Anda di halaman 1dari 464

Pembahasan MODUL 2

TIM UKMPPD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG
IPD
1. C. Insulin
• Keyword:
– Kesemutan + nyeri pada kedua kaki  neuropati perifer,
komplikasi DM
– Penyakit DM sudah sejak 10 tahun, obat rutin: glibenklamid 1×5
mg, metformin 3×500 mg  sudah minum 2 OHO
– Gula darah puasa: 220mg/dl, gula darah 2 jam post prandial:
298 mg/dl, HbA1c: 11  kontrol gula darah tidak tercapai.
• Terapi yang tepat: insulin
– Terapi nutrisi medis, olahraga teratur  semua pasien DM
selalu dimulai dengan ini
– Lanjutkan terapi oral  tidak mungkin
– Naikan dosis obat oral  H
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
2. B. TSH rendah, FT4 tinggi
BB menurun drastic,
peningkatan nafsu makan,
sering berkeringat, berdebar-
debar  Gejala Tirotoksikosis
+
Nodul difus pada leher yang
mengikuti pergerakan menelan
 Grave’s Disease

Grave’s disease dikenal sebagai


penyebab terbanyak 60-80%
dari tirotoksikosis

Sumber: Harrison 17th


• Pada Graves Disease
terdapat antibodi
terhadap reseptor
TSH  Memacu
produksi T4 di tiroid
Kadar T4 tinggi
Negative Feedback
ke Piutari TSH
turun
• Jadi T4 meningkat,
TSH rendah
3. A. Kekurangan zat yodium
• Keyword:
– Laki, 19 tahun, benjolan pada lehernya.
– Tinggal di lereng gunungan  jauh dari laut  yodium
tanah rendah
– Masyarakat setempat memiliki keluhan serupa  faktor
lingkungan
– Kurus dan terlihat benjolan di leher tanpa harus
menengadah.
• Etiologi penyakit di atas adalah kekurangan zat yodium
– Kekurangan energi protein  bukan kearah malnutrisi
– Kekurangan zat kalium  tidak berhubungan
– Kekurangan zat goitrogenik  goitrogenik  penyebab
goiter
– Kekurangan zat kalsium  tidak berhubungan
• Hipotiroidisme ini sering ditemukan di daerah
pegunungan.
• Pegunungan  dataran yang tinggi dan jauh dari
laut  kandungan yodium dalam tanahnya
sangat rendah
• Iodine  bahan penting dalam sintesis hormon
tiroid
• Kurangnya kadar hormon tiroid dalam darah 
TSH yang dikeluarkan meningkat  tidak bisa
memproduksi  pembesaran tiroid
Tingkat pembesaran tiroid
Zat goitrogenik
• Zat yang dapat menghambat pengambilan
iodium oleh tiroid, sehingga konsentrasi
iodium dalam kelenjar menjadi rendah.
• Contoh: kubis, umbi singkong, daun singkong
dan kacang-kacangan
4. D. Obesitas 2
• Keyword:
– BB 85 kg, TB 165 cm
• IMT= 85 / (1.65)2 = 31,2

• IMT= 85 / (1.65)2 = 31,2


5. A
• Keyword:
– Pasien, rutin konsumsi sulfonilurea dan metformin
• Waktu yang tepat untuk minum obat?
Sulfonilurea diminum 15 menit sebelum
makan, metformin diminum setelah makan
– Sulfonilurea sebelum makan (tidak boleh >15
menit)
– Metformin bersama makanan atau sesudah
makan
6. B. Memberikan obat golongan statin
• Keyword:
– Riwayat infark miokard
– Kolesterol total 250 mg/dl, trigliserida 160 mg/dl,
HDL 50 mg/dl, LDL 130 mg/dl  hiperkolesterol
dan trigliserida naik sedikit
• Terapi yang tepat adalah memberikan obat
golongan statin
– Gemfibrozil dan niasin  hanya untuk
hipertrigliserida
The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2012; 97(9): 2969-2989
7. C. Mengganti obat dengan kolkisin
• Keyword:
– Nyeri pada pangkal ibu jari kaki kanan  lokasi khas untuk
arthritis gout
– Setelah konsumsi obat penurun asam urat  nyeri
bertambah  diperkirakan obat yg daoat menurunkan
kadar asam urat dadakan seperti alopurinol
• Tindakan selanjutnya: mengganti obat dengan kolkisin
– Obat penurun asam urat  diberikan 2-4 minggu pasca
serangan karena perubahan kadar asam urat secara cepat
yang akan memicu rasa nyeri.
– Konsumsi obat penurun asam urat boleh dilanjutkan pada
pasien yang memang sudah mengkonsumsi lama obat
tersebut.
Acute Treatment for Gout
Drug Mechanism Comments
NSAIDs ↓ inflammation Gastritis; ↓ dose in renal
insufficiency
Colchicine Inhibit polymerization of Nausea, vomiting, diarrhea
microtubules  IV and high PO doses  bone
prevention of marrow suppresion, myopathy,
chemotaxis and neuropathy
phagocytosis ↓ dose in renal insufficiency
Corticosteroids ↓ inflammation Highly effective for recalcitrant
cases
Rule out joint infection first
Chronic Treatment for Gout
• ↓ urate production
– ↓ intake of meat and seafood
– ↑ intake of lowfat dairy products
– ↓ alcohol
– Weight control
• Avoid dehydration and hyperuricemic drugs (eg,
diuretics)
• Antihyperuricemic therapy (start 2-4 weeks after
acute attack)  allopurinol, probenecid,
sulfinpyrazone
8. A. HIV stadium AIDS
• Keyword:
– Penurunan berat badan, mencret, demam 1 bulan 
HIV wasting syndrome (pada HIV stadium IV atau
AIDS)
– Aktif hubungan seksual, tanpa kondom.
– CD4: 50  Infeksi Oportunistik berat, sesuai dengan
HIV wasting syndrome
• Diagnosis pada pasien adalah HIV stadium AIDS
– HIV Stadium III  Bila BB turun, diare kronis, demam
kronis hanya terjadi salah satu
• Fase perjalanan HIV
– Window period  hasil pemeriksaan antibodi
masih negatif
– Fase akut  flu-like symptom
– Fase laten  tidak ada gejala dan pasien merasa
sehat
– Infeksi oportunistik
– AIDS HIV dengan CD4 <200
Rangkuman dari Guideline WHO HIV Management 2010
Rangkuman dari Guideline WHO HIV 2010
9. C. IgM
• Keyword:
– Demam 5 hari, pusing, nyeri otot dan kadang
mual.
– Lab: Hb: 13,2 gr/dl, trombosit: 90.000,
hematokrit: 41%.
• Diagnosis: suspek dengue, pemeriksaan
penunjang adalah IgM anti dengue.
• IgM dengue positif mulai hari
ke-5 demam.
• Sedangkan NS1 dapat positif
sejak hari pertama demam,
kemudian menurun perlahan
sdh hari ke 9.

Sumber: CDC
10. C. Hepatitis B fase jendela
• Keyword:
– Kuning sejak 4 hari yang lalu, demam 1 minggu,
mual dan muntah  gejala akut  dd/ Hepatitis
A
– HBsAg dan anti HBs (-)  pasien pasti sudah
terinfeksi namun HBsAg dan antiHBs belum
muncul  periode jendela
• Diagnosis yang mungkin adalah hepatitis B
fase jendela
Infeksi hepatitis B akut atau “recent”
dengan periode jendela
• Pada window
period ini kita
sebaiknya
periksa IgM anti
HBc
• Bila pada
hepatitis kronik
aktif 
HbsAg(+) dan
HbeAg (+)
Sumber: Harisson 17th
Infeksi hepatitis B kronik

Sumber: Harisson 17th


Hepatitis B serologic markers
• After infected with HBV, the first virologic marker detected between 8–12
weeks HBsAg
• Circulating HBsAg precedes elevations of serum aminotransferase activity
and clinical symptoms by 2–6 weeks and remains detectable during the
entire icteric or symptomatic phase of acute hepatitis B and beyond.
• In typical cases, HBsAg becomes undetectable 1–2 months after onset of
jaundice
• After HBsAg disappears, antibody to HBsAg (anti-HBs) becomes detectable
in serum and remains detectable indefinitely thereafter.
• Anti-HBc is demonstrable within the first 1–2 weeks after the appearance
of HBsAg and preceding detectable levels of anti-HBs by weeks to months.
• Occasionally a gap of several weeks or longer may separate the
disappearance of HBsAg and the appearance of anti-HBs. During this
"gap" or "window" period, anti-HBc may represent the only serologic
evidence of current or recent HBV infection.
• Anti-HBc of the IgM class (IgM anti-HBc) predominates during the first 6
months after acute infection, whereas IgG anti-HBc is the predominant
class of anti-HBc beyond 6 months. Sumber: Harisson 17th
11. A. Pemberian 1 dosis HAV
imunoglobulin intramuskular
• Keyword:
– Demam sejak 2 minggu yang lalu, kuning, nyeri perut
kanan atas, muntah-muntah  menguningnya kulit dan air
kencing berwarna coklat gelap.
– Pembesaran hepar dan nyeri hipokondrium kanan.
– Peningkatan SGPT dan SGOT.
• Diagnosis: hepatitis A.
– Biasanya hepatitis B akut tidak bergejala (atau gejala
ringan)
• Profilaksis untuk yang serumah (kontok fekal oral)
dengan pasien adalah pemberian 1 dosis HAV
imunoglobulin intramuskular.
12. E. Cek Anti HBs
• Keyword:
– Tertusuk jarum hepatitis B dan divaksinasi
hepatitis B 1 tahun yang lalu.
• Tindakan selanjutnya adalah cek Anti HBs.
Dalam menangani paparan darah terhadap hepatitis B perlu diperhatikan:
1. Status hepatitis SUMBER
2. Status Vaksinasi YANG TERPAPAR
3. Respons Imun YANG TERPAPAR (Kadar anti HBs)
Pada kasus ini:
1. Tertusuk jarum pasien dengan hepatitis B  Status sumber HbsAg (+)
2. Koas sudah divaksin 1 tahun lalu  Pihak terpapar sudah vaksinasi (+)
3. Titer anti HBs yang terpapar  Belum diketahui  Periksa!

Bila diperiksa anti HBs ternyata:


Titer antiHBs≥10mIU/ml : Tidak perlu profilaksis
Titer antiHBs<10mIU/ml : Berikan Imunoglobulin HepB + Re-Vaksinasi
Atau 2x Imunoglobulin HepB
Sumber: CDC
13. D. Hiperamonia
• Keyword:
– Penurunan kesadaran, dan pernah seperti ini
sebelumnya
– Asites, sklera mata kuning, edema tungkai, vena
kolateral di abdomen  sirosis hepatis
• Diagnosis: ensefalopati hepatikum.
– Koma reversibel pada penderita gangguan hati yang
berat dan kronik, yang mengkonsumsi protein
berlebihan
– Penyerapan hasil metabolisme protein yang
mengandung nitrogen dari usus  kenaikan amonia
 gangguan sistem saraf pusat
Gejala Uremia
14. A. Hepatitis A
• Keyword:
– Sklera ikterik, hepatomegali 3 jari di bawah arcus
costa  hepatitis
– Senang makan di pinggir jalan, riwayat teman-
teman mengalami hal yang sama  kemungkinan
penularan fekal oral
• Diagnosis: Hepatitis A
– Hepatitis B, Hepatitis C, Kolesistitis  penularan
non oral
– Leptospirosis  biasanya pajanan urin hewan
Selanjutnya pasien perlu diperiksa ALT dan AST,
serta dengan IgM anti HAV
15. D. Katup mitral tidak membuka
secara maksimal
• Keyword:
– Bising diastolik, kemungkinan: stenosis mitral, stenosis
trikuspidal, regurgitasi aorta, atau regurgitasi pulmonal
– Lokasi bising berpusat di apex Katup mitral
– EKG didapat sumbu ke kanan (RAD) dan LAA (left atrium
abnormality) Tanda adanya hipertensi pulmonal
• Diagnosis: mitral stenosis (katup mitral tidak dapat
membuka maksimal)
– Katup mitral tidak menutup adekuat  mitral regurgitasi
– Katup trikuspid tidak membuka secara maksimal 
trikuspid regurgitasi
• Penyebab tersering stenosis mitral:Rheumatic fever
• Penyebab lain:
– congenital mitral valve stenosis, cor triatriatum, mitral
annular calcification, systemic lupus erythematosus,
rheumatoid arthritis, left atrial myxoma, dan infective
endocarditis with large vegetations.
• Komplikasi:
– Cardiac Output menurun pada MS berat
– Hipertensi pulmonal, akibat:
• Tekanan backward akibat tingginya tekanan di atrium kiri
• Edema pada dinding pembuluh darah jaringan paru
– Hipertensi pulmonal lalu menyebabkan:
• Pembesaran Ventrikel Kanan
• Regurgitasi pulmonal dan tricuspid sekunder
• Gagal jantung kanan

Sumber: Harisson 17th


16. A. Losartan
• Batuk tidak berdahak, tidak ada demam, tidak
ada penurunan berat badan, tidak ada sesak
napas  Penyebab batuk non-infeksi
• Penyebab batuk diduga obat HT ACE inhibitor
• Pasien memiliki riwayat DM dan gagal jantung
(+) Obat anti HT pilihan adalah ACE inhibitor
dan Angiotensin Receptor Blocker
• Karena pasien batuk kering, maka pilihan jatuh
pada Angiotensin Reseptor Blocker (Losartan)
Sumber: JNC 7
17. E. Regurgitasi Mitral
• Keyword:
– Lokasi: ICS IV linea midclavicularis sinistra,
menjalar ke lateral kiri  katup mitral
– murmur sistolik di katup mitral  regurgitasi
• Diagnosis: mitral regurgitasi
Murmur Sistolik
• Systolic ejection murmur
– Stenosis aorta: Terdengar paling baik di area aorta
(ICS 2-3) menjalar ke arah leher
– Stenosis pulmonal: Paling baik di ICS 2-3 kiri,
penjalaran bisa ke arah leher atau bahu kiri, tidak
seluas stenosis aorta
Murmur Sistolik
• Holosistolik murmur
– Regurgitasi mitral: Terdengar paling baik di apex
menjalar ke axilla kiri
– Regurgitasi trikuspid: Terdengar paling balik di
linea sternalis kiri bawah, menjalar ke kanan
sternum
– VSD: Paling baik di ICS 4-6, tidak ada penjalaran ke
axilla
• Late systolic murmur
– Regurgitasi oleh prolaps mitral
Murmur Diastolik
• Early diastolik
– Regurgitasi aorta: Di linea sternal kiri ICS 3-4
– Regurgitasi pulmonal: Di area pulmonal
• Mid to late diastolik
– Stenosis mitral: Di apex
– Stenosis trikuspid: Di bawah sternum, dekat
prosesus xifoideus
Murmur Kontinu
• Pada Patent Ductus Arteriosus
18. B. Stable angina pectoris
• Keyword:
– Nyeri ulu hati, semakin sering bila pasien
beraktivitas ringan dan berkurang saat istirahat 
nyeri khas jantung (angina pectoris), berkurang
saat istirahat (stabil)
• Diagnosis: Stable angina pectoris
– Unstable angina pectoris, ACS  nyeri tidak hilang
dengan istirahat
– Gastritis akut, ulkus duodenum  keluhan
berhubungan dengan makanan
• Angina  Nyeri dada akibat iskemia otot
jantung
– Stable angina: nyeri saat aktivitas dan stress,
membaik dengan istirahat dan nitrogliserin
– Unstable angina
• Sindrom Koroner Akut (Unstable angina,
NSTEMI, STEMI)
– Angina timbul > 20 menit
– Timbul saat aktivitas ringan
– Meningkat dalam intensitas, frekuensi, durasi
• Ada 3 kriteria nyeri tipikal angina pada
angina stabil/Stable angina: Nyeri dada
substernal, semakin nyeri saat aktivitas,
hilang dengan istirahat/nitrogliserin
Sumber: ESC guideline 2006
19. C. Omeprazole
• Keyword:
– Nyeri dan rasa panas di dada, tidak menjalar ke
bahu dan lengan, pahit dan asam di mulutnya,
sering tertidur segera setelah makan 
berhubungan dengan lambung.
• Diagnosis: GERD (Gastroesofageal Reflux
Disease)
– Pengobatan lini 1: omeprazole
• Gejala khas GERD:
– Typical esophageal symptoms include the following:
• Heartburn
• Regurgitation
• Dysphagia
– Abnormal reflux can cause atypical (extraesophageal)
symptoms, such as the following:
• Coughing and/or wheezing
• Hoarseness, sore throat
• Otitis media
• Noncardiac chest pain
• Enamel erosion or other dental manifestations
• Komplikasi yang ditakuti  Esofagitis Barrett
berpotensi maligna
• Obat pilihan pada GERD  PPI (lihat guideline berikut)
Sumber: American College of Gastroenterology GERD Guideline 2013
Sumber: American College of Gastroenterology GERD Guideline 2013
20. B. Ulkus duodenum
• Keyword:
– Nyeri timbul terlambat makan dan berkurang
setelah makan.
• Diagnosis: ulkus duodenum
• Ulkus lambung
– Nyeri ulu hati/di sebelah kiri perut, rasa tidak nyaman,
muntah
– Timbul setelah makan
• Ulkus duodenum
– Nyeri di tengah-kanan membaik setelah makan
– Nyeri bermula di satu titik (pointing sign), akhirnya
difus, menjalar ke punggung
– Nyeri timbul saat merasa lapar, bisa membangunkan
pasien tengah malam (HPFR  Hunger Pain Food
Relief)
21. C. Pengobatan Sisipan
• Berdasarkan
pedoman Depkes
TB 2011, pada
akhir fase intensif
2 bulan bila
sputum masih
(+), diberikan OAT
sisipan selama 1
bulan.
Sumber: Pedoman Nasional Penanggulangan
TB Depkes 2011
Sumber: WHO TB Guideline 2010

For your info:


• Pada Guideline TB dari WHO terbaru 2010, sebetulnya Fase Sisipan
sudah tidak direkomendasikan lagi, jadi dari Fase intensif apabila
sputum masih (+) lanjut ke Fase Sisipan langsung dengan
memperhatikan kualitas dan evaluasi kepatuhan minum obatnya

• Namun pedoman dalam menjawab UKDI kita sesuaikan dengan


pedoman dari Depkes, sehingga Fase sisipan OAT 1 bulan masih kita
lakukan apabila sputum (+) pada akhir bulan ke-2
22. C. Pirazinamid
• Keyword:
– Nyeri pada perut kanan atas disertai mual
muntah. Sedang minum OAT Drug-induced
hepatitis
• Penyebab OAT utama: ADA 3 yaitu:
PIRAZINAMID, INH, RIFAMPISIN
• Namun diantara ketiga OAT tersebut yang
menimbulkan hepatotoksik tersering dan
terparah adalah Pirazinamid
23. A. Hentikan semua OAT
• Keyword:
– Terapi OAT mulai sejak 1 minggu yang lalu, ES:
sklera ikterik dan hepatomegaly Ikterus dan
hepatitis imbas obat  Termasuk Efek samping
OAT Mayor
• Efek samping MAYOR  STOP OAT! Sambil
satu persatu dicari OAT penyebab
– 3 obat penyebab icterus dan hepatitis imbas obat
tersering  Pirazinamid > INH > Rifampisin
Sumber: Rangkuman Guideline TB WHO 2010
Langkah Reintroduksi OAT sambil mencari
tahu OAT penyebab
• Bila tanda dan gejala sudah mereda maka OAT diberikan
kembali secara bertahap satu persatu sambil mencari OAT
penyebab:
– OAT yang pertamakali diberikan adalah rifampisin
– Setelah 3-7 hari pemberian rifampisin ditoleransi, diberikan
isoniazid
– Bila pasien mampu mentoleransi pemberian ulang rifampisin dan
isoniazid, tidak dianjurkan diberikan ulang pirazinamid
• Bila OAT penyebab adalah rifampisin, maka regimen OAT yang
dianjurkan menjadi 2HES/10HE
• Bila OAT penyebab adalah isoniazid, maka regimen OAT yang
dianjurkan menjadi RZE selama 6-9 bulan
• Bila pirazinamid dihentikan sebelum selesai fase intensif maka
regimen OAT yang dianjurkan menjadi RH selama 9 bulan
• Bila salah satu rifampisin maupun isoniazid tidak bisa ditoleransi,
maka menggunakan terapi OAT non-hepatotoksik yaitu
streptomisin, ethambutol, dan fluorokuinolon dimulai atau
dilanjutkan hingga total 18-24 bulan
Sumber: Rangkuman Guideline TB WHO 2010
24. A. AB
• Keyword:
– Menggumpalkan anti-A dan anti-B  mempunyai
antigen A dan B.
• Golongan darah pasien ini AB
36. A. AB
25. C. Anemia aplastik
• Keyword:
– Keluhan lemas sejak + Hb 7.2 Anemia
– Memar-memar di kakinya + trombosit 120.000
Trombositopenia
– Sering flu + leukosit 3700  Leukopenia
– Anemia + Leukopenia + Tromositopenia 
Pansitopenia
• Diagnosis: Anemia Aplastik
– Penyebab pansitopenia paling utama:
• Puncak kejadian kasus ada 2, yakni
umumnya muncul pada usia 15-25
tahun dan setelah usia 60 tahun

Sumber: Harrison 17th


26. B. Ferritin, SI, TIBC
• Keyword:
– Hb 9,8; MCV 72 anemia mikrositik hipokrom
• Rencana pemeriksaan selanjutnya: ferritin, SI,
TIBC
• Ferritin: Cadangan besi dalam tubuh
– Male 20-250 μg/L
– Female 15-150 μg/L
• Serum iron: Penghitungan jumlah yang
berikatan ke transferin
– Male 65–177 μg/dL (11.6–31.7 μmol/L)
– Female 50–170 μg/dL (9.0–30.4 μmol/L)
• TIBC: Kapasitas transferin serum mengikat besi
– 250–370 μg/dL (45-66 μmol/L)
27. B. Nalokson
• Keyword:
– Pingsan/tidak sadar dengan jarum dan botol suntikan
 susp. IV drug user
– Pupil miosis, kemungkinan besar:
• Intoksikasi morphin atau intoksikasi organofosfat
– Kalau midriasis, biasanya:
• Overdosis kokain atau amfetamin (shabu/ecstasy)
• Tanda miosis + jarum suntik kuat mengarahkan ke
penyebabnya keracunan Morphin
– Terapi: Nalokson
Sumber: Current Diagnosis and Treatment 6th 2008 Emergency Medicine
• Intoksikasi opioid (morphin/heroin)
– Maintain adequate airway and ventilation
– Give naloxone (a specific narcotic antagonist) to all patients with
suspected opiate overdose. Start with 0.4-2 mg intravenously.
Repeat 2 mg every 2-3 minutes 3 or 4 times if no response occurs
and narcotic overdose is suspected. No more than 10 mg.
– Naloxone has a half-life of 1 hour and effects lasting only 2-3 hours
(shorter than many opiates), permitting the patient to lapse into
coma again.
– If relapse occurs, a naloxone continuous infusion may be started, :
approximately two-thirds of the dose required to initially awaken
the patient given over each hour.
– Nalmefene (2 mg) : long-acting opioid antagonist last for as long as
8 hours, thereby reducing the need for any drips or repeated doses
of naloxone
– Naloxone is still the preferred initial antidote for comatose patients
when the cause is uncertain because it will produce a shorter
period of withdrawal in the chronically opioid-dependent patient

Sumber: Current Diagnosis and Treatment 6th 2008 Emergency Medicine


• Organofosfat poisoning
– MNEMONIC signs:
• SLUDGE (salivation, lacrimation, urination, diarrhea,
GI upset, emesis)
• DUMBELS (diaphoresis and diarrhea; urination;
miosis; bradycardia, bronchospasm, bronchorrhea;
emesis; excess lacrimation; and salivation).
– Give: Atropine IV (adult 2mg, child 0.02mg/kg),
repeated every 10 mins until there is
improvement or obvious signs of atropinization
(dry mouth, tachycardia, dilated pupils):

