PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan
cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada
penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung
adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain
untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dalam bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah
tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan
air laut.
Dokter dan tenaga kesehatan sedan memantau penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di
masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu
bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang
dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD bukanlah merupakan penyakit baru,
namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan
menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi
sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan
50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih,
terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama menyerang anak-anak, namun
dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus DBD pada
Page 1 of 19
orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi mendadak disertai kebocoran
plasma dan pendarahan, dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.
Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta masyarakat yang
terus menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara 3 M yaitu : menguras
tempat penampungan air (TPA), menutup TPA dan mengubur/menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara pencegahan tersebut juga dikenal
dengan istilah PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Upaya memotivasi masyarakat
untuk melaksanakan 3M secara terus menerus telah dan akan dilakukan Pemerintah
melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral termasuk tokoh masyarakat dan
swasta. Namun demikian penyakit ini masih terus endemis dan angka kesakitan
cenderung meningkat di berbagai daerah. Oleh karena itu upaya untuk membatasi angka
kematian penyakit ini sangat penting.
Page 2 of 19
3. Mengetahui dan memahami tentang penularan, klasifikasi dan pengobatan Demam
Berdarah Dengue (DBD)
4. Mengetahui dan memahami tentang pentingnya peran promosi kesehatan dalam
penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)
5. Mengetahui dan memahami tentang strategi dasar promosi kesehatan
6. Mengetahui dan memahami tentang pesan pokok, metoda dan media Demam
Berdarah Dengue (DBD)
1.5.Manfaat Makalah
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegunaan Praktis
Bagi para pembaca, penulisan makalah ini diharapkan menjadi masukan yang
berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita serta menambah keimanan
kita.
2. Kegunaan Teoritis
Bagi perguruan tinggi, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi dokumen
akademik yang berguna untuk dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat khususnya
dalam mata kuliah perilaku organisasi dengan materi perilaku kelompok dalam
organisasi.
Page 3 of 19
BAB II
LANDASAN TEORI
Page 4 of 19
BAB III
PEMBAHASAN
Page 5 of 19
Jumantik' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu. "Untuk mensukseskan gerakan ini, di
setiap rumah harus ada satu orang anggota keluarga yang berperan sebagai juru pemantau
jentik atau jumantik,” ujar Mohamad. Harapannya, jika setiap keluarga Indonesia
berjumlah 4 orang, dengan penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta, maka dengan
gerakan ini diharapkan akan ada sekurang-kurangnya 65 juta Jumantik di Indonesia.
Adapun, gejala DBD adalah demam tinggi, nyeri kepala, perdarahan pada kulit,
mimisan, dan nyeri pada otot serta persendian. Pada anak seringkali disertai mual dan
muntah, juga kehilangan nafsu makan. "Apabila tidak ditindaklanjuti akan membawa
kepada kondisi syok dan perdarahan saluran cerna sehingga menyebabkan kematian. Hal
lain sebagai penyebab kematian karena pasien datang terlambat. Oleh karena itu jika anak
demam sekitar 3 hari tidak turun, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih
lanjut," ujar Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri
Reieki Hadinegoro.
Dia menjelaskan, cara terbaik mencegah DBD adalah melalui Gerakan 3M yakni
menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang
barang bekas. Hal tersebut akan mengurangi tempat nyamuk bersarang dan bertelur.
Selain itu, bisa juga diterapkan kegiatan lain yang mendukung pencegahan seperti
menaburkan bubuk larvasida di penampungan air, menggunakan obat nyamuk,
menggunakan kelambu tidur, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Di Indonesia, Mohammad Subuh menyebutkan salah satu daerah yang telah berhasil
melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara efektif ialah Tangerang Selatan.
Selain mensosialisasikan kembali "Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik", pada kesempatan
tersebut turut diluncurkan portal edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
umum terhadap dengue melalui website Dengue Buzz Barometer, yang merupakan
kelanjutan dari kampanye Dengue Mission Buzz pada peringatan ASEAN Dengue Day
2015.
