Aceh, Lampung,
Medan, Manado dan daerah lainnya.
Upaya lain yang untuk mendukung germas yaitu Menkes bersama Mendagri
dituangkan dalam Peraturan Bersama Mendagri dan Menkes Nomor 34 Tahun 2005,
Nomor: 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten
atau Kota Sehat. Ditahun 2017 ini sebanyak 122 kota yang telah mendapatkan
penghargaan kota sehat dengan berbagai predikat mulai dari taraf pengembangan sebanyak
62 kabupaten/kota, taraf pembinaan sebanyak 41 kabupaten/kota dan taraf pemantapan
sebanyak 19 kabupaten/kota.

2.5. Definisi Perubahan Lingkungan Global


Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan di
Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Definisi Lingkungan Hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain dan dapat mempengaruhi hidupnya.
Perubahan lingkungan merupakan berubahnya keadaan baik fisik maupun kualitasnya
sehingga lingkungan kehilangan daya dukung dan daya tampungnya untuk menopang
kehidupan manusia, sehingga perubahan lignkungan sering diarahkan pada sisi negative
yaitu kerusakan.

2.6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kerusakan Lingkungan Hidup


Berikut beberapa faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan lingkungan
hidup:
a. Faktor alami Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi
penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa
banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung meletus,
12
ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia maupun mahkluk
lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya lingkungan.
b. Faktor buatan Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi
dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup sederhana
menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya perkembangan kehidupan,
tentunya kebutuhannya juga akan sangat berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan.

2.7. Proses Terjadinya Perubahan Lingkungan


Awal mula perubahan lingkungan yaitu dari pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Dengan meningkatnya jumlah populasi manusia mengakibatkan banyak polutan ke
lingkungan dari kegiatan manusia. Polutan yang berada diudara berkumpul dan
menyebabkan efek gas rumah kaca. Beberapa gas rumah kaca yang diantaranya terbentuk
karena aktivitas manusia adalah karbon dioksida (CO2), methan (CH4), nitogen oksida
(N2O) dan klorofluorokarbon (CFCs). Meskipun peningkatan temperatur selama 100
tahun terakhir sebagai hal yang tidak dapat dipertanyakan sebagai akibat aktivitas manusia,
peningkatan yang luar biasa dari potensial pemanasan oleh gas rumah kaca akan
berdampak pada perubahan ekologis.

13
Menipisnya ozon akibat dari polutan yang ada mendegredasi ozon sehingga ozon
yang berfungsi sebagai barrier dari panas matahari menjadi berkurang. Pemanasan global
ditambah dengan meningkatnya suhu akibat dari panas matahari yang tertahan akibat gas
rumah kaca yang di atmosfer memantulkannya ke bumi kembali dan menahannya.

Pemanasan global dapat berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia. Suhu


yang ekstrem menyebabkan manusia dapat terserah heat stroke. Jika kita analisis
perubahan suhu permukaan salah satu bagian bumi, sebagai penyebab perubahan lainnya,
maka efek yang paling langsung terhadap kesehatan masnusia adalah efek ekstrim dingin
dan ekstrim panas, relatif terhadap rentang suhu yang toleransi manusia, tanpa
manipulasi diri atau lingkungan. Dalam kondisi natural, sama seperti binatang, manusia
bisa bertahan pada suhu 10‐350C, tanpa kesulitan berarti. Tetapi pada suhu diatas 400C,
maka sebagian manusia, khususnya anak‐anak dan orang berusia lanjut, mulai
mengalami kesulitan. Suhu tinggi yang disertai kelembaban rendah menyebabkan
mudahnya terjadi kekurangan air dalam tubuh (dehidrasi). Dehidrasi dapat menimbulkan
berbagai gangguan fungsi temporer sampai permanen, tergantung lamanya dehidrasi
terjadi. Kematian karena suhu terlalu panas (heat stroke) di kalangan jemaah haji
Indonesia, yang banyak terjadi ketika musim haji jatuh di musim panas, merupakan
contoh efek langsung iklim. Dampak tidak langsung dari pemanasan global salah satunya
adalah meningkatnya frekuensi penyakit akibat iklim yang berubah. Pada suhu panas
manusia rentan sakit ISPA, meningkatnya penyakit menular (Malaria, DBD,
Chikungunya, Penyakit yang ditularkan melalui udara dan air), Terjadinya konflik
psikologi (stress), penyakit lama timbul kembali, seperti Penyakit Malaria, Penyakit
14
degeneratif, Penyakit jantung, Penyakit paru-paru. Ada 35 jenis penyakit infeksi baru
yang timbul akibat perubahan iklim, diantaranya ebola, flu burung, dll penyakit hewan
yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia,
menurut adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat
berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi kesehatan
lingkungan yang kurang memadai.

