Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR OSEANOGRAFI

Oleh:

xxxxxxxxxxxxxx
NIM. H1H01300

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR OSEANOGRAFI 2015

Oleh:
xxxxxxxxx
NIM. H1H01300

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi praktikum mata kuliah


dasar-dasar oseanografi Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disetujui


Tanggal, Juni 2015

Dosen Pengampu, Asisten,

Dr. Isdy Sulistyo, DEA Astri Ismayanti

NIP. 19600307 198601 1 003 NIM. H1H012018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Dasar-Dasar

Oseanografi ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti responsi mata

kuliah dasar-dasar oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal

Soedirman. Dalam pembuatan laporan ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

oleh sebab itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Isdy Sulistyo, DEA, selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar

Oseanografi,

2. Astri Ismayanti, selaku asisten kelompok 6 yang telah membantu tersusunnya laporan

praktikum Dasar-Dasar Oseanografi, dan

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum Dasar-dasar

Oseanografi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan praktikum

Dasar-dasar Oseanografi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Purwokerto, Juni 2015

Penulis
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
DASAR-DASAR OSEANOGRAFI

Oleh:
xxxxxxxxxx
NIM. H1H01300

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2015
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh angin terhadap tipe atau karakteristik
gelombang, skala laboratorium dan dapat menjelaskan pengaruh data-data angin yang

dapat mempengaruhi tipe gelombang.

1.2. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh beda salinitas terhadap densitas suatu
badan air dan dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada perubhan

densitas, serta mengetahui pengaruh beda temperatur terhadap densitas suatu badan air

dan dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada perubahan densitas.

1.3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sedimen terhadap suatu badan air dan
dapat menjelaskan tentang fenomena yang terjadi pada tingkat kekeruhan yang berbeda.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum


Ukuran/
No Nama Alat Merk Fungsi
Jumlah
1 Hand-Refraktometer 1 Untuk pengukuran salinitas
2 Pipet 1 Untuk pengambilan sampel
Untuk membersihkan kaca Hand-
3 Tissue
Refraktometer
4 Termometer 1 Untuk pengukuran suhu
Untuk tempat sampel dan materi
5 Akuarium 4
praktikum lain
Untuk pengukuran panjang maupun
6 Penggaris 2 Butterfly
tinggi suatu parameter
Untuk pengambilan air ke dalam
7 Gayung 1 Lion Star
akuarium
Untuk menimbang/mengukur berat
8 Timbangan 1
tepung
Untuk memberikan efek cahaya
9 Senter 1 pada pengukuran cahaya dan
kekeruhan

2.1.2. Bahan

Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum


No Nama Alat Ukuran/ Merk Fungsi
Jumlah
1 Akuades Untuk mencuci Hand-Refraktometer
2 Sampel air Untuk materi percobaan
Untuk pemberian salinitas yang
3 Garam
berbeda
Untuk menambahkan kekeruhan
4 Tepung
sampel air
Untuk membedakan stratifikasi
5 Zat pewarna
dalam menentukan densitas
2.2. Metode

2.2.1. Miniatur Gelombang

Akuarium

- isi akuarium dengan air kurang lebih 9 L

Penggaris

- letakkan penggaris tegak lurus dengan akuarium

Sterofoam

- tekan sterofoam sedalam ½ dari kedalaman air, lalu


- tekan sterofoam sedalam 1 dari kedalaman air
- hitung waktu gelombang sampai ke ujung akuarium
dengan menggunakan stopwatch
- ukur tinggi gelombang dengan menggunakan penggaris
- hitung banyaknya gelombang

Hasil
2.2.2. Densitas Salinitas

Akuarium

- isi akuarium dengan air kurang lebih 4 L

Garam

- masukan garam dengan berat tertentu ke dalam wadah berisi air


- tanpa garam untuk wadah berisi air

Zat Pewarna

- warna hijau untuk air yang di beri garam


- warna merah untuk air yang tidak di beri garam

Wadah

- tuangkan wadah berisi air dingin ke dalam akuarium, amati


- tuangkan wadah berisi air panas dan garam ke dalam akuarium, amati
- ukur salinitas dengan hand- refraktometer

hasil
2.2.3. Densitas Temperatur

Akuarium

- isi akuarium dengan air kurang lebih 9 L

Air

- siapkan air pada wadah dengan air dingin


- siapkan air pada wadah dengan air panas (hitter)

