Bab 2 Fix
Bab 2 Fix
TINJAUAN UMUM
PT. Aneka Tambang Tbk (PT. ANTAM Tbk) adalah salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Kementrian Negara Badan Usaha
Milik Neggara Republik Indonesia. PT. ANTAM Tbk memiliki delapan unit
produksi, salah satu diantaranya adalah Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
Sejarah pendirian UBPE Pongkor ini dimulai ketika PT. Aneka Tambang Tbk
melalui salah satu unit kerjanya yaitu unit geologi memulai ekplorasi pada tahun
1974 sampai dengan tahun 1981 di daerah Gunung Limbung, sebelah barat
gunung pongkor, dengan tujuan utamanya adalah mencari cebakan bijih logam
dasar (Base Metal) yang pada saat itu kebutuhannya masih sangat tinggi. Pada
saat ekplorasi di daerah Gunung Limbung, akhir tahun 1979 diperoleh informasi
adanya mineralisasi sulfida pirit di daerah Gunung Pongkor.
Selanjutnya pada tahun 1981 team unit geologi melakukan tinjauan ulang
(Reconnaissance) ke daerah Gunung Pongkor dan menemukan urat kuarsa dengan
kandungan logam Au = 4ppm dan Ag = 126ppm dilokasi Pasir Jawa. Dari hasil
tinjauan ini direncanakan untuk mengambil Kuasa Pertambangan (KP), yang
mana didapatkan KP ekplorasi seluas 4.339 ha (KP.DU 562/Jabar). Pada tahun
1983 sampai dengan tahun 1988 kegiatan ekplorasi disekitar Gunung Pongkor
ditangguhkan, hal ini disebabkan focus perusahaan yang sedang mencari mineral
logam dasar.
Pada tahun 1988 sampai dengan 1991 dilakukan kegiatan ekplorasi yang lebih
sistematis dan lengkap sehingga ditemukan beberapa lokasi daerah prospek
logam. Kemudian tahun 1992 sambil meneruskan kegiatan ekplorasi, dilakukan
studi kelayakan tambang dan perencanaan tambang. Yang mana kemudian
dilanjutkan dengan Development.
Sejarah kepemilikan kuasa pertambangan daerah Gunung Pongkor, diawali
dengan pengajuan surat permohonan KP ekplorasi oleh direksi PT. Aneka
2-1
Tambang (Persero) Tbk. Dengan No. 3112-DM/1/2.2.72, tanggal 25 Juni 1981.
Berdasarkan surat permohonan tersebut, maka pada tanggal 9 Maret 1983 terbit
Surat Keterangan (SK) Direktur Jendral Pertambangan Umum, dengan status KP
ekplorasi seluas 4.339 Ha. Mulai tahun 1983 sampai tahun 1987 KP DU 562/Jabar
ini telah diperpanjang selama 2 kali.
Selanjutnya pada tahun 1988 berubah dari KP ekplorasi menjadi KP persiapan
Fasilitas Ekplorasi (PFE) dengan masa berlaku dari tanggal 9 maret 1988 sampai
dengan 9 maret 1991 terbit Kuasa Eksplorasi KP DU 893/Jabar seluas 4.058 Ha,
selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 2000 mendapatkan Kuasa Pertambangan
Ekploitasi KW 98 PP 0138 seluas 6,074 Ha.
Awal produksi menjadi 5 ton emas pertahun. Pada tanggal 1 Agustus 2000, UPE
Pongkor mendapatkan Kuasa Pertambangan Ekploitasi yang baru yaitu KW 98 PP
0138 seluas 6.047 Ha. Kemudian PT. Antam Tbk melakukan rekstrukrisasi dan
mengubah Unit Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor menjadi Unit Bisnis
Pertambanagn Emas (UBPE) Pongkor.
2-2
4. sungai Ciguha
5. sungai Ciparay
6. sungai Cisaninen
7. sungai Ciparigi.
Lembah – lembah sungai Cikaniki umumnya sempit dan curam.
Gambar 2.1 Lokasi pertambangan UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk
2-3
lindung membentang dari daerah nirmala di bagian barat ke daerah citugu bagian
timur dengan penyebaran relative kearah timur-barat, tanah masyarakat juga
menyebar dari bagian tengah sisi barat kearah timur laut, sedangkan tanah enclave
berada di sekitar kawasan Perhutani.
