Anda di halaman 1dari 3

Finance: Dasar Laporan Keuangan

Saya mengenal dasar-dasar akuntansi (kalau tidak salah) ketika kelas 2 SMA, dimana saat itu penjurusan
baru dimulai di kelas 3 SMA. Yang saya ingat buruknya, saya tidak terlalu memhami logika yang dipakai
dalam Jurnal Penyesuaian karena logika yang digunakan terbalik dari dunia normal yang biasa
dipahami. Namun baiknya, nilai akuntansi saya dalam 1 tahun itu konsisten angka 9. Meskipun kelas 3
memilih jurusan IPA, perihal akuntansi dan keuangan buat saya selalu menarik dan kemudian
mengantarkan saya masuk Teknik Industri.

Berikutnya di bangku kuliah, mendapatkan mata kuliah tentang dasar-dasar akuntansi dan keuangan,
namun tidak semudah pemahaman di sekolah, nilai di kuliah malah jeblok, seingat saya hanya C.
Namun, dalam mata kuliah yang sangat menarik, Ekonomi Teknik, nilai saya maksimal, yaitu A. Saya
menyimpulkan bahwa akuntansi dan keuangan jika dalam hal definisi dan detail, saya pasti kewalahan.
Tetapi dalam analisis dan aplikasi, buat saya lebih mudah dipahami karena masuk akal.

Saya kemudian mendapatkan perihal laporan keuangan di sekolah pasca sarjana sebanyak dua kali
dalam kuliah; Principles of Business Operation dan Mergers & Acquisitions. Dan karena lebih ke arah
aplikasi, maka saya menyukainya. Begitu pula dalam proses sertifikasi CCE, yang sangat kental
dengan engineering economy.

Menurut saya Dasar Laporan Keuangan adalah ilmu aplikatif yang harus dipahami oleh banyak orang,
tidak hanya orang akuntan atau keuangan saja. Apalagi buat usahawan yang harus membangun usaha
sendiri atau buat para investor, sangat penting mengetahui laporan keuangan dan menggunakannya.
Tidak perlu sangat detail karena itu wilayah akuntan, namun bagaimana memahami struktur
berpikirnya.

Mari kita lihat, bagaimana laporan keuangan dibangun dan digunakan.

Laporan keuangan (Financial Statements) terdiri atas tiga laporan utama, yakni Laporan Arus Kas
(Cashflow), Laporan Laba Rugi (Profit/Loss), dan Laporan Neraca (Balance Sheet).

Hubungan antara ketiganya digambarkan dengan baik dalam bagan di bawah ini.

Menggunakan contoh seseorang yang memulai usaha, maka skema di atas bisa dijelaskan sebagai
berikut.

Balance Sheet (BS)


Dalam membuka usaha pasti membutuhkan modal dimana modal (capital) tersebut terdiri atas dana
pemilik (equity) dan utang (liabilities). Modal tersebut digunakan untuk membeli aset yang digunakan
usaha, termasuk membiayai jalannya usaha dengan menggunakan kas dari setoran modal.

Ketiga komponen tersebut (asset, liabilities, equity) bisa terdiri atas berbagai jenis. Misalnya, aset bisa
terdiri atas kas, tabungan, bangunan, mesin dan piutang usaha (receivables, utang pihak lain kepada
kita). utang bisa terdiri atas utang bank, utang usaha (payable, utang kita ke pihak lain) dan obligasi.
Sedangkan ekuitas terdiri atas modal disetor dan laba ditahan dari Laba/Rugi yang tidak dibagikan ke
pemilik.

BS ini ibarat badan bagi usaha atau perusahaan yang menggambarkan kondisi perusahaan tersebut.

Profit/Loss (P/L)
Laporan laba rugi mencatat bagaimana mencetak laba dari penjualan produk/jasa. Komponen
utamanya adalah Pendapatan (Revenues) yang didapat dari penjualan produk/jasa, Biaya Produksi
(Cost of Goods Sold, COGS), Biaya Operasi (Operating Expenditure, OPEX), Biaya non Operasi (Non-
Opex) dan Pajak (Tax).

Terdapat beberapa terminologi dalam P/L yaitu; (penjelasan bisa mengacu pada skema contoh)
a. Gross Income/Profit
b. Operating Profit
c. Earning Before Interest, Tax, Depreciation & Amortization (EBITDA)
d. Earning Before Interest & Tax (EBIT)
e. Earning Before Tax (EBT)
f. Net Income (NI)

Bagi perusahaan, P/L ini ibarat kerja yang harus dilakukan untuk bisa makan sehingga bisa
menghasilkan energi bagi badan.

Cashflow (CF)
Laporan arus kas ini mencatat setiap perubahan kas yang didapat dan digunakan dari dan untuk operasi
perusahaan, misalnya penjualan barang, pembelian bahan, pembayaran gaji dan lain-lain. Kas dibagi
dalam tiga kategori yakni; kas dari operasi (operating), kas dari investasi (investing), dan kas dari
pembiayaan (financing).

Dari fungsinya, jelas bahwa tidak boleh ada kas negatif dalam perusahaan karena akan menghentikan
operasi perusahaan. Perusahaan bisa aktivitas nya negatif alias merugi, atau banyak luka dalam
badannya alias banyak utang, namun perusahaan harus tetap punya kas jika ingin tetap hidup.
Bagi perusahaan, CF ini ibarat darah yang harus ada dan mengalir dalam tubuh perusahaan.

Untuk memudahkan pemahaman, di bawah ini contoh dan hubungan ketiga laporan diatas. Jika BS dan
P/L dibuat secara periodik (biasanya per-kuartal/empat bulan), maka secara praktis CF dibuat setiap
waktu karena alasan harus tetap ada kas tadi.
Melihat contoh diatas, tidak serumit yang dibayangkan bukan. Tentu komponen dalam BS, P/L dan CF
bisa tidak serumit atau sesimpel diatas, namun struktur berpikir nya akan tetap sama. Untuk yang baru
memulai usaha, tidak perlu akuntan khusus untuk mencatat dan menyusun laporan diatas.

Saya sendiri masih belum tahu bagaimana hubungan Jurnal Penyesuaian yang logika terbalik-terbalik
itu dengan laporang keuangan diatas, tapi saya tebak bahwa Penyesuaian terkait dengan CF yang nanti
muncul di BS (??).

Selain ketiga laporan diatas, ada juga yang menyertakan Catatan (Notes) sebagai komponen keempat
laporan keuangan. Dalam catatan terdapat beberapa penjelasan berkaitan dengan laporan keuangan
karena ada kejadian-kejadian istimewa, misal penjualan aset, pergantian kepemilikan dsb.

Namun untuk praktis memulai dan menjalankan usaha, belajar membuat ketiga laporan keuangan
diatas sudah lebih dari cukup. Selanjutnya, kita bisa melakukan beberapa analisa dan rekayasa terkait
kinerja usaha (perusahaan) yang ditampilkan dalam laporan keuangan.

Credit: Business Finance for Executives, Bima P. Sentosa, 2011

Anda mungkin juga menyukai