Sumber: Oxford Handbook Accident and Emergency 2nd ed


28. C. Asma bronkial persisten sedang
• Keyword:
– Sesak nafas yang hilang timbul, sesak nafas di malam
hari > 2 kali dalam seminggu, episode sesak dirasakan
sering  mengarahkan ke asma persisten sedang
– Spirometri: arus puncak ekspirasi 70% dan variabilitas
arus puncak ekspirasi > 30%  untuk pembagian yang
lebih pasti, lihat selalu nilai spirometri
• Diagnosis pada pasien ini adalah? asma bronkial
persisten sedang
• Anamnesis Asma:
– Gejala episodik
– Reversibel, dengan atau tanpa pengobatan
– Timbul/memburuk pada malam/dini hari
– Respon terhadap bronkodilator
– Terdapat faktor risiko yang bersifat individual
• Pemeriksaan fisis:
– PF dapat normal
– Wheezing
– Ekspirasi memanjang
Pemeriksaan Penunjang
• Spirometri
– Obstruksi: VEP1 < 80% nilai prediksi
– Reversibilitas: perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan,
atau setelah inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator
oral 10-14 hari, atau steroid oral/inhalasi 2 minggu
• APE
– Dinilai dengan spirometri atau peak expiratory flow
meter (PEF meter)
– Reversibilitas: perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan,
atau setelah inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator
oral 10-14 hari, atau steroid oral/inhalasi 2 minggu
– Variabilitas harian (dinilai 1-2 minggu): > 20%
• Pemeriksaan lain: uji provokasi bronkus, status
alergi
29. A. Inhalasi short acting beta
agonist
• Keyword:
– Sesak berulang, terutama menjelang pagi, wheezing
(+)  Serangan asma
• Pilihan terapi awal pada serangan Asma ringan,
sedang, berat  Inhalasi Short acting Beta-2
Agonis, setelah itu dilihat dengan respons
perbaikan. Bisa diulang 3x/20 menit.
• Bila serangan asma mengancam jiwa 
Langsung inhalasi Beta-2 agonis + antikolinergik +
O2 + Kortikosteroid IV +/- aminofilin
Sumber: Konsensus Penatalaksanaan Asma PDPI
Sumber: Konsensus
Penatalaksanaan
Asma PDPI
30.D. Gangguan Fungsi Trombosit
• Keyword:
– Perdarahan sejak cabut gigi 1 jam yang lalu.
– Rutin mengkonsumsi aspirin selama beberapa tahun.
• Kemungkinan penyebab perdarahan pada pasien
adalah konsumsi aspirin.
– Aspirin dapat menghambat agregasi trombosit.
– Aspirin mengurangi aktivasi trombosit dengan
menghambat kerja siklooksigenase, sehingga sintesa
prostaglandin dan tromboksan A2 menjadi terhambat.
FARMAKOLOGI
31. D. salep
• Keywords: wanita 35 th, gatal & penebalan pd
leher & pergelangan kaki; st dermato:
hiperpigmentasi dan likenifikasi
“Basah ketemu basah, kering ketemu kering”

• 3 vehikulum dasar: cairan, bedak, salep


• 4 vehikulum campuran: bedak kocok (cairan +
bedak), krim (cairan + salap), pasta (salap +
bedak), dan linimen/pasta pendingin (cairan +
bedak + salap)
Cairan (kompres)
• Membersihkan debris (pus, krusta)
• Melunakkan vesikel, bula, pustul
• Meringankan eritema yang mencolok (mis. erisipelas)
Bedak
• Bersifat mendinginkan, mengurangi gesekan
• Supaya vesikel tdk pecah (: varisela, herpes zoster)
• U/ dermatosis yang kering dan superfisial, tidak boleh
pd yg basah
Salep
• U/ dermatosis yang kering & dalam, bersisik & berkrusta
• Jangan di daerah berambut
Bedak kocok
• U/ dermatosis kering dan superfisial yg luas
• Jangan di daerah berambut
Krim
• Indikasi kosmetik
• U/ dermatosis lebih dalam yg luas
• Boleh pd daerah berambut
Pasta
• U/ dermatosis yg agak basah
Linimen
• U/ dermatosis subakut
32. D. Syr. Pirantel pamoat 125
mg/5ml Fl No. I S 1 dd I Cth p.d.sing
• Keywords: bayi 10 bln, gatal anus pd malam
hari, rewel, tdk mau menyusu
• Dx: Enterobiasis
– Pruritus ani/vulva, terutama malam hr, enuresis
– Penemuan cacing di tinja/perineum,
ekskoriasi/eritema perineum/vulva
– Tx: pirantel pamoat single dose, minum bersama
makanan; 2 mg kemudian minum 1x lagi
• S 3 dd I Cth pc = 3x sehari setelah makan
• Sue 2 dd applic part dol = utk pemakaian luar,
aplikasi pd area yg sakit 2x sehari
• Suc = cara pemakaian sudah diketahui pasien
• S 3 dd gtt I ODS = 3x sehari 1 tetes pd mata
kanan & kiri
• S 1 dd I Cth p.d.sing: 1x sehari , single dose
– pro dosis singularis (p.d.sing)
33. C. Beta Blocker
• Keywords: riw nyeri dada, HT, asma
• Beta blockers
– Memblok reseptor Beta-1 (primarily located in
cardiac tissue)  me↓ HR & kontraktilitas
jantung
– Kontraindikasi: hipersensitivitas, syok
kardiogenik/gagal jantung, sinus bradikardia
parah, 2nd and 3rd degree heart block, asma
bronkial, PPOK
34. D. Pirazinamid
• Pengobatan OAT aktif, nyeri dan bengkak pada sendi,
peningkatan asam urat  hiperurisemi adalah salah
satu efek samping pirazinamid
35. E. Streptomisin
• Ibu hamil, pengobatan TB, obat TB yang
menyebabkan gangguan pendengaran 
streptomisin
RADIOLOGI
36. B. Top lordotik Susp. TB Paru
• Keywords
– S: batuk 3 bulan
– O: LED 40 mm/jam, foto thorax PA: infiltrat di apex
dengan hiperselularitas costae dan klavikula
• Kemungkinan diagnosis kerja pada pasien ini
adalah susp. TB paru.
• Untuk melihat apex paru lebih jelas perlu
dilakukan foto thorax top lordotik untuk
menghilangkan superposisi costae dan klavikula
• Jawaban: B. Top lordotik
37. A. Foto polos kepala posisi waters
• Keywords:
– S: sakit kepala di daerah pipi, hidung tersumbat, batuk, pilek,
demam
– O: nyeri tekan sinus maksilaris
• Dipikirkan diagnosis kerja berupa sinusitis maksilaris.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto
polos kepala posisi waters atau CT scan kepala (gold
standard)
– Dilihat apakah ada perselubungan atau gambaran air fluid level
pada foto
• Karena ketersediaan CT scan yang jarang, maka disarankan
dilakukan foto polos posisi waters
• Jawaban: A. Foto polos kepala posisi waters
38.B. Foto Thorax PA
• Keywords: arah sinar dari posterior ke anterior
• Foto thorax PA
– Arah sinar dari posterior ke anterior
– Kaset di depan dada pasien
– Dilakukan pada pasien yang dapat berdiri
– Kelebihan: tidak terjadi magnifikasi (pembesaran) jantung
• Foto thorax AP
– Arah sinar dari anterior ke posterior
– Kaset di belakang punggung pasien
– Dilakukan pada pasien yang hanya dapat tidur
– Kekurangan: ada magnifikasi jantung (kesan jantung membesar,
padahal tidak)
• Jawaban: B. PA (Posterior Anterior)
39. D. USG
• Keywords:
– S: anuria, mual, muntah, riwayat nyeri pinggang sejak 1 tahun yang
lalu
– O: nyeri ketok CVA kiri (+)
• Dipikirkan diagnosis kerja nefrolitiasis sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang radiologis
• Modalitas pemeriksaan batu saluran kemih
– Foto polos abdomen (BNO): hanya (+) jika batu radioopaque
– BNO+IVP: dilakukan bila pada BNO tidak ditemukan gambaran batu
DAN bila fungsi ginjal pasien baik
– USG: dilakukan bila pada BNO tidak diteukan gambaran batu DAN
terjadi penurunan fungsi ginjal; dapat mendeteksi batu radioopaque
dan radiolusens
• Pada pasien ini terjadi penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan
anuria. Sehingga modalitas yang dipilih adalah USG ginjal.
40. A. Ileus
• Keywords:
– S: perut semakin membesar
– O: riwayat tumor ovarium
• Foto polos abdomen menunjukkan adanya
gambaran udara usus yang menyebar
sepanjang usus yang mengarah pada
kemungkinan ileus obstruktif
THT
41. E. Cavum cranii
• Petinju mendapat pukulan di hidung, lalu
keluar cairan dari hidung secara terus
menerus
• Cairan kemungkinan berasal dari: E. Cavum
cranii
• Sinus paranasal  berisi udara
– Dari soal yang keluar adalah cairan, jadi tidak
mungkin dari sinus paranasal
• Pada trauma wajah, fraktur os nasal sering
disertai fraktur bagian kranium lainnya
• Cairan yang mengalir dari hidung mungkin
menunjukkan kebocoran CSF karena fraktur
basis kranii
42. B. Antibiotik, antipiretik,
dekongestan, dan ear toilet H2O2 3%
• Keywords:
– S: Keluar cairan dari telinga kanan, riwayat batuk
pilek
– O: demam, telinga kanan: sekret mukopurulen (+),
perforasi sentral (+)
• Dipikirkan diagnosis kerja OMA stadium
perforasi  th/ Antibiotik, antipiretik,
dekongestan, dan ear toilet H2O2 3%
OMA – Patogenesis
OMA – Manifestasi Klinis dan
Tatalaksana
OTITIS MEDIA AKUT Tata laksana
Manifestasi klinis, tergantung stadium • Oklusi: obat tetes hidung (Efredin HCl
• Oklusi: retraksi membran timpani 0,5%) + antibiotik
• Hiperemis: MT hiperemis dan edema • Hiperemis: antibiotik + obat tetes
• Supurasi: Telinga bulging, sangat hidung + analgetik + miringotomi
nyeri, nadi dan suhu meningkat • Supurasi: antibiotik + miringotomi
• Perforasi: Ruptur MT, nadi dan suhu • Perforasi: antibiotik + obat cuci
menurun, nyeri reda telinga
• Resolusi: MT menutup, sekret hilang. • Resolusi: antibiotik
Kegagalan stadium resolusi
menyebabkan OMSK. Setelah miringotomi atau perforasi
Seluruh gejala sering disertai riwayat ISPA lakukan cuci telinga dengan H2O2 3%
dan gangguan pendengaran. selama 3-5 hari.

Antibiotik lini-1: Amoxicillin 80-90


mg/kg/hari PO dibagi 2x/hari selama 10
hari
43. D Laringoskop
• Keyword:
– Sesak nafas, berkurang bila tidur miring atau
memakai bantal sejak 2 bulan yg lalu, sembuh
dengan sendirinya
– Stridor inspirasi dan retraksi ringan suprasternal
(+).
– Radiologis: Penyempitan di daerah laring.
• Diagnosis: Laringomalasia
– Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menilai laring: Laringoskop
Laringomalasia
• Merupakan kelainan kongenital kartilago
laring
• Gejala mulai bulan ke-2:
– Stridor, retraksi daerah suprasternal, epigastrium,
interkostal dan supraklavikular
– Tidak ada gangguan makan dan minum
• Laringomalasia akan resolusi saat sekitar 2
tahun
• Pencegahan: dengan mencegah inflamasi di
saluran nafas, seperti rhinofaringitis akut
44. C. Dix-Hallpike manuver
• Keyword:
• Pusing berputar sejak 1 minggu yang lalu.
• Mual (+), muntah (+), keluhan tidak berkurang
bila istirahat. Riwayat kecelakaan lalu lintas (+)
• Pada pasien dipikirakan terjadi vertigo akibat
post trauma  BPPV
– Cara pemeriksaan : Dix- Hallpike manuver
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran ± -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas
Penyebab Neuritis vestibuler Stroke batang otak
BPPV TIA vertebrobasiler
Meniere disease Migren basiler
Trauma Trauma
Fisiologis (mabuk) Perdarahan serebelum
Obat-obatan Infark batang otak/serebelum
Neuroma akustik Degenerasi spinoserebral
Nistagmus Horizontal atau rotatoar Vertikal
45. B. Toxoplasmosis
• Keyword:
– Kebiasaan makan daging sate setengah matang
– Pembesaran kelenjar di leher, tidak nyeri,
berdiameter 1x1 cm, kenyal.
– Lab: leukositosis.
• Diagnosis paling mungkin: Toksoplasmosis
• Toksoplasmosis pada pasien imunokompeten:
– 80-90% asimptomatik
– Memberikan gambaran pembesaran limfonodus
servikal yang tidak nyeri, diameter kurang dari 3
cm
– Demam, malaise, keringat malam, mialgia
• Tanda infeksi:
– Leukositosis
– Makan daging setengah matang  dapat
mengandung kista jaringan yang terdapat pada
feses kucing
46. B. Allergic crease
• Perempuan, bersin pada pagi hari. Sering
menggosok-gosok hidung hingga terbentuk
garis di sekitar dorsum nasi  allergic crease
Tanda Alergi
• Allergic shiners • Allergic salute
– Dark circles under the – The way that many
eyes are due to swelling children use the palm of
and discoloration from their hand to rub and
congestion raise the tip of their
nose to relieve nasal
itching and congestion
• Allergic crease • Dennie morgan lines
– A line across the bridge – Crease-like wrinkles that
of the nose usually the form under the lower
result of allergic salute eyelid folds (double skin
folds)
• Mouth breathing • Allergic (adenoidal) face
– Akibat kongesti nasal  (long face syndrome)
disertai dengan – Akibat pembesaran
development of a high, adenoid 
arched palate, an menyebabkan ‘tired and
elevated upper lip, and droopy appearance’
an overbite
• Postnasal drip
– From allergic mucus
building up and being
discharged into the
throat
– Serious nasal allergies
also reduce the sense of
taste and smell.
47. C. Matikan kecoa lalu dikeluarkan
• Serangga dalam liang telinga
• Prinsip : binatang dimatikan dengan
meneteskan pantokain, silokain, minyak atau
alkohol sebelum dikeluarkan
48. E. Telinga kiri normal, telinga kanan
tuli sensorineural
• Keywords
– O: Swabach memendek
telinga kanan, Rinne (+)
kedua telinga, Weber
lateralisasi ke kiri
• Jadi pada pasien ini
terjadi tuli sensorineural
telinga kanan dan telinga
kiri normal
49. E. Korpus Alienum
• Keyword:
– Anak berusia 5 tahun
– Hidung berbau busuk sejak 1 minggu yang lalu.
– Hanya pada hidung sebelah kanan dan disertai
dengan pilek.
– Demam (-), mimisan (-), telinga dan tenggorok
normal
• Diagnosis: Korpus alienum
50. C. Kesulitan tidur selama 1 bulan
• Keyword:
– Sering terbangun saat tidur, mengorok
– Tonsil T3/T4, tidak hiperemis, terdapat pelebaran
kripta dan detritus (+).
• Diagnosis: tonsilitis kronis dengan obstruksi
saluran napas.
– Indikasi pengangkatan tonsil: kesulitan tidur
selama 1 bulan
Indikasi Absolut Indikasi Relatif
a) Pembengkakan tonsil yang a) Terjadi 3 episode atau lebih
infeksi tonsil per tahun dengan
menyebabkan obstruksi saluran terapi antibiotik adekuat
napas, disfagia berat, gangguan b) Halitosis akibat tonsilitis kronik
tidur dan komplikasi yang tidak membaik dengan
kardiopulmoner pemberian terapi medis
b) Abses peritonsil yang tidak c) Tonsilitis kronik atau berulang
pada karier streptokokus yang
membaik dengan pengobatan tidak membaik dengan
medis dan drainase pemberian antibiotik β-
c) Tonsilitis yang menimbulkan laktamase resisten
kejang demam • Jawaban: A. Kesulitan tidur
selama 1 bulan
d) Tonsilitis yang membutuhkan
biopsi untuk menentukan
patologi anatomi
BEDAH
51. B. Fraktur Galeazzi
• Keywords: jatuh dengan
tangan menyangga,
fraktur radius distal +
dislokasi processus
styloideus ulna
• Fraktur radius + dislokasi
sendi radioulnar distal =
Fraktur Galleazi
– Akibat beban pd
hyperpronated forearm
• Fr Montegia = dislokasi sendi radioulnar
proksimal yang menyertai fraktur forearm
• Fr Barton = Distal Radius Fractures = fraktur
pada area artikuler distal & metafisis
Fraktur Galeazzi:
Fraktur radius dengan
dislokasi sendi radioulnar
• Fr Colles = fraktur radius distal dengan/tanpa
ulna, fragmen fraktur distal ke dorsal
• Fr Smith = fraktur radius distal dengan/tanpa
ulna, fragmen fraktur distal ke volar
52. C. FAM
• Keywords: wanita 18 tahun, massa payudara
kiri sejak 2 tahun, nyeri (-), kenyal, batas jelas,
mobile
• FAM
– Massa payudara paling umum pd wanita <25 th
– Massa tunggal (10-15% multipel), padat, kenyal,
licin, mobil, nyeri (-), 1-5 cm (bs bertambah besar)
• Ca mammae = curiga bila massa keras,
ireguler, terfiksasi
– Disertai perubahan ukuran/bentuk payudara
(asimetri payudara), perubahan kulit (bengkak,
penebalan, radang, edema/peau d’ orange),
abnormalitas puting (retraksi, inversi, bloody
discharge, ulserasi), massa aksila
• Payudara fibrokistik = massa jinak payudara,
periodic swelling (bisa nyeri) berkaitan dengan
siklus menstruasi
• Phyllodes tumor = nodul besar (rata-rata 5 cm),
soliter, padat; terutama pada wanita 40-50 tahun
– 10% ganas
• Papiloma duktus = tumor jinak duktus payudara,
biasanya dekat puting, discharge jernih/berdarah
– Papiloma multipel = risiko ca payudara >
53. B. Hipospadia
• Keywords: bayi laki-laki 1
tahun, rewel, tidak bisa
BAK, lubang kencing di
bawah batang penis
• Hipospadia
– OUE di ventral penis
proksimal dari ujung glans
(bisa di skrotum/perineum)
– Chordee  pemendekan &
kurvatura penis abnormal
– Dorsal hood (prepusium
berlebih di dorsal), kulit
ventral defisien
• Epispadia = OUE di dorsal penis
• Fimosis = prepusium tidak bisa ditarik
melewati glans
– Fisiologis (bayi baru lahir), patologis (sebelumnya
bisa diretraksi, sekarang tidak bisa)
– Risiko jd parafimosis klo diretraksi paksa lalu lupa
dikembalikan posisinya  nekrosis glans
• Parafimosis = prepusium yang diretraksi tidak
bisa kembali ke posisi semula
54. B. Fimosis
• Keywords: anak laki-laki 3 tahun, nyeri BAK
sejak 3 bulan yang lalu, penis kadang
menggembung; prepusium sulit ditarik ke
belakang
• Dx: fimosis
55. C. Kuning
• Keywords: laki-laki 28 tahun KLL, CM, TTV
stabil, akral hangat, luka lecet, fraktur femur
tertutup kaki kanan
• Triase: kuning
Triase
• Merah (segera) = tidak akan bertahan tanpa terapi
segera, punya kemungkinan selamat
• Kuning (observasi) = perlu observasi (& mungkin
triase ulang). Sekarang stabil, tidak dalam bahaya
maut. Butuh perawatan. Dalam kondisi normal akan
segera ditangani.
• Hijau (tunggu) = “walking wounded”; butuh terapi
setelah pasien kritis ditangani
• Putih (dismiss) = luka minor, tidak perlu penanganan
dokter
• Hitam (expectant) = meninggal/luka sangat ekstensif
sehingga tidak bisa selamat dengan terapi yang
tersedia
56. B. Adenokarsinoma prostat
• Keywords: laki-laki 65 tahun, tidak dapat BAK
sejak 1 hari yang lalu, nyeri bokong, nyeri &
bulging suprapubik; RT prostat membesar, keras,
permukaan tidak rata
• Ca prostat
– LUTS, retensi urin, hematuria, nyeri punggung
– Dapat disertai: penurunan BB, anemia, nyeri tulang,
fraktur patologis, defisit neuro (kompresi medula
spinalis), nyeri & edema ekstremitas bawah
(metastasis vena & limfe), adenopati, overdistensi
vesika, tonus sfingter anal
– RT: nodul, asimetri, perbedaan tekstur
– Marker: PSA
– Biopsi!

• BPH
– Gejala LUTS
– RT: ukuran, nodul, tonus sfingter ani, fluktuasi
(abses), nyeri (prostatitis)
– Transrectal USG
• Prostatitis: demam, nyeri
perineal/punggung/perut bawah, disuria,
LUTS, discharge uretra, retensi urin; RT nyeri
• Tumor buli: hematuria tanpa disertai nyeri,
gejala iritatif LUTS
• Ca rekti: BAB berdarah/berlendir, perubahan
pola BAB, nyeri perut/punggung, gejala BAK;
RT; marker CEA, CA 19-9; kolonoskopi
57. C. Cystotomi
• Keywords: Trauma perineum, tidak bisa BAK,
meatal bleeding  cedera uretra
• Pada defek/ruptur urtera baik anterior dan
posterior, kontraindikasi pemasangan kateter
• Tindakan awal yang perlu dilakukan adalah
untuk dekompresi urine yaitu tindakan
sistosomi
58. B. Sindrom Kompartemen
• Keywords: laki-laki 20 tahun, trauma, cruris dekstra
1/3 tengah edema, nyeri angulasi, pulsasi a.
dorsalis pedis melemah
• Diagnosis: sindroma kompartemen
– Terutama high-velocity injuries, fraktur tulang panjang,
crush injuries, luka penetrasi (trauma arteri), trauma
vena
– 5P (pd stadium lanjut): Pain, Parestesia, Pallor,
Pulselessness, Poikilothermia
– Tanda awal yg paling konsisten: pe↓ diskriminasi 2-titik
– Palpasi: teraba keras
59. A. Luka bakar grade I
• Keywords: wanita 24 tahun, kemerahan pada
kulit, perih, riwayat berjemur
• Luka bakar superfisial (grade I): eritema, nyeri
• Grade II dangkal: merah muda-merah, bulla
(+)/(-), basah, nyeri (++), CRT (+)
• Grade II dalam: merah-keputihan, bulla (+)/(-),
lembab, nyeri (+), CRT (-)
• Grade III (full-thickness): kering, eschar, nyeri (-
), khaki/abu/hitam
60. E. PAD
• Keywords: laki-laki 46 tahun, ibu jari kaki
hitam & nyeri, merokok (+), DM (-)
• Dx: acute limb ischemia akibat PAD
• Peripheral arterial disease (PAD)
– = perfusi inadekuat akibat aterosklerosis
– FR: merokok, hiperlipidemia, DM, hiperviskositas
– Etio lain: flebitis, trauma, operasi, autoimun
(vaskulitis, arthritis), koagulopati
– Progresi kronik (trombosis)/ akut (emboli)
– Pemicu akut: AF, penyakit katup, infark miokard
– Kronik: klaudikasio (nyeri otot dengan aktivitas,
membaik dengan istirahat), ischemic rest pain (:
cardiac output jelek), ulkus
– 5P: pulselessness paralysis parestesia pain pallor
61. D. Kalium sitrat
• Keywords: Nyeri pinggang, BAK tersendat-
sendat, nyeri ketok di regio lumbal, urinalisis
ditemukan kristal
• Obat untuk menghancurkan kristal asam urat
dan sistin: alkalisasi urin dengan natrium
bikarbonat dan kalium sitrat
• Kalium sitrat lebih menjadi pilihan karena
tersedia dalam bentuk tablet slow release
sehingga tidak terjadi overload natrium
62. C. Biopsi PA
• Keywords: wanita 36 tahun, nipple discharge,
payudara tidak simetris, retraksi puting 
kemungkinan ca mammae
• Baku emas pemeriksaan adalah biopsi PA /
Pemeriksaan histopatologi (untuk hampir
semua tumor padat)
63. A Hidrocele
Hidrokel:
• Kumpulan dari cairan serosa akibat defek atau iritasi di
tunika vaginalis skrotum
• Gejala dan tanda:
– Pembesaran skrotum  Biasanya tidak nyeri
– Pemeriksaan trasluminasi positif

• Orchitisnyeri (karena ada inflamasi), transiluminasi (-)