Tanah Perhutani menyebar dari arah utara ke selatan secara tidak menerus karena
di batasi oleh tanah masyarakat, enclave, maupun oleh hutan lindung. Kawasan
Perhutani dan hutan lindung secara umum masih berupa hutan dengan di tumbuhi
oleh bermacam-macam jenis flora, sementara tanah penduduk dan enclave
merupakan wilayah perkampungan di samping juga sebagai lahan persawahan,
tegalan dan perkuburan.
Sesuai data hasil eksplorasi dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, di
ketahui cebakan UBPE Pongkor terletak pada 10 lokasi ( Gambar 2.3 ), adalah :
1. Pasir Jawa
2. Gudang Handak
3. Ciguha
4. Pamoyanan
5. Kubang Cicau
6. Ciurung
7. Cadas Copong
8. Gunung Goong
9. Cihampar
10. Cikoret
2-4
Pasir
Jawa
Ciguha
Gudang
Handak
Kubang
Cicau Ciguha
Pamoyanan
Ciurug
2.2.3 Topografi
Unit Bisnis Pertambangan Emas ( UBPE ) Pongkor merupakan bagian dari satuan
wilayah yang mempunyai daerah topografi berupa daerah pegunungan dengan
ketinggian berkisar antara 300 – 900 m di atas permukaan laut. Puncak bukit
2-5
masih tajam dan agak membulat, dimana sudut lereng berkisar antara 20°-60°.
Pada sisi sebelah Barat laut menunjukan adanya pola yang memanjang relatif
sama dengan pola penyebaran dari urat-urat kuarsa yang di temukan di daerah ini.
Lokasi pertambangan ini termasuk ke dalam wilayah Bogor Barat yang
membentang di bagian tengah Jawa Barat. Gunung yang terdapat di daerah ini
antara lain gunung Halimun (1929m), Gunung Salak (2211m), Gunung Kendeng
(1724m).
Topagrafi pertambangan emas Pongkor sendiri termasuk di dalam kawasan
Gunung Halimun yang umumnya merupakan daerah perbukitan sedang sampai
terjal dengan komposisi yaitu 15% daerah daratan sampai berombak, daerah
berombak sampai berikut, daerah bukit sampai gunung. Tanah di daerah ini
merupakan lahan yang subur dengan ketebalan lapisan humusnya ± 2,5 m dengan
kemiringan 40-60%.
Sungai yang mengalir pada daerah ini adalah sungai Cikaniki dengan arah
memanjang relaif Tenggara – Timur Laut yang bermuara pada sungai Cisarua,
sungai Cikaret, sungai Cimanganten, sungai Ciguh, sungai Ciparay, sungai
Cisaninten dan sungai Ciparigi. Di beberapa tempat di temukan lembah sungai
yang agak lebar dan berkelok-kelok, sehingga dapat di manfaatkan oleh penduduk
setempat sebagai daerah persawahan. Namun umumnya di tebing sungai Cikaniki
dan anak sungai Ciguha sangat terjal dan sangat sulit untuk di lewati. Secara
umum daerah ini berada pada kawasan hutan produksi seluas 51 Ha dan 80 Ha
berada pada kawasan hutan lindung.
Berdasarkan data geologi yang di miliki oleh UBPE Pongkor, beberapa sesar yang
terdapat pada lokasi ini antara lain adalah :
1. Sesar Cikaniki
2. Sesar Cisarua
3. Sesar Cihalang
4. Sesar Cidurian
5. Sesar Curubitung
6. Sesar Ciguha
2-6
7. Sesar Pogor
8. Sesar Ciurug
9. Sesar Gunung Singa
10. Sesar Telukwaru
Geologi daerah Pongkor dan sekitarnya tersusun dari batuan dan gunung api
piroklastik bersifat andesitic sampai dasitik dimana dapat dikelompokkan ke
dalam satuan batuan tufa breksi menyebar di bagian selatan terutama di sepanjang
Sungai Cikaniki. Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat kuarsa yang
mengandung emas. Satuan batuan tufa breksi terutama disusun oleh tufa, tufa
lapili, tufa breksi, aglomerat,dan sisipan batu tufaan lebih banyak di temukan jadi
semakin ke sebelah barat laut.