15
2.8. Upaya Realisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dalam mewujudkan
Aspek Preventif Risiko Perubahan Lingkungan Global
a. Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)
Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang
berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk
malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta
melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan.
Kegiatan / Tugas Jumantik Dalam Memantau Wilayah :
1. Mencek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih
apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup rapat. Untuk tempat air yang sulit
dikuras diberi bubuk larvasida seperti abate.
2. Membasmi keberadaan kain / pakaian yang tergantung di dalam rumah.
3. Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk.
4. Menyambangi rumah kosong / tidak berpenghuni untuk cek jentik.
Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat
wilayah pantau jentik nyamuk dbd. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu
(biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas
berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau
menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang
diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke
instansi terkait atau vertikal.
Jumantik merupakan bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakt
dalam mencegah kejadian DBD yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas
tuntan (kemenkes RI: 2012). Jumantik ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan
angka bebas jentik (ABJ) diatas 95% berdasarkan Rentsra kementrian kesehatan RI.
b. Gerakan rumah sehat
Menurut Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1989, rumah merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang
digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta
tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh karena itu keberadan rumah yang
sehat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah
dapat terpenuhi dengan baik.
Rumah sehat menurut Sanropie dkk. (1991), dikatakan sebagai tempat berlindung
atau bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang
16
sempurna, baik fisik, rohani maupun sosial. Rumah sehat adalah merupakan salah satu
sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah
yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan
salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan,
keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan
produktif.
Rumah Sehat juga merupakan sebagai sarana atau tempat berlindung dan
bernaung serta tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun sosial budaya.
c. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene
dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku
buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan
menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai
target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari
proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM
adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi total adalah kondisi
ketika suatu komunitas:
 Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
 Mencuci tangan pakai sabun.
 Mengelola air minum dan makanan yang aman.
 Mengelola sampah dengan benar.
 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

17
STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk
mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah
penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015.
Tahun 2014, Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan
perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Diharapkan
pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat,
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Indonesia.
Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation
(CTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi
di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah
perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban
yang higienis dan layak. Perubahan perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan
perilaku santasi secara menyeluruh.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis
dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup.
2. Terdapat 6 program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang difokuskan
pada upaya promotif dan preventif. Namun saat ini baru 3 program yang difokuskan
oleh pemerintah yakni aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur dan memeriksa
kesehatan secara berkala
3. Setidaknya terdapat 20 sektor yang terlibat dalam pelaksanaan GERMAS, diantaranya
ada Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
4. Saat ini sudah ada 10 daerah yang mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS), namun beberapa daerah lain juga sudah melakukan aksi nyata untuk
mendukung GERMAS termasuk adanya program Kota Sehat
5. Perubahan lingkungan global adalah berubahnya keadaan baik fisik maupun
kualitasnya sehingga lingkungan kehilangan daya dukung dan daya tampungnya
untuk menopang kehidupan manusia, sehingga perubahan lignkungan sering
diarahkan pada sisi negative yaitu kerusakan
6. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup yakni terbagi dua yaitu
faktor alami dan faktor buatan
7. Proses terjadinya perubahan lingkungan dimulai dari adanya peningkatan penduduk
yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan ditandai adanya penipisan ozon, pemanasan global
dan juga meningkatnya penyakit.
8. Upaya Realisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dalam mewujudkan
Aspek Preventif Risiko Perubahan Lingkungan Global dapat melalui program-
program seperti jumantik, rumah sehat, dan STBM.

19
3.2. Saran
Perubahan lingkungan global akan terus berlangsung dan bertambah buruk
apabila perilaku masyarakat yang mengeksploitasi bumi tidak berubah. Padahal
seperti yang diketahui bahwa adanya perubahan lingkungan akan menimbulkan
dampak buruk tidak hanya untuk lingkungan tapi juga untuk kesehatan manusia. oleh
karena itu, untuk menjamin keberlangsungan hidup yang baik perlu dilakukan
optimalisasi program-program pemerintah yang mampu mencegah dan mengurangi
dampak perubahan lingkungan. Program GERMAS yang dicanangkan pemerintah
sudah sangat baik, tapi sebaiknya fokus program ini tidak hanya difokuskan pada
perilaku masyarakat saja namun juga pada lingkungan. Agar masyarakat memiliki
kesadaran untuk menjaga lingkungan demi mengurangi efek dari perubahan
lingkungan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Thabrany. 2017. Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Cuaca. FKM Universitas
Indonesia. http://studylibid.com/doc/679270/risiko-kesehatan-akibat-perubahan-cuaca

http://digilib.unila.ac.id/15135/89/BAB%20II.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197212031999031-
WAHYU_SURAKUSUMAH/Perubahan_iklim_dan_pengaruhnya_terhadap_keanekarag
aman_haya.pdf

http://www.depkes.go.id/article/view/16111500002/germas-wujudkan-indonesia-sehat.html

http://www.dw.com/id/kaitan-perubahan-iklim-dan-kesehatan-global/a-6136043
http://www.indonesian-publichealth.com/pemanasan-global-dan-dampaknya-terhadap-
kesehatan/

http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Kab-kota-sehat-
2017_940.pdf

http://www.koran-jakarta.com/mewujudkan-kota-dan-kabupaten-sehat-di-indonesia/

http://www.organisasi.org/1970/01/cara-jumantik-memberantas-nyamuk-demam-berdarah-
dengue-dbd-pengertian-juru-pemantau-jentik.html#.WkJf6zcxXIU

http://www.sanitasi.net/sanitasi-total-berbasis-masyarakat.html

https://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/03/global-warming.pdf

https://www.kompasiana.com/s_rachmawan/germas-untuk-hidup-sehat-yang-
berkualitas_59b2fcaf2d622c35cb4b8842

Keman, Soedjajadi. 2007. Perubahan Iklim Global, Kesehatan Manusia Dan


Pembangunan Berkelanjutan. Fkm Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, VOL.3, NO.2, JANUARI 2007 : 195 – 204

Kementerian Kesehatan:2014.Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator STBM di Indonesia

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1989

Sanropie D (1991). Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.


Departemen Kesehatan R.I. Jakarta

21
www.indonesian-publichealth.com/sanitasi-rumah-dan-penyakit-berbasis-lingkungan/

22

Anda mungkin juga menyukai