• Varikokel dilatasi pleksus venosus pampiniformis dan
vena spermatik internal  tampak gambaran cacing
pada skrotum; ps datang dengan keluhan infertilitas
• Elephantiasistissue swelling+skin and tissue thickening
Hidrocele
64. A. Greenstick fracture
65. C. Raynaud’s disease
• Keywords: nyeri, pucat, sianosis bila terpapar
suhu dingin

• Raynaud’s disease
– Vasospasme rekuren akibat kelainan fungsional
pembuluh darah, biasanya dipicu stres emosional dan
suhu dingin
– Bentuk serangan: pemicu (dingin)  vasospasme
(pucat, biru, nyeri)  reflow (hiperemia)
– Muncul simetris di ujung jari kaki dan tangan, tidak
ada nekrosis, CRP normal
– PF umumnya normal, boleh di-challenge dengan suhu
dingin
66. B. USG Mamae
• Keywords: wanita 25 tahun, massa payudara
kanan progresif sejak 3 tahun yang lalu, nyeri
jika menstruasi, kenyal, mobil, tidak terfiksasi
• Payudara fibrokistik = massa jinak payudara,
periodic swelling (bisa nyeri) berkaitan dengan
siklus menstruasi
• Pemeriksaan penunjang:
– USG  bisa membedakan massa solid/kistik
– Mammogram  pada wanita <35 th kurang jelas
karena jaringan payudara lebih padat
67. B. Clostridium Perfingens
• Keywords: Keluhan kaki berbau busuk, riw
tertusuk beling, keluar nanah dan kehitaman
 gangren (nekrosis/kerusakan jaringan
karena bakteri anaerob)
– Clostridial gas gangrene akibat Clostridium
perfingens
– Dapat disebabkan trauma, post operasi, ataupun
spontan
– Dalam prosesnya harus terjadi inokulasi jaringan
dan oksigen yang rendah
• Clostridium dificile
– Bakteri gram positif anaerobic, spore-forming
rods (bacilli), penyebab diare, biasanya muncul
akibat penggunaan antibiotik spektrum luas
• Clostridium botulinum
– Anaerobik gram positif batang
– Menyebabkan botulism  kelainan neurologik
akut yang menyebabkan neuroparalisis
– Dapat melalui makanan (makanan
kaleng/pengawet) atau luka
• Clostridium perfringens: • Clostridium tetani:
– Anaerob, gram +, rod- – Anaerob, gram +, rod-
shaped, spore shaped, endospore
– Tennis racket/drumstick
appearance
• Staphylococcus: • Streptococcus
– Facultative anaerob, pyogenes:
gram +, round – Aerob, gram +, round
– Grape-like clusters
68. C. Beri O2, jaga jalan nafas, rujuk
ke RS
• Keywords: luka bakar 40%, sesak progresif,
dahak jelaga
• Diagnosis: luka bakar dengan trauma inhalasi
– Riwayat terperangkap dalam ruang tertutup
– Batuk, sputum berjelaga, serak, sesak progresif, luka
bakar pada wajah, rambut wajah/hidung terbakar
– Terapi: ingat ABCDE. Untuk trauma inhalasi
sebaiknya segera intubasi. Selain itu: aggressive
pulmonary toilet, bronkodilator, membersihakn
sekresi
Terapi luka bakar akut
• Jauhkan dari sumber panas, irigasi dengan air
mengalir
• Airway: intubasi bila curiga trauma inhalasi,
stabilisasi leher
• Breathing: O2 100% dengan NRM
• Circulation: IV line, mulai resusitasi cairan bila
luka bakar >15% pd dewasa/10% pada anak
• Disability: GCS
• Exposure: lepaskan pakaian & perhiasan,
selimuti, nilai luas & dalam luka bakar
menyeluruh
• Fluid: perhitungkan kebutuhan cairan, kateter
urin untuk memantau
• Analgesik
• Secondary surgery
• Rujuk bila ada indikasi, termasuk trauma inhalasi
69. B. Eksisi
• Keywords: Wanita benjolan di payudara,
konsistensi kenyal, permukaan licin, batas
tegas, mobile  kemungkinan FAM
• Teknik biopsi yang tepat untuk FAM: biopsi
eksisi
70. B. Nekrosis glan penis
• Keywords: anak laki-laki 8 tahun, sering
menarik kuncup penis hingga prepusium
tertarik ke dorsal
• Diagnosis kerja: mengarah pada parafimosis
akibat prepusium sering diretraksi
• Komplikasi: rekurensi, posthitis (inflamasi
prepusium), nekrosis glans penis,
autoamputasi
OBSGYN
71. B. Resusitasi cairan
• Keywords: Nyeri perut hebat, perdarahan dari
jalan lahir, terlambat haid, abdomen teraba
massa, cavum douglasi menonjol, tes
kehamilan positif  KET
• Tampak lemas, TD 80/60  syok hipovolemik
akibat perdarahan
• Tindakan pertama tangani
kegawatdaruratan  resusitasi cairan
• Tindakan definitif  laparotomi
72. A. Beta HCG
• Keywords: Wanita hamil 2 bulan, perdarahan
dari jalan lahir, mual dan muntah, uterus lebih
besar dari usia kehamilan
• Kemungkinan diagnosis: Mola hidatidosa
• Diagnosis banding untuk uterus yang lebih besar
dari usia kehamilan di trimester 1:
– Tumor uterus, misalnya fibroid
– Penyakit trofoblastik gestasional, paling sering mola
hidatidosa
• Dapat mengalami hiperemesis, perdarahan dari jalan lahir,
atau hipertiroidisme
– Tumor ovarium
– Gestasi multiple  biasanya 3 atau lebih untuk
terdeteksi di trimester 1
– Usia kehamilan salah

• Mola hidatidosa dicurigai bila beta-hCG > 100.000


mIU/mL
73. D. Karena preeklampsia
mengganggu perfusi janin
• CTG (cardiotocograph) digunakan untuk memeriksa
heart rate janin
• NST (nonstress test) dilakukan menggunakan CTG
– Prinsip: janin yang mendapat cukup oksigen secara
spontan akan mengalami peningkatan Heart rate temporer
– Disebut reaktif/normal  ≥ 2 akselerasi HR dalam periode
20 menit, dengan atau tanpa gerakan janin yang dirasakan
ibu. Akselerasi: 15 bpm di atas baseline selama minimal 15
detik jika hamil > 32 minggu, atau 10 bpm selama minimal
10 detik jika ≤ 32 minggu
– Nonreaktif  < 2 akselerasi HR dalam periode 20 menit
selama periode uji 40 menit. Jika nonreaktif, dapat
dilanjutkan dengan stimulasi vibroakustik yang dapat
membangunkan janin
74. D. Atonia uteri
• Keywords: Wanita dengan perdarahan jalan lahir
setelah melahirkan 2 jam yang lalu. Kontraksi
uterus kurang baik.
• Kontraksi uterus kurang baik  atonia uteri 
penyebab > 90% perdarahan dalam 24 jam pasca
persalinan

• Sisa plasenta  tidak mungkin karena plasenta


lahir lengkap
• Gangguan pembekuan  tidak ada riwayat
• Robekan jalan lahir dan inversion uteri  tidak
ada tanda-tandanya
75. C. Pil progesteron
• Keywords: Hamil 3 bulan, perdarahan bercak dari
jalan lahir, serviks menutup  Abortus iminens
• Bila perdarahan bercak berwarna kecoklatan,
bercampur lendir, hanya berupa noda pada
pakaian dalam, tanpa nyeri, berlangsung
beberapa hari dan makin lama makin berkurang
 embrio masih baik  umumnya perbaikan
terjadi tanpa pengobatan  istirahat total
• Pertimbangkan adanya AKDR atau infeksi
• Gangguan hormon merupakan salah satu
faktor terjadinya abortus  preparat
progesteron akan memberikan hasil yang baik
apabila memang terjadi defisiensi hormon.
Preparat yang sering digunakan:
didrogesteron, hidroksiprogesteron kaproat,
dan alilesterenol
Abortus (Berdasarkan Tingkatan)

• Abortus iminens: portio tertutup, jaringan (-)


• Abortus insipiens: portio terbuka, jaringan (-)
• Abortus inkomplit: portio terbuka, jaringan (+)
• Abortus komplit: portio tertutup, jaringan (+)
• Abortus habitualis: telah terjadi abortus
selama min 3 kali berturut-turut
• Abortus septik: abortus yang diikuti dengan
komplikasi dan tanda-tanda infeksi
76. D. Terminasi kehamilan
• Keywords: Wanita hamil, nyeri kepala, TD
190/120, proteinuria +3  preeklampsia
berat
• Kelahiran atau terminasi kehamilan adalah
satu-satunya tindakan yang dapat
menyembuhkan preeklampsia
• Usia kehamilan > 34 minggu  dapat
langsung terminasi (lihat algoritme
preeklampsia berat)
Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat
Abnormalitas Ringan Berat

Tekanan darah diastolik <100 mmHg 110 mmHg atau lebih

Proteinuria Terdeteksi hingga 1+ Persisten 2+ atau lebih

Sakit kepala Tidak ada Ada

Gangguan visual Tidak ada Ada

Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Kejang (eklampsia) Tidak ada Ada

Kreatinin serum Normal Meningkat

Trombositopenia Tidak ada Ada

Peningkatan enzim hati Minimal Nyata

Restriksi pertumbuhan janin Tidak ada Jelas

Edema paru Tidak ada Ada


77. D. 16-18 minggu
• Keywords: PF fundus setinggi ½ simfisis-pusat
DJJ terdengar dengan Doppler
• DJJ terdengar doppler 12 minggu
• DJJ terdengar leneck 18-20 minggu
78. B. Kala 1 fase aktif
• Tanda dan gejala inpartu:
– Penipisan dan pembukaan serviks
– Kontraksi uterus yang menyebabkan perubahan
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
– Cairan lendir bercampur darah (bloody show) dari
vagina

• Pembukaan 5 cm  kala 1 fase aktif (4-10


cm)
Persalinan Normal
• Kala I : proses membukanya serviks
– Fase laten : bukaan < 4 cm (selama 8 jam)
– Fase aktif : bukaan 4-10 cm (lengkap) selama kira-kira 6 jam (1
cm/jam)
• Kala II: proses melahirkan bayi
– Dimulai sejak bukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi
– Batas waktu 60 menit pada nullipara dan 30 menit pada
multipara
• Kala III: proses melahirkan plasenta
– Dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
– Batas waktu 30 menit
• Kala IV: pemantauan keadaan ibu (tanda-tanda vital)
– Dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam setelahnya
79. E. Abortus septik
• Keywords: Keguguran, dimasukkan sesuatu ke
dalam vagina oleh dukun. Suhu 38,50C. PF
didapatkan sekret vagina berwarna hijau dan
berbau  Abortus septik
• Tanda-tanda abortus septik:
– Demam (suhu > 38), menggigil atau berkeringat
– Sekret pervaginam yang berbau/keluar cairan
mukopurulen melalaui ostium serviks
– Tegang/kaku dinding perut bawah (dengan atau tanpa
nyeri ulang-lepas)
– Nyeri goyang serviks (pada pemeriksaan bimanual)
• Gejala abortus septik:
– Riwayat abortus provokatus (disengaja)  Pada pasien
tidak jelas apakah abortus disengaja, tetapi ada riwayat
sesuatu dimasukkan ke dalam vagina oleh dukun
– Nyeri perut bawah
– Perdarahan pervaginam yang lama (> 8 hari)
– Kelemahan umum (gejala seperti flu)
80. A. Solusio plasenta
• Keywords: Perdarahan merah kehitaman +
nyeri perut, usia kehamilan 28 minggu 
bukan abortus
• Perdarahan merah kehitaman, nyeri hebat
pada perut, uterus terasa tegang dan kaku,
kontraksi uterus (+)  Solusio plasenta

• Merokok  salah satu faktor risiko solusio


plasenta
Hemmoragic Antepartum (HAP)
– Solutio plasenta : perdarahan pervaginam, warnanya
akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit, perut terasa
agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
menerus
– Plasenta previa : perdarahan tanpa nyeri, tiba-tiba,
tanpa penyebab, biasanya darah berwarna merah
segar, VT teraba plasenta atau presentasi janin
– Varises vagina : terlihat pelebaran pembuluh darah di
vagina
– Vasa previa : pembuluh darah janin melintasi atau berada
di dekat ostium uteri internum, perdarahan terjadi apabila
ketuban pecah.
Ruptur uteri
• Robeknya uterus
– Komplit: isi uterus masuk ke rongga abdomen, biasa
disertai syok hipovolemik
– Inkomplit: dinding peritoneum tetap intak, jd tidak ada yg
ke abdomen
• Penyebab
– Kelemahan pd dinding uterus, mis. riw. SC dan
myomektomi, grande multipara, makrosomia, gemeli
– Intervensi saat persalinan: induksi, mendorong fundus
terlalu kuat, ekstraksi forceps
• Gejala: nyeri abdomen, pendarahan pervaginam, tanda
syok, fetal bradikardia, bagian janin teraba dari kulit
81. D. Kontap (Kontrasepsi Mantap)
• Keywords: Wanita, 36 tahun, ingin KB, anak 3,
riw TIA, TD 150/100
• Riwayat TIA, hipertensi  kontraindikasi KB
hormonal (pil KB, implant)
• Usia > 35 tahun, sudah memiliki 3 anak 
disarankan untuk tidak hamil lagi  Kontap
• Pasien dengan faktor risiko kardiovaskular /
cerebrovascular merupakan kontraindikasi penggunaan
kontrasepsi hormonal.
• Tubektomi merupakan kontrasepsi mantap dan akan
sulit lagi dilakukan reanastomosis tuba kembali apabila
masih ingin memiliki anak
• Kondom dapat terjadi kegagalan seperti karet yang
bocor dan pemakaian yang tidak tepat sehingga
pencegahan kehamilan tidak dapat diprediksi
• IUD atau AKDR dapat bertahan 5-8 tahun dan mudah
untuk kembali ingin mempunyai anak (hanya dengan
mengeluarkan AKDR dari rahim) sehingga perencanaan
kehamilan dapat diprediksi
Kontrasepsi
• Alamiah: koitus interuptus & pantang senggama
(metode kalender tengah siklus haid, lendir servix
lebih kental, dan peningkatan suhu basal)
• Mekanik: kondom (wanita, pria), IUD (5-8 tahun).
IUD Cu-T dengan reaksi peradangan menghambat
fertilisasi dan implantasi ke endometrium
• Hormonal: pil, suntik, implan, patch: bisa
progresteron saja, bisa kombinasi dengan
estrogen
• Kontap (KB mantap): tubektomi, vasektomi
(untuk usia wanita >35 tahun)
PENGGUNAAN KONTRASEPSI BERDASARKAN TUJUAN

199
82. E. Infus cairan
• Plasenta tidak lahir dalam 15 menit  10 U
oksitosin IM dosis kedua  Jika kandung kemih
penuh, pasang kateter  ulangi penegangan tali
pusat terkendali  jika plasenta belum lahir 30
menit setelah bayi lahir  rujuk
• Plasenta tidak lahir + perdarahan  plasenta
manual  masih berdarah  kompresi bimanual
+ oksitosin + misoprostol
• Pada pasien, terdapat tanda-tanda syok (TD
90/50, HR 120, pucat, lemas, berkeringat, air
kencing sedikit dan pekat)  tindakan pertama
adalah resusitasi cairan
83. A. Konsumsi KB oral 1 siklus
• Keywords: Wanita, keluar bercak darah dari
kemaluan selama lebih dari 8 hari.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat suntik KB
progesteron.
• Perdarahan akibat suntik KB progesteron 
diterapi dengan pil KB kombinasi 1 siklus
84. E. peningkatan FSH
• Hanya ditemukan sel sertoli di tubulus
seminiferous  sertoli cell-only syndrome/Del
Castillo syndrome/germ cell aplasia
• Ciri-ciri:
– Laki-laki steril
– Tidak ada abnormalitas seksual
• Tanda-tanda:
– Biopsi testis: tidak ada spermatozoa
– Kadar testosterone dan LH normal
– FSH meningkat
85. B. 27 Maret 2012
• Keywords: HPHT 20 Juni 2011, siklus haid 28
hari, positif hamil  TP 27 Maret 2012
• Rumus Naegel : Tanggal + 7, bulan – 3, tahun
+ 1, dengan catatan siklus menstruasi 28 hari

• Contoh lain: Pasien HPHT 28 Maret 2013,


siklus haid 28 hari, taksiran partus?
• Harusnya 35 Desember 2013 4 Januari 2014
86. B. Pap smear
• Keywords: Wanita 45 tahun keputihan, terdapat bercak
darah. Suami pasien supir truk antar kota  suspek
kanker serviks
• Gejala kanker serviks:
– Perdarahan vagina abnormal
– Ketidaknyamanan vagina
– Duh berbau
– Disuria
• Evaluasi yang lengkap dimulai dengan Pap smear

• Pilihan pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh dokter


umum: IVA dan pap smear  Tetapi pap smear lebih
akurat
87. E. KET
• Keywords: nyeri perut bawah akut, perdarahan dari
OUE, nyeri goyang portio (+), tanda gagal sirkulasi
(syok/presyok), anemia karengan perdarahan (8
gr%) kehamilan ektopik terganggu
• Jika terdapat palpasi abdomen tegang, defans
muscular (+) ruptur kehamilan ektopik

• Mola hidatidosa perdarahan bergumpal seperti


anggur < 20 minggu, uterus lebih besar dari usia
kehamilan, ballotement (-), DJJ (-), b-HCG urine
sangat tinggi
Kehamilan Ektopik
• A pregnancy that occurs outside the womb (uterus)
• Life-threatening condition to the mother
• The baby (fetus) cannot survive
• Symptoms:
– Early pregnancy symptoms, such as breast tenderness or nausea
– Abnormal vaginal bleeding
– Low back pain
– Mild cramping on one side of the pelvis
– No periods
– Pain in the lower belly or pelvic area
• Rupture  shock  emergency
Radang Panggul (PID)
• Radang panggul adalah penyakit yang diakibatkan
infeksi ascending dari vagina atau serviks ke
endometrium, tuba falopii dan/atau struktur di
sekitarnya.
• Pada penyakit radang panggul pemberian
antibiotik spektrum luas menjadi penting
walaupun patogen belum dapat teridentifikasi
secara objektif.
– Kombinasi cephalosporin generasi ke-3 atau
amoxicillin ditambah dengan tetracycline dan
metronidazol dapat menjadi pilihan utama.
Mola Hidatidosa
• Kadar bHCG yang tinggi serta ukuran uterus
yang lebih besar dari masa kehamilan
menunjukan diagnosis  mola hidatidosa.
• Mual serta muntah berlebihan yang dialami
pasien adalah akibat kadar beta-HCG yang
sangat tinggi.
• Terapi: kuretase
88. B. Derajat 2
• Keywords: Wanita pendarahan post partum 2
jam yang lalu, berat janin 4200 gram, plasenta
lahir lengkap 5 menit setelah bayi lahir.
Tampak robekan hingga otot perineum  HPP
akibat trauma/laserasi jalan lahir
• Robekan hingga otot perineum  Ruptur
perineum derajat 2
• Penyebab HPP tersering (4T): Tone, Tissue,
Trauma/Tear, Thrombine
• Tone: Atonia uteri kontraksi uterus lemah.
Tatalaksana: uterotonika (oxytocin, metergin)
• Tissue: Sisa plasenta  jaringan plasenta tidak
lengkap. Th/ kuret
• Trauma: Laserasi jalan lahir  darahnya merah
segar (ruptur perineum grade I-IV atau ruptur
uteri)
• Thrombine: Gangguan koagulasi HELLP
syndrome, DIC
Derajat Ruptur Perineum
• Derajat I: robekan pada mukosa & kulit vagina saja
• Derajat II: derajat I + robekan kulit perineum hingga
otot dan fasia perineum (belum mengenai sfingter ani)
• Derajat III: derajat II + robekan seluruh perineum
sampai m. sfingter ani:
- IIIa: robekan < 50% ketebalan m. sfingter ani
- IIIb: robekan > 50% ketebalan m. sfingter ani
- IIIc: hingga m. sfingter interna
• Derajat 4: sudah melibatkan mukosa rektum dan epitel
anus (sudah bolong)
89. B. Nifedipine
• Keywords: G3P1A1, hamil 7 bulan, TD 160/110,
proteinuria +3  preeklamsia berat
• Obat pilihan untuk menurunkan tekanan darah
pada preeklamsia:
– Hidralazine (drug of choice)
– Labetalol (lebih bagus dari hydralazine karena efek
samping hipotensi lebih rendah)
– Nifedipine (secara internasional kurang disukai karena
short acting, sedangkan diperlukan obat yang long
acting)
• Obat pilihan pada hipertensi dalam kehamilan
– Lini 1: metildopa
– Lini 2 (bila tidak responsif atau HT berat):
• Labetalol: dpt menyebabkan IUGR
• Nifedipin: penurunan TD terlalu drastis
• Hidralazin: dapat menyebabkan trombositopenia neonatus
• HCT: dapat menyebabkan hipovolemia dan gangguan
elektrolit
• ACE-I (kaptopril) dan ARB (losartan, valsartan)
dikontraindikasikan karena bersifat teratogen
(defek pada jantung, agenesis ginjal)
90. C. Vaginosis bakterial
• Keywords: wanita, keluar cairan dari vagina. Gatal
hebat (-), faktor risiko infeksi menular seksual (-)
• Gonorea, klamidia, trikomonas  umumnya
didapatkan dari hubungan seksual
• Vaginosis bacterial  bisa ada gatal tetapi lebih ringan
daripada infeksi trikomonas atau candida

• Faktor risiko vaginosis bacterial:


– Penggunaan antibiotik
– Penurunan produksi estrogen
– Pemakaian IUD
– Cuci vagina
– Aktivitas seksual
MATA
91. B. Glaukoma sudut tertutup akut
• Keywords: mata kanan nyeri tiba-tiba,
penglihatan kabur, melihat gambaran pelangi,
mual dan muntah. PF konjungtiva hiperemis,
oedem kornea, COA dangkal, TIO N+3, VOD
2/60  glaukoma sudut tertutup akut
• Glaukoma primer ada 2  bisa jadi akut
– Sudut tertutup: aliran aqueous humour terhalang
medial iris.
– Sudut terbuka: insersi tepi iris lebih tinggi dan
menyumbat aliran aqueous humour (iris plateau).
• Gejala:
– Tekanan intraokuler (IOP) meningkat (60-80 mmHg).
– Gejala akut (sakit kepala, nyeri mata, mual muntah,
pandangan ber-halo).
– Pemeriksaan segmen anterior ditemukan:
o Gonioskopi: bilik mata depan sangat dangkal
o Kornea edem
o Konjungtiva injeksi siliar
o Iris bombe
o Pupil fixed mid-dilatasi akibat sinekia
posterior  pupil tetap berdilatasi sewaktu
disinari lampu terang.
92. E. Asetazolamid
• Glaukoma akut  kegawatdaruratan oftalmologi
• Segera turunkan tekanan intraokular dengan
azetazolamid IV atau oral bersama dengan obat topikal
(siklopegik pilokarpin 2-4% 6gtt/hari, @1gtt). Dapat
diganti dengan latanoprost, apraklonidin, timolol 0.25-
0.5%)
– Pilokarpin untuk kontraksi siliar dan mengkonstriksi
pupil agar tidak terjadi iskemia iris. Sudah jarang dipakai
dan banyak digantikan oleh latanoprost.
– Timolol dan apraklonidin mengurangi produksi aqueous
humour.
– Steroid topikal kadang dipakai untuk mengurangi
inflamasi intraokuler sekunder.
– Zat hiperosmolar (manitol, gliserin) kadang dipakai
untuk mengurangi volume vitreous.
• Setelah tekanan intraokuler turun  iridotomi
perifer. Tujuan operasi adalah untuk membuat
hubungan permanen antara bilik mata depan dan
belakang agar iris bombe terlepas.
• Tindakan yang juga dapat dilakukan: trabekulektomi.
Syarat = belum ada sinekia anterior perifer.
• Jika gagal lakukan:
a. ALPI (argon laser peripheral iridoplasty).
b. IRIDEKTOMI PERIFER (operasi biasa).
• Jika unilateral, mata kontralateral perlu di iridotomi perifer
laser untuk tujuan profilaksis.
93. A. Presbiopia
• Keywords: Tidak bisa melihat jauh + dekat, usia
45 tahun  Presbiopia
• Terjadi mulai umur 40 tahun
• Gangan akomodasi:
– Kelemahan otot akomodasi
– Kurangnya elastisitas lensa
• Koreksi dgn SP (+) :
– 40 tahun : Sp + 1,00 D
– 45 tahun : Sp + 1,50 D
– 50 tahun : Sp + 2,00 D
– 55 tahun : Sp + 2,50 D
– > 60 tahun : Sp + 3,00 D
94. A. Diabetic retinopathya
• Keywords:
– 57 tahun, mata kanan kabur sejak 2 bulan yang
lalu
– Funduskopi: mikroaneurisma retina
– TD 130/80 mmHg, IMT 33 (obese grade 2)
– Lab: Proteinuria (+3), glukosuria (+3), kolesterol
350 mg/dl
• Diagnosis: A. Diabetic retinopathy
• Retinopati DM  penyebab kebutaan
tersering di Barat.
• Penyakit mikroangiopati profesif, ditandai
dengan kerusakkan dan oklusi pembuluh
darah kecil  hiperpermeabilitas dan
kerapuhan pembuluh darah yang trelibat.
• Keluhan pasien (sama antara retinopati hipertensif)
umumnya adalah skotoma sentralis yang didahului
buta senja karena gangguan fungsi makula
• Retinopati diabetik dapat diklasifikasikan
– Non- proliferatif
– Proliferatif
– Makulopati
• Beda tipe proliferatif dan nonproliferatif 
neovaskularisasi pada retina atau adanya perdarahan
vitreous
• Klasifikasi  selain non proliferatif  rujuk
– Non-proliferatif: mikroaneurisma (+), perdarahan
retina (+), cottow wool spots (+), neovaskular (-)
– Preproliferatif: multiple perdarahan di semua kuadran
(+), venous beading (+), intraretinal new vessels (+)
– Proliferatif: neovaskularisasi di diskus (+), perdarahan
retina (+)
– Advanced proliferatif: vitreous haemorrhage (+),
tractional retinal detachment (+), neovascular
glaucoma (+)
– Makulopati (pada late onset DM): makula edema atau
makula iskemik
• Tatalaksana:
– Kontrol TD, lipid, dan gula darah
– Foto koagulasi
• Panretinal  proliferatif DR
• Makular laser  menghancurkan mikroaneurisma di
makula
• Grid laser  non-iskemik difus makular edema
– Vitrektomi  perdarahan retinal, menghilangkan
traksi retina dan repair retinal detachment,
makula edema akibat traksi vitreous
95. B. 1/300
• Keywords: Mata kanan hanya bisa melihat lambaian
jari 1 m
• Visus 6/6 : dapat melihat huruf pada jarak 6 meter,
yang orang normal dapat melihat huruf tersebut
dari jarak 6 meter.
• Visus 6/30 : dapat melihat huruf pada jarak 6
meter, yang orang normal dapat melihat huruf
tersebut dari jarak 30 meter
• Visus 1/60 : hanya dapat menghitung jari dari jarak
1 m.
• Visus 3/60 : hanya dapat menghitung jari dari jarak
3 m.
• Visus 1/300 : hanya dapat melihat lambaian
tangan.
• Visus 1/ ~ : hanya mengetahui ada / tdknya
cahaya
• Visus membaik dengan uji pinhole  kelainan
refraksi  dapat dikoreksi dengan kacamata
96. B. Hipermetropia
• Keywords: wanita 18 tahun, kabur melihat dekat.
VOD S+2.00, VOS S+1.50
• Hipermetropi: Keadaan mata yang tidak
berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang
retina
• Tanda subjektif:
– Mata lelah.
– Sakit kepala : frontal / fronto – temporal headache.
– Silau.
– Astenophia akomodatif.
• Tanda objektif:
– Ukuran bola mata tampak lebih kecil
– Diameter cornea lebih kecil dari normal
– Pupil mengecil ( miosis)
– COA dangkal
• Terapi: koreksi dengan lensa spheris positif yang
terkuat yang memberikan visus terbaik sehingga sinar
difokuskan di retina
• Komplikasi:
– Strabismus konvergen
– Amblyopia
– Primary narrow angle glaucoma
97. B. Bayangan jatuh di belakang
retina
• Mekanisme pada hipermetropi: bayangan
jatuh di belakang retina.
98. D. Tidak perlu pemeriksaan khusus
• Mata merah dan gatal, penurunan
penglihatan, riwayat sering terkena angin 
mata menjadi sangat gatal dan merah,
jaringan di depan kornea.
• Diagnosis: pterigium  kharakteristik khas,
dari pemeriksaan mata harus nya bisa.
• Jawaban lain yang mungkin  biopsi eksisi,
tapi ini tidak dipilih karena pada soal ditulis
biopsi kornea.
Pterigium
• Pterigium merupakan pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifatdegeneratif dan invasif.
• Seperti daging berbentuk segitiga, tumbuh
menjalar ke kornea dengan puncak di sentral atw
di kornea.
• Umumnya asimptomatik, keluhan: mata berair,
merah, astigmat (akibat penarikan kornea oleh
pterigium/pendataran median horizontal kornea.
Pterigium
• Diagnosis:
– Corneal topography mengetahui derajat
astigmatism
– Karakteristik tampilan pada sebagian besar
pterigium mudah didiagnosis secara klinis. Jika
terdapat keraguan, dapat dilakukan biopsi
eksisional pada lesi
Pterigium
• 4 stadium:
– 1: belum sampai
limbus
– 2: sudah melewati
limbus, belum
sampai pupil
– 3: melebihi stadium 2
tapi tidak melebihi
pinggiran pupil
– 4: melewati pupil
• Sinar UVB, mikrotrauma kronik (pasir, debu,
anging), kekeringan okular, dan sering terpajan
angin  pencetus.
• Temuan patologik pada konjungtiva  lapisan
bowman kornea digantikan oleh jaringan
hialin dan elastik.
• Tatalaksana:
– Kacamata anti UV
– Air mata buatan/topical lubricating drops.
– Hindari daerah yang berasap atau berdebu.
– Kombinasi dekongestan/antihistamin (seperti
Naphcon-A) dan/atau kortikosteroid topikal
potensi sedang (seperti FML, Vexol) 4 kali sehari
pada mata yang terkena  jika ada inflamasi
– Conjunctival autografts combined with surgical
excision  mencegah rekurensi
• Indikasi: kosmetik dan atau adanya gangguan
penglihatan, gerakan bola mata yang terganggu.
99. C. Konjungtivitis viral
• Keywords:
– Mata merah, visus normal
– Gatal , pasir, panas, gatal dan demam.
– Teman sekantor  keluhan yang sama.
– Pembesaran kelenjar retroaurikuler dekstra
– Folikel + di konjungtiva tarsalis superior, sekret
serosa, kornea jernih
• Diagnosis konjungtivitis viral ec adenovirus. DD/:
– Keratitis bakteri  sekret purulen, penurunan visus
– Keratitis viral  terjadi penurunan visus
– Konjungtivitis alergi  tidak ada demam
• Viruses are a common cause of conjunctivitis in
patients of all ages.
– Adenovirus is by far the most common cause,
– Herpes simplex virus (HSV) is the most problematic.
• Viral conjunctivitis, although usually benign and
self-limited, lasting for approximately 2-4 weeks,
highly contagious.
• Viral infection is characterized commonly by an
acute follicular conjunctival reaction and
preauricular adenopathy.
100. E. Rujuk dengan kemungkinan
bedah
• Keywords: Mata tenang, visus turun perlahan,
seperti melihat asap, kekeruhan di tengah
pupil kedua mata, Shadow test kanan +.
• Diagnosis: katarak dengan visus 2/60 dan
1/300  rujuk untuk operasi
• Penyebab katarak:
– Old age (commonest)
– Associated with other ocular and systemic diseases
(diabetes, uveitis, previous ocular surgery)
– Associated with systemic medication (steroids,
phenothiazines)
– Trauma and intraocular foreign bodies
– Ionizing radiation (X-ray, UV)
– Congenital (dominant, sporadic or part of a syndrome)
– Associated with inherited abnormality (myotonic
dystrophy,
– Marfan's syndrome, Lowe's syndrome, rubella, high
myopia)
Treatment
• Cataract alters the refractive power of the natural
lens  glasses prescription may allow good
vision to be maintained.
• If visual acuity cannot be improved with glasses
 surgical removal of the cataractous lens.
– Removal of the lens fibres, which form the nucleus
and cortex of the cataract, leaving the posterior
epithelial capsule to hold the new artificial lens and
keep the vitreous humour away from the anterior
chamber.
Preparation for cataract surgery
• Biometry: ultrasound measurement of the length of the
eye and keratometry to measure the curvature of the
cornea and hence calculate the power of the implant to be
inserted in the eye during surgery.
• General health problems are stable, particularly
hypertension, respiratory disease and diabetes.
• Some medication increases the incidence of haemorrhage
– Warfarin does not need to be stopped but the INR should be
less than 3.
– Aspirin may be stopped 1 week before surgery.
• Informed consent
NEUROLOGI (15)
101. Neurologi – Perdarahan Epidural
• Keywords: KLL, trauma kepala
temporal, penurunan
kesadaran progresif, nyeri
kepala, muntah, pupil anisokor
2 mm/5 mm, RCL & RCTL kiri
melemah
• Dx: pe↑ TIK ec perdarahan
epidural
– Trauma os temporal  a.
meningea media 
perdarahan epidural
– Lucid interval
• Jawaban: A. Perdarahan
epidural
EDH vs. SDH
EDH SDH
• Robeknya a.meningia media • Robeknya vena (bridging vein)
(75% berhubungan dengan (sering pada alkoholik dan orang
trauma kranial) tua)
• Penurunan kesadaran berjalan
• Interval lusid: tidak sadar  lambat
sadar  tidak sadar • CT scan: hiperdens konkaf (bulan
• CT scan: hiperdens konveks sabit)
• Komplikasi: herniasi • Prognosis EDH lebih baik daripada
• Tata laksana: intubasi, elevasi SDH, karena pada EDH jaringan
kepala, manitol (jika MAP > 90 otak umumnya tidak terganggu
mmHg + TIK meningkat), • Tata laksana: oksigenasi adekuat, sedatif
(kalau TIK meningkat), manitol (kalau ada
hiperventilasi (bila TIK tidak herniasi), hiperventilasi ringan,
terkontrol), fenitoin (mencegah antikonvulsan (mencegah kejang)  rujuk
kejang)  setelah itu rujuk bedah bedah
• Perdarahan subdural  • Perdarahan intraventrikel
sumber: bridging veins  energi penyebab
(progresi lbh lambat, bs trauma >>>
berminggu2) • Perdarahan intraserebral
• Perdarahan subaraknoid  defisit neuro sesuai
 nyeri parah dg progresi area yg terkena
cepat (thunderclap
headache), gejala iritasi
meninges (kaku kuduk)
102. Neurologi – UMN Disorders
• Cedera pada medula spinalis akan
menyebabkan lesi upper motor neuron pada
saraf di bawah tingkat lesi
• Upper motor neuron: spastisitas, hiperrefleks,
hipertonia
• Lower motor neuron: flasiditas, hiporefleks,
hipotoni, fasikulasi
• Jawaban: C. Hiperrefleks
Motor Systems Disorders
103. Neurologi – Migrain
• Migrain adalah sakit • Tata laksana spesifik
kepala berdenyut, untuk migren adalah
biasanya unilateral, triptan dan ergot
dapat disertai dengan – Untuk migren ringan,
aura, mual, muntah, paracetamol dan NSAID
fonofobia dan fotofobia bisa digunakan
– Untuk migren sedang
• Lebih sering ditemukan sampai berat, analegesik
pada wanita karena opiat bisa digunakan
dipengaruhi faktor – Metoclopramide IV juga
hormonal efektif untuk migren, tapi
• Faktor presipitasi: dosis optimalnya belum
dipastikan
– Makanan mengandung
tyramine (keju), daging • Jawaban: E. Sumatriptan
(hot dog, bacon), cokelat dosis awal 50 m
mengandung
phenylthylamine)
– Puasa, Emosi,
Menstruasi, Obat
– Pajanan cahaya terang
Migrain – Patogenesis, Klasifikasi
Patogenesis Klasifikasi
• Teori “spreading depresion” pada • Classic Migraine (with aura)
aliran darah otak dimana pada • Common Migraine (without aura)
awalnya terjadi vasokontriksi • Aura biasanya muncul 30 menit
(dimulai dari daerah oksipital  sebelum serangan, dapat berupa
muncul aura) dan berakhir kilatan cahaya, kerlap-kerlip atau
dengan vasodilatasi (di seluruh skotoma sentral
bagian otak  nyeri kepala)
Migrain – Tatalaksana
104. Neurologi – Herniasi Otak
• Pupil anisokor menandakan adanya lesi
struktural berupa herniasi otak yang
mengganggu jaras normal refleks pupil.
• Keempat pilihan yang lain dapat juga muncul
pada keadaan hanya ada lesi fungsional
– Maksudnya, keempat tanda neurologis tersebut
bisa saja muncul pada kondisi-kondisi di mana
tidak bisa ditemukan lesi anatomis yang jelas
• Jawaban: B. Pupil anisokor kanan > kiri
Jaras Refleks Pupil
105. Neurologi – Stroke Iskemik
• Keywords: • Tata laksana yang paling baik
– keluhan menjadi pelo dan adalah trombolisis, tapi hanya
muka mencong ke kanan sejak bermanfaat jika strok iskemik
10 jam SMRS terjadi < 4,5 jam smrs. Setelah
– Terdapat riwayat DM itu, guna trombolisis tidak
sebelumnya sebanding dengan risikonya.
– TD 130/80 mmHg • Bila sudah lewat golden
• Kemungkinan penyebab defisit period, maka tata laksananya
neurologis pada pasien ini adalah antiplatelet (aspirin)
adalah stroke iskemik. Temuan • Jawaban: C. Antiplatelet
gambaran hipodens pada CT
scan menunjang diagnosis
• Pada stroke hemoragik
ditemukan gambaran
hiperdens pada CT scan.
Stroke Iskemik – Imaging
Stroke Iskemik - Tatalaksana
106. Neurologi – Bell’s Palsy

• Keywords:
– keluhan mulut mencong ke kanan dan mata kiri tidak dapat ditutup
– diketahui naik motor dari Jakarta-Bandung menggunakan helm non full face
– Status neurologis: plika nasolabialis kiri (-), lagolftalmus kiri
• Pada kasus ini ditemukan paresis NVII perifer. Kemungkinan penyebab adalah Bell’s
Palsy. Bell’s palsy sering dikaitkan dengan pajanan angin berlebih pada wajah. Pada
NVII terjadi inflamasi. Penyebab lainnya adalah reaktivasi virus herpes.
• Bell’s Palsy dapat sembuh sendiri tetapi memerlukan waktu berbulan-bulan. Bila
etiologi akibat virus herpes maka diterapi dengan asiklovir. Tata laksana Bell’s Palsy
idiopatik adalah kortikosteroid.
• Jawaban: A. Kortikosteroid, vitamin B6, fisioterapi
107. Neurologi – Parkinson
• Keywords
– keluhan sering lupa sejak 2 minggu
SMRS
– Pada pemeriksaan fisis didapatkan
masked face, pill rolling tremor
– Pada sediaan histopatologi dtemukan
Lewy’s Body
• Pasien mengalami gejala Parkinson.
Gejala klinis Parkinson adalah Tremor,
Rigidity, Akinesia/Bradikinesia &
Postural instability (disingkat TRAP).
Hal ini terjadi karena degenerasi
neuron dopaminergik di substansia
nigra sehingga pada orang dengan
Parkinson terjadi defisiensi dopamin
• Jawaban: C. Substansia nigra
108. Neurologi – Status Epileptikus
• Keywords:
– keluhan kejang berulang
sejak satu jam yang lalu
• Kejang berulang >30
menit dan tidak
sadarkan diri secara
penuh di antara episode
kejang disebut sebagai
status epileptikus.
• Jawaban: C. Status
epileptikus
109. Neurologi – Stroke Hemoragik
• Keywords:
– keluhan tidak sadarkan diri sejak 2 jam SMRS
– ↑TIK
– TD 230/110 mmHg
• Pasien kemungkinan mengalami stroke
hemoragik  tidak boleh diberikan
antikoagulan, karena nanti akan memperberat
perdarahan
• Jawaban: D. Antikoagulan
110. Neurologi – Amnesia Anterograd
• Kesulitan mengingat kejadian setelah
kecelakaan, tapi kejadian masa lalu diingat
jelas  amnesia anterograd
• Kesulitan mengingat kejadian sebelum
kecelakaan, tapi dapat membuat memori baru
dengan baik  amnesia retrograd
• Jawaban: C. Amnesia anterograd
111. Neurologi – Cedera Kepala
• Keywords:
– S: kesadaran setelah jatuh dari motor sejak 3 jam yang lalu.
– O: tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 110 x/menit, pernafasan
24x/menit, respon membuka mata dengan rangsangan nyeri,
dekortikasi, hemiparesis sinistra, mengerang, pupil anisokor (Ø kiri 5
mm & Ø kanan 3 mm)
• Pada pasien telah terjadi cedera otak primer, harus diupayakan agar
tidak terjadi cedera otak sekunder
• Cedera kepala primer  proses biomekanik yang dapat terjadi
secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera
jaringan otak
• Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer
akibat hipoksemia, iskemia dan perdarahan
• Jawaban: C. Cegah cedera otak sekunder
112. Neurologi – Guillain Barre
Syndrome (GBS)
• Keywords • Ada riwayat ISPA. Keluhan dimulai dari ujung
– keluhan sesak napas sejak empat hari yang tangan dan kaki, kemudian naik ke atas. 
lalu sindrom Guillain-Barre
– Dua minggu yang lalu pasien mengeluh – Pada GBS, protein CSF bisa meningkat sebagai
demam dan infeksi saluran pernapasan atas hasil degradasi mielin
– Satu minggu terakhir ini pasien merasa kebas • Multiple sclerosis  Gejala dan tanda
pada kedua tangan dan kaki gangguan SSP yang muncul tiap beberapa
– Pada pemeriksaan cairan serebrospinal bulan atau tahun.
ditemukan protein 600 mg/dl
– MS adalah demielinisasi pada SSP, semtara
• Pada pasien ini terdapat defisit neurologis GBS adalah demielinisasi pada saraf perifer.
berupa paresis simetris yang menjalar dari Dua-duanya bersifat autoimun.
ekstremitas bawah menuju ke atas yang khas • Mielitis transversa  Peradangan pada
pada pada GBS. Riwayat ISPA memperkuat sebuah potongan transversus medula
diagnosis. spinalis. Klinisnya berupa paralisis dan
• Patogenesis GBS dikaitkan dengan infeksi parastesia bilateral di bawah segmen yang
virus yang pada akhirnya menyebabkan terkena.
reaksi otoimun terhadap myelin. Pada GBS • Poliradikuloneuropati  definisi umum
terjadi penghancuran myelin oleh sel imun. untuk penyakit-penyakit yang menyerang
Myelin yang hancur akan menyebabkan saraf
ditemukannya protein di LCS.
• Jawaban: D. Guillain Barre Syndrome
Guillain Barre Syndrome (GBS)
SINDROM GUILLAIN BARRE Pemeriksaan fisis
Penyakit akibat reaksi-silang antibodi • Gangguan sensoris minimal
terhadap agen penginfeksi, biasanya • Refleks menurun, refleks
C jejuni, dengan mielin patologis (-), hipotonia