Tufa breksi disusun oleh komponen-komponen andesit, batu lempung lanauan,
batuan tersilifikasi dan tufa yang terbentuk menyudut sampai membundar
tanggung-tanggung berukuran 2-3 cm. Komponen-komponen terdapat dalam
matriks yang disusun oleh mineral batuan berukuran halus. Ubahan (alterasi)
hydrothermal dari tipe-tipe batuan terjadi melalui proses utama propilitisasi
(mineral teralterasi menjadi klorit), argilitasi (mineral-mineral teralterasi menjadi
lempung ) dan silifikasi (pengubahan silika).
Derajat pelapukan massa batuan sangat bervariasi dan komplek. Umumnya batuan
terlapukkan sempurna di permukaan dan derajat pelapukan menurun sesuai
dengan kedalaman batuan. Struktur geologi yang tampak terdiri dari kekar dan
sesar. Sesar dengan arah N190°E dan N255°E dengan sudut kemiringan tegak
lurus dan telah terisi oleh urat kuarsa (ditemukan di L500 Pasir Jawa). Sesar yang
ditemukan dicirikan oleh adanya pergeseran antara 2-5m kearah vertikal pada
lapisan batu lempung.
Pola penyebaran kekar memperlihatkan arah umum sejajar dengan penyebaran
urat dan bidang perlapisan batuan, yang umumnya terisi kuarsa, lempung mangan
oksida, pirit, dan limonit. Mineralisasi emas dan perak di Gunung Pongkor
ditemukan dalam batuan gunung api yang disusun oleh aglomerat breksi polimik,
tufa breksi dan lava andesit.
Anomali kadar emas ditemukan dalam urat kuarsa yang berada dalam suatu zona
ubahan hydrothermal yang meliputi daerah seluas 11 km x 6 km. Zona ubahan ini
2-7
ditemukan urat kuarsa yang berpola saling sejajar dengan jurus umum berat laut-
tenggara.
Cadangan emas terukur yang terdapat pada daerah Pongkor ditemukan pada urat
kuarsa yang terdiri dari Urat Pasir Jawa, Urat Ciguha Utama, Urat Ciguha Timur,
Urat Kubang Cicau, Urat Ciurung dan Pamoyanan.
Urat Pasir Jawa memanjang sekitar 75° kearah barat. Jenis litologi terdiri dari
tufa, tufa lapili, tufa breksi, andesit, sisipan batu lempung, dan urat kuarsa,
umumnya telah mengalami ubahan argilitas (mineral teralterasi menjadi lempung)
dan propolitisasi (mineral teralterasi menjadi klorit dan limonit). Peretakan batuan
sangat rapat yang sebagian besar terisi oleh kuarsa, limonit, oksida mangan, dan
lempung terutama di sekitar kontak urat. Urat berkadar bijih >4 gr/ton Au adalah
urat dinding dengan lebar bijih antara 2-8m sepanjang 206m.
Urat Ciguha mempunyai bentangan panjang sekitar 1500 meter dengan lebar
antara 1-7,5 dan arah N142°, kemiringan antara 70°-85° kearah barat. Jenis
Iitologi ini terdiri tufa breksi, tufa lapili, tufa andesitic, dan urat kuarsa. Ubahan
batuan kloritisasi dan piritisasi disertai urat-urat tipis kuarsa dengan kerapatan 1-3
meter dan lebar 1-40 centimeter yang memperlihatkan arah penyebaran sejajar
dengan urat kuarsa sangat umum di jumpai sepanjang terowongan. Zona bijih
pada urat utama adalah sepanjang 135 meter dengan kadar rata-rata 4-28,18 gr/ton
dan pada urat timur panjang 235m dengan kadar rata-rata 4-28,46gr/ton Au.
Urat Ciguha Timur memanjang sekitar 900 meter dengan lebar antara 1-2,5m dan
arah N170°E dan kemiringan 70°-75° kearah barat. Urat ini terdapat dalam batuan
breksi dan tufa andesitik yang telah mengalami ubahan kloritisasi dan pritisasi.
Urat berkadar 4-23,48gr/ton Au sepanjang 100m pada drift vein tampak menipis
ke barat.