3.3 Cara Penularan, Klasifikasi, Pengobatan dan Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD)
A. Cara Penularan
Page 6 of 19
Gambar 3.2 Siklus Penularan DBD
Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif terutama Aedes aegypti. Ini
adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari dengan peningkatan aktivitas
menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari
tenggelam. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat
virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab,
orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak
sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini
dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah
manusia selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.
Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi
nyamuk pada saat viremia yaitu : sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa
demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk menjadi infektif 8-
12 hari sesudah mengisap darah penderita viremia dan tetap infektif selama hidup.
B. Klasifikasi
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju
tourniquet positif)
Derajat II : Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (
20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )
Page 7 of 19
Derajat IV : Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.
Page 8 of 19
Demam tinggi selama 5 – 7 hari
Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Page 9 of 19
Penanggulangan penyakit demam berdarah dengue dengan cara biologi sangatlah
bermanfaat bagi masyarakat agar masyarakat memahami dan menerapkan cara
pengendalian tersebut di keluarga masing - masing.
Page 10 of 19
masyarakat terhadapkesehatan masyarakat desa/kelurahan, khususnya dari segi
PHBS. Dalam survai ini akan diidentifikasi dan dirumuskan bersama hal-hal sebagai
berikut:
Masalah-masalah kesehatan yang masih diderita/dihadapi danmungkin (potensial)
dihadapi masyarakat serta urutan prioritaspenanganannya.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari sisi
teknis kesehatan maupun dari sisiperilaku masyarakat. Dari sisi perilaku, setiap
perilaku digalifaktor-faktor yang menjadi latar belakang timbulnya perilaku tersebut.
4) Musyawarah Desa/Keluraha
Musyawarah Desa/Kelurahan diselenggarakan sebagai tindaklanjut Survai Mawas
Diri, sehingga masih menjadi tugas fasilitator dan petugas Puskesmas untuk
mengawalnya. Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan:
Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatanyang masih
diderita/dihadapi masyarakat.
Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan yang
hendak ditangani.
Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk baru atau
diaktifkan kembali.
Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan serta
bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber bantuan/dukungan tersebut.
Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk mendukung
pengembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan.
Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknyaForum Desa, yaitu sebuah
lembaga kemasyarakatan di manapara pemuka masyarakat desa/kelurahan berkumpul
secara rutinuntuk membahas perkembangan dan pengembangan kesehatan masyarakat
desa/kelurahan.
Dari segi PHBS, Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan untukmenjadikan
masyarakat desa/kelurahan menyadari adanya sejumlah perilaku yang menyebabkan
terjadinya berbagai masalah kesehatan yang saat ini dan yang mungkin (potensial)
mereka hadapi.
5) Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan,Forum Desa
mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensifguna menyusun rencana
Page 11 of 19
pengembangan kesehatan masyarakatdesa/kelurahan untuk dimasukkan ke dalam
Rencana PembangunanDesa/Kelurahan. Rencana Pengembangan Kesehatan
MasyarakatDesa/Kelurahan harus mencakup:
Rekrutmen/pengaktifan kembali kader kesehatan dan pelatihan pembinaan PHBS di
Rumah Tangga untuk para kader kesehatan oleh petugas Puskesmas dan fasilitator,
berikut biaya yang diperlukan dan jadwal pelaksanaannya.
Kegiatan-kegiatan pembinaan PHBS di Rumah Tangga yangakan dilaksanakan oleh
kader kesehatan dengan pendekatan Dasawisma, berikut jadwal pelaksanaannya.
Sarana-sarana yang perlu diadakan atau direhabilitasi untuk mendukung terwujudnya
PHBS di Rumah Tangga, berikut biayayang dibutuhkan dan jadwal
pengadaan/rehabilitasinya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan tanpa biaya atau dengan swadaya masyarakat dan
atau bantuan dari donatur (misalnya swasta),dicantumkan dalam dokumen tersendiri.
Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan pemerintah dimasukkan ke dalam
dokumen Kelurahan.