Gejala dan tanda Pemeriksaan penunjang


• Kelemahan otot ekstremitas Umumnya tidak perlu
bawah yang menjalar ke atas,
secara simetrik
• Didahului 2-4 minggu sebelumnya Tata laksana
dengan ISPA atau GE • Imunoglobulin intravena, ATAU
• Disestesia jari • Plasma exchange
• Hati-hati gagal napas
113. Neurologi - Mielomeningocele
• Bila terdapat lesi pada
L2-L4, maka persarafan
di bagian bawah
bilateral akan terkena
gangguan  paraplegi
• Beda plegi dengan
paresis? plegi lebih
berat (total)
• Jawaban: B. Paraplegi
114. Neurologi – Fraktur Basis Cranii
• Keywords
– Riwayat trauma (+)
– ↓kesadaran
– Otorea
• Otorea ditemukan pada
fraktur basis cranii fossa
media.
• Jawaban: C. Fraktur
basis kranii media
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Basis Lokasi Fraktur Gejala Klinis
Cranii
Fosa Anterior os.frontal, Ekimosis periorbita/racoon eyes
os.etmoidalis, Anosmia
os.sfenoid Rhinorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
(lesser wings)
Fosa Media os.sfenoid, Battle sign
os.temporalis Otorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
Hemotimpanum
Paresis N.VII dan N.VIII
Karotid-carvernous fistula
Fosa Posterior os.oksipital, Hematoma
os.parietal Battle sign
115. Neurologi - Spondilolistesis
• Paraparesis ekstremitas bawah lebih mungkin disebabkan
spondilolistesis. Pada spondilolistesis, sebuah segmen
vertebra selip ke arah anterior. Akibatnya, terjadi
penekanan radiks saraf, baik kiri maupun kanan
• Jawaban: E. Spondilolistesis
• Spondilitis? Umumny mengacu pada ankylosing
spondylitis, yaitu sebuah penyakit inflamasi pada vertebra
dan sendi-sendinya. Gejalanya berupa LBP kronik, berat di
pagi hari, membaik dengan aktivitas. (Seperti artritis
rematoid, tapi pada vertebra)
– AS yang berat akan menyebabkan fusi vertebra, dengan
gambaran radiologis khas yaitu bamboo spine
Tumor Medspin, HNP, Trauma
• Tumor medula spinalis? Gejalanya kronik, ada tanda-tanda
keganasan lain
• Hernia nukleus pulposus? Gejalanya berupa sciatica (LBP
yang menjalar ke ekstremitas bawah) unilateral, disertai
kelemahan otot, perubahan refleks, dan hipestesia. Nyeri
dipicu aktivitas.
• Trauma? Harusnya ada riwayat trauma
• Selain itu, ada juga yang namanya:
– Spondilosis: Degenerasi pada vertebra, bisa menyebabkan
penyempitan foramen neural. Ditandai dengan pembentukan
osteofit. (Seperti osteoartritis, tapi pada vertebra)
– Spondilolisis: Defek/fraktur pada pars interartikularis
PSIKIATRI (10)
116. Psikiatri – OCD
• Pada pasien OCD terjadi defisiensi serotonin
• Jawbaan: D. Serotonin
117. Psikiatri – Subtance Abuse
Disorder
• Urutan tata laksana pecandu narkoba:
– Diagnosis
– Detoksifikasi (mengeluarkan racun dari dalam
tubuh)
– Rehabilitasi (membiasakan hidup tanpa narkoba)
– Resosialisasi (adaptasi kembali ke dalam
kehidupan bermasyarakat)
• Jawaban: C. Diagnosis, detoksifikasi,
rehabilitasi, resosialisasi
118. Psikiatri – Antipsikotik
• Pasien ini kemungkinan mengalami gangguan
skizoafektif
• Masalah psikosis pada gangguan skizoafektif
ditangani dengan antipsikotik, diutamakan yang
generasi 2 (risperidon), karena efek sampingnya
lebih sedikit
• Masalah moodnya ditata laksana sesuai jenis, bila
depresi diberi SSRI, bila manik diberi lithium
• Prochlorperazine lebih sering dipakai sebagai
antiemetik
• Jawaban: B. Risperidone
119. Psikiatri – Depresi pasca
Menopause
• Untuk sulit tidur dan cemas, kombinasi
estrogen dan progesteron dosis rendah cukup
sebagai tata laksana
• Depresi berat memerlukan SSRI
• Depresi ringan cukup dengan hormone
replacement therapy
• Jawaban: B. Estrogen + Progesteron
120. Psikiatri – Transvestisme
• Mendapatkan kepuasan seksual dengan menggunakan
pakaian jenis kelamin lawannya  transvestisme
• Gangguan identitas kelamin  bila seorang laki-laki
ingin menjadi perempuan atau sebaliknya
• Gangguan preferensi seksual  istilah umum untuk
ketertarikan seksual terhadap hal-hal yang
sesungguhnya tidak memiliki nilai seksual
• Fetishisme  gairah seksual dipicu oleh benda tertentu
• Autoginefilia  kepuasan seksual didapat saat
membayangkan diri menjadi lawan jenis
• Jawaban: C. Transvestisme
121. Psikiatri – Body dysmorphic
disorder
• Merasa salah satu bagian tubuhnya berbentuk
tidak normal  body dysmorphic disorder
• Body integrity identity disorder  merasa
ingin diamputasi
• Jawaban: D. Body dysmorphic disorder
122. Psikiatri – Gangguan Disosiatif
• Menghilang, lalu muncul di tempat lain dengan
identitas yang berbeda  fugue
• Amnesia  hilang ingatan, tapi tidak ada
identitas baru
• Kepribadian ganda (dissosiasi identitas)  dua
identitas di saat bersamaan
• Derealisasi/depersonalisasi  merasa lingkungan
sekitar berubah bentuk, atau merasa manusia di
sekitarnya bukan manusia tapi robot
• Jawaban: B. Gangguan fugue disosiatif
123. Psikiatri – Distonia Akut
• Pasien mengalami distonia. • Dari kedua obat tersebut,
Apa penyebabnya? haloperidol-lah yang
• Dua hari lalu, pasien datang memiliki efek samping
dengan gaduh gelisah. berupa reaksi distonia akut
Umumnya, pasien gaduh • Tata laksana reaksi distonia
gelisah akan diterapi akut akibat obat adalah
dengan lorazepam IM atau antikolinergik. Bisa
haloperidol IM. diberikan benztropine
– Bila penyebabnya withdrawal IV/IM atau difenhidramin
alkohol atau benzodiazepine, IV/IM (lebih cepat IV).
lorazepam lebih baik. Hati-
hati depresi napas. • Jawaban: E. Sulfas atropine
– Bila penyebabnya psikosis, IM
haloperidol atau CPZ lebih
baik. Hati-hati akathisia,
distonia, atau kejang.
124. Psikiatri – Ekopraksia
• Katalepsi: fiksasi tubuh pada postur tertentu
yang tidak dapat diubah dengan stimulus
eksternal (contohnya pada skizofrenia katatonik)
• Katapleksi: hilangnya tonus otot secara
mendadak dan sesaat, biasanya akibat emosi.
Sering ditemukan pada penderita narkolepsi.
• Ekolalia: mengulang kata yang didengarkan
• Ekopraksia: mengulang gerakan yang dilihat
• Jawaban: E. Ekopraksia
125. Psikiatri – Sindroma
Ekstrapiramidal
Sindrom Ekstrapiramidal sering 4 gejala ekstrapiramidal utama
dihubungkan dengan sindrom • Pseudoparkinsonisme:
neuroleptic maligna, keduanya tremor, rigiditas, bradikinesia,
disebabkan oleh penggunaan akinesia, hipersalivasi, muka
obat neuroleptic (haloperidol) topeng, jalan diseret
• Akathisia: perasaan gelisah
• Jawaban: A. Sindrom yang menyebabkan pasien
Ekstrapiramidal tidak bisa diam
• Distonia: kontraksi spastis otot
(bisa terjadi di mata, leher,
punggung, dan lain-lain)
• Diskinesia tardif: gangguan
gerakan involunter (mioklonus,
tik, korea, dll.)
Sindroma Neuroleptik Maligna
Manifestasi klinis sindrom Pada pasien ini, memang ada
neuroleptik maligna adalah: gejala mendelikkan mata
• Tubuh kaku (distonia) dan sering
• Hipertermia mengeluarkan air liur
(pseudoparkinsonisme) yang
• Instabilitas otonom mengarah ke sindrom
(hipertensi, takipnea, ekstrapiramidal, pernyataan
takikardia, diaforesis) kejang dari keluarga pasien
• Penurunan kesadaran tidak jelas apakah seperti
gerakan kedutan wajah atau
kaku badan. Tapi, sindrom
neuroleptic maligna HARUS
ada hipertermia dan kekakuan
tubuh
KULIT (15)
126. Dermatologi – Dermatitis
Seboroik
• Keywords:
– keluhan gatal di kepala
– makula eritema dengan skuama
kekuningan dan berminyak
• Skuama kekuningan berminyak
merupakan tanda khas dermatitis
seboroik
• Tatalaksana DS pada kepala
adalah menggunakan shampoo
yang mengandung selenium
sulfat, ketokonazole shampoo
atau glukokortikoid topikal
• Pada soal tidak sebutkan secara
spesifik AB yang digunakan
sehingga terapi yang lebih dipilih
adalah glukokortikoid lotion
• Jawaban: B. Kortikosteroid topikal
Dermatitis Seboroik – Definisi, Etiologi,
Faktor Predisposisi
• Dermatitis seboroik (DS) • Etiologi: Malassezia furfur
merupakan dermatosis kronik • Faktor predisposisi
yang sering dijumpai yang – Hereditary diathesis 
ditandai oleh kemerahan dan keturunan
skuamasi yang muncul di regio – Berhubungan dengan para-
kulit dimana kerja kelenjar /psoriasis
sebasea paling aktif seperti – Parkinson disease
wajah, kulit rambut (scalp), – Paresis N.VII
area presterna dan lipatan – Emotional stress
kulit – HIV?
• Sinonim: Cradle cap (bayi),
pityriasis sicca/dandruff
• Lebih sering dijumpai pada
pria usia 20-50 tahun dan bayi
laki-laki
Dermatitis Seboroik – Terapi
Topikal (bergantung lokasi) Sistemik
• Dewasa: shampoo OTC • Ringan: itraconazole 100 mg
(mengandung selenium sulfide bid selama 2 minggu
atau zinc pyrithione). 2%
ketoconazole (shampoo), • Berat: 13-cis retinoic acid
glucocorticoid orally 1mg/kg  karena
(solution/lotion/gels), bersifat teratogenik, maka
pimecrolimus 1% (krim)
pasien dewasa perempuan
• Anak: oil olive compress, baby
perlu diberikan penggunaan
shampoo, 2% ketoconazole
(shampoo/cream), kontrasepsi atau dilarang
hydrocortisone (krim), hamil
pimecrolimus 1% (krim)
127. Dermatologi – Moluskum
Kontagiosum
• Keywords
– keluhan bintik-bintik putih di seluruh
tubuh
– Pada pemeriksaan fisik didapatkan
papul putih multipel dengan umbilikasi
di tengahnya
• Massa putih yang seperti nasi
tersebut adalah delle yang khas
ditemukan pada moluskum
kontagiosum. Penyakit ini sering pada
anak dan disebabkan oleh virus Pox.
• Pewarnaan pada moluscum
contagiosum adalah bertujuan untuk
mencari moluscum bodies dapat
menggunakan pewarnaan H & E
• Jawaban: E. Hematoxylin-Eosin
Moluskum kontagiosum
• Disebabkan oleh virus poks • Diagnosis: Histopatologi
• Terutama menyerang anak- daerah epidermis ditemukan
anak. Transmisi melalui kontak badan moluskum yang
kulit langsung dan otoinokulasi mengandung partikel virus,
• Gejala klinis: dengan pewarnaan
Hematoxylin-Eosin
– Inkubasi 1 sampai beberapa
minggu • Pengobatan:
– Papul milier, kadang lentikular, – Tingtur kantaridin 0,7% pada
berwarna putih seperti lilin, tiap lesi, dibiarkan 3-4 jam
berbentuk kubah yang di – Enukleasi menggunakan
tengahnya terdapat lekukan ekstraktor komedo, jarum
(delle). Jika dipijat keluar massa suntik, kuret
berwarna putih seperti nasi – Elektrokauterisasi atau bedah
– Lokalisasi: muka, badan, beku dengan CO2 dan N2
ekstremitas, genitalia eksterna
Moluscum Contagiosum –
Dermatopatologi
128. Dermatologi – Pitiriasis Rosea
• Keluhan bercak merah
di perut, dada,
punggung, dan lengan,
herald patch, berbentuk
pohon cemara terbalik
• Jawaban: D. Pitiriasis
rosea
Pitiriasis Rosea
• Erupsi kulit dengan gambaran spesifik herald
patch (lesi awal diikuti lesi sekunder
generalisata setelah 1-2 minggu), gambaran
seperti pohon cemara terbalik. Menyembuh
dalam 3-8 minggu
• Tatalaksana bersifat simptomatik:
– Antipruritus oral ataupun topikal (bedak asam
salisilat yang dibubuhi mentol ½-1%)
129. Dermatologi – Bakterial Vaginosis
• Wanita keluhan keluar
cairan dari kemaluan
berwarna abu-abu,
berbau amis dan gatal.
Sering berganti pasangan.
Pada pemeriksaan sekret
vagina: sel epitel vagina
dikelilingi oleh kuman
berbentuk basil (clue cell)
 Bacterial vaginosis
• Jawaban: A. Clue cells
Diagnosis Deferensial Duh Tubuh
Vagina
Bacterial Vaginosis
• Gejala:
– Duh tubuh berbau amis, warna putih homogen,
melekat pada dinding vagina dan vestibulum
– pH cairan vagina > 4,5
– Tercium bau amis seperti ikan pada duh tubuh vagina
yang ditetesi larutan KOH 10% (tes amin/Whiff test)
• Pemeriksaan penunjang:
– Ditemukan clue cell dari spesimen duh tubuh vagina
• Tatalaksana:
– Metronidazole 2x500mg/hari selama 5-7 hari atau
metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal
130. Dermatologi – Kondiloma
Akuminata
• Wanita, benjolan di
vagina, serupa pada
penis suami. Benjolan
multipel berukuran 2-10
mm di introitus vagina,
permukaan tidak rata.
• Diagnosis: Kondiloma
akuminata
• Penyebab: A. Virus
human papilloma
Kondiloma Akuminata
• Vegetasi oleh HPV biasanya tipe 6 dan 11
• Biasanya terdapat pada daerah lipatan yang
lembab  genitalia eksterna ♂ dan ♀
• Kelainan: vegetasi bertangkai dan berwarna
kemerahan/agak kehitaman, permukaan
berjonjot (papilomatosa)
131. Dermatologi – Morbus Hansen
• Laki-laki, dalam terapi MH 2 bulan, muncul
nodul-nodul merah yang nyeri di seluruh
tubuh
• Jawaban: B. Eritema nodusum leprosum
Reaksi Leprosy
• Terjadi akibat perubahan respon imun tubuh
menghadapi M. Lepra
• Dapat terjadi kapan saja  sebelum, selama,
ataupun sesudah pengobatan
• 2 jenis reaksi leprosy:
– Reaksi tipe 1 / Reversal
– Reaksi tipe 2 / ENL (Erythrema Nodusum
Leprosum)
Reaksi Reversal
• Akibat peningkatan
sistem imun melawan
basil lepra
• Gejala klinik:
– Kondisi cukup baik
– Sebagian/semua lesi
bertambah aktif atau
muncul lesi baru
– Bisa terjadi neuritis akut
Reaksi ENL
• Terjadi pada pasien
dengan jumlah basil
banyak. Muncul pada tipe
lepromatosa
• Akibat jumlah basil yang
banyak terbunuh 
melepaskan antigen 
reaksi alergi  gejala
dapat general
• Lesi seperti eritema
nodusum  merah,
keras, nyeri, nodul kutan
dan subkutan
Fenomena Lucio
• Reaksi sangat berat pada tipe lepromatosa
non nodular difus
• Nekrosis epidermal iskemik dengan nekrosis
pembuluh darah superfisial, edema, dan
proliferasi endotel pembuluh darah dalam
132. Dermatologi – Alergi
• Keywords:
– keluhan gatal-gatal di tubuh
– Membaik dengan pemberian antihistamin
• Untuk mengetahui penyebab alergi dilakukan
perlu dilakukan uji tusuk.
• Jawaban: B. Uji tusuk
Pemeriksaan Alergi
• Uji gores: kurang akurat, sudah • Uji provokasi
banyak ditinggalkan – Uji provokasi bronkial
• Uji tusuk – Uji provokasi makanan
– Lokasi: volar lengan bawah • Uji tempel
dengan jarak minimal 2 cm dari – Bila dicurigai dermatitis kontak
lipat siku dan pergelangan alergi
tangan
– Alergen diletakkan pada kulit
– Setetes ekstrak alergen dalam  (+) kalo eksantema dalam
gliserin diletakkan pada 48-72 jam
permukaan kulit  lapisan
superfisial kulit ditusuk dan
dicungkit ke atas dengan jarum
khusus.
– (+)  >2 mm
– Antihistamin, steroid harus
dihentikan
– Usia > 3 tahun
Uji Tempel
133. Dermatologi – Impetigo Krustosa
• Keywords
– S: anak, gatal dan keropeng di wajahnya
– O: ditemukan adanya makula eritema di
pipi kanan, pustula, dan krusta kuning
kekuningan yang mudah diangkat
• Diagnosis pada kasus ini adalah
impetigo krustosa yaitu suatu
penyakit infeksi kulit yang disebabkan
oleh infeksi S.β-hemolitikus
• Terapi
– Sistemik: bila berat, luas, ada demam;
gol.penisilin
– Topikal: lesi terbatas, penderita
‘sehat’;gol basitrasin/mupirosin/asam
fusidat
• Jawaban: B. Mupirosin krim
Impetigo
Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa
• Streptococcus B hemolyticus • Staphylococcus aureus
• Eritema dan vesikel yang • Eritema, bula, bula hipopion
cepat memecah, tampak di ketiak, dada, punggung
krusta tebal berwarna • Tatalaksana: Vesikel/bula
kuning seperti madu, dengan dipecahakn dan diberi
erosi di bawahnya. Predileksi antibiotik topikal (bila lesi
di muka sedikit), atau antibiotik
• Tatalaksana: Antibiotik sistemik (bila lesi banyak)
topikal (bila lesi sedikit) atau
antibiotik oral (bila lesi
banyak)
134. Dermatologi – Alergi
• Keywords:
– Wanita, gatal dan kemerahan
pada hampir seluruh badan
setelah mengkonsumsi udang
• Pada kasus ini terjadi reaksi
alergi tipe cepat.
Kemungkinan alergen
berupa protein udang.
Reaksi alergi tipe cepat
disebut juga sebagai reaksi
hipersensitivitas tipe I.
• Jawaban: B. Reaksi
hipersensitivitas tipe I
Reaksi Hipersensitivitas

• Tipe I: immediate, anafilaktik, IgE mediated


– Alergi, asma, rhinitis
• Tipe II: sitotoksik, antigen endogen, bisa juga eksogen, IgM/IgG mediated, minutes – hours
– Anemia hemolitik, ITP
• Tipe III: immune complex hypersensitivity, within hours
– SLE, RA
• Tipe IV: delayed type, cell mediated
– Mantoux test, dermatitis kontak
135. Dermatologi – PV
• Anak dengan bercak yang
gatal pada daerah leher,
makula hiperpigmentasi
dengan skuama halus.
KOH: hifa pendek dengan
spora bergerombol 
Pitiriasis versicolor
• Pemeriksaan dengan
lampu wood tampak
fluoresensi kuning
keemasan
• Jawaban: D. Fluoresensi
kuning keemasan
Mikosis Superfisialis – Rangkuman
Dermatofitosis Pitiriasis Versikolor Kandidiasis
Patogen Trychophyton sp. Malassezia furfur C.albicans
Mycrosporum sp.
Epidermophyton sp.
Lesi klinis Kulit: central healing & Bercak Korimbiformis,
tepi aktif, hipopigmentasi + basah, hen &
Kepala: grey patch, skuama halus; batas chicken
black dot, kerion tegas appearance, batas
difus
Hifa & spora Hifa panjang bersekat Hifa pendek Hifa semu
dan bercabang Spora bulat Blastospora
Spora berderet berkelompok
(artrospora) (spaghetti and
meatballs)
Lain - berpendar kuning Sel Ragi (+)
keemasan dengan
lampu Woods
Lampu Wood
• Merupakan sumber sinar ultraviolet yang
difilter dengan nikel oksida.
• Hasil:
– Fluoresensi hijau: ringworm
– Fluoresensi merah terang: eritrasma
– Fluoresensi kuning keemasan: pitiriasis versikolor
136. Dermatologi – Karsinoma Sel
Basal
• Laki-laki 50 tahun, benjolan
di hidung, tidak terasa nyeri
dan gatal. Tampak nodul
ulseratif dengan tampilan
mengkilat seperti mutiara,
tampak telangiektasia.
• Diagnosis pada pasien ini
adalah karsinoma sel basal
• Faktor risiko berupa
pajanan UV berlebihan
• Jawaban: D. Karsinoma sel
Basal
Karsinoma Sel Basal
• Disebut juga basalioma, epitelioma sel basal, ulkus rodens
• Jenis kanker kulit yang paling sering ditemukan
• Bersifat invasif, merusak jaringan sekitar, dapat sampai ke
tulang, namun jarang metastasis
• Gambaran klinis bermacam-macam:
– KSB nodular: Papul/nodus berkilat seperti lilin dengan
telangiektasis di atasnya. Sering berkembang menjadi ulkus
dengan tepi papul/nodus berkilat (pearly border)
– KSB morfea: Bercak indurasi, hipotrofi, seperti jaringan parut
– KSB superfisial: Bercak eritematosa, erosif, disertai skuama dan
krusta
Karsinoma Sel Skuamosa
• Disebut juga karsinoma sel prickle, karsinoma
epidermoid
• Neoplasma sel keratinosit, tumbuh cepat dan
mudah bermetastasis
• Gambaran klinis:
– Benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh
– Papul keras-kenyal, sewarna kulit atau eritematosa
– Dapat berbentuk ulkus, nodus atau papul
keratotik yang tebal
Melanoma Maligna
• Kanker dari sel melanosit
• Faktor: Iritasi yang berulang pada tahi lalat
• Gambaran klinis:
– Bercak, benjolan, luka berwarna merah, abu-abu,
kehitaman, atau kebiruan
– Tidak nyeri dan makin membesar
– Perubahan warna, ukuran, bentuk pada tahi lalat.
Kadang terasa gatal dan berdarah bila digaruk
Keratosis Aktinik
• Disebut juga solar keratosis
• Lesi prekanker, dapat berkembang menjadi
karsinoma sel skuamosa
• Tampak seperti bagian kering, terasa kasar,
kadang bersisik
• Muncul di tempat yang terekspos matahari,
seperti leher, tangan, kepala
137. Dermatologi – Kusta
• Keywords
– keluhan terdapat beberapa bercak pada kulitnya yang sebagian
menebal dan baal
– Status dermatologis: lesi infiltrat difus, beberapa papul dan nodul,
distribusi simetris, anestesi tidak jelas
– Pemeriksaan BTA (+) dan globus
• Diagnosis pada pasien ini adalah kusta. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi oleh M.leprae.
– M.leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti
mukosa saluran napas bagian atas, hati dan sumsum tulang kecuali
SSP.
• Lesi infiltrat difus, ada nodul, distribusi simetris dan anestesi tidak
jelas. Pemeriksaan BTA (+) dan globus  LEPROMATOSA (LL)
• Jawaban: D. LL
Kusta – Diagnosis, PF
Diagnosis kusta ditegakkan bila • PF
ditemukan 1 tanda kardinal – lesi hipopigmentasi, anestesi,
berikut: pembesaran saraf yang
terlibat
1. Adanya lesi kulit yang khas
– Rasa nyeri  jarum
dan kehilangan sensibilitas
– Rasa raba  kapas
– Lesi tunggal/multi,
hipopigmentasi/merah/tem – Rasa suhu  2 tabung reaksi
baga, makula/papul/nodul – Uji fungsi otonom  tes
Gunawan
2. BTA positif
– Diambil di tempat paling aktif • Lepromin test
– Cuping telinga kanan/kiri + 2- • Ziehl-Neelsen stain
4 lesi aktif.
Kusta - Klasifikasi

7/8/2015 322
138. Dermatologi – Miliaria Rubra
• Bayi 10 bulan, gatal, banyak berkeringat, demam, papul
eritema  miliaria rubra
• Jawaban: A. Miliaria rubra
• Miliaria disebabkan oleh retensi keringat akibat
sumbatan pada kelenjar keringat, biasa terjadi bila ada
peningkatan suhu atau kelembapan
• Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi di antara stratum
korneum dengan batas dermal-epidermal,
menyebabkan papul eritema yang sangat gatal
• Tata laksana: bedak salisil 2% dengan mentol 0,25-2%
Miliaria Kristalina dan Profunda
MILIARIA KRISTALINA MILIARIA PROFUNDA
• Sumbatan di stratum • Sumbatan di batas
korneum dermis-epidermis
• Bentuk berupa vesikel • Papul warna kulit, tidak
bergerombol tanpa tanda gatal
radang, tidak ada keluhan • Tata laksana: Losio
• Tidak perlu pengobatan calamin dengan atau
tanpa mentol 0,25%