Zat Pewarna

- warna hijau untuk air dingin


- warna merah untuk air panas
- ukur suhunya dengan thermometer.

hasil

2.2.4. Cahaya dan Kekeruhan

Akuarium

- isi akuarium dengan air kurang lebih 16 L


- usahakan akuarium berada dalam kondisi gelap

Sedimen

- timbang sedimen (0; 5; 10; 15; 20; 25g/L)


- masukan sedimen dan diaduk sampai homogen

Senter

- siapkan senter sebagai sumber cahaya


- nyalakan senter dari bagian luar akuarium
- ukur panjang cahaya dengan penggaris

hasil
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1. Miniatur Gelombang

Tabel 3. Data Gelombang


H
Kel. v (cm/s) n T (s) A (cm) t (s) f (Hz) λ (cm)
(cm)
½ 1 ½ 1 ½ 1 ½ 1 ½ 1 ½ 1 ½ 1 ½ 1
1 20 24 3 2 0,5 0,625 2 3 1 1,5 1,50 1,25 2 1,6 20 30
1,
2 52,173 57,69 2 1,5 0,575 0,693 1 0,5 1 1,15 1,04 1,739 1,44 30 40
5
2,
3 10 16 3 2,5 0,66 0,4 2 1 1,25 2 1 1,5 2,5 20 24
5
4 13,24 15,97 3 2 0,503 0,940 3 4 1,5 2 1,51 1,88 1,987 1,064 20 30
5 25,3 34,1 1,5 1 1,05 1,76 2 2 1 1 1,58 1,76 0,95 0,57 40 60
6 11,43 10 3 2 0,58 1,5 2 3 1 1,5 1,75 3 1,71 0,6 20 30
7 13,10 20 2 1 1,115 3 2 8 1 4 2,23 3 0,896 0,33 30 60
8 15 28,57 2 1,5 1 0,93 1 2 0,5 1 2 1,4 1 1,07 30 40
3,
9 14,92 60 2 1 2,01 1 2 1 1,75 1,005 1 0,99 1 30 60
5
10 15,625 60 2 1 0,96 0,57 2 2 1 1 1,92 1 1 1 30 60
11 15 47,24 4 1 0,5 1,27 2,5 5 1,25 2,5 2 1,27 2 0,79 30 60
1,
12 18,18 50 2 1 0,825 1,20 1 0,5 0,75 1,65 1,20 1,212 0,83 30 50
5

3.1.2. Densitas Salinitas

Tabel 4. Data Densitas Salinitas


Salinitas
Kelompok Berat Garam (gr)
Dasar Tengah Permukaan
14 30 3 1 0
16 50 7 5 0

3.1.3. Densitas Temperatur

Tabel 5. Data Densitas Temperatur


Suhu Awal Suhu Permukaan Suhu Tengah Suhu Dasar
Kelompok
Panas (ºC) Dingin (ºC) (ºC) (ºC) (ºC)

1 55 7 46 45 44
2 60 7 55 51 49
3 50 6 44 42 38
4 49 6 42 41 39
5 40 7 38 37 33
6 58 6 49 47 45

3.1.4. Cahaya dan Kekeruhan

Tabel 6. Data Cahaya dan Kekeruhan


Kelompok Berat Sedimen (gr) Panjang Akuarium (cm) Panjang Cahaya (cm)

1 5 40 38
2 15 40 14
3 10 40 16
4 0 40 38,5
5 20 40 13
6 25 40 12,5

3.2. Pembahasan

3.2.1. Miniatur Gelombang

Gelombang adalah pergerakan naik turun badan perairan yang dinyatakan dengan naik

turunnya permukaan air secara bergantian serta tidak stabilnya permukaan air karena

terjadinya pertukaran energi dengan sedikit kehilangan energi (Hutabarat, 1985). Gelombang

laut yang dihasilkan berasal dari tarikan yang dibuat oleh angin yang bertiup di

permukaannya. Hal ini terus menerus di alam dan memiliki tinggi kepadatan energi

dibandingkan dengan energi angin (Hindasageri, 2012). Kuat lemahnya gelombang ini

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin berhembus (duration), dan

jarak dari tiupan angin pada perairan terbuka (fetch). Ketinggian dan periode gelombang

tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh

gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang

mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin

besar (Hutabarat, S., & Evans, S.M. 2008 dalam Kurniawan, 2011 ). Menurut Grare (2013)
gelombang sangat mempengaruhi pertukaran momentum, energi mekanik, panas, dan gas

antara atmosfer dan lautan.

