PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2017-2018
1. Jelaskan bagaimana proses pembentukan kata
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di luar proses
morfologis. Proses morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain
yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan kata lain proses morfologis adalah
peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain menjadi kata.
Ciri suatu kata yang mengalami proses morfologis yaitu mengalami perubahan bentuk,
mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis kata. Terdapat tiga
cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi.
1. Proses Morfologis
a. Afiksasi
Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk dasar. Afiks
tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks dan
simulfiks (imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah sebagai berikut.
- Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan, budiman
Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem pada
suatu kata. Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang merupakan
kaidah yang mengatur perubahan bunyi akibat proses morfologis. Kaidah tersebut
adalah sebagai berikut.
Misalnya:
2) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/ yang
berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya.
Contoh:
3) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan /j/.
Misalnya:
Misalnya:
5) Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per- akan berubah menjadi /l/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berupa morfem ajar.
Misalnya:
6) Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar
akan berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks peN-
an, ke-an, per-an, dan -an.
Misalnya:
1) Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku
satu akan terjadi penambahan fonem /e/ sehingga {meN-} menjadi {menge-} dan {peN-
} menjadi {penge-}.
Misalnya:
2) Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu dengan
bentuk dasar : (1) berakhir dengan vokal /a/ akan terjadi penambahan fonem /?/, (2)
berakhir dengan vokal /u/, /o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /w/, dan (3) berakhir
dengan vokal /i/ dan /ay/ akan terjadi penambahan fonem /y/.
Contoh:
1) Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan apabila
bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w/ dan /nasal/
Contoh:
Contoh:
b.Reduplikasi
- rumah-rumah - mengata-ngatai
- perumahan-perumahan - kebarat-baratan
- berlari-lari - sayur-mayur
- mengata-ngatakan - lauk-pauk
c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk dasar
sehingga menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang membentuknya,
ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, dan ada yang
mempunyai makna unik. Contoh masing-masing tipe dapat dilihat pada contoh berikut.
a. Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-kata asalnya.
Misalnya:
- AKABRI - PEMILU
- tidak – tak
- dokter –dok
A. Berdasarkan pola kalimatnya, kalimat majemuk setara terbagi atas 3 jenis, antara lain :
1. Kalimat Majemuk Setara Sejalan : kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal
dengan kondisi atau situasi yang sama.
Contoh : Ayah berangkat ke kantor, Ibu pergi ke pasar sedangkan kakak berangkat kuliah.
2. Kalimat Majemuk Setara Berlawanan : kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat
dengan kondisi atau situasi berlawanan antara satu sama lain.
Contoh : Meski kelihatannya cuek, tetapi dia adalah orang yang sangat perhatian.
3. Kalimat Majemuk Setara Sebab Akibat : kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat,
dimana salah satu kalimat menyatakan sebab sedangkan yang lainnya menyatakan akibat.
Contoh : Aku tak bisa pergi ke rumahmu kemarin karena hujannya sangat deras.
B. Berdasarkan kata hubung yang digunakan, kalimat majemuk setara terbagi menjadi 5 jenis,
yakni :
Berdasarkan kata hubung (konjungsi) yang digunakan, kalimat majemuk bertingkat terbagi
menjadi 10 jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan syarat (kata hubung : jika, kalau, manakala,
andaikata, asalkan)
2. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan tujuan (kata hubung : agar, supaya, biar)
3. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan perlawanan/konsesif (kata hubung : walaupun,
kendatipun, biarpun, meskipun)
4. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan sebab/penyebab (kata hubung : sebab, karena, oleh
karena)
5. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan akibat (kata hubung : maka, sehingga)
6. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan cara (kata hubung : dengan, tanpa)
7. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan alat (kata hubung : dengan, tanpa)
8. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan perbandingan (kata hubung : seperti, bagaikan, alih-
alih)
9. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan penjelasan (kata hubung : bahwa)
10. Kalimat majemuk bertingkat menyatakan kenyataan (kata hubung : padahal)
Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat
Untuk lebih jelas mengenai kalimat majemuk bertingkat, perhatikan contoh berikut ini :
Kau pasti bisa menjadi anak yang pandai, asalkan kau rajin belajar.
Aku sengaja pulang bekerja lebih awal hari ini agar bisa menemani ibu pergi ke rumah sakit.
Penggalangan dana itu terpaksa dihentikan karena terjadi kebakaran di gedung tersebut.
Dia selalu menyembunyikan kenyataan bahwa dia adalah anak dari pemilik yayasan ini.
Dalam kehidupan sehari-hari Roni bersikap seperti gelandangan dan tuna susila padahal
sebenarnya dia adalah pengusaha.
Berdasarkan predikatnya, kalimat majemuk campuran terbagi menjadi 2 jenis, antara lain :
1. Kalimat verbal : kalimat majemuk campuran yang predikatnya terdiri dari kata kerja.
Contoh : Ibu memasak.
2. Kalimat nominal : kalimat majemuk campuran yang predikatnya terdiri dari kata benda,
keadaan, dan kata ganti.
Contoh : Nia rajin dan disiplin.
1. Kalimat langsung : kalimat yang menuliskan kutipan secara langsung perkataan dari
seseorang dengan menggunakan tanda petik.
Contoh : Ayah bertanya padaku, “Dimana kamu menyimpan koran minggu lalu?”
2. Kalimat tidak langsung : kalimat yang tidak mengutip ucapan dari seseorang secara
langsung.
Contoh : Ayah bertanya padaku, dimana aku menyimpan koran minggu lalu.
3. Jika anda berada di dalam sebuah stasiun maupun
bandara. Jenis membaca apakah yang anda gunakan
untuk melihat jadwal keberangkatan
Dengan membaca intensif karena teknik membaca ini dapat diterapkan dalam upaya
mencari informasi yang bersifat detail. Membaca intensif juga dapat diterapkan untuk
mencari informasi sebagai bahan diskusi. Membaca intensif, disebut juga membaca
secara cermat. Membaca dengan cermat akan memperoleh sebuah pokok persoalan
atau perihal menarik dari suatu teks bacaan untuk dijadikan bahan diskusi.
4. Buatlah judul karya ilmiah kemudian buatlah kerangka
karya ilmiah tersebut
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, semangat dalam beribadah itu sangat penting. Karena
mempengaruhi ibadah yang kita lakukan tersebut. Beribadah merupakan hubungan
antara seorang hamba dengan Tuhannya, Allah SWT. Namun dalam prakteknya saat
kita beribadah terkadang ada rasa kurang semangat. Entah karena lelah, bosan, ataupun
malas.
Oleh karena itu, untuk menjadikan hidup kita mulia dengan mengikuti segala apa yang
diperintahkan dan dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Kita butuh suatu
penyemangat dalam hal beribadah.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5. Buatlah contoh kalimat menggunakan kata turunan,
gabungan kata. Minimal 3 kalimat !