Istilah miliaria superfisialis


dan intermediat tidak ada
139. Dermatologi – LSK
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA (LIKEN SIMPLEKS
KRONIK, LIKEN VIDAL)
• Peradangan kulit kronis, sirkumskripta, terdapat
penebalan kulit dan likenifikasi
• Terjadi karena kulit digaruk terus karena gatal sekali
(ingat, gatal muncul sebelum lesi, bukan karena lesi)
• Gatal paling terasa saat pasien tidak ada kegiatan,
berhubungan dengan stres
• Tata laksana: kortikosteroid topikal potensi kuat
(betametason, triamsinolon), kalau perlu bisa diberikan
antihistamin oral, umumnya yang sedatif
• Jawaban: E. Liken Simpleks Kronis
140. Dermatologi – Herpes Zoster
VARICELLA (CACAR AIR) HERPES ZOSTER (DAMPA, CACAR
• Infeksi primer varisela-zoster ULAR)
• Demam diikuti vesikel bentuk • Reaktivasi virus varisela-zoster
tetesan embun (tear drops) • Vesikel berkelompok dengan
multipel yang menyebar dari dasar eritema dan edema,
badan ke muka dan nyeri (+)
ekstremitas. Lesi polimorfik. • Penunjang: tes Tzanck
• Penunjang: tes Tzanck  sel • Tata laksana:
datia berinti banyak – Asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau
• Tata laksana: valacsiklovir 3 x 1000 mg (1
– <12 tahun: simptomatik hari), harus diberikan dalam 3
hari setelah gejala muncul
– >12 tahun: Asiklovir 5x800 mg
(7 hari) • Jawaban: B. Herpes zoster
– Risiko tinggi, imunosupresi: +
VZIG (varicella-zoster
immunoglobulin) dalam 96 jam
setelah gejala muncul
Herpes Zoster – Patogenesis, Bentuk
Klinis, Tatalaksana
• Patogenesis • Bentuk-bentuk klinis Herpes
– Terjadi pada pasien dengan Zoster
riwayat infeksi varicella 1. Herpes zoster oftlamikus 
– Disebabkan oleh VZV (Varicella- th/ asiklovir (5x800 mg 7
Zoster Virus) hari), valasiklovir (3x1000 mg)
– Pada pasien varicella yang telah 2. Sindrom Ramsay-Hunt (Ggn
sembuh, virus akan dorman N.V & VII)  th/ prednison
dan tinggal di ganglion (3x20 mg 7 hari)
posterior susunan saraf tepi 3. Herpes zoster abortif  th/
dan ganglion kranialis. Pada asiklovir (5x800 mg 7 hari),
keadaan sistem kekebalan bedak, kompres terbuka (jika
tubuh yang turun, virus akan erosif), AB (jika ulkus)
mengalami reaktivasi dan 4. Herpes zoster generalisata 
menyebabkan herpes zoster idem atas
5. Neuralgia pasca-herpetik 
th/ gabapentin
FORENSIK (10)
141. Forensik – Keracunan CO
• Mati, ditemukan dalam mobil dalam keadaan
menyala  kemungkinan keracunan CO.
• Afinitas CO terhadap Hb 208-245x O2
• Terjadi gangguan pengikatan O2 dan hemoglobin
oleh gas CO.
• Jika orang keracunan CO dipindahkan ke udara
bersih dan berada dalam keadaan istirahat, maka
kadar COHb menurun, dan dapat mengikat O2
lagi.
• Jawaban: D. Inhibisi pengikatan O2 oleh CO
142. Forensik – Tersengat Listrik
• Kabel yang terkelupas + tangan mengalami luka bakar
 luka listrik.
• Luka listrik  luka bakar dengan tepi yang menonjol,
disekitarnya terdapat daerah pucat dikelilingi kulit yang
hiperemis.
• Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebab.
• Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat
ditimbulkan pasca mati
• Kematian terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhanan, otot napas dan kelumpuhan pusat
napas.
• Jawaban: A. Gangguan konduksi jantung
143. Forensik – Empati
• Hak dasar kesehatan pasien adalah mendapat
informasi.
• Option A dan B sebetulnya benar, hanya
tinggal timing-nya kapan, perlu diperhatikan
mengenai empati terhadap pasien juga.
• Option A akan lebih benar jika ditambahkan
keterangan ‘sampai dengan kondisi pasien
stabil dan memungkinkan’.
• Jawaban: B. Tetap memberitahu pasien
Hak dasar kesehatan
• The right to health care  mendapat
pelayanan medis
• The right to self determination
– Hak atas informasi
– Hak pilih/tolak dokter
– Hak tolak pengobatan ttt
– Hak stop pengobatan
– Hak euthanasia
144. Forensik – VeR
• Idealnya, laporan visum yang dibuat adalah pada saat kapan surat
permintaan visum datang. Jadi, dalam kasus ini option yang paling tepat
adalah D, korban harus dihadirkan kembali ke RS untuk diperiksa sesuai
dengan tanggal surat permintaan visum datang. Namun demikian,
terkadang hal ini sulit diterima oleh penyidik, tugas kita adalah
memberikan pemahaman kepada penyidik. Pilihannya ada 2, hadirkan
korban kembali saat SPV datang ATAU ubah tanggal SPV-nya sesuai tanggal
pemeriksaan/tambahkan permintaan pada SPV-nya untuk membuka hasil
pemeriksaan 2 hari yang lalu
• Pembuatan visum dilakukan sesuai dengan hari pemeriksaan dan
diperlukan adanya surat permintaan visum dari penyidik. Sehingga pasien
harus diperiksa ulang sesuai tanggal SPV.
• Bila tidak terdapat SPV, maka surat keterangan yang dibuat bukan VeR
tetapi surat keterangan medis.
• Jawaban: D. Meminta polisi membawa korban dan diperiksa lagi
VeR
• Umumnya korban dengan • Terhadap surat permintaan
luka ringan datang ke dokter visum yang datang
setelah melapor ke polisi, bersamaan dengan korban,
sehingga mereka datang maupun yang datang
dengan membawa serta terlambat harus dibuatkan
surat permintaan visum. visum et repertum. Visum
Sedangkan korban luka ini dibuat setelah
sedang/berat akan datang perawatan/pengobatan
ke dokter sebelum melapor selesai, kecuali pada visum
ke penyidik  surat et repertum semetara dan
permintaan akan terlambat. perlu pemeriksaan ulang
pada korban bila surat
permintaan datang
terlambat.
145. Forensik – Kesimpulan VeR
• BB: 2200 gram  viabel
• Panjang 49 cm, lingkar kepala 35 cm, lanugo
sudah mulai sedikit, kuku tangan sudah
melebihi jari.  cukup bulan
• Luka memar di frontooccipital  kekerasan
tumpul di kepala.
• Jawaban: C. Ditemukan jenazah bayi layak
hidup, cukup bulan, ditemukan memar tanda-
tanda kekerasan tumpul di bagian kepala
Viabel & Cukup Bulan
• Viabel (dapat hidup di • Cukup bulan (matur)
luar kandungan) – Hamil>36 minggu
– Kehamilan>28 minggu – Panjang badan (kepala-
– Panjang badan (kepala- tumit) > 48 cm
tumit) >35cm – BB 2500-3000 gram
– Berat badan > 1000 gram – Lingkar kepala . 33 cm
– Lingkar lepala>32 cm – Ciri lain: lanugo sedikit,
– Cacat bawaan fatal (-) tulang rawan telah
sempurna (daun telinga
dilipat akan kembali ke
semula), diameter tonjolan
susu>7mm, kuku jari telah
melewati ujung jari.
146. Forensik – Informed Consent
• Usia pasien masih di bawah umur  informed
consent dari orang tua.
• Peraturan Menteri Kesehatan tentang informed
consent, batas umur yang dapat memberi
informed consent: 18 tahun.
• Jawaban: D. Dokter tidak bisa meminta
persetujuan operasi kepada pasien karena pasien
masih dibawah umur dan menyatakan harus
tetap meminta persetujuan orang tua pasien
147. Forensik – Kasus Perkosaan
• Hymen robek  tanda ada sesuatu masuk ke
vagina, belum tentu penis
• Bekuan semen di liang vagina  tanda pasti
persetubuhan
• Kemerahan dan lecet  tanda kekerasan
• Jawaban: D. bekuan semen
148. KDM – Beneficence
• Setiap dokter dalam prakteknya dihadapakan kondisi yang
terkadang membinggungkan dalam mengambil keputusan.
• Prima facie dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan
keputusan tersebut
– Justice
– Non-Malaficence
– Beneficence
– Autonomy
• Pada kasus ini, Dokter semetinya mengedukasikan pasien agar mau
menginformasikan penyakitnya ke istrinya terkait penyakit yang
diderita (AIDS dan TBC), mengingat penyakit tersebut memiliki
potensi penularan ke istri atau anggota keluarga yang lain
Beneficence
• Jawaban: B. Mengedukasi pasien agar memberi tahu istri demi
kesehatan
Beneficence
• Beneficence lebih ke melindungi pasien
– General beneficence :
• mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
• menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang
lain,
– Specific beneficence :
• menolong orang cacat,
• menyelamatkan orang dari bahaya.
149. Forensik – Penjeratan
• Bila autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib memberitahu kepada
keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan
• Pasal 134 KUHAP  autopsi dilakukan setelah keluarga korban tidak
keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga keluarga korban, atau keluarga korban tidak ditemukan
• Tetapi dari jejas luka yang ditemukan pada pasien, kemungkinan akibat
penjeratan (tindakan pidana), oleh karena itu kasus tersebut harus
dilakukan penyidikan, dan dokter dapat melakukan otopsi setelah
diberikan mandat berupa surat dari penyidik, jaksa/hakim (lembaga
peradilan)
• Pasal 222 KUHP --> mereka yang menghalangi pemeriksaan jenazah
untuk kepentingan peradilan diancam hukuman. Jadi pasal sebelumnya
gugur.
• Jawaban: D. Otopsi dilakukan menunggu ijin dari pengadilan
Pembunuhan vs. Bunuh Diri
Pembunuhan Bunuh Diri
Alat penjerat
Simpul Simpul mati Hidup
Jumlah lilitan Satu Satu/lebih
Arah Datar Serong ke atas
Jarat titik tumpu-simpul Dekat Jauh

Korban
Jejas jerat Datar Meninggi ke arah simpul
Luka perlawanan + -
Luka-luka lain Ada -
Jarak dari lantai Jauh Dekat

TKP
Lokasi Variasi Sembunyi
Kondisi Tidak teratur Teratur
Pakaian Robek/tidak teratur Rapi dan baik
Alat Dari si pembunuh Berasal dari TKP
Surat peninggalan - +
Ruangan Tak teratur, terkunci dari luar
150. Forensik – Luka Tembak Dekat
• Luka tembak • Kelim lecet: bagian yang kehilangan
– LT tempel  terdapat jejas laras kulit ari yang mengelilingi lubang
– LT sangat dekat (maksimal 15 cm)  akibat anak peluru yang menembus
terbentuk akibat anak peluru, mesiu, kulit
jelaga dan panas/api  kelim api
• Kelim kesat: usapan zat yang melekat
– LT dekat  terbentuk akibat anak pada anak peluru (pelumas, jelaga,
peluru dan mesiu  kelim jelaga
(maksimal 30 cm), kelim tato dan elemen mesiu) pada tepi lubang
(maksimal 60 cm) • Kelim tato: butir-butir mesiu yang
– LT jauh (> 60 cm)  terbentuk akibat tidak habis terbakar yang tertanam
komponen anak peluru  kelim kesat pada kulit di sekitar kelim lecet.
dan kelim lecet
• Kelim jelaga: penampilan jelaga/asap
pada permukaan kulit di sekitar
Jawaban: B. 25-30 cm lubang luka tidak masuk
• Kelim api: daerah hiperemi atau
jaringan yang terbakar yang terletak
tepat di tepi lubang luka
IKK & RISET
151. IKK – Five Star Doctor
• Keywords:
– Dokter memberitahukan informasi kepada ketua RT agar membantu
menangani masalah tersebut dengan cara melakukan fogging dan PSN
– Dokter meminta ketua RT agar memberitahukan hal ini kepada
masyarakat setempat
• Five Star Doctor:
– Penyedia Pelayanan Kesehatan & Perawatan (Care provider)
– Pengambil Keputusan (Decision-maker)
– Komunikator yang baik (Communicator)
– Pemimpin Masyarakat (Community leader)
– Pengelola Manajemen (Manager)
• Dokter diharapkan mampu bekerja sama secara harmonis dengan
individu dan kelompok lain (dalam hal ini, pak RT)
• Jawaban: D. Manager
1. Care Provider. 3. Communicator.
• Memperlakukan pasien secara holistik • Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.
• memandang Individu sebagai bagian integral dari • Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang
keluarga dan komunitas. efektif.
• Memberikan pelayanan yang bermutu, • Mampu memberdayakan individu dan kelompok
menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi. untuk dapat tetap sehat.
• Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling
percaya. 4. Community Leader.
• Dapat menempatkan dirinya sehingga
2. Decision Maker. mendapatkan kepercayaan masyarakat.
• Kemampuan memilih teknologi • Mampu menemukan kebutuhan kesehatan
• Penerapan teknologi penunjang secara etik. bersama individu serta masyarakat.
• Cost Effectiveness • Mampu melaksanakan program sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
5. Manajer.
• Mampu bekerja sama secara harmonis
dengan individu dan organisasi di luar dan di
dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitas.
• Mampu memanfaatkan data-data kesehatan
secara tepat dan berhasil guna.
152. IKK – Standar Pelayanan
Kedokteran Keluarga
• Keywords:
– DM tipe 2 tidak terkontrol
– DM sudah 7 tahun
• Dokter harus mencari tahu mengapa penyakit pasien
tidak terkontrol, kemudian mencari solusi yang tepat
bagi pasien
• Dokter tidak hanya mengobati fisik tetapi juga harus
menyadari bahwa pasien terdiri dari mental, sosial,
spiritual, dan pasien dipengaruhi oleh lingkungannya
 harus menangani secara holistik
• Jawaban: B. Holistik
5 Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga
153. IKK – Family Genogram
• Keywords:
– Pasien curiga DM
– Ibu pasien menderita DM
– Ayah pasien menderita hipertensi, meninggal
mendadak
– Pasien punya anak laki-laki dan perempuan
• Pada kasus ini kemungkinan pasien menderita
penyakit yang diturunkan sehingga diperlukan
family genogram
• Jawaban: E. Family genogram
Family genogram dan APGAR
154. IKK – Jenis Rujukan

Keywords:
Antar Dokter
• Interval referral: pelimpahan wewenang dan
Pasien diresusitasi oleh dokter IGD, tanggung jawab pasien sepenuhnya kepada 1
lalu dioperasi oleh dokter bedah, dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut,
kemudian dirawat kembali oleh dokter tersebut tidak ikut menanganinya
dokter IGD • Split referral: pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab pasien sepenuhnya kepada
beberapa dokter konsultan untuk jangka
Antar Instansi waktu tertentu, dan selama jangka waktu
tersebut, dokter tersebut tidak ikut
• Horizontal: setingkat, misalnya menanganinya
dari dokter A ke dokter B tetapi • Collateral referral: menyerahkan wewenang
masih dalama 1 strata dan tanggung jawab penanganangan
penderita hanya untuk satu masalah
• Vertikal: naik atau turun tingkat, penanganan spesialistik saja
misalnya dari puskesmas ke • Cross referral: menyerahkan wewenang dan
rumah sakit. tanggung jawab pasien kepada dokter lain
untuk selamanya

• Jawaban: A. Interval referral


155. IKK
• Keywords:
– Tiga puluh lima orang dari lansia tersbut adalah pasien penyakit
jantung, DM tipe 2, asam urat, dll.
– Semua pasien tersebut juga mengalami obesitas dan hipertensi

• DM + HT + obesitas  mengarah ke sindrom metabolic, dengan


komplikasi berupa penyakit jantung, dll
• Salah satu metode terapi pasien dengan sindrom metabolik adalah
dengan meningkatkan aktivitas fisik dan mencegah sedentary
lifestyle
• Menurut kerucut Edgar Dale, pasien akan lebih ingat dan lebih bisa
mengubah kebiasaan mereka apabila mereka melakukannya
• Jawaban: A. Membuat kegiatan olahraga bersama
Edgar Dale’s cone of learning
156. IKK – Diagnosis Komunitas
• Keywords:
– Anda akan melakukan evaluasi pada program pemberantasan penyakit
menular yang tidak sesuai dengan target pencapaian
– Anda telah menemukan prioritas masalah yang akan dievalusai
• Metode diagnosis komunitas
– Mengidentifikasi masalah
– Menetapkan prioritas masalah
– Menganalisis penyebab masalah
– Menentukan alternatif pemecahan masalah
– Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah
– Memilih alternatif pemecahan masalah
– Implementasi
– Follow up
• Jawaban: C. Menentukan penyebab masalah yang mungkin
157. IKK – Penyakit Akibat Kerja
• Keywords:
– Pasien berobat dengan keluhan saluran nafas
– Pasien bekerja sebagai pekerja pabrik semen dan tinggal di
rumah kontrakan sekitar pabrik
– Beberapa teman kerjanya juga mengalami keluhan yang sama
• Teman kerja mengalami keluhan yang sama (tetangga tidak
disebutkan mengalami keluhan yang sama)  menandakan
keluhan tersebut akibat bekerja di pabrik semen
• Pabrik seharusnya menyediakan APD
• Timbulnya penyakit akibat kerja menandakan bahwa
pekerja tidak patuh memakai APD atau pabrik tidak
menyediakan APD
• Jawaban: C. Penggunaan APD yang tidak baik
158. IKK – Jenis Rujukan
Keywords: Antar Dokter
Pasien memiliki ulkus DM sehingga • Interval referral: pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab pasien sepenuhnya kepada 1
ingin dikonsulkan kepada spesialis dokter konsultan untuk jangka waktu
penyakit dalam sedangkan masalah tertentu, dan selama jangka waktu tersebut,
dokter tersebut tidak ikut menanganinya
kesehatan lainnya tetapi ditangani
• Split referral: pelimpahan wewenang dan
oleh dokter Puskesmas tersebut tanggung jawab pasien sepenuhnya kepada
beberapa dokter konsultan untuk jangka
waktu tertentu, dan selama jangka waktu
Antar Instansi tersebut, dokter tersebut tidak ikut
menanganinya
• Horizontal: setingkat, misalnya dari
dokter A ke dokter B tetapi masih • Collateral referral: menyerahkan wewenang
dan tanggung jawab penanganangan
dalama 1 strata penderita hanya untuk satu masalah
• Vertikal: naik atau turun tingkat, penanganan spesialistik saja
misalnya dari puskesmas ke rumah • Cross referral: menyerahkan wewenang dan
sakit. tanggung jawab pasien kepada dokter lain
untuk selamanya
• Jawaban: D. Collateral referral
159. IKK – Kerucut Edgar Dale
• Keywords:
– Tingginya jumlah balita yang mengalami defisiensi vit A
– Banyak bahan pangan yang mengandung vit A
– Sebagian besar masyarakat buta huruf dan hanya mengerti
bahasa daerah

• Alasan: keterbatasan bahasa, agak sulit menggunakan


media tertentu: flip chart, poster, video
• Di sana tersedia banyak bahan pangan, tidak sulit
melakukan penyuluhan dengan benda asli (exhibition –
penyuluhan dengan model)
• Keterbatasan bahasa bisa diatasi dengan bantuan kader
• Jawaban: B. Benda asli
Edgar Dale’s cone of learning
160. IKK – Disease Attack Rate
• Keywords:
– Ayah, ibu, 5 anakusia 2-10 tahun, kakek, nenek
– 3 anakterkenacampak
– Ayah, ibu, kakek, danneneksudahpernahterkenacampak

• Attack rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang


ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama
– Pada kasus ini penduduk yang mungkin terkena adalah 5 orang anak
yang berusia 2-10 tahun
• Rumus
Attack Rate = Jumlah penderita baru dalam satu saat
Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut

• Jadi attack rate pada kasus ini adalah 3/5atau 60%


• Jawaban: D. 60%
161. Riset – Desain Penelitian
• Keywords:
– Pasien bebas memilih metode kontrasepsi yang diinginkan
– Subjek penelitian adalah perempuan yang mulai menggunakan
metode kontrasepsi sepanjang tahun 2011 dan dilihat hasilnya pada
akhir tahun 2012

• Pasien bebas memlilih  tidak ada intervensi dari peneliti  bukan


uji klinis, melainkan tergolong ke dalam quasi-experiment design
• Tidak ada intervensi + ada periode follow up  kohort (termasuk
quasi-experiment design)
• Desain kohort tidak hanya digunakan pada studi etiologi (sebab-
akibat, faktor risiko-penyakit), tetapi juga bisa digunakan untuk
menilai efek pengobatan/tindakan
• Jawaban: B. Cohort
162. Riset – Desain Penelitian
• Keywords:
– Dokter ingin melakukan penelitian tentang jumlah
kasus difteri yang ada di wilayah kerjanya

• Penelitian mengenai jumlah kasus


(prevalensi/insidens) merupakan penelitian
deskriptif. Yang paling cocok digunakan untuk
penelitian tersebut adalah metode survey
(tergolong ke dalam cross sectional)
• Jawaban: C. Cross sectional
163. Riset – Uji Diagnostik

Penyakit Total
(+) (-)
(+) 132 (a) 1014 (b) 1146
Se: a/(a+c)
Skrining

Sp: d/(b+d)
(-) 79 (c) 62266 (d) 62345 PPV: a/(a+b)
NPV:
Total 211 63280 63491 d/(c+d)

Gold standar (+) dengan test diagnostik baru


(+)  kolom (a)
Gold standard (-) dengan test diagnostik baru
(+)  kolom (b)
Gold standard (+) dengan test diagnostik baru
(-)  kolom (c)
• Sensitivitas: Formulasi:
Gold standard (-) dengan test diagnostik baru a/(a+c) = 132/211
(-)  kolom (d) • Jawaban: A. 132/211
164. Riset – Uji Hipotesis
• Keywords:
– Hubungan antara bukan perokok, perokok ringan, sedang, dan berat
dengan prevalensi penyakit ISPA

• Variabel bebas (kategorik: ordinal, >2)


– Bukan perokok
– Perokok ringan
– Perokok sedang
– Perokok berat
• Variabel tergantung (kategorik: nominal)
– Prevalensi penyakit ISPA (yes/no)
• Uji hipotesis yang tepat digunakan adalah uji Chi Square
• Jawaban: A. Chi square
Memilih uji statistik untuk 2 kelompok (variabel
independen berskala kategorik)
Skala pengukuran Tidak berkaitan Berkaitan
(variabel dependen)

Nominal X2 (2x2) Uji McNemar


Uji exact Fisher

Ordinal Uji Kolmogorov- - Uji Sign


Smirnov - Uji Wilcoxon
Uji Mann-Whitney matched-paired

Numerik
Uji t unpaired Uji t paired

Desain penelitian paralel 2 kelompok Before and after


Cross over 2-way

Tulisan merah  HAFALKAN!


Panah biru  “jika syarat tidak terpenuhi, maka berubah menjadi…”
Memilih uji statistik untuk >2 kelompok (variabel
independen berskala kategorik)
Skala pengukuran Tidak berkaitan Berkaitan
(variabel dependen)

Nominal X2 (rxc) Uji Cochran Q

Ordinal Uji Kruskal-Wallis Uji Friedman

Numerik
Uji Anova Uji Anova related

Desain penelitian paralel >2 kelompok • Before and after


• Cross over 2-way
• Matched paired
Korelasi dan Regresi
Skala Korelasi Regresi Korelasi
pengukuran 1 variabel independen
(variabel berskala numerik
dependen)
Regresi linier
Nominal Regresi 1 variabel independen,
logistik biasanya numerik

Ordinal Uji Spearman Regresi multiple


>1 variabel independen,
Numerik - Regresi linier biasanya numerik, tapi
- Uji Pearson - Regresi kategorik juga boleh
multipel
Regresi logistik
1 atau lebih variabel
independen, biasanya
numerik, tapi kategorik juga
boleh
Uji Hipotesis
Catatan tambahan:
- Uji Fischer digunakan apabila syarat uji Chi-square tidak terpenuhi
dimana:
(a) Jumlah subyek total n<20, atau
(b) Jumlah subyek antara 20-40 dengan nilai expected (E) <5
untuk tabel 2x2

- Korelasi digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang


berbanding lurus (korelasi positif) atau berbanding terbalik (korelasi
negatif) antara 2 variabel numerik, dan seberapa kuat korelasi yang
didapatkan. Contoh: hubungan antara berat badan dan tinggi badan
Regresi Logistik
• Regresi logistik digunakan untuk menghasilkan formula yang dapat
memprediksi probabilitas terjadinya suatu outcome (1 variabel
dependen/VD nominal) menggunakan 1 atau lebih variabel
independen/VI (numerik atau kategorik).
• Dari formula tsb juga dapat diketahui berapa besar kontribusi tiap
variabel independen terhadap terjadinya outcome (kontribusi maksimal
sebesar 100% atau 1).
• Odds Ratio suatu VI yang berskala kategorik juga bisa diketahui
menggunakan regresi logistik.
Contoh kasus: penelitian yang ingin mencari hubungan antara adanya
faktor keturunan (ya/tidak, skala nominal) dan kadar trigliserida serum
(skala numerik) dengan terjadinya penyakit DM tipe 2 (ya/tidak, skala
nominal)
Regresi Linier dan Multipel
• Regresi linier dan regresi multiple digunakan untuk menghasilkan formula
yang dapat memprediksi nilai sebuah VD (numerik) menggunakan 1
(untuk linier) atau lebih (untuk multiple) VI (numerik atau kategorik).
• Kontribusi tiap VI dapat diketahui, berupa koefisien VI tersebut, sehingga
peningkatan 1 poin VI (jika numerik) akan mengubah nilai VD sebesar
koefisien tsb. Koefisien dapat bernilai positif atau negatif.
Contoh kasus regresi linier: penelitian yang ingin mencari hubungan antara
total asupan energy per hari (numerik) dengan IMT (numerik). Peneliti juga
ingin mengetahui seberapa besar peningkatan asupan energy dapat
meningkatkan/menurunkan IMT
Contoh kasus regresi multiple: penelitian yang ingin mencari hubungan antara
total asupa energy per hari (numerik) dan skor aktivitas fisik (numerik)
dengan IMT (numerik).
165. Riset – Risiko Relatif
• Studi ini merupakan studi etiologi dengan
desain prospektif (kohort) untuk
menyatakanadanyapengaruhmakaneskrimterh
adapterjadinyasakitkepala
• Pada kohort digunakan rumus RR (Relative
Risk)
𝑎 20
(𝑎+𝑏) 73
RR = 𝑐 = 9 = 2,2
(𝑐+𝑑) 72

• Jawaban: A. 2,2
Studi Kohort – Konsep
166. Riset – Desain Penelitian
• Keywords:
– Hubungan kanker hati dengan konsumsi alcohol selama 5
tahun
– Penelitian yang paling mudah digunakan

• Jenis studi yang mungkin digunakan untuk mencari


hubungan etiologi: kohort, case control, cross sectional
• Kasus kanker hati  jarang
• Untuk penyakit yang jarang ditemukan  desain paling
cocok adalah case control
• Jawaban: D. Case control
167. Riset – Sampling
• Mengelompokan sampel berdasarkan strata
pendidikan berupa rendah, menengah dan
tinggi
• Jawaban: D. Stratified random sampling
Metode Sampling Simple random sampling: mengacak sederhana dengan
bantuan tabel/komputer

Systematic random sampling: mengacak teratur dan


sistematis, 1/n dari n
Probability
sampling Stratified random sampling: mengacak berdasarkan
strata

Cluster random sampling: mengacak berdasarkan


Metode daerah/wialayah
Sampling
Consecutive sampling: mengambil subjek sesuai
kriteria inklusi/eksklusi
Non-
Convenient/Accidental/Captive sampling: mengambil
probability
subjek sesuai kenyamanan peneliti
sampling
Purposive/Judgement/Quota sampling: mengambil
subjek sesuai dengan pertimbangan subyektif peneliti

Snowball sampling: peneliti meminta subjek pertama


untuk menunjukkan orang yang dapat dijadikan subjek
Probability sampling: setiap subjek dalam penelitian memiliki peluang yang sama untuk dipilih
Non-probablity sampling: peluang subjek untuk dipilih tidak sama
168. Riset – Risiko Relatif
• Lihatpertanyaannya:
“Berapakahrisiko relative
Campak
bayi yang Total
tidakmendapatvaksincamp (+) (-)
akterhadapkejadiantimbuln
yapenyakitcampak?”  (+) 100 (a) 900(b) 1000

Tanpa
Vaksin
Tanpa vaksin dianggap
(-) 20 (c) 980 (d) 1000
sebagai faktor risiko campak
(+) Total 120 1880 2000
• Rumus RR (Relative Risk)
𝑎 100
(𝑎+𝑏) 1000
RR = 𝑐 = 20 =5
(𝑐+𝑑) 1000

• Jawaban: B. 5
Studi Kohort – Konsep
169. IKK – Incidence Rate
Jumlah penderita baru
• Incidence Rate = Jumlah penduduk berisiko
10+15+10+5+10+10+20
=
110.000
= 0,07%
• Pendudukberisiko artinyatidakmenderitapenyakit yang dimaksud
di awalperiodedanmasihbisaterkenapenyakittsb
• Bilajumlah orang yang menderitapenyakitygdimaksud di
awalperiodekecil  biasanyadiabaikan  yang digunakantetap
total jumlahpendudukberisiko
• Jumlahpendudukberisiko yang digunakanadalahjumlahpenduduk di
akhirtahun
• Jawaban: C. 0,07%
170. Riset – Uji Statistik
• Pada kasus ini digunakan metode penelitian
multivariat dengan variabel bebas x dan y
serta variabel tergantung z.
• Variabel bebas x (skala rasio) dan y (skala
rasio)
• Variabel tergantung z (skala nominal)
• Uji hipotesis multivariat yang tepat digunakan
adalah regresi logistik
• Jawaban: C. Regresi logistik
Memilih uji statistik untuk 2 kelompok (variabel
independen berskala kategorik)
Skala pengukuran Tidak berkaitan Berkaitan
(variabel dependen)

Nominal X2 (2x2) Uji McNemar


Uji exact Fisher

Ordinal Uji Kolmogorov- - Uji Sign


Smirnov - Uji Wilcoxon
Uji Mann-Whitney matched-paired

Numerik
Uji t unpaired Uji t paired

Desain penelitian paralel 2 kelompok Before and after


Cross over 2-way

Tulisan merah  HAFALKAN!