Grafik Miniatur Gelombang Tekanan 1/2


60
1
50 2
Besar Hasil Perhitungan

3
40
4
5
30
6

20 7
8
10 9
10
0 11
v n T H A t f
12
Parameter yang di hitung

Gambar 1. Grafik Pengukuran Gelombang Tekanan ½

Grafik Miniatur Gelombang Tekanan 1


70
1
60
2
Besar Hasil Perhitungan

50 3
4
40
5

30 6
7
20 8

10 9
10
0 11
v n T H A t f
12
Parameter yang di hitung

Gambar 2. Grafik Pengukuran Gelombang Tekanan 1


Berdasarkan grafik di atas praktikum miniatur gelombang ini menggunakan tekanan

atau pemberat untuk menekan stereofom agar menghasilkan gelombang. Praktikum ini

dilakukan 2 kali percobaan yaitu tekanan ½ (Gambar 1.) dan tekanan 1 (Gambar 2.). Dari ke-

5ty12 kelompok pada perlakuan tekanan ½, yang memiliki tinggi gelombang tertinggi adalah

kelompok 4 yaitu sebesar 3 cm, dengan banyaknya gelombang 3, waktu yang dibutuhkan 1,51

detik, panjang gelombang 20 cm, kecepatan gelombang 13,24 cm/s, periode 0,503 s,

amplitudo 1,5 cm, dan frekuensi 1,987 Hz. Sedangkan pada perlakuan tekanan 1, yang

memiliki tinggi gelombang tertinggi adalah kelompok 7 yaitu sebesar 8 cm, dengan

banyaknya gelombang 1, waktu yang dibutuhkan 3 detik, panjang gelombang 60 cm,

kecepatan gelombang 20 cm/s, periode 3 s, amplitudo 4 cm, dan frekuensi 0,33 Hz. Artinya

bahwa panjang gelombang pada kedua perlakuan tersebut lebih besar dari tinggi

gelombangnya dan termasuk gelombang linier hal ini sesuai dengan pernyataan (Astu,dkk

2006 dalam Age, 2013) bahwa bentuk gelombang dibagi menjadi berbagi bentuk yang

masing-masing memiliki karakteristik dan energi yang berbeda. Secara umum ada dua jenis

gelombang yang sering dijumpai, yaitu gelombang linier, dan non linier. Gelombang linier ini

memiliki karakteristik berbentuk sinusoidal dengan panjang gelombang yang lebih besar dari

tinggi gelombangnya. Karakteristik gelombang non-linear yaitu dengan puncak gelombang

yang meruncing dan panjang gelombang yang mengecil. Menurut Nadia (2013) tinggi dan

periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh kecepatan angin (U), lama hembusan

angina (D), fetch (F) dan arah angin.

Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan pengukuran gelombang dengan model mini

adalah dengan tekanan dari busa yang ditekan. Dengan tujuan menggambarkan kondisi

dimana gelombang dapat terbentuk dengan adanya tekanan, seperti dalam kenyataannya

gelombang dapat terjadi dari tekanan atmosfer. Hasil yang diperoleh dari penggambaran

dengan skala kecil ini menunjukan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan

mengakibatkan semakin bertambahnya tinggi gelombang, periode, kecepatan gelombang dan


semakin berkurangnya panjang gelombang. Faktor yang mempengaruhi gelombang adalah

angin. Sifat gelombang karena pengaruh angin tergantung pada kecepatan angin dimana

semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang yang terbentuk dan memiliki

kecepatan serta panjang gelombang yang besar (Davis, 1987).Gelombang terdiri dari panjang

gelombang,tinggi gelombang,periode gelombang,kemiringan gelombang dan frekuensi

gelombang. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah

lembah. Tinggi gelombang adalah jarak vertical antara puncak dan lembah gelombang.

Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk kembali pada titik

semula.kemiringan gelombang adalah perbandingan antara tinggi dan panjang

gelombang.frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang terjadi dalam satu-satuan

waktu.

3.2.2. Densitas Salinitas dan Temperatur

Suhu dan salinitas merupakan faktor oseanografi yang mudah diukur tetapi berperan

penting dalam proses-proses fisika, kimia maupun biologi dilaut, seperti dalam proses

pencampuran, konsentari oksigen terlarut dan penyebaran organisme laut (Luasunaung et al,

2013). Salinitas dan suhu menentukan densitas air laut. Densitas merupakan faktor penting

yang mendorong arus di lautan (Klemas, 2011).

Salinitas adalah jumlah gram zat-zat terlarut dalam satu kilogram air laut yang

dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat

terjadi fluktuasi. Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung pada beberapa

faktor, diantaranya penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara di

laut tersebut. Salinitas di lautan terbuka yang jauh dari daerah pantai berkisar antara 34-37‰,

dengan rata-rata 35‰ (Brown and Rengi, 2013). Pada saat pasang, lapisan air bersalinitas

rendah cenderung lebih tebal dibanding pada saat surut. Tergantung pada kecepatan dan arah

angin relatif terhadap garis sungai, angin mempengaruhi ketebalan air bersalinitas rendah dan

kecepatan percampuran antar massa air (Kalangi et al, 2012).


Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan banyaknya energi panas atau bahang (heat)

yang terkandung dalam suatu benda. Suhu permukaan di perairan Indonesia mempunyai

kisaran antara 28-31 °C (Brown and Rengi, 2013). Menurut Stewart (2003), penyebaran suhu

secara horizontal pada permukaan laut membentuk zona berdasarkan letak lintang, semakin

mendekati garis khatulistiwa (lintang rendah) suhu akan semakin meningkat dan sebaliknya,

suhu akan semakin menurun mendekati kutub (lintang tinggi). Sebaran menegak suhu dapat

dilihat bahwa penurunan suhu perairan terjadi seiring dengan bertambahnya kedalaman.

Penurunan nilai suhu ini dipengaruhi oleh bahang sinar matahari yang diterima oleh

permukaan perairan. Faktor yang mempengaruhi distribusi suhu secara vertikal antara lain

variasi jumlah panas yang diserap, pengaruh konduksi panas, perpindahan massa air oleh arus

dan pergerakan vertikal massa air. Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses:

 Evaporasi di permukaan laut.

 Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang,

sehingga besarnya densitas relatif homogeny.

 Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline)

dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang

cukup besar (Pynocline).

 Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat.

Densitas Salinitas
8 7
7
6
Salinitas (ppt)

5
5
4 3
30 Gram
3
2 1 50 Gram
1 0
0
Permukaan Tengah Dasar
Bagian Akuarium

Gambar 3. Grafik Pengukuran Densitas Salinitas


Temperatur
50 49
Temperatur (ºC) 49
48 47
47
46 45
Temperatur
45
44
43
Permukaan Tengah Dasar
Bagian Akuarium

Gambar 1. Grafik Pengukuran Densitas Temperatur


Rosana dan Wahopid, (2005) dalam Setyohadi (2011) meyatakan bahwa untuk

menandai berbagai macam karakteristik massa air tersebut dipakai parameter suhu sebagai

indikator, karena itu karakter sebaran suhu dipakai untuk mengetahui adanya sebaran massa

air. Suhu air laut, terutama lapisan permukaan, ditentukan oleh pemanasan matahari yang

intensitasnya senantiasa berubah terhadap waktu, sehingga suhu air laut akan konstan dengan

perubahan intensitas penyinaran matahari tersebut. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara

harian, musiman, tahunan, dan jangka panjang.