6) Pelaksanaan Kegiatan
Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan kegiatan promosikesehatan, petugas
Puskesmas dan fasilitator mengajak Forum Desa merekrut atau memanggil kembali
kader-kader kesehatanyang ada. Selain itu, juga untuk mengupayakan sedikit dana
(dana desa/kelurahan atau swadaya masyarakat) guna keperluan pelatihan kader
kesehatan. Selanjutnya, pelatihan kader kesehatan oleh fasilitator dan petugas
Puskesmas dapat dilaksanakan.
Segera setelah itu, kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti
penyuluhan dan advokasi dapat dilaksanakan.Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang
memerlukan dana dilakukan jika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari swadaya
masyarakat,dari donatur (misalnya pengusaha), atau dari pemerintah, termasukdari
desa /kelurahan.
Promosi kesehatan dilaksanakan dengan pemberdayaan keluarga melalui Dasawisma,
yang didukung oleh bina suasana dan advokasi.
7) Pemberdayaan
Pemberdayaan individu dilaksanakan dalam berbagai kesempatan, khususnya pada
saat individu-individu anggota rumah tangga berkunjung danmemanfaatkan upaya-
upaya kesehatan bersumbermasyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes,dan
Page 12 of 19
lain-lain, melalui pemberian informasi dankonsultasi. Dalam kesempatan ini, para
kader (danjuga petugas kesehatan) yang bekerja di UKBMharus berupaya
meyakinkan individu tersebut akanpentingnya mempraktikkan PHBS berkaitan
dengan masalah kesehatan yang sedang dan atau potensial dihadapinya.
Pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui kunjungan ke rumah tangga dan
konsultasi keluargaoleh para kader kesehatan. Juga melalui bimbinganatau
pendampingan ketika keluarga tersebutmembutuhkan (misalnya tatkala membangun
jamban,membuat taman obat keluarga dan lain-lain).
Dalam hal ini, fasilitator dan petugas Puskesmas mengorganisasikan para kader
kesehatan denganmembagi tugas dan tanggung jawab melalui pendekatan
Dasawisma. Seorang atau dua orang kader diberi tugas dan tanggung jawab
untukmembina PHBS 5–10 rumah tangga.
8) Bina Suasana
Bina suasana diawali dengan advokasi oleh fasilitator dan petugas Puskesmas untuk
menggalang kemitraan. Advokasi dilakukan terhadap parapemuka atau tokoh-tokoh
masyarakat, termasuk pemuka agama dan pemuka adat serta parapengurus organisasi
kemasyarakatan di tingkat desadan kelurahan seperti pengurus Rukun Warga/Rukun
Tetangga, pengurus PKK, pengurus pengajian,pengurus arisan, pengurus koperasi,
pengurusorganisasi pemuda (seperti Karang Taruna) danlain-lain.
Keberhasilan advokasi dan penggalangan kemitraanakan memotivasi para pemuka
atau tokoh-tokoh masyarakat tersebut untuk berperan aktif dalam binasuasana, dalam
rangka menciptakan opini publik,suasana yang kondusif dan panutan di tingkat desa
dan kelurahan bagi di praktikkannya PHBS oleh rumah tangga. Para pengurus
organisasi kemasyarakatan juga termotivasi untuk mendorong anggota-anggotanya
agar mempraktikkan PHBS. Bina suasana juga dapat dilakukan denganpemanfaatan
media seperti pemasangan spandukdan atau billboard di jalan-jalan desa/kelurahan,
penempelan poster di tempat-tempat strategis, pembuatan dan pemeliharaan taman
obat/taman gizi percontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatan media tradisional.
9) Advokasi
Sebagaimana disebutkan di atas, advokasi dilakukan oleh fasilitator dan petugas
Puskesmas terhadappara pemuka masyarakat dan pengurus organisasi
kemasyarakatan tingkat desa dan kelurahan, agar mereka berperan serta dalam
kegiatan bina suasana. Di samping itu, advokasi juga dilakukan terhadap para
Page 13 of 19
penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu upaya pengembangan
kesehatan masyarakat desa/kelurahan.