Panah biru  “jika syarat tidak terpenuhi, maka berubah menjadi…”
Memilih uji statistik untuk >2 kelompok (variabel
independen berskala kategorik)
Skala pengukuran Tidak berkaitan Berkaitan
(variabel dependen)

Nominal X2 (rxc) Uji Cochran Q

Ordinal Uji Kruskal-Wallis Uji Friedman

Numerik
Uji Anova Uji Anova related

Desain penelitian paralel >2 kelompok • Before and after


• Cross over 2-way
• Matched paired
Korelasi dan Regresi
Skala Korelasi Regresi Korelasi
pengukuran 1 variabel independen
(variabel berskala numerik
dependen)
Regresi linier
Nominal Regresi 1 variabel independen,
logistik biasanya numerik

Ordinal Uji Spearman Regresi multiple


>1 variabel independen,
Numerik - Regresi linier biasanya numerik, tapi
- Uji Pearson - Regresi kategorik juga boleh
multipel
Regresi logistik
1 atau lebih variabel
independen, biasanya
numerik, tapi kategorik juga
boleh
Uji Hipotesis
Catatan tambahan:
- Uji Fischer digunakan apabila syarat uji Chi-square tidak terpenuhi
dimana:
(a) Jumlah subyek total n<20, atau
(b) Jumlah subyek antara 20-40 dengan nilai expected (E) <5
untuk tabel 2x2

- Korelasi digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang


berbanding lurus (korelasi positif) atau berbanding terbalik (korelasi
negatif) antara 2 variabel numerik, dan seberapa kuat korelasi yang
didapatkan. Contoh: hubungan antara berat badan dan tinggi badan
Regresi Logistik
• Regresi logistik digunakan untuk menghasilkan formula yang dapat
memprediksi probabilitas terjadinya suatu outcome (1 variabel
dependen/VD nominal) menggunakan 1 atau lebih variabel
independen/VI (numerik atau kategorik).
• Dari formula tsb juga dapat diketahui berapa besar kontribusi tiap
variabel independen terhadap terjadinya outcome (kontribusi maksimal
sebesar 100% atau 1).
• Odds Ratio suatu VI yang berskala kategorik juga bisa diketahui
menggunakan regresi logistik.
Contoh kasus: penelitian yang ingin mencari hubungan antara adanya
faktor keturunan (ya/tidak, skala nominal) dan kadar trigliserida serum
(skala numerik) dengan terjadinya penyakit DM tipe 2 (ya/tidak, skala
nominal)
Regresi Linier dan Multipel
• Regresi linier dan regresi multiple digunakan untuk menghasilkan formula
yang dapat memprediksi nilai sebuah VD (numerik) menggunakan 1
(untuk linier) atau lebih (untuk multiple) VI (numerik atau kategorik).
• Kontribusi tiap VI dapat diketahui, berupa koefisien VI tersebut, sehingga
peningkatan 1 poin VI (jika numerik) akan mengubah nilai VD sebesar
koefisien tsb. Koefisien dapat bernilai positif atau negatif.
Contoh kasus regresi linier: penelitian yang ingin mencari hubungan antara
total asupan energy per hari (numerik) dengan IMT (numerik). Peneliti juga
ingin mengetahui seberapa besar peningkatan asupan energy dapat
meningkatkan/menurunkan IMT
Contoh kasus regresi multiple: penelitian yang ingin mencari hubungan antara
total asupa energy per hari (numerik) dan skor aktivitas fisik (numerik)
dengan IMT (numerik).
ANAK
171. A
• Keywords:
– S: demam dan muncul bercak kemerahan;
bercak kemerahan dikatakan muncul dari
wajah ke badan dan punggung; batuk pilek
sejak 3 hari yang lalu
– O: lesi makulopapular eritematosa;
limfadenopati coli
• Infeksi virus Morbili (a.k.a. Campak, Measles,
Rubeola)
– Stadium kataral: gejala influenza dan
bercak Koplik
– Stadium erupsi: erupsi makulopapular
eritematosa (dari belakang telinga menuju
ke bawah/badan), pembesaran KGB
mandibula dan leher belakang,
splenomegali dan black measles
– Stadium konvalensensi: hiperpigmentasi
dan kulit bersisik
• Jawaban: A. Morbili
• Rubeola/morbili/campak
– Demam, batuk, pilek, mata merah 
diikuti dengan erupsi eritema
makulopapular yang gatal. Penyebaran
dari telinga, wajah, lalu seluruh tubuh
– Patognomonik: Koplik’s spot (titik-titik
putih pada mukosa pipi)
– Komplikasi: diare, pneumonia, otitis
media, ensefalitis, ulkus kornea
– Tx: simptomatik + vitamin A
• Rubella/campak jerman
– Tanda dan gejala mirip morbili, tapi
lebih ringan dan berlangsung dalam
waktu lebih pendek (tiga hari)
– Yang bahaya: rubella kongenital
172. A
• Keywords:
– S: sariawan
– O: bercak putih di mukosa mulut, Candida albicans (+)
• Diagnosis diferensial sariawan pada anak:
– Stomatitis bakterial: nyeri, demam (+), th/ AB
– Oral candidiasis/moniliasis: biasanya tidak nyeri,
demam jarang ditemukan, th/ Antifungi
• Terapi yang tepat pada kasus ini adalah nistatin
drops.
• Jawaban: A. Nistatin
173. B
• Keywords:
– S: rewel, sering menangis dan tidak
dapat BAK
– O: lubang kencing berada di bawah
batang penis
• Kelainan letak OUE
– Hipospadia: OUE terletak di ventral
penis
– Epispadia: OUE terletak di dorsal
penis
• Koreksi hipospadia dilakukan oleh
bedah urologi dengan
menggunakan preputium sebagai
bahan dasar uretra buatan. 
tidak boleh disirkumsisi
• Jawaban: B. Hipospadia
174. B
• Keywords:
– S: keluhan BAB cair >8 kali perhari, BAB cairan >
ampas, warna kuning, darah(-) dan lendir (-)
– O: tampak lemas, rewel, mata cekung (+) dan turgor
kembali lambat
• Diagnosis pada kasus ini adalah diare akut
dehidrasi ringan sedang. Diare merupakan
penyebab kematian anak dan balita nomor 2.
Penyebaba kematian nomor 1 adalah pneumonia.
• Jawaban: B. 2
Diare Sekretorik dan Osmotik
Diare Sekretorik Diare Osmotik
Diare Akut – Klasifikasi

Derajat Keadaan Rasa Haus Kelopak/ Mulut Kulit Urin


Dehidrasi Umum Air Mata
Tanpa
Minum
dehidrasi Baik, CM Normal Basah Normal Normal
normal
(<5% BB)
Dehidrasi Pucat,
Minum Cekung,
ringan- Rewel, CRT<2s,
seperti produksi Kering Berkurang
sedang (5- gelisah turgor
kehausan kurang
10% BB) lambat
Letargis,
Pucat,
lemah, Malas
Dehidrasi Sangat CRT>2s,
penurunan minum, Sangat
berat cekung, turgor Tidak ada
kesadaran, tidak mau kering
(>10% BB) tidak ada sangat
nadi & minum
lambat
napas cepat
175. D
• Keywords:
– S: telinga kiri mengeluarkan cairan sejak 1 hari yang lalu,
sebelumnya pasien dikatakan demam dan rewel karena
merasakan telinga kiri sakit
– O: MT perforasi sentral dan sektret purulent (+)
• Keluarnya cairan dari telinga perlu dipikirkan diagnosis
otitis media akut (OMA). Pada anak sering terjadi OMA
karena posisi tuba eustachius lebih datar sehingga lebih
mudah terinfeksi.
– Stadium supurasi biasanya ditandai dengan MT bulging, anak
demam dan rewel
– Stadium perforasi ditandai dengan keluarnya cairan dan
perforasi MT
• Jawaban: D. OMA
OMA – Patogenesis
Otitis Media Akut (OMA)
Manifestasi klinis, tergantung stadium Tata laksana
• Oklusi: retraksi membran timpani • Oklusi: obat tetes hidung (Efredin HCl
• Hiperemis: MT hiperemis dan edema 0,5%) + antibiotik
• Supurasi: Telinga bulging, sangat • Hiperemis: antibiotik + obat tetes
nyeri, nadi dan suhu meningkat hidung + analgetik + miringotomi
• Perforasi: Ruptur MT, nadi dan suhu • Supurasi: antibiotik + miringotomi
menurun, nyeri reda • Perforasi: antibiotik + obat cuci
• Resolusi: MT menutup, sekret hilang. telinga
Kegagalan stadium resolusi • Resolusi: antibiotik
menyebabkan OMSK.
Seluruh gejala sering disertai riwayat ISPA Setelah miringotomi atau perforasi
dan gangguan pendengaran. lakukan cuci telinga dengan H2O2 3%
selama 3-5 hari.

Antibiotik lini-1: Amoxicillin 80-90


mg/kg/hari PO dibagi 2x/hari selama 10
hari
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Definisi Tata laksana
Otorhea kronik (>6 minggu) pada • Antibiotik: neomycin +
MT yang perforasi polymixin B drops
• Ear toilet
Manifestasi klinis • Kauter kimia (nitrat perak)
• gangguan pendengaran, tidak untuk jaringan granulasi
nyeri • Bedah jika ada kolesteatoma
(maligna)
Penunjang CT-Scan atau MRI jika
curiga komplikasi MIRINGITIS BULOSA
• Peradangan pada membran
timpani
• Ditemukan vesikel-vesikel
berisi nanah di MT
OMSK – Klasifikasi
• OMSK Tipe
Aman/Benigna/Mukosa
– Peradangan hanya di
mukosa
– Perforasi sentral
– Kolesteatoma (-) 
komplikasi jarang terjadi
• OMSK Tipe
Bahaya/Maligna/Tulang
– Peradangan meluas hingga
ke tulang
– Perforasi marginal atau atik
– Kolesteatoma (+)  sering
terjadi komplikasi
Mastoiditis
• Disebabkan infeksi yang meluas ke prosesus
mastoid
• Gejala dan tanda:
– Nyeri, bengkak, kemerahan di daerah mastoid
– Nyeri telinga (otalgia), demam, atau sakit kepala
juga bisa ada
– Pada bayi  gejala nonspesifik: anoreksia, diare,
rewel
176. B
• Keywords:
– S: sakit saat BAK, Ujung
penis terkadang tampak
mengembung bila BAK
– O: preputium sulit ditarik
ke belakang
• Diagnosis pada kasus ini
adalah fimosis. Fimosis
merupakan indikasi
dilakukannya sirkumsisi.
• Jawaban: B. Fimosis
177. A
• Keywords:
– S: bayi 2 hari, seluruh badan kuning sejak 1 hari yang lalu
– O: golongan darah bayi B Rh (-), golongan darah ibu O Rh (-), Hb 10 g/dl

• Kuning seluruh badan  kira-kira 20 mg/dl (wajah saja  5 mg/dl, tengah


perut  15 mg/dl)
• Hb normal neonates  14-27 g/dl
• Ikterus yang muncul pada 24 jam pertama kehidupan dapat disebabkan
oleh inkompatibilitas darah (ABO, Rh, golongan lain), Infeksi intrauterin
(bakteri, virus, TORCH) dan defisiensi G6PD.
• Pada kasus ini diketahui pasien mengalami anemia hemolitik sehingga
dipikirkan berupa inkompatibilitas darah
• Inkompalibilitas darah yang sesuai adalah inkompatibilitas ABO. (ibu
golongan O punya antibodi A dan B; anak golongan A punya antigen A)
• Jawaban: A. Inkompatibilitas ABO
Ikterus Neonatorum – Klasifikasi,
Etiologi
• Ikterus Fisiologis • Etiologi
– Terjadi pada bayi aterm (5-6 – Produksi ↑ (hemolisis):
mg/dl) hematoma, ABO/Rh
– Onset ikterus setelah 24 jam inkompatibilitas, G6PD def,
pertama sferositosis, polisitemia
– Puncak ikterus pada hari ke 3-5 – ↓sekresi bil: prematur,
– Ikterus membaik dalam 1 hipotiroid, bayi ibu DM, def
minggu enzim konjugasi
– ↑sirkulasi enterohepatik:
• Ikterus Patologis ↓asupan enteral
– Dapat terjadi pada semua bayi (breastfeeding jaundice),
– Onset ikterus <24 jam stenosis pilorus, atresia usus,
– Puncak ikterus lebih lambat MH
– Ikterus membaik dalam 2 – Gangguan obstruktif:
minggu kolestasis, atresia bilier, kista
koledokus
• – Mekanisme campuran: sepsis
Ikterus Neonatorum – Warning Sign!
• Ikterus yang timbul pada saat lahir atau sejak
hari pertama kehidupan
• Kenaikan bilirubin berlangsung cepat
(>5mg/dL)
• Kadar bilirubin serum >12 mg/dL
• Ikterus menetap pada usia 2 minggu atau
lebih
• Peningkatan bilirubin direk >2mg/dL
Ikterus Neonatorum – DDx/
• Ikterik pada 24 jam pertama • Ikterik yang muncul sesudah satu
– Dapat disebabkan erythroblastosis minggu
fetalis, perdarahan tersembunyi, – breast milk ikterik, septicemia,
sepsis, atau infeksi intrauterine, atresia congenital, hepatitis,
termasuk sifilis, rubella, galaktosemi, hipotiroidisme,
sitomegalo, rubella, dan anemia hemolitik kongenital
toxoplasmosis kongenital (spherocytosis), anemia hemolitik
• Ikterik yang muncul pada hari ke- akibat obat.
2 atau ke-3 • Ikterik yang persisten selama satu
– Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar bulan
syndrome dan breast feeding – kondisi hyperalimentation-
ikterik, sepsis bakteri atau infeksi associated cholestasis, hepatitis,
saluran kemih, maupun infeksi cytomegalic inclusion disease,
lainnya seperti sifilis, syphilis, toxoplasmosis, familial
toksoplasmosis, sitomegalovirus, nonhemolytic icterus, atresia bilier,
atau enterovirus. atau galaktosemia. Ikterik fisiologis
dapat berlangsung beberapa
minggu pada kondisi hipotiroid
atau stenosis pilori
Ikterus Neonatorum - Tatalaksana
• Tatalaksana
Usia Fototerapi Transfusi Tukar
– Fototerapi (Bil tot) (Bil indir)

<24 jam 10-12 mg/dl 20 mg/dl


• NCB-SMK: bil tot ≥ 12
24-48 jam 12-15 mg/dl 20-25 mg/dl
mg/dl
48-72 jam 15-18 mg/dl 25-30 mg/dl
• NKB sehat: bil tot > 10
>72 jam 18-20 mg/dl 25-30 mg/dl
mg/dl
– Transfusi tukar
• Bil indirek ≥ 20 mg/dl
• Digunakan bil indirek
karena ditakutkan
kernikterus
Inkompatibilitas ABO dan Rh
178. B
• Keywords:
– S: bayi, terdapat benjolan di kepala
– O: Bayi berwarna kuning (Kramer
3), Benjolan berada pada bagian
oksipital namun ukuran tidak
sampai sutura sagitalis
• Trauma jalan lahir, dibagi 2:
– Sefal hematom: tidak melalui garis
tengah
– Caput succedanum: melalui garis
tengah
• Darah pada sefal hematom akan
mengalami hemolisis sehingga
akan menyebabkan bayi tampak
kuning.
• Jawaban: B. Cephal hematome +
ikterik neonatorum
179. E
• Keywords:
– S: mengeluh gatal di sela jari hingga punggung tangan serta di bagian
penis, Keempat saudaranya di rumah mengalami keluhan yang sama
• Diagnosis skabies ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal,
sbb
– Pruritus nokturna
– Penyakit menyerang manusia secara berkelompok
– Ditemukan terowongan (kunikulus)
– Ditemukan tungau
• Pada kasus ini ditemukan 2 tanda kardinal, sehingga diagnosis
skabies dapat ditegakkan. Terapi pilihan skabies adalah permetrin
• Jawaban: E. Krim permetrin
Skabies - Tatalaksana
• Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam, aman untuk ibu hamil dan anak kurang dari 2 tahun;
tidak efektif untuk stadium telur sehingga harus digunakan >3 hari
• Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk semua stadium, diberikan malam hari selama 3 hari; sulit
ditemukan
• Gameksan 5%: efektif untuk semua stadium, dihindari untuk anak <6 tahun dan wanita hamil, efek
neurotoksik dan teratogenik
• Crotamiton krim atau losion kurang efektik, tapi aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak
kecil
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8
jam kemudian dicuci bersih. Bila belum sembuh, diulang 1 minggu kemudian
180. A

• Keywords:
– S: diare sejak 3 jam yang lalu
– O: Bau feses khas dan mikroskopik
menunjukkan gambaran berbentuk
koma, flagel (+)
• Diare pada kasus ini bersifat profuse
dan merupakan diare sekretorik. Diare
sekretorik disebabkan oleh adanya
toxin yang meningkatkan aktivitas
cAMP di dalam mukosa usus.
– Gambaran koma (vibrio) merupakan
khas pada V.cholera.
– Feses pada kolera berbau amis.
• Jawaban: A. V.cholera
181. A
• Keywords:
– S: anak 13 bulan, belum bisa
tengkurap, tampak pucat,
sulit BAB
– O: BB 6,1 kg, PB 60 cm, lidah
tampak besar
• Klinis pasien ini
mengarahkan diagnosis
kerja berupa hipotiroidisme
sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan fungsi tiroid
berupa T3, T4 dan TSH.
• Jawaban: A. T3, T4 dan TSH
182. E
• Keywords:
– S: keluhan nyeri perut, mual,
muntah dan perut tampak
membuncit
– O: benjolan seperti sosis
(sausage appeareance) dan
pada auskultasi terdengar
metallic sound
• Bunyi metallic sound dapat
terdengar pada ileus obstruksi.
Klinis pasien menunjang ke
diagnosis ileus obstruksi.
Sausage appearance
merupakan temuan khas pada
intususepsi.
• Jawaban: E. Intususepsi
183. E
• Keywords:
– S: ayah pasien menderita TB dan
sedang dalam pengobatan TB
selama 6 bulan
– O: bayi tampak sehat
• Menurut ATS/CDC, pasien ini
dikategorikan dalam kelas I
dimana hanya terdapat kontak.
Pasien anak mendapatkan basil
TB dari pasien dewasa.
Tatalaksana menurut ATS/CDC
maka perlu diberikan profilaksis
primer berupa INH.
• Jawaban: E. Memberikan INH 5
mg/kgBB/hari selama 6 bulan
TB Anak – Klasifikasi (ATS/CDC)

Class Contact Infection Disease Management

0 - - - -

I + - - 1st proph.

II + + - 2nd proph.

III + + + OAT thera.

