DASAR-DASAR OSEANOGRAFI
Oleh:
xxxxxxxxxxxxxx
NIM. H1H01300
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR OSEANOGRAFI 2015
Oleh:
xxxxxxxxx
NIM. H1H01300
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Oseanografi ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti responsi mata
kuliah dasar-dasar oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman. Dalam pembuatan laporan ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh sebab itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Isdy Sulistyo, DEA, selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar
Oseanografi,
2. Astri Ismayanti, selaku asisten kelompok 6 yang telah membantu tersusunnya laporan
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum Dasar-dasar
Oseanografi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan praktikum
Penulis
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
DASAR-DASAR OSEANOGRAFI
Oleh:
xxxxxxxxxx
NIM. H1H01300
2015
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh angin terhadap tipe atau karakteristik
gelombang, skala laboratorium dan dapat menjelaskan pengaruh data-data angin yang
1.2. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh beda salinitas terhadap densitas suatu
badan air dan dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada perubhan
densitas, serta mengetahui pengaruh beda temperatur terhadap densitas suatu badan air
dan dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada perubahan densitas.
1.3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sedimen terhadap suatu badan air dan
dapat menjelaskan tentang fenomena yang terjadi pada tingkat kekeruhan yang berbeda.
II. MATERI DAN METODE
2.1.2. Bahan
Akuarium
Penggaris
Sterofoam
Hasil
2.2.2. Densitas Salinitas
Akuarium
Garam
Zat Pewarna
Wadah
hasil
2.2.3. Densitas Temperatur
Akuarium
Air
Zat Pewarna
hasil
Akuarium
Sedimen
Senter
hasil
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
1 55 7 46 45 44
2 60 7 55 51 49
3 50 6 44 42 38
4 49 6 42 41 39
5 40 7 38 37 33
6 58 6 49 47 45
1 5 40 38
2 15 40 14
3 10 40 16
4 0 40 38,5
5 20 40 13
6 25 40 12,5
3.2. Pembahasan
Gelombang adalah pergerakan naik turun badan perairan yang dinyatakan dengan naik
turunnya permukaan air secara bergantian serta tidak stabilnya permukaan air karena
terjadinya pertukaran energi dengan sedikit kehilangan energi (Hutabarat, 1985). Gelombang
laut yang dihasilkan berasal dari tarikan yang dibuat oleh angin yang bertiup di
permukaannya. Hal ini terus menerus di alam dan memiliki tinggi kepadatan energi
dibandingkan dengan energi angin (Hindasageri, 2012). Kuat lemahnya gelombang ini
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin berhembus (duration), dan
jarak dari tiupan angin pada perairan terbuka (fetch). Ketinggian dan periode gelombang
tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh
gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin
besar (Hutabarat, S., & Evans, S.M. 2008 dalam Kurniawan, 2011 ). Menurut Grare (2013)
gelombang sangat mempengaruhi pertukaran momentum, energi mekanik, panas, dan gas
3
40
4
5
30
6
20 7
8
10 9
10
0 11
v n T H A t f
12
Parameter yang di hitung
50 3
4
40
5
30 6
7
20 8
10 9
10
0 11
v n T H A t f
12
Parameter yang di hitung
atau pemberat untuk menekan stereofom agar menghasilkan gelombang. Praktikum ini
dilakukan 2 kali percobaan yaitu tekanan ½ (Gambar 1.) dan tekanan 1 (Gambar 2.). Dari ke-
5ty12 kelompok pada perlakuan tekanan ½, yang memiliki tinggi gelombang tertinggi adalah
kelompok 4 yaitu sebesar 3 cm, dengan banyaknya gelombang 3, waktu yang dibutuhkan 1,51
detik, panjang gelombang 20 cm, kecepatan gelombang 13,24 cm/s, periode 0,503 s,
amplitudo 1,5 cm, dan frekuensi 1,987 Hz. Sedangkan pada perlakuan tekanan 1, yang
memiliki tinggi gelombang tertinggi adalah kelompok 7 yaitu sebesar 8 cm, dengan
kecepatan gelombang 20 cm/s, periode 3 s, amplitudo 4 cm, dan frekuensi 0,33 Hz. Artinya
bahwa panjang gelombang pada kedua perlakuan tersebut lebih besar dari tinggi
gelombangnya dan termasuk gelombang linier hal ini sesuai dengan pernyataan (Astu,dkk
2006 dalam Age, 2013) bahwa bentuk gelombang dibagi menjadi berbagi bentuk yang
masing-masing memiliki karakteristik dan energi yang berbeda. Secara umum ada dua jenis
gelombang yang sering dijumpai, yaitu gelombang linier, dan non linier. Gelombang linier ini
memiliki karakteristik berbentuk sinusoidal dengan panjang gelombang yang lebih besar dari
yang meruncing dan panjang gelombang yang mengecil. Menurut Nadia (2013) tinggi dan
periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh kecepatan angin (U), lama hembusan
Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan pengukuran gelombang dengan model mini
adalah dengan tekanan dari busa yang ditekan. Dengan tujuan menggambarkan kondisi
dimana gelombang dapat terbentuk dengan adanya tekanan, seperti dalam kenyataannya
gelombang dapat terjadi dari tekanan atmosfer. Hasil yang diperoleh dari penggambaran
dengan skala kecil ini menunjukan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan
angin. Sifat gelombang karena pengaruh angin tergantung pada kecepatan angin dimana
semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang yang terbentuk dan memiliki
kecepatan serta panjang gelombang yang besar (Davis, 1987).Gelombang terdiri dari panjang
gelombang. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah
lembah. Tinggi gelombang adalah jarak vertical antara puncak dan lembah gelombang.
Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk kembali pada titik
waktu.
Suhu dan salinitas merupakan faktor oseanografi yang mudah diukur tetapi berperan
penting dalam proses-proses fisika, kimia maupun biologi dilaut, seperti dalam proses
pencampuran, konsentari oksigen terlarut dan penyebaran organisme laut (Luasunaung et al,
2013). Salinitas dan suhu menentukan densitas air laut. Densitas merupakan faktor penting
Salinitas adalah jumlah gram zat-zat terlarut dalam satu kilogram air laut yang
dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat
terjadi fluktuasi. Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara di
laut tersebut. Salinitas di lautan terbuka yang jauh dari daerah pantai berkisar antara 34-37‰,
dengan rata-rata 35‰ (Brown and Rengi, 2013). Pada saat pasang, lapisan air bersalinitas
rendah cenderung lebih tebal dibanding pada saat surut. Tergantung pada kecepatan dan arah
angin relatif terhadap garis sungai, angin mempengaruhi ketebalan air bersalinitas rendah dan
yang terkandung dalam suatu benda. Suhu permukaan di perairan Indonesia mempunyai
kisaran antara 28-31 °C (Brown and Rengi, 2013). Menurut Stewart (2003), penyebaran suhu
secara horizontal pada permukaan laut membentuk zona berdasarkan letak lintang, semakin
mendekati garis khatulistiwa (lintang rendah) suhu akan semakin meningkat dan sebaliknya,
suhu akan semakin menurun mendekati kutub (lintang tinggi). Sebaran menegak suhu dapat
dilihat bahwa penurunan suhu perairan terjadi seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Penurunan nilai suhu ini dipengaruhi oleh bahang sinar matahari yang diterima oleh
permukaan perairan. Faktor yang mempengaruhi distribusi suhu secara vertikal antara lain
variasi jumlah panas yang diserap, pengaruh konduksi panas, perpindahan massa air oleh arus
dan pergerakan vertikal massa air. Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses:
Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang,
Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline)
dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang
Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat.
Densitas Salinitas
8 7
7
6
Salinitas (ppt)
5
5
4 3
30 Gram
3
2 1 50 Gram
1 0
0
Permukaan Tengah Dasar
Bagian Akuarium
menandai berbagai macam karakteristik massa air tersebut dipakai parameter suhu sebagai
indikator, karena itu karakter sebaran suhu dipakai untuk mengetahui adanya sebaran massa
air. Suhu air laut, terutama lapisan permukaan, ditentukan oleh pemanasan matahari yang
intensitasnya senantiasa berubah terhadap waktu, sehingga suhu air laut akan konstan dengan
perubahan intensitas penyinaran matahari tersebut. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara
Dasar akuarium nilai salinitas lebih tinggi dibadingkan dengan nilai salinitas pada
permukaan akuarium. Hal ini sebabkan karena fluida (air) yang mengandung zat terlarut maka
massa jenisnya akan bertambah. Akan tetapi pada bagian dasar akuarium temperature lebih
rendah dibandingkan dengan daerah percampuran (mixed layer). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Supangat dan Susanna, (2011) yakni, temperatur lebih mempengaruhi densitas
dibandingkan salinitas, contoh, untuk temperature yang besar dari 50C, perubahan temperatur
10C akan mempengaruhi densitas, tetapi perubahan salinitas berpengaruh hanyalah 0,1.