Dasar akuarium nilai salinitas lebih tinggi dibadingkan dengan nilai salinitas pada

permukaan akuarium. Hal ini sebabkan karena fluida (air) yang mengandung zat terlarut maka

massa jenisnya akan bertambah. Akan tetapi pada bagian dasar akuarium temperature lebih

rendah dibandingkan dengan daerah percampuran (mixed layer). Hal ini sesuai dengan

pernyataan Supangat dan Susanna, (2011) yakni, temperatur lebih mempengaruhi densitas

dibandingkan salinitas, contoh, untuk temperature yang besar dari 50C, perubahan temperatur

10C akan mempengaruhi densitas, tetapi perubahan salinitas berpengaruh hanyalah 0,1.
3.2.3. Cahaya dan Kekeruhan

Kecerahan
120

100

80

60
%

presentase
40

20

0
0 5 10 15 20 25

Gambar 5. Grafik Pengukuran Cahaya dan Kekeruhan

Kekeruhan (turbidity) adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang

ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan

yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh kandungan bahan organic dan

anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan orgsnik dan

anorganik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (APHA ,2005) dalam Yuni P.H et.al

Berdasarkan hasil praktikum cahaya dan kekeruhan diketahui pada substrat 0 cahaya

dapat menembus 38,5cm,pada 5 gram dapat menembus 38 cm,pada 10 gram dapat menembus

16 cm,pada 15 gram dapat menembus 14 cm,pada 20 gram dapat menembus 13 cm dan pada

25 gram dapat menembus 12,5 cm. Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor

penting untuk penentuan produktivitas suatu perairan alami. Meningkatnya kekeruhan dapat

menurunkan kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga

dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer perairan(Effendi,2003). Materi

yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi

matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme.Cahaya yang dapat menembus semakin berkurang karena Hal

ini terjadi karna sedimen tepung yang dimasukan kedalam akuarium menjadi padatan
tersuspesi, dimana semakin tinggi jumlah padatan tersuspensi semakin sedikit jumlah cahaya

yang bisa masuk (Huda dalam Agustira, 2013).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum laboratorium dasar-dasar oseanografi di Laboratorium

Pemanfaatan Sumber Daya Perairan adalah :

1. Semakin kecil luasan gelombang semakin besar panjang gelombangnya dibandingkan

dengan gelombang yang terjadi di lautan yang luas. Hal tersebut dipengaruhi oleh angin

yang berehembus.

2. Tempertaure lebih mempengaruhi densitas dibandingkan dengan salinitas. Hal ini

dikarenakan air yang mengandung zat terlarut maka massa jenisnya akan bertambah.

3. Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor penting untuk penentuan

produktivitas suatu perairan alami. Meningkatnya tingkat kekeruhan dapat menurunkan

kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga dapat

membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer perairan

4.2. Saran

Diharapkan praktikum selanjutnya lebih baik lagi, alat-alat praktikum ditambah dan

praktikan harus berhati-hati dan memperhatikan dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Age, Iman Thantowi, Sutopo Purwono Fitri, St., Meng., Ph.D., Ir. Soemartojo Wa. 2013.Studi
Pengaruh Pola Gelombang Tak Beraturan (Irregular Waves) dan Variasi Tenaga pada
Sistem Konversi Pneumatis Energi Gelombang Laut. Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No.
1, 1-4

APHA . 2005. Standard Method for Examination of Water and Wastewater,20th Edition.
Washington DC : APHA (American Public Healt Asociation ) AWWA ( American
Water Works Asociation), and WCPF ( Water Control Pollution Asociation)

Brown, Athur., Pareng Rengi. 2013. Pelagic Fish Stock Estimation by Using the
Hydroacoustic Method in Bengkalis Regency Waters. Jurnal Berkala Perikanan
Terubuk Vol. 42. No.1 21 – 34

Davis, Jr. R. A.1987. Oceanogrphy an Introduction to The Marine Environment. WM.C.