• Kontak dinilai dengan adanya kontak dengan pasien TB di


sekitar lingkungan
• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux
• Disease dinilai dengan TB scoring menurut WHO
TB Anak –
Pencegahan/Kemoprofilaksis
• Kemoprofilaksis primer • Kemoprofilaksis
– Diberikan untuk sekunder
mencegah infeksi – Diberikan untuk
– Diberikan pada anak mencegah sakit TB
dengan kontak TB (+) – Diberikan pada kontak
tetapi uji tuberkulin (-) TB (+), uji mantoux (+),
– Obat: INH 5-10 tetapi klinis (-), Ro (-)
mg/kgBB/hari selama 6 – Obat: INH 5-10
bulan mg/kgBB/hari selama 6
bulan
184. B
• Keywords:
– S: bayi 4 bulan, demam sejak 2 hari yang lalu,
– O: pernapasan 64 x/menit, nadi 144x/menit dan suhu 37,5
oC, wheezing +/+ dan ronkhi basah kasar +/+; Ro thorax:
gambaran hiperinflasi paru dengan diameter
anteroposterior membesar pada foto lateral
• Pada anak usia <2 tahun bila ditemukan bunyi
wheezing perlu dipikirkan diagnosis banding berupa
bronkiolitis. Pada rontgen thorax pasien bronkiolitis
dapat ditemukan gambaran hiperinflasi paru dengan
pembesaran diameter AP pada foto lateral
• Jawaban: B. Bronkiolitis
Konsep Dyspnea pada Anak

Intrathorax Obstruksi sal napas distal


Flow disorders
Extrathora
Obstruksi sal napas proksimal
x
Dyspne
Gangguan parenkim paru
a
Intrathorax
Gangguan extrapulmoner
Volume
disorders
Gangguan compliance paru
Extrathora
x
Gangguan pusat napas

• Pada bronkiolitis terjadi gangguan flow karena bronkokonstriksi


Bronkiolitis - Pathogenesis
• Invasi virus  inflamasi  akumulasi mukus,
debris dan edema  obstruksi bronkiolus
pada fase inspirasi dan ekspirasi  ada
mekanisme ‘klep’ yang menyebabkan air
trapping  overinflasi dada  ventilasi turun
dan hipoksemia  frekuensi napas naik; pada
keadaan berat dapat terjadi hiperkapnia,
obstruksi todal dapat menyebabkan
atelektasis
Bronkiolitis – Definisi, Gejala Klinis,
Diagnosis, Tatalaksana
• Definisi • Diagnosis
– Inflamasi bronkiolus akut – PF: demam, dyspnea
akibat infeksi virus (umumnya (expiratory effort), ekspirasi
RSV, parainfluenza, memanjang, mengi,
adenovirus) hipersonor (air trapping)
– Umumnya pada anak usia <2 – PP: foto dada AP-lateral (air
tahun, paling sering anak usia trapping), AGD: hiperkarbia,
6 bulan asidosis
• Gejala Klinis metabolik/respiratorik
– Diawali dengan demam • Tata laksana:
subfebris dan AURI – Oksigen
– Kemudian terjadi batuk, – Bronkodilator (hanya kalau
sesak, dan mengi menghasilkan perbaikan)
– Jarang menjadi berat – Antibiotik (hanya kalau ada
bukti infeksi bakterial)
dd/ Pneumonia
DIAGNOSIS Pemeriksaan penunjang
Gambaran klinis Gambaran radiologis
Anamnesis • Foto toraks (PA/lateral) untuk menegakkan
• Demam, menggigil, >380C diagnosis  infiltrat sampai konsolidasi.
• Batuk dengan dahak mukoid atau purulen Pemeriksaan laboratorium
• Sesak napas • Leukosit >10.000/ul atau <4500/ul
• Nyeri dada • Hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke
Pemeriksaan fisik kiri
• Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal waktu • Peningkatan LED
bernapas • Kultur sputum
• Palpasi : fremitus mengeras • Analisis gas darah: hipoksemia, hiperkarbia,
• Perkusi redup asidosis respiratorik.
• Auskultasi : Bronkovesikuler-bronkial, ronki
basah halus-kasar TATA LAKSANA
Antibiotik tergantung etiologi. Empiris biasanya
digunakan beta-lactamase, cephalosporin
generasi 2/3, atau fluorokuinolon respirai
185. A
• Keywords:
– O: berat badan per tinggi
badan berdasarkan z-score
didapatkan nilai < -3 SD
• Interpretasi BB/TB z-score
WHO (untuk menentukan
status gizi anak < 5 tahun):
– > +3SD = obese
– +2SD < x < +3SD = overweight
– +2SD < x < -2SD = normal
– -2SD < x < -3SD = moderate
malnutrition (gizi kurang)
– < -3SD = severe malnutrition
(gizi buruk)
• Jawaban: A. Gizi buruk
186. B
• Keywords:
– S: anak laki-laki, keluhan perdarahan muncul setelah beberapa menit
suntikan diberikan
– O: trombosit 350.000 /mm3, BT normal, CT meningkat, PT normal, APTT
meningkat, kadar aktivitas FVIII 2%, kadar aktivitas FIX normal
• Adanya delayed bleeding merupakan tanda khas gangguan secondary hemostatis
(pembentukan cross -linking fibrin). Penyakit dengan defek pada secondary
hemostasis adalah hemofilia. Hemofilia A terjadi akibat defisiensi FVIII dan
hemofilia B akibat defisiensi FIX.
– Pada hemofilia didapatkan pemanjangan CT dan APTT. Pemanjangan CT terjadi
akibat gangguan pembentukan benang fibrin. APTT memanjang karena
gangguan pada FVIII atau FIX.
– Hemofilia diturunkan dengan sex x-linked jadi hanya ditemukan pada anak
laki-laki
• Jawaban: B. Hemofilia A
Hemostasis & Kaskade Koagulasi
• Hemostasis primer: dari perdarahan sampai
terbentuk thrombocyte primary plug. Defek
pada proses ini menyebabkan penyakit Von
Willebrand dengan perdarahan lama
(prolonged bleeding)
• Hemostasis sekunder: dari thrombocyte
primary plug hingga terbentuk cross-linking
fibrin. Defek pada proses ini menyebabkan
penyakit Hemofilia dengan perdarahan
tertunda (delayed bleeding).
Hemofilia
• Patogenesis: terjadi akibat defek pada
secondary hemostasis akibat defisiensi FVIII
atau FIX • Dasar diagnosis
• Klasifikasi – Anamnesis: delayed bleeding,
soft tissue bleeding, epistaksis,
– Hemofilia A: ↓ FVIII (1:10.000)
hematuria
– Hemofilia B: ↓ FIX (1:30.000-50.000) – PF:
• Neonatus: perdarahan
umbilikus
• Anak: hemarthrosis
Aktifitas • TRM (+) bila terjadi
Klinis Perdarahan
FVIII/FIX
perdarahan intrakranial
Ringan 5-25% Trauma berat
– PP: trombosit (N), BT (N), CT
Sedang 1-5% Trauma ringan ↑, PT (N), APTT ↑, ↓FVIII/FIX,
inhibitor FVIII/FIX
Berat <1% Spontan
187. C
• Keywords:
– S: keluhan pucat sejak 1 bulan yang lalu
– O: konjungtiva anemis, hepatosplenomegali, Hb 7 g/dL, MCV 70 fl, MCH 22 pg,
dan sel target (+)
• Pada kasus ini ditemukan anemia mikrositik hipokrom (MCV < 76, MCH <
28). Ddx/ anemia MH ada 4, yaitu
– Anemia defisiensi besi (ADB)
– Anemia penyakit kronik (ACD)
– Thalassemia
– Anemia sideroblastik
• Sel target merupakan sel patognomonik yang ditemukan pada keadaan
hemolisis sehingga diagnsosis pada pasien ini adalah thalassemia.
• Hemolisis pada thalassemia terjadi akibat presipitasi rantai hemoglobin.
• Jawaban: C. Thalassemia
Anemia Mikrositik Hipokrom –
Pendekatan Diagnosis
Thalassemia β – Patogenesis,
Patofisiologi

Hb A (α2β2)
Hb F (α2γ2)
Hb A2 (α2 δ2)
Hb Gower 2
(α2ε2)
Hb Portland (ζ2γ2)
Hb Gower 1 (ζ2ε2)
188. E
• Keywords:
– S: cepat lelah dan sesak nafas bila beraktivitas fisik, sianosis (-)
– O: tekanan darah di lengan 130/90 mmHg sedangkan tekanan darah
pada tungkai 110/80 mmHg
• Gejala gagal jantung yang dialami pasien kemungkinan disebabkan
oleh PJB asianotik. Pada pemeriksaan fisis didapatkan perbedaan
tekanan darah tungkai dan lengan dimana tekanan lengan >
tungkai. Hal ini menunjang diagnosis Coarctatio Aorta (CoA)
• CoA merupakan kelainan pada aorta dimana terjadi penyempitan
lumen aorta desendens distal dari arteri percabangan lengkung
aorta sehingga menyebabkan perbedaan tekanan darah di lengan
dan tungkai.
• Jawaban: E. Coarctatio Aorta
PJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan
(PJB)

Asianoti
Sianotik
k

↑ aliran ↓ aliran
Tanpa L-R Aliran darah
L-R Shunt darah ke darah ke
Shunt ke paru N
paru paru
PDA AS TGA dgn VSD TGA tanpa PS ToF
ASD PS Truncus Arteriosus Atresia Pulmoner
VSD CoA TAPVD Atresia Trikuspid
189. C
• Keywords:
– S: batuk-batuk sejak 2 minggu yang lalu, demam
(+), pilek (-), sesak napas (+)
– O: somnolen, nadi 124 x/menit, pernafasan 55
x/menit, suhu 40°C. Konjungtiva tampak
hiperemis dan bercak perdarahan (+) pada sklera
• Pada kasus ini diagnosis mengarah pada
pertusis.
• Jawaban: C. Pertusis
Pertusis – Patogenesis, Stadium Klinis
Durasi penyakit umumnya 6 minggu, dengan masing- Komponen B.pertusis
masing fase berlangsung 2 minggu. • Pertusis Toxin (PT): eksotoksin, merangsang
Stage 1 – Catarrhal phase (Indistinguishable from sistem imun
common upper respiratory infections. Pertussis • Filamentous hemaglutinin (FHA): u/ perlekatan
is most infectious when patients are in the kuman
catarrhal phase) • Aglutinogen: u/perlekatan
• Nasal congestion
• Rhinorrhea • Pertacrine: berkerja sama dengan adenyl cyclase
• Sneezing • Adenyl cyclase: mencegah fagositosis
• Low-grade fever • Tracheal cytotoxin: cilliary stasis & cytotoxic
• Tearing effect
• Conjunctival suffusion
Stage 2 – Paroxysmal phase Kuman berinokulasi di saluran napas 
• Paroxysms of intense coughing lasting up to menghasilkan toksin yang menyebabkan kelumpuhan
several minutes, occasionally followed by a loud bulu getar trakea  gangguan aliran sekret saluran
whoop napas  sumbatan jalan napas dan pneumonia
• Posttussive vomiting and turning red with
coughing
Stage 3 – Convalescent stage
• Chronic cough, which may last for weeks
Pertusis – Diagnosis, Tatalaksana
• Pemeriksaan fisik: umumnya tanpa demam,
dapat ditemukan perdarahan konjungtiva
maupun petechia akibat batuk. Inspiratory
gasping/ whooping didapatkan pada anak usia
6 bulan-5 tahun.
• Terapi: Untuk bayi di atas 1 bulan: eritromisin,
clarithromycin, dan azithromycin
• Prophylaxis: Erythromycin selama 14 hari
190. B
• Keywords:
– S: anak 1 tahun, kejang
– O: telah diberikan diberikan terapi diazepam rectal 2x dan
intravena 1x tapi pasien masih kejang
• Jika pasien masih kejang setelah pemberian diazepam
i.v. 1 x maka dapat diberikan fenitoin i.v. dosis 20
mg/kgBB/ kali pemberian.
– Tiap 10 mg fenitoin diencerkan dengan NS 1 cc, dosis
maksimal per kali pemberian 1 gr, kecepatan pemberian
50 mg/menit.
• Jawaban: B. Loading dose fenitoin dan siapkan
fenobarbital
Kejang Demam – Definisi, Patofisiologi
• Kejang demam adalah • Patofisiologi
kejang yang terjadi akibat – Keadaan hipoglikemia dan
demam suhu aksila >38,5ºC hipoksia akan menyebabkan
(suhu rektal 38ºC) tanpa gangguan pompa Na+/K+ ATP
dependent channel ion di
adanya infeksi SSP atau membran sel neuron
gangguan elektrolit akut, – Pada keadaan demam, setiap
terjadi akibat proses peningkatan suhu 1Cº terjadi
ekstrakranial, terjadi pada peningkatan metabolisme
anak di atas usia 1 bulan basal sekitar 10-15% dan
dan tidak ada riwayat kebutuhan O2 20%  di otak
terjadi keadaan hipoglikemia
kejang tanpa demam dan hipoksia relatif 
sebelumnya. gangguan kanal ion NA+/K+
ATP dependent  kejang
ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS KONVULSIF3
Diazepam 5-
Prehospital 10mg/rekt max 2x 0-10 mnt
jarak 5 menit

Hospital/ED Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io Monitor


Airway 10-20 mnt
(kec 2mg/mnt, max dosis 20mg) Tanda vital
Breathing, O2
Circulation atau EKG
Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Gula darah
atau Elektrolit serum
NOTE : JIKA DIAZ RECTAL 1X PRE
HOSPITAL BOLEH RECTAL 1X Lorazepam 0,05-0,1mg/kg/iv (Na, K, Ca, Mg, Cl)
(rate <2mg/mnt) Analisa Gas Darah
Koreksi kelainan
Fenitoin Pulse oxymetri
20mg/kg/iv
ICU/ED 20-30 mnt Kadar obat darah
Note : Aditional (20mnt /50ml NS)
5-10mg/kg/iv Max 1000mg

Phenobarbitone 30-60 mnt


20mg/kg/iv
Note : (rate >5-10min; max 1g)
Jika preparat (+)
ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanjut infus 0,02-0,4 mg/kg/jam 5 – 8 mg/kg/iv
191. E
• Keywords: bengkak seluruh tubuh, pertama
terjadi 1 tahun yang lalu, edema pitting (+),
albumin 2 mg/dl dan protein urin +3
• Batasan term sindrom nefrotik
– Remisi: proteinuria negatif atau trace (<4
mg/m2/LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1
minggu
– Relaps: proteinuria ≥2+ (>40 mg/m2/LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
• Relaps jarang: relaps kurang dari 2x dalam 6 bulan pertama
setelah respons awal atau kurang dari 4x per tahun
pengamatan
• Relaps sering: relaps ≥2x dalam 6 bulan pertama setelah
respons awal atau ≥4x dalam periode 1tahun
– Dependen steroid: relaps 2x berurutan pada saat
dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam
14 hari setelah pengobatan dihentikan
– Resisten steroid: tidak terjadi remisi pada
pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2
mg/kgbb/hari selama 4 minggu
– Sensitif steroid: remisi terjadi pada pemberian
prednison dosis penuh selama 4 minggu
Sindroma Nefrotik – Definisi,
Patogenesis
• Definisi
– Proteinuria masif (>40 mg/m2/jam atau
dipstik ≥2+),
– Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL),
– Edema, dan
– Hiperkolesterolemia >200 mg/dl
• Patogenesis
– Terjadi akibat kegagalan/gangguan
filtrasi di glomerulus yang kemudian
menyebabkan terjadinya albumin
leakage
– Membran filtrasi glomerulus: endotel
kapiler (pores/fenestration) , GBM
(negative discharge), foot proces
podocyte (filtration slit)
• Oval fat bodies patognomonik pada
urinalisis pasien sindrom nefrotik
• Edema terjadi karena albumin
berkurang sehingga tekanan onkotik
menurun
192. IKA – Sindrom Nefrotik
• Keywords: bengkak seluruh tubuh, edema pitting (+),
albumin 2 mg/dl
• Edema pada sindrom nefrotik terjadi akibat hipoalbumin.
Albumin merupakan protein paling utama di dalam
tubuh yang bertugas menjaga tekanan onkotik/osmotik.
Penurunan albumin menyebabkan penurunan tekanan
onkotik sehingga terjadi ekstravasasi cairan dari dalam
pembuluh darah ke ruang ketiga yang menyebabkan
edema pitting.
• Edema non pitting hanya terjadi pada keadaan obstruksi
saluran limfe, misalnya: limfedema pada pasien post
mastektomi radikal.
• Jawaban: E. Penurunan tekanan osmotik plasma
Sindroma Nefrotik – Definisi,
Patogenesis
• Definisi
– Proteinuria masif (>40 mg/m2/jam atau
dipstik ≥2+),
– Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL),
– Edema, dan
– Hiperkolesterolemia >200 mg/dl
• Patogenesis
– Terjadi akibat kegagalan/gangguan
filtrasi di glomerulus yang kemudian
menyebabkan terjadinya albumin
leakage
– Membran filtrasi glomerulus: endotel
kapiler (pores/fenestration) , GBM
(negative discharge), foot proces
podocyte (filtration slit)
• Oval fat bodies patognomonik pada
urinalisis pasien sindrom nefrotik
• Edema terjadi karena albumin
berkurang sehingga tekanan onkotik
menurun
193. B
• Keywords:
– S: anak laki-laki usia 3 tahun 6 bulan ; hemarthrosis (+) akibat trauma ringan;
sudah sering mengalami keluhan serupa
– O: pasien mengalami kelainan darah
• Hemartrosis  kemungkinan akibat kelainan koagulasi (lihat slide
berikutnya)
• Pilihan yang ada dan mungkin: vWD atau hemofilia
• Keduanya merupakan penyakit yang diturunkan (vWD: autosomal
dominan/resesif, hemofilia A dan B: X-linked, hemofilia C: autosomal).
Tidak ada riwayat penyakit keluarga tidak menyingkirkan kemungkinan
diagnosis vWD atau hemofilia pada kasus ini)
• vWD  seharusnya ada keluhan yang mengarah ke kelainan platelet
• Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah hemofilia sedang. Secara
epidemiologi lebih sering ditemukan hemofilia A daripada hemofilia B dan
C.
• Jawaban: B. Hemofilia A
Kelainan hemostasis
Karakteristik Klinis Gangguan Perdarahan
Kelainan Trombosit/Vaskular Kelainan Koagulasi
Tempat Kulit, membrane mukosa Di dalam jaringan lunak
(otot, sendi)
Lesi Petekiae, ekimosis Hemartrosis, hematoma
Perdarahan Setelah luka kecil: ya Setelah luka kecil: jarang
Setelah bedah: langsung, ringan Setelah bedah: delayed,
berat

Koagulopati:
• Dengan riwayat penyakit dahulu (pernah terjadi sebelumnya) dan riwayat
keluarga: hemophilia, vWD
• Tanpa RPD dan riwayat keluarga: akibat obat, penyakit hati, defisiensi vit K, DIC
194. A
• Keywords
– S: keluhan bengkak di wajah dan kelopak mata terutama setelah bangun tidur;
kencingnya berwarna merah seperti air cucian daging; Riwayat sakit tenggorok
(+) 2 minggu sebelumnya
– O: TD 140/90 mmHg
• GNAPS merupakan salah satu sindrom nefritik yang ditandai oleh
timbulnya hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
• GNAPS terjadi akibat deposisi kompleks imun (Rx hipersensitifitas tipe 3)
pada GBM dan atau mesangium sehingga terjadi reaksi inflamasi.  ggn
f(x) ginjal  komplikasi: ensefalopati hipertensif, gagal jantung, edema
paru dan gagal ginjal
• Didahului oleh infeksi SBGA nefritogenik (tipe 4, 12, 16, 25, dan 49) di
saluran napas atas. Rx Ag-Ab terjadi setelah infeksi saluran napas atas
telah usai.
• Jawaban: A. Streptokokus ẞ hemolitikus.
195. B
• Keywords
– O: Anak dilahirkan dari ibu dengan HBsAg +
• Pada setiap anak yang dilahirkan dari ibu
dengan status HBsAg (+) perlu mendapatkan
vaksin hepatitis dosis pertama dan HBIg 0,5 cc
<12 jam untuk mencegah transmisi vertikal
• Jawaban: B. Pemberian vaksin hepatitis B
dosis pertama <12 jam dan immunoglobulin
hepatitis B 0,5 ml
Hepatitis B – Pencegahan
Vaksinasi Hep B (Vaksin
Imunisasi Pasif (HBIg) Rekombinan)
• Diberikan pasca paparan • Jadwal: 0,1,6 bulan
• Isi: vaksin rekombinan, respon
• Dosis protektif  Anti HBs ≥ 10 mIU/ml
– 0,06 ml/kg; maksimum 5 ml • Metode pemberian: IM dalam
(bayi: anterolateral paha, anak
dalam 48 jam pertama besar/dewasa: deltoid)
– 0,5 ml HBIg <12 jam + vaksin • Dosis: bergantung produk dan
Hep B dosis pertama pada usia resipien
bayi dengan ibu HBsAg + • KI: alergi, demam tinggi
• KIPI
– Lokal: kemerahan, bengkak, nyeri,
demam ringan 2 hari
– Sistemik: mual, muntah, nyeri
kepala, nyeri otot, nyeri sendi
Imunisasi Hepatitis B
pada Bayi Baru Lahir

HBsAg Ibu

Negatif atau
Positif tidak diketahui

Vaksin Hep B (dosis I segera


HBIg (0,5 ml) + vaksin
setelah lahir); bila dalam 7
Hep B (dosis I <12
hari terbukti ibu Hep B 
jam pertama)
diberi HBIg
Parasit
196. B. Malaria Tertiana
• Keywords:
– S: Demam sejak 1 minggu yl + mual dan menggigil. Pasien
sedang bertugas di Papua
– O: parasit bentuk ring form dgn Schuffner’s dots dan
ukuran eritrosit > normal

• Parasit bentuk ring form  P. falciparum atau P. vivax


• Schuffner’s dots dan ukuran eritrosit lebih besar dari
normal  P. vivax atau P. ovale
• Yang memenuhi seluruh karakteristik  P. vivax 
menyebabkan malaria tertiana atau malaria tertiana
benigna atau malaria vivax
Malaria – Ringkasan

P.falsiparum P.vivax P.ovale P.malariae


Malaria
Malaria Malaria
Penyakit falsiparum/tropika/ Malaria ovale
vivax/tersiana malariae/kuartana
tersiana maligna
Vektor Anopheles sp.
Distribusi geografik Seluruh kepulauan Seluruh kepulauan Irian Jaya, Pulau Papua Barat, NTT,
di Indonesia di Indonesia di Indonesia Timor Sumatera Selatan
Hipnozoit - + + -

Daur eritrosit Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 72 jam
Eritrosit yang Muda, normosit, Retikulosit, Retikulosit,
Normosit
dihinggapi tua normosit normosit muda
Pembesaran
- ++ + -
eritrosit

Titik-titik di eritrosit Maurer Schuffner Schuffner (James) Ziemann

Bulat/oval (1/3 Band/pita,


Bentuk trofozoit Cincin, marginal,
Cincin (1/3 eritrosit) eritrosit) basket/keranjang,
intra eritrosit accole (1/6 eritrosit)
rossete, bulat
Bentuk gametosit Pisang Bulat/lonjong Bulat Bulat

Pigmen warna Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam


P. falciparum
P. Malariae

Band Basket
form form
P. vivax
197. D. Abses Hepar
• Keywords:
– S: anak, diare sejak 1 minggu yl, disertai lendir dan darah,
mual dan muntah
– O: Pd pemeriksaan feses ditemukan organisme bentuk
bulat inti 4 dengan pusat inti terletak di sentral, dengan
kromatin merata

• Gejala disentri + organisme bentuk bulat berinti 4


dengan pusat inti terletak di sentral, dengan kromatin
merata  kemungkinan akibat Entamoeba histolytica
(organisme yang ditemukan pada stadium kista)
• Infeksi yang simtomatik:
– Nondisentri: diare, kram perut, flatulens, mual, dan
anoreksia. Diare sering bergantian dengan
konstipasi atau tinja lunak, kadang bersama lender.
– Disentri ameba: kram perut, tenesmus, dan kadang
tinja encer, tetapi berlanjut menjadi diare dengan
darah dan lendir. Sebagian pasien dapat mengalami
demam, muntah, nyeri perut, atau dehidrasi.

• Amebiasis ekstraintestinal tersering  abses


hati ameba  Gejala: hepatomegaly, nyeri
hepar, nyeri peruta kanan atas, demam dan
anoreksia. Fungsi hati biasanya normal atau
sedikit abnormal. Abses hati kadang pecah ke
peritoneum, menyebabkan peritonitis
Protozoa pathogen usus

Kista
Trofozoit

Giardia lamblia
Ax: axonem
Fg: flagel Dientamoeba fragilis
K: kariosom Hanya ada stadium trofozoit
Kromatin dalam nucleus Seringkali berinti 2
terkumpul dalam kariosom Biasanya non-patogen
Protozoa pathogen usus

Entamoeba histolytica
Endo: endoplasma
Ecto: ektoplasma
Balantidium coli Psd: pseudopodium
maN: makronukleus Kariosom dikelilingi kromatin perifer bergranul
miN: mikronukleus halus
CV: vakuol kontraktil
Biasanya non-
patogen
Protozoa pathogen usus

Blastocystis hominis
Biasanya non-patogen
198. D. Invasi mukosa usus
• Darah pada feses adalah tanda invasi Amoeba
• Mekanismenya: trofozoit memasuki mukosa
usus dan membunuh sel-sel epitel 
menyebabkan nekrosis atau ulkus
• Amoeba yang masuk memakan sel-sel inang
 seringkali ditemukan trofozoit dengan
eritrosit di dalamnya pada feses yang
berdarah
Enteropatogen Invasif
1. C.jejuni
2. EIEC (Enteroinvasive E.Coli)
3. Shigella sp.
4. Y.enterocolica
5. E.histolytica
6. Salmonella sp.

SMART SOLUTION: CES-YES


199. A. Primakuin
• Primakuin digunakan untuk membunuh P.
vivax dan P. ovale bentuk jaringan laten yang
bertahan untuk menyebabkan relaps infeksi.
• Terapi malaria vivax/ovale
– Lini ke-1: klorokuin + primakuin
– Lini ke-2: kina + primakuin
200. E. Doksisiklin
• Keywords: pasien menderita HT dan gangguan bipolar

• Rekomendasi untuk profilaksis:


– Doksisiklin 1x100 mg sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1 bulan
setelah kembali
• Kontraindikasi: ibu hamil dan usia < 8 tahun
– Mefloquine 250 mg/mgg, 2 mgg sblm—1 bln stlh
• KI: gangguan jiwa, epilepsi
– Atovaquone/proguanil 1x1 tab, 1 hr sblm—1 mgg stlh
• KI: ibu hamil, menyusui bayi <5 kg, gagal ginjal berat

• Di antara pilihan jawaban: doksisiklin yang direkomendasikan untuk


profilaksis dan tidak mempunyai kontraindikasi bagi pasien

Anda mungkin juga menyukai