3.2.3. Cahaya dan Kekeruhan
Kecerahan
120
100
80
60
%
presentase
40
20
0
0 5 10 15 20 25
Kekeruhan (turbidity) adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang
ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan
yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh kandungan bahan organic dan
anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan orgsnik dan
anorganik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (APHA ,2005) dalam Yuni P.H et.al
Berdasarkan hasil praktikum cahaya dan kekeruhan diketahui pada substrat 0 cahaya
dapat menembus 38,5cm,pada 5 gram dapat menembus 38 cm,pada 10 gram dapat menembus
16 cm,pada 15 gram dapat menembus 14 cm,pada 20 gram dapat menembus 13 cm dan pada
25 gram dapat menembus 12,5 cm. Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor
penting untuk penentuan produktivitas suatu perairan alami. Meningkatnya kekeruhan dapat
menurunkan kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga
yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi
matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme.Cahaya yang dapat menembus semakin berkurang karena Hal
ini terjadi karna sedimen tepung yang dimasukan kedalam akuarium menjadi padatan
tersuspesi, dimana semakin tinggi jumlah padatan tersuspensi semakin sedikit jumlah cahaya
4.1. Kesimpulan
dengan gelombang yang terjadi di lautan yang luas. Hal tersebut dipengaruhi oleh angin
yang berehembus.
dikarenakan air yang mengandung zat terlarut maka massa jenisnya akan bertambah.
3. Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor penting untuk penentuan
kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga dapat
4.2. Saran
Diharapkan praktikum selanjutnya lebih baik lagi, alat-alat praktikum ditambah dan
Age, Iman Thantowi, Sutopo Purwono Fitri, St., Meng., Ph.D., Ir. Soemartojo Wa. 2013.Studi
Pengaruh Pola Gelombang Tak Beraturan (Irregular Waves) dan Variasi Tenaga pada
Sistem Konversi Pneumatis Energi Gelombang Laut. Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No.
1, 1-4
APHA . 2005. Standard Method for Examination of Water and Wastewater,20th Edition.
Washington DC : APHA (American Public Healt Asociation ) AWWA ( American
Water Works Asociation), and WCPF ( Water Control Pollution Asociation)
Brown, Athur., Pareng Rengi. 2013. Pelagic Fish Stock Estimation by Using the
Hydroacoustic Method in Bengkalis Regency Waters. Jurnal Berkala Perikanan
Terubuk Vol. 42. No.1 21 – 34
Hindasageri V. H. Ramesh and A. Gaurav Effect of Variation of Wave Height and Ocean
depth on the Performance of Savonius Rotors Utilizing the Orbital Motion of Ocean
Waves in Shallow Waters. Journal of Sustainable Energy & Environment 3 53-57
Kalangi, PNI., A Mandagi., KWA Masengi., A Luasunaung., FPT Pangalila.,M Iwata. 2013.
Sebaran Suhu dan Salinitas di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis
Vol. IX (2): 71-75
Kalangi, PNI., KWA Masengi., M Iwata., FPT Pangalila., IF Mandagi. 2012. Profil salinitas
dan suhu di Teluk Manado pada hari hari hujan dan tidak hujan. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis VII(3): 90-93.
Klemas, Victor. 2011. Remote Sensing of Sea Surface Salinity: An Overview with Case
Studies. Journal of Coastal Research, Vol 27 [5]: 830-838.
Kurniawan, Roni, M. Najib Habibie, Suratno. 2011. Variasi Bulanan Gelombang Laut Di
Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Volume 12 Nomor 3 - 221 – 232
Nadia, Prima, Muhammad Ali ,Besperi. 2013. Pengaruh Angin terhadap Tinggi Gelombang
pada Struktur Bangunan Breakwater Di Tapak Paderi Kota Bengkulu. Jurnal Inersia
Vol.5 No.1
NurjayaEt, Al. 2009. Pola Transformasi Gelombang Dengan Menggunakan Model Rpcwave
Pada Pantai Bau-Bau. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Dan Kelautan Tropis. Vol. 1 No
2.Hal. 60-71,
Setyohadi, Daduk. 2011. Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Dihubungkan dengan
Kepadatan dan Sebaran Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Hasil Tangkapan Purse Seine
di Selat Bali. J-PAL, Vol.1, No.2 [119] hal. 72-139.
PERHITUNGAN
jarak cahaya
persentase= panjang akuarium 𝑥 100%
38,5
Berat Sedimen 0 gr = X 100% = 96,25%
40
38
Berat Sedimen 5 gr = 40 X 100% = 95%
16
Berat Sedimen 10 gr = 40 X 100% = 40%
14
Berat Sedimen 15 gr = 40 X 100% = 35%
13
Berat Sedimen 20 gr = 40 X 100% = 32,5%
12,5
Berat Sedimen 25 gr = X 100% = 31,25%
40
FOTO-FOTO KEGIATAN
Densitas Suhu