2-8
2.4.4 Urat Pamoyanan
Urat Pamoyanan terdiri atas dua urat utama, yaitu Pamoyanan A dan Pamoyanan
B. Penyebaran Urat Pamoyanan A dapat diikuti sepanjang ± 999m, sedangkan
penyebaran Urat Pamoyanan B dapat diikuti sepanjang ± 627m.
Urat Kubang Cicau ini merupakan suatu sistem urat yang terdiri dari urat utama
beralih utara-selatan dengan sudut kemiringan antara 65°-70° kearah timur dengan
lebar antara 2-10m dan beberapa urat lainnya dengan arah antara N330°-N355°
dengan sudut kemiringan 60°-70° kearah timur. Penyebaran ini dapat diikuti
sepanjang ± 2500m.
Kominusi adalah proses untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan untuk
membebaskan logam berharga dari bijihnya dan atau memperluas permukaan bijih
agar dalam proses pelindian dapat berlangsung dengan cepat. Proses kominusi
terbagi dua yaitu :
1. Crushing merupakan suatu proses peremukan bijih (ore) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis, artinya batuan dari tambang
yang memiliki ukuran besar dijadikan lebih kecil melalui mekanisme
peremukan.
2-9
2. Grinding atau penggerusan merupakan merupakan lanjutan dari crushing
dan merupakan tahapan akhir dari kominusi, yaitu untuk mendapatkan
ukuran butiran yang sesuai sehingga pada tahap selanjutnya bias dilakukan
pelindian. Pada tahap grinding partikel diperkecil ukurannya dengan
kombinasi dari impact, compression, abrasion, dan shear.
Pengayakan adalah pemisahan partikel – partikel secara mekanis berdasarkan
ukuran, dan hanya dapat dilakukan pada partikel yang relative berukuran kasar.
Pemisahan dilakukan diatas ayakan berupa batang – batang sejajar (grizzly) atau
plat berlubang atau anyaman kawat yang dapat meloloskan material. Material
yang tidak lolos atau tinggal diatas ayakan disebut oversize atau material plus
sedangkan yang lolos disebut material minus atau undersize.
Klasifikasi adalah proses pemisahan antara ukuran partikel yang diinginkan dan
yang tidak diinginkan. Pemisahan ini biasanya dilakukan di dalam fluida (gas dan
air). Tapi di industri pengolahan bahan galian biasanya digunakan air. Alat untuk
melakukan klasifikasi disbut classifier, Leaching adalah proses pelarutan selektif
dimana hanya logam – logam yang tertentu yang dapat larut. Pemilihan metoda
pelindian tergantung pada kandungan logam berharga dalam bijih dan
karakteristik bijih khususnya mudah tidaknya bijih dilindi oleh reagen kimia
tertentu. Larutan emas hasil ekstraksi diikat kembali dengan menggunakan unsure
karbon. Proses ini disebut Carbon In Leach (CIL).
Elution adalah proses desorpsi, yaitu pelepasan kembali [Au(CN)2] dari karbon
aktif dengan cara pemutusan antara ikatan keduanya. Electro wining adalah proses
penangkapan emas dan perak yang ada dalam larutan kaya dengan prinsip
eletrollisa (reaksi reduksi – oksidasi). Peleburan bertujuan untuk mengambil
logam Au-Ag dari cake dengan cara memisahkan logam berharga dengan slag nya
pada suhu tinggi (titik leburnya) dengan batuan penambahan flux. Fungsi flux
adalah untuk mengikat slag agar terpisah dengan baik dari logam berhargana,
disamping itu juga bias menurunkan titik lebur.
2-10
Crushing and Screening
Milling
Leaching
Tailing Traitment
Carbon In Leach
Elution
Tailing Traitment Back Filling
Electro Wining
CN Destruction Stope
Smelting Plant
2-11
Lebih dari 90.000 pohon dari jenis Albasia, Mahoni, Rasamala dan Akasia telah
ditanam pada area seluas 20 hektar dalam proses reklamasi dan penghijauan. Hal
ini dilakukan untuk menanggulangi kerusakan tanah, berkurangnya cadangan air
dan bahaya erosi. UBPE Pongkor telah memulai sertifikasi ISO 14000 yang
berkaitan dengan Sistem Manajemen Lingkungan dan pada tanggal 14 OKtober
2002 Sertifikasi ISO 14001 berhasil diraih oleh UBPE Pongkor.
2-12