Brown Publisher. USA.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta :Kanisius

Grare, Aurent,LucLenain, and W. Kendall Melville. 2013. Wave-Coherent Airflow and


Critical Layers Over Ocean Waves. Journal of Physical Oceanography Volume 43

Hindasageri V. H. Ramesh and A. Gaurav Effect of Variation of Wave Height and Ocean
depth on the Performance of Savonius Rotors Utilizing the Orbital Motion of Ocean
Waves in Shallow Waters. Journal of Sustainable Energy & Environment 3 53-57

Hutabarat dan Stewart . M. Evans. 1985. Pengantar Oceanography. UI Press. Indonesia

Kalangi, PNI., A Mandagi., KWA Masengi., A Luasunaung., FPT Pangalila.,M Iwata. 2013.
Sebaran Suhu dan Salinitas di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis
Vol. IX (2): 71-75

Kalangi, PNI., KWA Masengi., M Iwata., FPT Pangalila., IF Mandagi. 2012. Profil salinitas
dan suhu di Teluk Manado pada hari hari hujan dan tidak hujan. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis VII(3): 90-93.

Klemas, Victor. 2011. Remote Sensing of Sea Surface Salinity: An Overview with Case
Studies. Journal of Coastal Research, Vol 27 [5]: 830-838.

Kurniawan, Roni, M. Najib Habibie, Suratno. 2011. Variasi Bulanan Gelombang Laut Di
Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Volume 12 Nomor 3 - 221 – 232
Nadia, Prima, Muhammad Ali ,Besperi. 2013. Pengaruh Angin terhadap Tinggi Gelombang
pada Struktur Bangunan Breakwater Di Tapak Paderi Kota Bengkulu. Jurnal Inersia
Vol.5 No.1

NurjayaEt, Al. 2009. Pola Transformasi Gelombang Dengan Menggunakan Model Rpcwave
Pada Pantai Bau-Bau. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Dan Kelautan Tropis. Vol. 1 No
2.Hal. 60-71,

Setyohadi, Daduk. 2011. Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Dihubungkan dengan
Kepadatan dan Sebaran Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Hasil Tangkapan Purse Seine
di Selat Bali. J-PAL, Vol.1, No.2 [119] hal. 72-139.

Stewart, R.H. 2003. Introduction to Physical Oceanography. Departement of Oceanography


Texas A&M University.
Supangat, Agus.,Susanna. 2011. Pengantar Oseanografi. UI Press, Jakarta.
LAMPIRAN

PERHITUNGAN

1. Pengukuran Gelombang Tekanan ½ 2. Pengukuran Gelombang Tekanan 1


 Panjang akuarium (cm)  Panjang akuarium (cm)
x = 60 cm x = 60 cm

 Waktu (s)  Waktu (s)


t = 1,75 s t =3s

 Banyaknya gelombang  Banyaknya gelombang


n =3 n =2

 Tinggi (m)  Tinggi (m)


h̅ = 2 cm h̅ = 3 cm

 Panjang gelombang (cm)  Panjang gelombang (cm)


𝑥 𝑥
λ =𝑛 λ =𝑛
60 60
= = 2
3
= 20 cm = 30 cm
 Kecepatan (cm/s)  Kecepatan (cm/s)
𝛌 𝛌
v = v =
t̅ t̅
20 30
= 1,75 = 3
= 11,43c m/s = 10 c m/s
 Periode (s)  Periode (s)
t̅ t̅
T =n T =n
1,75 3
= =2
3
= 0,58 s = 1,5 s
 Amplitudo (m)  Amplitudo (m)
1 1
A =2 ℎ A =2 ℎ
1 1
=22 =23
=1 = 1,5
 Frekuensi gelombang (Hz)  Frekuensi gelombang (Hz)
𝑛 𝑛
f =𝑡 f =𝑡
3 2
= 1,75 =3
= 1,71 Hz = 0,6 Hz
3. Perhitungan Cahaya dan Kekeruhan

jarak cahaya
 persentase= panjang akuarium 𝑥 100%
38,5
 Berat Sedimen 0 gr = X 100% = 96,25%
40
38
 Berat Sedimen 5 gr = 40 X 100% = 95%
16
 Berat Sedimen 10 gr = 40 X 100% = 40%
14
 Berat Sedimen 15 gr = 40 X 100% = 35%
13
 Berat Sedimen 20 gr = 40 X 100% = 32,5%
12,5
 Berat Sedimen 25 gr = X 100% = 31,25%
40
FOTO-FOTO KEGIATAN

Cahaya dan Kecerahan Salinitas

Densitas Suhu

Miniatur gelombang tekanan ½


Miniatur gelombang tekanan 1

Anda mungkin juga menyukai