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi didesa dan kelurahan
tersebut di atas harus didukung oleh kegiatan-kegiatan(1) bina suasana PHBS di
Rumah Tangga dalam lingkup yang lebih luas (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi
dan nasional) dengan memanfaatkan media massa berjangkauan luas seperti
suratkabar, majalah, radio, televisi dan internet; serta (2) advokasi secara berjenjang
dari tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota dan daritingkat kabupaten/kota ke
tingkat kecamatan.
10) Evaluasi Dan Pembinaan Kelestarian
Evaluasi dan pembinaan kelestarian merupakan tugas dari KepalaDesa/Lurah dan
perangkat desa/kelurahan dengan dukungan dariberbagai pihak, utamanya pemerintah
daerah dan pemerintah. Kehadiran fasilitator di desa dan kelurahan sudah sangat
minimal,karena perannya sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh kader-kader
kesehatan, dengan supervisi dari Puskesmas.
Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan kesehatan masyarakat
desa/kelurahan, sudah berjalan baik dan rutin sertaterintegrasi dalam proses
perencanaan pembangunan desa ataukelurahan dan mekanisme Musrenbang.
Kemitraan dan dukungansumber daya serta sarana dari pihak di luar pemerintah juga
sudahtergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala serta kursus-kursuspenyegar bagi
para kader kesehatan, juga dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuandan keterampilan para kader tersebut.
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan Lomba
Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun secara berjenjang sejak dari
tingkat desa/kelurahan sampai ke tingkat nasional. Dalam rangka pembinaan
kelestarian juga diselenggarakan pencatatan dan pelaporan perkembangan kesehatan
masyarakatdesa/kelurahan, termasuk PHBS di Rumah Tangga, yang berjalan secara
berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Pembangunan Desa yang
diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.
3.7 Strategi Dasar Promosi Kesehatan
Berdasarkan keputusan WHO pada tahun 1994, strategi promosi kesehatan dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Advokasi
Page 14 of 19
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut
mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi
dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun
informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu
atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait.
Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan
dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari
uraian dapat di advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di
berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).
b) Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun
informal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat
(penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui
toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar
masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi dalam program kesehatan tersebut.
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan
sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan
kepada toma dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial
atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran
sekunder).
c) Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
Page 15 of 19
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi
kesehatan).
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan
ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan
kesehatan mereka, misaln ya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa,
berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di masyrakat
sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Dari uraian tersebut sasaran
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
Page 16 of 19
penanggulangan DBD
1. Rapat
3. Pimpinan atau 1. Kasus kematian akibat Laporan,
2. Lokakarya
Pengambil DBD secara nasional Leaflet,
3. dialog
Keputusan 2. Tujuan dan arah Bulletin,
kebijakan serta Pedoman dll.
penentuan program
penanggulangan
3. Peran Pimpinan dalam
mengambil keputusan
Page 17 of 19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa dan calon tenaga kesehatan masyarakat hendaknya kita tidak
hanya sekedar mengerti akan cara penanggulangan dan pencegahan DBD tapi juga
membantu masyarakat dalam menerapkan 3M Plus agar masyarakat terhindar dari
penyakit DBD, karena kita sebagai Agent Of Change yang harus memaknai setiap
kalimat yang tertulis didalam makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk
mendapatkan manfaat dari kegiatan membaca makalah ini dan dapat menerapkannya
dikehidupan yang sesungguhnya. Dan tidak hanya menguasai materi akan tetapi sulit
untuk membawanya didunia kerja kelak saat menghadapi masa kerja setelah lulus dari
perguruan tinggi.
Page 18 of 19
DAFTAR PUSTAKA
http://yusy-azzahro.blogspot.com/2013/04/proses-penularan-penyakit-demam.html
https://bahankedokteran.wordpress.com/2012/07/21/demam-berdarah-dengue-dbd/
https://josindonesia.blogspot.co.id/2017/04/cara-penularan-dbd.html
https://budikuntet.wordpress.com/2011/08/14/dhf-dengue-haemoragic-fever/
Page 19 of 19